Chapter 1

Disclaimer © Masashi Kishimoto

My Love In Dorm © RiuDarkBlue

Warning : AU,OOC, Typo,dan hal buruk lain-nya

Pairing : SasuHina

'Bicara dalam hati'

"Sebaliknya"

.

.

Di sebuah bangku taman, dekat dengan asrama Konoha Gakuen High School, terlihat seorang pemuda berambut raven dan bermata onyx. Sedang duduk termenung, memikirkan kejadian beberapa jam lalu.

Flashback

Di ruang tamu mewah bergaya Eropa tersebut, terlihat 3 orang sedang duduk, suasana diantara mereka sangatlah hening sampai, sang kepala keluarga Uchiha Fugaku membuka suara.

"Sasuke, Tou-san akan memindahkan mu sekolah." perintahnya kepada sang anak yang diketahui bernama Uchiha Sasuke.

"Kenapa Tou-san?."

"Kenapa kata mu?"

"..."

"Sasuke kau sudah keterlauan. Sudah Tou-san bilangkan, kita ini Uchiha, dan kita harus meneruskan bisnis keluarga."

"Kenapa aku juga harus bertanggung jawab? Bukankah sudah ada Itachi." ucap sang anak dengan nada datar.

"Kau, seharusnya contoh Itachi. Dia lebih baik dari mu."

"Jika, Tou-san tahu Itachi lebih baik dari ku, kenapa masih menyuruh ku?" kata-nya tidak mau kalah.

"Ohh... Jadi, kau sudah berani melawan!" Kata Fugaku dengan seringai meremehkan.

"..."

"Jadi, ini alasan kau ingin tinggal bersama paman mu, dan masuk sekolah musik?" ucapnya tanpa menghilangkan seringai meremehkannya.

"..."

Sasuke sekarang sudah kelas XI di sekolah seni Seirin High School, Sasuke memang mempunyai bakat memusik yang sangat mengagumkan. Untuk itulah ia masuk sekolah seni, tetapi dengan syarat ia tidak dibiayai oleh sang ayah, ia pun menyanggupinya. Beruntungnya, karena ia jenius, biaya di tanggung pihak sekolah. Sedangkan uang jajan di tanggung pamannya Uchiha Obito, yang bekerja sebagai kepala kepolisian saat ini. Tetapi hubungan ayahnya dan sang paman tidak baik karena sesuatu hal. Sehingga, ia hanya bertahan 1 tahun di Seirin High School, karena tadi pagi tiba-tiba ayahnya datang, dan menyuruhnya pulang bertujuan untuk memindahkannya sekolah. Parahnya, ia akan dipindahkan ke sekolah asrama sebagai hukuman, dan itu pasti akan sangat membosankan, bagi Sasuke yang menyukai kebebasan. Sedangkan sang kakak Uchiha Itachi, setuju saja jika sang adik masuk sekolah seni.

"Sudah kuduga, ia sengaja mempengaruhi mu."

"..."

"Ajarannya pun tidak benar, hn pengkhian_"

"Cukup Tou-san, jangan menjelek-jelekan Obito ji-san."

"Kau, sudah berani melawan Tou-san!" bentaknya

"Hn, aku akan pindah sekolah. Apa Tou-san puas?" ucap-nya sambil menatap datar.

"Apa katamu!" ucap Fugaku sambil melayangkan tangan kanan-nya untuk menampar Sasuke.

"Sudahlah, Anata." Kata Mikoto sang istri lembut. Akhirnya Fugaku pun luluh, dan menurunkan tangannya. Mikoto pun, mengalihkan pandangannya kepada si bungsu didepannya.

"Sasuke, lebih baik kau bersiap-siap."

"Baiklah Kaa-san." cap Sasuke sambil beranjak menuju kamarnya.

Fashback end

"Hahh..." helaan nafas terdengar dari pemuda berambut raven tersebut, memikirkan kejadian tadi membuat kepalanya berdenyut, setelah pembicaraan itu selesai ia langsung dipindahkan ke sini, Konoha High School. Sekolah elit, yang mengharuskan setiap siswa menginap di asrama dengan alasan agar mandiri. Sampai perhatiannya teralihkan pada seorang gadis bersurai indigo, yang duduk disebelah kanannya, namun sepertinya sang gadis tidak sadar, jika ada seseorang disampingnya, karena terlihat dari posisinya yang agak menyamping dan terus-terusan menggerutu.

