FLOWER IN THE DARK
Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam karakternya saja.
Warning: typo (maybe), gaje, alur terlalu cepet, craick pair
Happy Reading :)
Ayame terbangun dari tidurnya. Ia langsung terkaget karena berada di ruangan yang sangat asing baginya. Ia melihat isi ruangan yang terdapat foto Sakura bersama dengan keluarga dan temannya.
"Sakura-chan ayo bangun. Ini sudah jam delapan pagi," Mebuki membuka pintu kamar lalu ia kaget melihat sang putri pemilik Ichiraku Ramen berada di kamar putrinya. Ia juga tidak melihat putrinya berada di kamar ini.
"Ayame-chan, kenapa kau masih berada di sini? Di mana Sakura-chan?" tanya Mebuki.
"Aku tidak tahu, Mebuki-basan. Padahal seingatku berada di jalanan," jawab Ayame dengan menyentuh ubun-ubunnya.
"Berarti…kau seperti dirasuki oleh setan atau dikendalikan oleh seseorang?!" tanya Mebuki membelalakkan matanya.
"Entahlah," jawab Ayame mengerutkan dahinya.
"SAKURA-CHAAAN," teriak Mebuki.
"Sayang, apa yang terjadi?" tiba-tiba Kizashi berada di samping istrinya.
"Sayang, kita harus melapor kepada Hokage-sama. Sakura-chan tidak ada di sini," kata Mebuki.
"Apa? Bagaimana bisa? Dia 'kan pakai gelang," tanya Kizashi syok.
Mebuki tak sengaja melihat gelang Sakura di atas meja rias. "Sayang, dia melepaskannya," kata Mebuki.
"Tidak! kita harus melapor kepada Hokage-sama," kata Kizashi.
DI RUANG HOKAGE…
Kakashi mengepalkan tangannya setelah mendengar cerita dari kedua orang tua Sakura tentang hilangnya Sakura. Tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian kepalanya.
"Tuan, apakah kau baik-baik saja?" tanya Kizashi.
"Ti-tidak apa-apa. Silahkan teruskan ceritanya," jawab Kakashi.
"Baiklah. Terus Ayame-chan bilang bahwa ia terakhir kali berada di jalanan. Dan kita langsung panik setelah mendengar penjelasannya," lanju Kizashi.
Kakashi menatap Ayame, "Apakah benar seperti itu?" tanya Kakashi.
"Entahlah. Seingatku sih seperti itu," jawab Ayame. Tiba-tiba ia teringat dengan seorang pria berjubah yang sempat menolongnya.
"Hokage-sama, Saya baru ingat. Tadi malam ada seorang pria berjubah yang sempat menolongku. Setelah itu, saya tidak ingat lagi," kata Ayame hingga Kakashi membelalakkan matanya.
"Pria berjubah? Pasti Obito," batin Kakashi.
"Hmm baiklah. Terima kasih atas penjelasannya. Sekarang kalian boleh keluar dari ruangan saya. Saya akan menyuruh para anbu untuk mencari Sakura," ucap Kakashi.
"Terima kasih Tuan," ucap Kizashi dan Mebuki secara bersamaan.
Rin menangis dengan kencang. Kedua Zetsu itu berusaha mendiamkan Rin dengan memberikan candaan khasnya. Namun, Rin masih saja menangis.
"Huaaaa bagaimana ini?" tanya Guruguru sembari menggoyangkan Rin.
"Hmm kita harus memberinya mainan," kata Shiroi Zetsu.
"Hei, kita tidak memiliki mainan anak-anak," kata Guruguru.
"Bagaimana dengan ini?" Shira Zetsu menunjukkan kuda kayu berukuran kecil kepada Guruguru.
"Wow itu ide yang bagus," kata Guruguru.
"Rin-chan, bayi ayo kita main," kata Shiroi Zetsu sembari menggoyangkan kuda kayu kecil kepada Rin.
Rin terdiam sejenak. Kemudian ia menangis lagi hingga Shiroi Zetsu dan Guruguru frustasi. Tiba-tiba Obito muncul di depan kedua Zetsu itu dengan tatapan marah.
"Oh Tobi akhirnya kau datang juga," ucap Guruguru.