"I-ino-chan dan Sakura-chan berisik sekali di kamar. Padahalkan mereka tahu k-kalau aku tidak suka sesuatu hal yang berisik. M-mereka terus saja membicarakan tentang m-murid baru yang baru datang itu, kalau tidak salah namanya mmm... " ucapnya dengan menaruh telunjuk di dagu memasang pose berpikir.

"k-kalau tidak salah Uchiwa Sasa_"

"Uchiha Sasuke."

"N-nah, itu dia Uchiha Sasuke." ucapnya riang karena berhasil mengingat nama murid baru tersebut, dan belum sadar jika ada orang.

'Sepertinya akan ada yang membicarakan ku.' batin Sasuke.

'Baiklah, aku akan memanfaatkannya.' lanjutnya, lalu mengambil ponsel dari saku celana jeansnya dan menaruhnya dibangku taman.

"K-kata mereka Uchiha itu paling tampan, padahal mereka baru melihatnya di foto itu pun lewat akun sosial media, bagaimana jika itu foto editan? Kan, sekarang b-banyak aplikasi edit foto. K-katanya juga jenius. K-kata mereka juga dia kaya, bahkan kata mereka d-dia adalah orang yang memegang saham sekolah i-ini sebanyak 40 % , itu kan Cuma gosip dan apa untung-nya coba?"

CTAK perempatan pun muncul di kening Sasuke. Gadis macam apa dia sebenarnya, yang berani menjelek-jelekan Uchiha Sasuke, dan yang paling parah tidak menyadari keberadaannya.

'Awas kau ya." Geram Sasuke dalam hati.

Rupanya gerutuan sang gadis belum selesai, karena ia melanjutkannya kembali.

"Dan y-yang paling parah m-mereka mengataiku tidak normal. Karena menyuruh mereka berhenti untuk membicarakannya. Ughh menyebalkan seka_"

"Berisik." perkataan berintonasi datar dari Sasuke yang mengambil ponsel dari bangku dan memasukannya ke saku celananya. Dan ternyata perkataannya juga berhasil menghentikan perkataan sang gadis. Ia pun menoleh ke arah suara tersebut, dan memalingkan wajah yang memerah karena ketahuan menggerutu.

'M-menyeramkan.' ucap-nya setelah melihat onyx yang menatap datar.

"G-gomen, aku kira tidak ada orang."

"..."

"Gomen." ucap-nya kembali karena merasa perkataannya tidak di dengar.

"Hn." kata Sasuke.

"Hn, apa?"

"Ya, ku maafkan." ucapnya malas

"A-arigatou." Setelah sang gadis berkata, tiba-tiba suasana pun menjadi hening. Sampai sang gadis yang merasa tidak nyaman memecah keheningan tersebut.

"B-bagaimana jika k-kita berkenalan? N-nama ku Hinata H-Hyuuga, kau?."

"..."

"K-kau siapa?." Kata gadis bernama Hinata tersebut.

"Hn,U_"

DRTTT DRTTT kata-kata Sasuke terpotong oleh bunyi ponsel Hinata.

"G-gomen, Nii-san ku menelpon. A-aku harus pergi." ucapnya sambil berlalu.

"Gadis aneh tapi menarik. Dan namanya Hyuuga Hinata." Kata Sasuke sambil menyeringai.

.

.

.

.

.

.

"Moshi-moshi Nii-san."

"Hn, bagaimana kabar mu?" kata seseorang di sebrang sana yang di panggil Nii-san.

"B-baik, Neji-nii bagaimana?"

"Nii-san juga baik-baik saja, bagaimana apa di sana ada yang mengganggu mu?"

"Tidak, malah aku senang pindah ke sini, kan banyak teman masa kecil ku di sini." Jawab Hinata dengan senyum manis seakan-akan, yang di seberang sana bisa melihatnya.

"Yokatta, jika kau tidak betah, kau bisa pindah."