"Serahkan Rin kepadaku," perintah Obito. Guruguru menyerahkan Rin yang masih nangis kepada Obito.
"Diamlah!" bentak Obito hingga Rin kembali tertidur.
"Tobi, kau hebat sekali!" puji Guruguru mengacungkan jempolnya.
Obito melongo setelah melihat anaknya langsung tertidur dengan pulas. Padahal ia membentaknya. Secara logika, bayi akan terus menangis jika ada seseorang yang membentaknya. Setelah itu, Obito berjalan ke kamarnya untuk meletakkan Rin di samping Sakura yang masih tertidur.
"Anak ini tidak bisa tidur di ranjang biasa. Aku harus beli box bayi untuknya," kata Obito lalu pergi ke toko dengan menggunakan kamui.
Sampai di toko, Obito mematikan mata sharingan-nya. Tidak lupa ia juga menutup mata kirinya supaya para warga desa ini tidak mengetahui identitas sebenarnya. Setelah itu, ia mencari box bayi yang sangat cocok untuk Rin. Ketika melihat box bayi berwarna merah muda dan putih yang tersedia hanya satu, Obito langsung membeli box bayi itu.
"Ma..maaf Tuan. Box bayi itu tidak jual karena sudah ada yang pesan," kata salah satu wanita muda itu.
Obito menatap wanita itu, "pasti harganya mahal. Kalau boleh tahu, berapa harga aslinya?" tanya Obito.
"20.000 ryo," jawab wanita itu gemetaran.
"Bagaimana kalau saya tawar 50.000 ryo?" tawar Obito.
Wanita itu langsung kaget setelah mendengar tawaran yang menggiurkan dari Obito. "Ta..tapi Tuan. Box bayi itu sudah dipesan oleh putri dari daimyo," kata wanita itu masih gemetaran.
"Ya sudah kalau kau tidak mau, aku pergi dari sini," Obito hendak berjalan namun ia ditahan oleh wanita itu.
"Anda boleh membelinya," kata wanita itu.
Obito tersenyum kepada wanita itu lalu berkata, "terima kasih," Obito menyerahkan uang 50.000 ryo kepada wanita itu.
Setelah itu Obito mengambil box bayi itu lalu meninggalkan toko itu dengan menggunakan kamuinya. Sementara wanita itu hanya melongo saja melihat Obito.
DI KAMAR OBITO…
Obito sedang berpikir di mana letak yang pas untuk box bayi yang akan ditiduri oleh anaknya. Pasalnya, kamarnya begitu berantakan dan penuh dengan peralatan ninjanya. Setelah berpikir secara matang, akhirnya Obito meletakkan box bayi di sisi kanan kamarnya. Kemudian ia meletakkan Rin di box bayi.
"Tidurlah yang nyenyak. Jangan mengganggu ketenanganku," bisik Obito.
Tiba-tiba Rin menangis, Obito langsung mengepalkan tangannya karena geram dengan keberisikan Rin.
"SUDAH KUBILANG JANGAN MENGGANGGUKU!" bentak Obito dengan nafas tak beraturan.
Rin masih saja menangis. Obito langsung mengacak-acak rambut cepaknya karena frustasi tidak bisa mendiamkan anaknya. Tiba-tiba, Obito merasakan dinginnya salju meskipun sudah memakai mantel dan syal. Ia baru sadar kalau Rin menangis karena kedinginan. Ia segera menggendong Rin lalu memeluknya supaya tubuh Rin hangat.
"Sakura, bangunlah. Aku tidak tahan merawat anak ini sendirian," batin Obito.
"Tobiiiiii kami membawa salah satu anbu Konoha untukmu," Guruguru berlari lalu menyerahkan anbu konoha yang terlihat lemas kepada Obito.
Obito menghampiri anbu itu. Kemudian ia menendang-nendang anbu itu hingga tewas.
"Zetsu, buanglah sampah itu!" perintah Obito menunjuk anbu yang telah tewas.
"Baik, Tobi," ucap Zetsu Putih lalu membawa anbu ke suatu tempat.