"K-kenapa pindah? Lagi pula di sini aku baru 3 hari. Aku kan sudah b-berjanji akan sekolah disini, selama Tou-san tinggal di London."

"Baiklah jika itu kemauan mu. Tapi, jika ada apa-apa bilang padaku." Ucap Neji tersenyum tipis mendengar jawaban yakin sang adik.

"Baik Nii-san." Jawab Hinata semangat.

"Ya sudah, Nii-san tutup dulu, jaa Hime."

"J-jaa.." balas Hinata tergagap disertai wajah merona karena di panggil 'Hime'.

TUTT bunyi telepon di tutup, setelah itu Hinata pun pergi ke kamarnya.

.

.

.

.

.

.

CKLEK

Suara pintu kamar no 207 itu terbuka menampilkan sosok pemuda berambut raven. Ia pun mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dimana tersedia 1 tempat tidur bertingkat, 2 meja belajar, 2 lemari pakaian, karpet, dan beberapa poster, ruangan yang cukup luas untuk kamar asrama. Sampai pandangannya teralihkan pada dua orang pemuda yang satu berambut kuning, bermata biru sapphire, dan berkulit tan, sedang tiduran di kasur sambil membaca komik. Yang ke dua pemuda berambut merah, dan berkulit putih sedang duduk membelakanginya sepertinya sedang berkutat dengan notebooknya.

"Eh, Teme." kata si pirang menoleh sepertinya baru menyadari ada seseorang.

"Hn." ucap seseorang yang di panggil 'Teme' tersebut, alias Sasuke. Si rambut merah pun menoleh karena mendengar suara yang di anggap mengganggu kegiatannya.

"Dari mana saja kau Teme?" tanya si pirang alias Namikaze Naruto, teman masa kecil Sasuke sampai sekarang, kecuali saat mereka terpisah waktu sekolah Senior High dimana Naruto melanjutkan di Konoha Gakuen, sedangkan Sasuke di Seirin High.

"Bukan urusan mu." jawabnya ketus sambil menutup pintu dan melangkah masuk.

"Hahh, tidak berubah." Kata Naruto sambil menghela nafas.

"Dimana tempat tidur ku?" katanya tidak menanggapi perkataan Naruto.

"Oh ya, kata Tsunade-baachan tempat tidur mu belum ada. Mungkin besok akan datang, jadi kau tidur dengan... Gaara." ucapnya tersebut langsung mendapat deathglare dari Sasuke dan Gaara.

"Oh ayolah... Kalian berdua ini sungguh childish, itukan masa lalu. Aku tahu, kalian itu rival. Tapi untuk kali ini salah satu dari kalian mengalahlah." ya, Gaara dan Sasuke memang rival dari Junior High, entah itu dalam bidang akademik maupun non akademik. Kecuali tentang wanita, karena mereka memiliki para fansgirlnya masing-masing.

"Atau diantara kalian ada yang mau tidur dengan ku? Dengan resiko wajah tampan kalian akan hancur, atau terjatuh dari atas, karena aku tidur di tempat tidur bagian atas? Kan kalian tahu kalau aku sudah tidur, aku akan jadi ganas." Kata Naruto jujur dan yang dia katakan semua itu memang fakta, jika ia tidur gayanya sangat bar-baran.

"..."

"..."

"Ada pun pilihan berikutnya salah satu berdua tidur di lantai. Ada yang lebih parah lagi aku akan menelpon Izumo-jisan dan bilang di sini ada perkelahian dan kalian akan di hukum menjadi penjaga sekolah semalaman. Bagaimana?."

'Dobe sialan.'

'Awas kau Naruto.'

"Bagaimana? Atau aku telpon Baa-chan saja ya? dan kalian akan dihajarnya, kalian kan tahu betapa mengerikannya dia." Naruto pun semakin mengancam.

'Kena kalian hahaha, sesekali aku yang menang.' Ucap Naruto dalam hati sambil merogoh ponsel dalam saku celananya.

Sasuke dan Gaara pun bingung bila mereka jadi satpam dadakan itu memalukan, jika di datangi Tsunade bonyok, dan yang lebih parah lagi tidur berdua. No, no, no itu sangat mengerikan. Sampai akhir-nya...

"Kenapa tidak kau saja yang tidur di lantai?" Pertanyaan sarkatis itu terlontar dari bibir sang Uchiha bungsu, di ikuti seringai mengerikan Gaara Sabaku.

"I-itu..."

'Sial bagaimana ini? Skenario yang sudah ku susun berantakan. Begini saja...' Ucap Naruto dalam hati.

"Hey aku kan pemilik tempat tidur. Mana mungkin aku menyerahkannya pada mu Teme."

"..."

"Atau begini, aku punya ide."

"Hn." ucap Sasuke

"Hn." Begitu pun dengan Gaara.

"Bagaimana jika batu gunting kertas. Jika kalian tidak setuju, aku akan menuduh kalian berkelahi, dan aku akan menelpon Izumo-jisan dan juga Baa-chan." ucap Naruto panjang lebar.

'Merepotkan.' kata Sasuke meniru Shikamaru.

'Ck.' sedangkan Gaara hanya berdecak dalam hati.

"Aku pilih yang pertama." Kata mereka kompak dengan deathglear Sasuke-Gaara, Gaara-Sasuke.

"Nah, yang kalah harus menuruti yang menang." Kata Naruto memberitahu aturan mainnya. Dan di jawab anggukkan dari Sasuke dan Gaara.

"Ayo kita mulai." kata Naruto dengan semangat ala Guy, guru olahraga di Konoha Gakuen.

"Batu, gunting, kertas."

Batu Naruto, gunting Sasuke, dan gunting Gaara.

"Yeyy aku menang." Kata Naruto dengan semangat.

"Kalian harus tidur berdua, itulah syaratnya." lanjutnya dengan cengiran lebarnya.

"Jika tidak siap-siaplah berhadapan dengan Baa-chan."

"Ck, baiklah." Kata mereka kompak. Dengan deathglare, plus malas.

.

.

.

.

.

.

"Geser!" ucapan tersebut keluar dari sang bungsu Uchiha.

"Kau di sini hanya numpang."

"Ck, ku bilang geser."

"Tidak."

"Geser!"

"Tidak!"

"Hey! Kalian ini berisik sekali. Ini sudah malam tahu? Atau, ku panggilkan Baa-chan?" kata Naruto merasa terganggu dengan perdebatan tersebut. Sedangkan Sasuke dan Gaara, langsung bungkam karena tidak punya pilihan, jika berurusan dengan Tsunade masalah sangat ringan pun bisa jadi sangat berat. Dan akhirnya mereka pun tidur, dengan posisi saling memunggungi dan tentunya tidak akan tidur nyenyak.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini adalah pagi yang menghebohkan di Konoha Gakuen. Terutama di kelas XI-1.

"Ohayou Pig, Hinata-chan." Ucap seorang gadis berambut pink yaitu Sakura.

"Ohayou mo Forhead." Balas seorang gadis yaitu Ino.

"O-ohayou mo Sakura-chan." Hinata yang duduk di belakang pun menjawab salam.

"Hey pig, hari ini murid baru itu datang, kyyaaa aku benar-benar tidak sabar." kata Sakura dengan berteriak histeris, seperti seorang fans yang tidak bertemu dengan idolanya bertahun-tahun. Sampai orang-orang di sekitarnya pun menoleh karena suaranya.

"Kau benar Forhead. Dia akan datang, aku harus jadi orang pertama yang kenal dengannya." Ino pun tak kalah histerisnya dengan Sakura.

"Tidak! Tentu saja aku duluan, secara aku kan paling cantik."

"Mana ada Forhead begitu cantik. Yang ada aku duluan."

"Tidak!" kata Sakura.

"Ya!"

"Tidak!"

"Ya!"

'Mereka berisik sekali memang apa bagusnya dia coba.' Kata batin Hinata.

"Sakura-chan, Ino-chan s-sudahlah." Kata Hinata berusaha melerai keduanya.

"Tapi Hinata_" perkataan yang kompak mereka ucapkan pun terpotong, karena pintu kelas yang terbuka.