Obito menghelakan nafasnya lalu menghampiri Sakura yang masih tertidur. Tiba-tiba, ia melihat tangan Sakura yang perlahan-lahan mulai bergerak. Semakin lama, Sakura menggerakkan tubuhnya hingga ia terbangun. Obito kaget setengah mati setelah melihat Sakura terbangun dari tidurnya. Tidak hanya itu saja, tubuh Sakura yang semula terlihat lemah dan pucat menjadi bugar kembali seperti dulu. Sakura beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan ke arah batu raksasa. Kemudian ia meninju batu raksasa itu hingga hancur lebur. Ditambah lagi, ia juga beberapa kali meninju tanah hingga tanah itu mengalami kerusakan yang sangat parah.
"Akhirnya chakra dan kekuatanku kembali," ucap Sakura lalu mengepalkan tangannya.
"Hei, kau hampir saja membuat Rin menangis lagi. Aku sudah lelah mendiamkannya," ucap Obito menatap tajam Sakura.
Sakura menatap Obito yang sedang menggendong Rin. Kemudian ia berjalan menghampiri Obito lalu mengambil Rin dari tangan suaminya.
"Maafkan Mama, Sayang," gumam Sakura lalu membelai pipi Rin. Selanjutnya ia menatap Obito dengan tersenyum. "Akhirnya kau menerima anak ini," ucap Sakura.
Obito hanya terdiam saja. Kemudian ia berjalan keluar dari kamarnya. Sakura hanya menggelengkan kepalanya saja. Tiba-tiba ia melihat box bayi berwarna merah dan putih yang sangat bagus sekali.
"Obito," gumam Sakura. "Untung saja box bayinya tidak rusak. Padahal harganya mahal sekali," kata Sakura lalu berlari mengejar Obito.
"Obito," panggil Sakura.
Obito menoleh kepada istrinya. "Ada apa?" tanya Obito datar.
"Terima kasih sudah memberikan perhatian khusus kepada Rin-chan," ucap Sakura.
"Kenapa harus berterima kasih? Aku hanya menjalankan kewajibanku saja," tanya Obito berusaha memasangkan wajah datarnya meskipun dirinya tersipu malu.
"Aku berterima kasih kepadamu karena kau mau menerima anak ini. padahal…kau sempat ingin membunuh Rin-chan," jawab Sakura.
Obito hanya terdiam saja. Tanpa sepatah kata pun, Sakura langsung mengecup bibir Obito dengan lembut. Tanpa disadari oleh sepasang suami-istri ini, Rin menyunggingkan senyumannya. Setelah berciuman hampir lima menit, Sakura melepaskan bibirnya dari bibir Obito.
"Bolehkah aku bertanya kepadamu?"
"Tanya apa?"
"Mengapa kau mau menerima Rin-chan di kehidupanmu? Aku ingin tahu alasanmu," tanya Sakura penasaran.
"Karena…karena dia tidak bisa dibunuh. Apakah sudah jelas?" jawab Obito.
"Aku tidak jelas. Pasti ada jawaban lain dibalik itu," kata Sakura.
"Kau tidak perlu tahu. Asalkan aku sudah menerima anak itu. Daripada kau menanyakan hal yang tidak penting lebih baik kau rawat saja anak itu. Oh ya kau juga harus periksa anak itu soalnya aku sudah tidak percaya dengan Kabuto," kata Obito.
"Emang dia mengatakan apa?" tanya Sakura.
"Dia mengatakan kalau anak itu tidak perlu diinkubator atau semacamnya. Karena anak itu sehat layaknya bayi yang lahir pada waktunya," jawab Obito.
"Baik," ucap Sakura lalu memeriksa anaknya dengan mengalirkan chakra-nya.
"Bagaimana?" tanya Obito.
"Anak ini…anak ini sehat. Dia tiak perlu diberi penanganan khusus. Terima kasih Kami-sama," ucap Sakura bersyukur.
"Syukurlah," ucap Obito.
Sakura menatap Obito dengan tersenyum. Ia sangat bersyukur sekali karena Obito mau menerima Rin sebagai anaknya meskipun suaminya masih ketus kepada Rin.
Sakura berusaha merayu Obito untuk mengizinkannya pulang ke Konohagakure dan memperkenalkan Rin kepada kedua orang tuanya serta teman-temannya. namun, Obito tidak mengizinkannya tanpa alasan apapun.
"Ayolah Anata, sekali ini saja. Aku ingin memperkenalkan Rin-chan kepada mereka," rayu Sakura dengan menggandeng tangan Obito.
"Aku bilang tidak ya tidak," larang Obito.
"Kumohon sekali ini saja," kata Sakura dengan puppy eyes-nya.
Obito menghelakan nafasnya dengan kesal. Kemudian kedua tangannya memegang bahu Sakura. "Sakura, untuk saat ini aku tidak bisa mengizinkanmu kembali ke Konoha karena keadaanku sedang terdesak. Aku tidak ingin kebahagiaanku dirusak kembali oleh mereka. Kumohon, mengertilah," ucap Obito lalu memeluk Sakura.
Sakura membalas pelukan Obito setelah mendengar alasan dari suaminya. "Baiklah aku menuruti perintahmu. Tapi, kau mau 'kan menuruti permintaanku untuk pulang ke Konoha suatu saat nanti?"
"Iya," jawab Obito singkat.
"Terima kasih," ucap Sakura.
Obito melepaskan pelukannya. Tiba-tiba mereka berdua mendengar suara tangisan dari Rin. Sakura segera ke kamar untuk menenangkan putrinya. Sementara Obito hanya terdiam saja di ruangan ini. Dalam hitungan sepuluh detik, Sakura kembali kepadanya dengan menggendong Rin.
"Ada apa dengannya?" tanya Obito.
"Dia bosan berada berada di kamar terus," jawab Sakura.
"Bagaimana tahu? Dia hanyalah seorang bayi yang belum bisa berbicara," tanya Obito.
"Karena aku adalah ibunya," jawab Sakura tersenyum. Obito hanya memutarkan bola matanya. Tiba-tiba Sakura menyerahkan Rin kepada Obito.
"Ke…kenapa kau menyerahkan dia kepadaku?" tanya Obito.
"Gendonglah dia. Dia ingin sekali kau memeluknya," kata Sakura.
"Tidak! aku tidak ingin menggendongnya atau semacamnya. Aku sedang tidak ingin menyentuhnya," kata Obito ketus dengan melipatkan kedua lengannya.
"Ke-kenapa begitu? Dia 'kan anakmu," tanya Sakura sedih.
"Karena dia menyusahkanku. Aku paling tidak suka dengan orang yang selalu menyusahkanku," jawab Obito. Tiba-tiba, Sakura tertawa kecil setelah dirinya sempat sedih.
"Ke-kenapa kau tertawa?" tanya Obito kaget.
"Dia ini masih bayi. Jadi wajar saja dia selalu merepotkan kita," kata Sakura tersenyum.
"Kau ini! baiklah serahkan Rin kepadaku!" kata Obito kesal.
Sakura langsung menyerahkan Rin kepada Obito. Kemudian Obito menggendongnya dengan menatap wajah Rin.
"Dia begitu mirip denganmu," kata Sakura.
"Ah tidak juga. Justru dia terlihat mirip denganmu," kata Obito.
"Apa? Mirip denganku? Mirip dari mananya? Padahal fisiknya lebih banyak mirip denganmu" tanya Sakura kaget.
"Lebih baik kau perhatikan sendiri. Kau 'kan ibunya," jawab Obito.
"Ih Obito rese'," kata Sakura ngambek dengan memanyunkan bibirnya dan melipatkan kedua lengannya.
Obito hanya tersenyum saja melihat istrinya yang bertingkah manja kepadanya. Baru pertama kali ini ia melihat tingkah lucu Sakura yang seperti anak kecil.
"Anata," panggil Sakura lalu memegang lengan Obito.
"I-iya," jawab Obito.
"Kita jalan-jalan yuk. Mumpung musim saljunya sedang bersahabat dengan kita," ajak Sakura.
"Jalan-jalan kemana?" tanya Obito.
"Ke tempat yang menurutmu paling enak dibuat untuk kencan," jawab Sakura tersenyum.
"Apa?! Kencan?!" tanya Obito kaget dengan pipi yang merah.
"Iya."
"Kalau kita kencan, terus Rin dititipkan ke siapa? Aku kurang yakin dengan mereka berdua," kata Obito lalu melirik Shiroi Zetsu dan Guruguru.
"Kita ajak saja dia. Dia 'kan masih bayi jadi dia tidak tahu apa-apa soal kita," kata Sakura.