CKLEK

Pintu kelas pun terbuka, menampakan seorang guru muda berambut perak.

"Ohayou minna." kata sang guru tersebut.

"Ohayou mo Sensei." Jawab sang murid serempak.

"Gomen, Sensei terlam_"

"Tidak apa-apa Sensei. Kami tahu, Sensei terlambat karena mengurus kepindahan siswa baru itu kan?" celetuk siswi bernama Karin tersebut. Kakashi yang tadinya selalu terlambat, dan otomatis hal tersebut menjadi pedebatan ringan, karena berbagai alasan yang masuk akal maupun tidak selalu dilontarkan. Sekarang hal tersebut menjadi hal yang mengagumkan, karena adanya siswa baru. Rupanya, kabar akan adanya siswa baru berwajah tampan tersebut sudah menyebar.

"Sensei, mana siswa barunya?" kata Shion yang duduk di sebelah Karin.

"Iya~ Sensei, kami ingin melihatnya." Ino pun ikut-ikutan.

"Iya Sensei cepatlah~" Sakura yang tidak mau kalah dengan Ino pun ikut bertanya. Ketika murid perempuan sedang heboh, murid laki-laki hanya berdecak sebal. Pasalnya, hanya ada Gaara saja mereka pamornya sudah turun, dan sekarang di tambah dengan satu siswa baru, yang katanya tampan. Semakin tidak lakulah mereka.

"Hai hai. Sensei panggil dia. Uchiha Sasuke, silahkan masuk."

CKLEK

Setelah pintu di buka, munculah seorang pemuda beriris onyx, berambut raven, berkulit putih. Suasana kelas pun menjadi hening, murid perempuan menatap kagum, sedangkan murid laki-laki menatap kecewa.

"Perkenalkan diri mu." Kakashi buka suara dan menyadarkan para murid.

"Uchiha Sasuke, dari Seirin High School." singkat, padat, dan jelas. Itulah perkenalan Sasuke. Tapi hal tersebut malah menambah nilai plus di mata siswi, dan nilai kekecewaan di mata siswa.

"Sudah?" tanya Kakashi.

"Hn." Jawab Sasuke tanpa hormat sedikit pun.

"Oh, baiklah. Kurasa murid baru kita ini tidak mau berbasa-basi. Jadi kau duduk dengan..." Kakashi menggantungkan kalimatnya karena sedang menelusuri kelas mencari tempat duduk kosong.

"Nah, kau duduk di sana. Dengan Hyuuga Hinata." kata Kakashi. Sasuke pun menyeringai karena menemukan sang target.

"Hyuuga Hinata, angkat tangan mu."

"..."

"Hyuuga-san." ucapan formal Kakashi pun menyadarkan Hinata, dari acara menulisnya.

"E-eh, Hai Sensei." Jawab Hinata tergagap karena kaget.

"Hahh sudahlah. Uchiha-san, kau duduk di sana. Dia juga sama dengan mu, siswi baru."

"Hn." kata Sasuke sambil melenggang pergi menuju bangku Hinata. Sedangkan Hinata hanya menatap heran plus takut, melihat tatapan Sasuke seperti akan menelannya.

KRIET

Suara kursi di geser di sampingnya menyadarkan lamunan Hinata.

'M-menyeramkan sekali.' katanya saat matanya tidak sengaja bertemu pandang dengan onyx. Segera Hinata mengalihkan pandangannya ke depan.

"Pulang sekolah, ke atap, jika kau masih ingin sekolah di sini." bisikan bernada rendah di telinga kanannya tersebut membuat bulu romanya merinding, di sertai mata membulat, dan tak lupa rona merah di pipinya, karena sensasi geli dan rasa seram akibat suara tersebut.

"K-kenapa?" tanya Hinata takut-takut.

"..." tak ada jawaban kata-kata, yang ada hanya seringai mengerikan di wajah tampan Uchiha tersebut.

GLEK

Susah payah Hinata menelan ludahnya.

'Menyeramkan. A-aku harus menjauhinya, a-aku harap di atap tak terjadi apa-apa.' ucap Hinata dalam hati.

.

.

.

.

.

.