"Hmmm baiklah," ucap Obito.
Obito dan keluarga kecilnya sedang berlibur ke Takigakure. Alasan ia mengajak Sakura dan Rin ke desa ini karena suasana dari desa itu sangat bagus dijadikan untuk berkencan meskipun saat ini sedang musim salju. Obito melirik Sakura yang sedang menyapa warga setempat dengan senyuman terindahnya. Obito merasa kalau istrinya lebih cantik dari biasanya. Apalagi aura keibuannya keluar. Sangat berbeda sekali dengan waktu pertama kali ia bertemu dengan Sakura. Di waktu itu, Sakura remaja masih terlihat sangar dengan pukulannya yang mematikan.
"Anata, aku ingin boneka itu," pinta Sakura menunjuk boneka teddy bear berwarna merah muda.
"Daritadi aku membelikan ini loh untukmu," ucap Obito menunjukkan boneka teddy bear dengan senyuman manisnya.
"Huaaa makasih Anata," ucap Sakura dan hendak mengambil boneka itu. Tiba-tiba ia baru ingat kalau dirinya sedang menggendong Rin.
"Jangan khawatir. Aku yang membawa boneka ini," kata Obito lalu meletakkan bonekanya dibalik mantelnya.
Kemudian, mereka melanjutkan perjalanannya hingga berada di bukit. Sakura menatap pemandangan di bawah bukit dengan tatapan takjub. Ia juga melirik Obito yang tampak bersedih menatap pemandangan di bawah bukit.
"Anata, kau tampak bersedih," ucap Sakura lalu memegang pipi Obito.
"Hmm aku tidak bersedih. Sungguh," ucap Obito berbohong.
"Bohong! Kau terlihat sedih dari wajahmu," kata Sakura. Obito menundukkan kepalanya.
"Sakura."
"Iya."
"Apakah kau lebih mencintai Sasuke daripada aku?"
"Hmmm aku…aku."
"Sudah kuduga," Sakura menatap wajah suaminya.
"Harus diakui kalau melupakan cinta pertama sangatlah susah. Aku pun pernah merasakannya. Begitupun juga dengan dirimu," kata Obito menundukkan kepalanya.
"Aku sudah tidak mencintainya!" kata Sakura mantap.
"Jangan membohongi dirimu sendiri!" bentak Obito hingga Sakura terkaget.
"Aku tidak berbo..," belum selesai berbicara sudah dipotong oleh Obito.
"Akui saja kalau kau masih mencintainya," kata Obito.
"Anata, ada apa dengan dirimu?" tanya Sakura bingung.
Tiba-tiba Obito langsung memeluk Sakura dengan erat hingga beberapa shuriken dan kunai itu menancap di batang pohon.
"Obito, matilah kau!" shinobi itu melayangkan kunai peledak itu kepada Obito. Dengan cepat Obito dan Sakura langsung menghindari kunai peledak itu.
"Sakura, kau harus pergi dari sini!" perintah Obito.
"Tidak! aku ingin bersamamu!" tolak Sakura memeluk Rin.
"Sakura, aku tidak ingin kau dan Rin terluka!" desak Obito.
"Aku tidak mau! Dengan kekuatanku ini, aku bisa membantumu," ucap Sakura lalu mengepalkan tangannya.
Sakura merasakan ada seseorang yang akan menyerangnya dari belakang. Dengan cepat ia langsung meninju shinobi itu hingga terpental ke pepohonan. Sakura menatap ke shinobi yang sempat ia hajar. Rupanya shinobi itu merupakan shinobi asal Konohagakure. Sontak Sakura langsung gemetaran.
"Sakura! Beraninya kau melawan rekanmu sendiri!" bentak salah satu shinobi asal Konoha.
Sakura melirik Obito yang sedang melawan para shinobi Konoha. "SEMUANYA HENTIKAN INI!" teriak Sakura.
"Sakura! Apa-apaan kau?! Kami berusaha melepaskanmu dari si bajingan itu!"
"Dia bukan bajingan! Dia adalah suamiku!" bentak Sakura lalu meninju shinobi itu.
Satu persatu Sakura menghajar para shinobi Konoha dengan pukulan mautnya. Kemudian ia melompat lalu membantu Obito untuk menghajar para shinobi Konoha itu. Obito menatap Sakura lalu berkata, "te…terima kasih."
"Ayo Anata kita harus pergi dari sini," ucap Sakura lalu ia melompati pepohonan dan atap bersama dengan Obito.
Tiba-tiba ada seseorang yang menusuk dada kiri Obito dengan menggunakan chidori. Sontak Sakura berhenti setelah pipinya terkena cipratan darahnya Obito. Ia menoleh ke arah suaminya yang tampak terkejut setelah dadanya ditusuk. Yang lebih terkejutnya lagi ternyata yang menusuk Obito adalah SASUKE! Sakura terpaku seketika dan hampir saja menjatuhkan Rin.
"Si..sialan! Ta..tambah ku..kuat sa..ja k-kau," ucap Obito terbata-bata karena menahan sakit.
Seketika ia mengingat kejadian di mana dirinya ditusuk oleh Kakashi dengan menggunakan chidori tiga tahun yang -lahan, pandangan Obito kabur lalu ia tak sadarkan diri. Sasuke segera melepaskan tangannya yang sedari tadi tertancap di dada Obito.
"OBITOOOO," Sakura menitikkan air matanya lalu menghampiri Obito yang tak sadarkan diri dengan berlumuran darah. Sontak Rin langsung menangis dengan kencang.
"Sakura," gumam Sasuke.
Sakura menangis tersedu-sedu dengan memeluk tubuh Obito yang berlumuran darah. Sasuke mencoba menyentuh pundak Sakura namun ia terhalang karena tak sengaja menatap bayi mungil yang sedang menangis. Sasuke langsung patah hati setelah melihat bayi yang diduga adalah anak dari Sakura danObito. Ia sangat menyesal sekali karena tak kunjung pulang ke Konoha dan melamar Sakura.
"Beraninya kau muncul di hadapanku," kata Sakura dengan memasangkan ekspresi marahnya. Sasuke hanya terdiam saja.
Sakura melepaskan tubuhnya Obito lalu berjalan menghampiri Sasuke dengan tatapan membunuh. Sakura langsung meninju muka Sasuke dan mencengkeram jubah pemuda tampan itu.
"Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau muncul disaat yang tidak tepat? Kenapa? Kenapa?" tanya Sakura menangis dengan menggoyangkan tubuh Sasuke.
"Maafkan aku." Ucap Sasuke dengan wajah datarnya.
"Hanya itu yang kau katakan? Ah kau ini menyebalkan!" kata Sakura masih menangis.
Tiba-tiba Sakura teringat dengan Rin. Ia segera menggendong Rin yang sedang menangis lalu menggoyangkan tubuhnya dengan kata-kata untuk mendiamkan anaknya. Kemudian, ia kembali menatap pemuda yang sempat ia cintai.
"Anakmu…sangat cantik sekali. Seperti dirimu," puji Sasuke.
"Terima kasih," ucap Sakura.
"Tapi sayang…dia memiliki keturunan dengan si bajingan itu. Mengapa kau mau melahirkan anaknya?"
"Karena aku mencintainya," jawab Sakura lantang.
"Sekarang kau merusak kebahagiaanku. Kau telah membunuh pria yang dengan tulus mencintaiku. Kau benar-benar brengsek! Bajingan!" lanjut Sakura penuh amarah.
Pasukan shinobi Konoha berhamburan menuju ke tubuh Obito yang berlumuran darah.
"Apakah dia mati?"
"Entahlah. Dia memiliki sel hashirama."
"Tapi, sel hashirama-nya ditanam di tubuh bagian kanannya. Sementara tubuhnya yang tidak tertanam sel hashirama ditusuk oleh Sasuke dengan menggunakan chidori."
"Sebaiknya kita bawa dia."
Pasukan shinobi Konoha itu segera membawa tubuh Obito. Sementara Sasuke dan Sakura masih saling adu pandang.
"Aku membencimu," ucap Sakura lalu berlari meninggalkan Sasuke yang masih terpaku.
To Be Continue
Bagi yang penasaran mengapa aku kasih nama Rin untuk anaknya Obito dan Sakura nunggu chapter selanjutnya ya hehehe. Pasti akan dijelaskan kok secara lebih detail. Oh ya jangan lupa direview :)