TETT TETT

Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Bagaikan bel surgawi bagi para siswa, mereka pun langsung keluar dari kelas yang menurut mereka menyesakan tersebut. Begitu pun dengan Hinata, ketika dia menengok ke sebelah kirinya, ternyata sudah tidak ada orang.

'Cepat s-sekali.' batinnya.

"Hinata-chan, ayo ke kamar." pertanyaan Sakura membuyarkan lamunan Hinata.

"E-eh, kalian d-duluan saja." kata Hinata.

"Hinata-chan kau kenapa?." Perkataan tersebut diucapkan oleh sahabat Hinata yang satunya lagi.

"A-aku tidak apa-apa."

"Benarkah?" perkataan Sakura malah semakin memojokannya, jika mereka tahu bahwa Hinata akan bertemu Sasuke, bisa repot urusannya. Untuk itulah ia harus merahasiakannya.

"Tentu s-saja. Memang aku kenapa?" kata Hinata.

"Kau aneh." kata Ino dengan memicingkan matanya.

"Tidak. Aku t-tidak apa-apa, go-gomen aku harus membereskan buku di perpustakaan, d-disuruh Kurenai-sensei."

"Ya sudahlah. Hati-hati ya jika sudah sore sekolah ini sangat menyeramkan" Sakura pun menakuti Hinata dengan wajah di buat takut.

"Sakura-chan!" pekik Hinata. Sedangkan orang yang menakut-nakuti, malah lari sambil menjulurkan lidah, tidak lupa dengan menggandeng tangan Ino.

.

.

.

.

.

.

CKLEK

Pintu atap sekolah pun di buka oleh Hinata, diedarkanlah pandangannya ke penjuru atap, sampai terpaku pada seorang pemuda yang sedang berdiri membalakanginya. Hinata lalu melangkahkan kakinya menuju pemuda tersebut.

"Kau terlambat, 15 menit." Perkataan berintonasi datar tersebut membuat Hinata berjengit kaget bercampur takut.

"G-gomen tadi_"

"Ck, sudahlah. Aku kesini untuk memberikan hukuman."

"H-hukuman?" tanya Hinata bingung.

"Hn."

"M-maksud Uchiha-san?"

"…" tak ada jawaban kata-kata malahan yang ada adalah lemparan sebuah ponsel mahal, untung Hinata yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan sigap menangkapnya. Di ponsel tersebut ada aplikasi pemutar video, yang sepertinya bekas di putar, karena penasaran Hinata pun menekan tombol play, dan terdengarlah suara…

"K-kata mereka Uchiha itu paling tampan, padahal mereka baru melihatnya di foto itu pun lewat akun sosial media, bagaimana jika itu foto editan, kan sekarang b-banyak aplikasi edit foto. K-katanya juga jenius. K-kata mereka juga dia kaya bahkan kata mereka dia adalah orang yang memegang saham sekolah i-ini sebanyak 40 % , itu kan Cuma gosip dan apa untungnya coba."

"Dan y-yang paling parah m-mereka mengataiku tidak normal karena menyuruh mereka berhenti untuk membicarakannya. Ughh menyebalkan seka_"

'I-inikan yang a-aku bicarakan kemarin. T-tapi kenapa Uchiha-san tahu? Tunggu dulu, saat di taman pembicaraan ku terpotong d-dan ada seorang pemuda bermata onyx, dan berambut raven, yang duduk d-di sebelah ku_'

"J-jangan-jangan, y-yang kemarin itu Uchiha-san."

"Hn." Jawab Sasuke dengan seringainya.

"A-ano, gomen. A-aku tidak tahu jika, i-itu Uchiha-san." ucap Hinata sambil membungkukan badan.

"Maaf saja tidak cukup."

"L-lalu, aku harus apa?"

"Kau harus tahu bahwa Tou-san ku adalah pemegang saham terbesar disini. Jadi, kau tahu kau akan apa?"

"D-dikeluarkan." Jawab Hinata dengan takut-takut.

"Dan Ji-san ku adalah seorang kepala kepolisian, jadi aku bisa melaporkan kasus ini dengan pencemaran nama baik."

"Go-gomennas_"

"Enaknya kau ku apakan ya? Keluarkan, atau ke penjara?" kata Sasuke dengan suara datar dan dingin. Di sertai, kaki yang melangkah mendekat ke arah Hinata. Hinata yang melihat hal itu pun melangkah mundur, namun punggungnya menamberak dinding belakang.

"Kau pilih yang mana?" kata Sasuke dengan posisi memenjarakan Hinata, tangannya di taruh di kanan dan kiri kepala Hinata.

"Go-gomennasai."

"Atau aku peja_"

"Aku akan melakukan apapun yang Uchiha-san mau." Kata Hinata tanpa gagap, entah kekuatan dari mana Hinata dapat berkata begitu. Mungkin karena ia tidak ingin mengecewakan Hiashi.

"Benarkah?" tanya Sasuke memastikan.

"B-benar."

"Hn, baiklah. Kalau begitu kau belum ku maafkan."

"A-apa?"

"Hn, sebelum kau melaksanakan apa yang ku perintahkan." kata Sasuke sambil melepaskan tangannya.

"O-oh." Sedangkan Hinata hanya ber-oh-ria.

"Tugas pertama mu. Bawakan gitar ku." Ya sebelum berangkat ke sekolah Sasuke membawa gitarnya dan di simpan di ruang musik, dan setelah bel berbunyi Sasuke membawanya ke atap.

"Ba-baiklah." Kata Hinata sambil melenggang pergi mengambil gitar dipojokan. Dan Sasuke melangkah keluar. Setelah mengambil gitar terngianglah perkataan Sakura.

'_Hati-hati ya jika sudah sore sekolah ini sangat menyeramkan.'

DEG

Refleks Hinata pun berlari ke arah pintu dan berkata.

"Uchiha-san tunggu."

"…" Sasuke malah mengangkat sebelah alisnya sebagai pertanyaan.

"E-em, maksud ku U-Uchiha-san i-it_"

"Hn." kata Sasuke.

"T-tidak." setelah berkata seperti itu Sasuke yang mendengarnya langsung pergi di ikuti Hinata.

.

.

.

.

.

.

.

Hari semakin gelap, jam menunjukan pukul 17:30. Matahari yang mulai menyingsing ke ufuk barat, memberikan kesan gelap pada Konoha Gakuen, lampu pun belum dinyalakan karena penjaga sekolah, biasanya menyalakan lampu sekitar pukul 18:00.

Terlihat dua orang remaja berjalan di koridor, sang pemuda berjalan dengan langkah lebar seperti biasa, sedangkan sang gadis, berusaha mengejar langkah pemuda didepannya. Hinata, gadis tersebut, dengan memeluk tas gitar yang tidak bisa di bilang kecil, dan ringan tersebut, hanya mengikuti langkah pemuda berambut raven didepannya. Karena pada dasarnya, Hinata itu takut gelap. Jadilah... Dia hanya mengikuti langkah Sasuke sampai...

BRUK

Akhirnya Hinata menaberak punggung Sasuke, karena Sasuke berhenti mendadak.

"Kau mau ikut ke kamar mandi?" tanya Sasuke dengan nada datar. Tapi jika kita teliti... Maka akan tedengar nada jahil di dalam perkataannya.

"A-apa?" kata Hinata dengan terbata. Setelah berkata seperti itu Hinata pun melirik ke atas, tepatnya ke palang pintu bagian atas, dan terpangpanglah tulisan 'Toilet Pria'

"Hn." Jawab Sasuke dengan mengangkat sebelah alisnya.

"T-tentu saja tidak." Jawab Hinata dengan wajah merona.

"..." tanpa menjawab Sasuke pergi ke toilet.

"M-memalukan s-sekali." Kata Hinata masih dengan wajah merona, dan wajahnya ditutupi oleh tas gitar Sasuke.

TBC

Salam kenal minna-san. Saya author baru, dan sudah membuat fanfic multichapter tapi hanya ide ini saja :'( yang saya punya . Jadi mohon di maklum apabila ada banyak typo. Dan kurang menarik. Jadi saya akan sangat berterimakasih jika ada yang membaca bahkan sampai review.

PLEASE REVIEW