Chapter 8
Disclaimer © Masashi Kishimoto
My Love In Dorm © RiuDarkBlue
Warning : AU, OOC, Typo, dan hal buruk lainnya
'Bicara dalam hati.'
"Sebaliknya."
.
.
Selamat membaca minna-san XD
.
.
"Kau... Belum mandi?"
Manik lavendernya mengerjap. 'Mandi?'
"Ma-mandi?"
"Hn."
Hinata merona. "Ga-Gaara-san mesum!"
"Bukannya mesum." Gaara menoleh ke arah Hinata. Lalu tersenyum tipis.
"La-lalu?"
"Kau masih pakai piyama. Berarti belum mandi."
"A-aku kira aku bau." Hinata mengangkat lengannya lalu diciumlah baunya. Tak lama kemudian alis rapinya mengernyit. 'Nggak bau kok.'
Melihat itu Gaara menyeringai. "Kau memang bau." Gaara mendekat ke arah Hinata.
"Ga-Gaara-san." Cicitnya. Gaara sendiri malah memajukan tubuhnya ke arah Hinata, lalu mengendus baunya lewat rambut indigo Hinata yang tergerai.
"Sudah ku duga, kau bau."
Manik lavendernya menyipit, lalu melakukan hal yang serupa dengan yang Gaara lakukan. Diambilah sebagian rambut indigonya, lalu dicium baunya. "Rambut ku wa-wangi kok."
Gaara lagi-lagi tersenyum tipis. 'Menyenangkan sekali menggodanya. Pantas saja si Uchiha betah sekali bersamanya.'
"Mungkin hidung mu bermasalah." Gaara mencubit hidung Hinata.
"A-aku tidak flu." Hinata menggosok hidungnya yang telah dilepaskan Gaara dengan wajah yang dihinggapi rona merah.
"Hm. Kau memang wangi." Gaara mengacak rambut Hinata gemas.
"E-eh."
"Sedang apa di sini?"
"Melihat sun-sunrise. Gaara-san sendiri?"
"Sama. Kau suka sunrise?"
"Emm tentu."
"Kenapa?" Gaara menoleh ke arah Hinata.
"Me-menurutku sunrise itu indah."
"Aku juga suka."
"Kenapa?" Hinata menoleh ke arah Gaara. Sekarang, posisi mereka berhadapan.
"Sunrise melambangkan akan dimulainya hari ini. Memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki hari kemarin."
"Kesempatan?" Beo Hinata. Kalimat itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Hinata dengar dari Gaara.
"Hn. Meskipun bukan kesempatan emas, entah itu kesempatan perak, perunggu, ataupun tembaga. Tapi, kesempatan itu akan selalu ada bagi orang yang ingin mencoba."
"..." Hinata tertegun mendengar ucapan Gaara. Kemarin Sasuke sekarang Gaara, kenapa mereka memberikan kata-kata itu pada Hinata?
"..."
"..."
"Kau sering study tour?" Gaara mengalihkan pandanganya ke depan, tepat ke arah matahari yang beberapa saat lagi akan terbit.
"Emm.. Se-setiap ada study tour aku selalu ikut. Kata Neji-nii sih, hitung-hitung refreshing." Hinata tersenyum, kepalanya menoleh ke arah depan mengikuti pandangan Gaara.
"Kalau Gaara-san?"
"Ini study tour pertama ku, semenjak... Sepuluh tahun yang lalu." Manik lavender Hinata terbelalak.
Bersamaan dengan ucapan Gaara, matahari terbit menyinari mereka berdua.
.
.
.
.
.
.
'Sabaku-sama, kelas XI Konoha Gakuen sedang study tour.'
"Hn. Aku akan ke sana."
'Hai Sabaku-sama.'
"..."
Klik.
Pria paruh baya tersebut mengantongi ponselnya kembali. Setelah itu ia keluar dari ruangannya, dengan berjalan santai ke arah mobil di depan mashion, Rei Sabaku masuk ke dalam mobil yang tentunya dibukakan oleh supir pribadi.
"Ke Konoha Gakuen."
"Hai Sabaku-sama."
Rei Sabaku sekarang berniat menjenguk sang anak bungsu, ya, siapa lagi jika bukan Gaara Sabaku. Apakah bisa di sebut menjenguk, jika saat sampai Rei akan langsung menyuruh Gaara belajar dengan guru privat sewaannya? Saat study tour Rei sangat melarang Gaara ikut serta.
Kenapa? Karena Rei menginginkan Gaara belajar dengan baik. Menjadi pewaris Sabaku Corp, apa lagi Rei mendengar bahwa Sasuke Uchiha, anak rival bisnisnya sekolah di sana membuat ambisi Rei untuk membuat Gaara menjadi pewarisnya semakin kuat. Meskipun Gaara adalah penyebab utama kejadian 'itu', itu menurut Rei. Dan... Sebagai balas budi Gaara harus melakukan apapun yang Rei inginkan.
Fugaku. Rei pernah kalah saing dengan orang itu, dan Rei tidak akan membuat Gaara kalah dari Sasuke, anak dari Fugaku Uchiha.
"Sudah sampai Sabaku-sama." Suara supir pribadinya membuyarkan lamunan panjang Rei.
"Hn." Rei keluar dari mobil setelah dibukakan pintu mobil.
"Ohayou Sabaku-sama." Izumo, sebagai penjaga gerbang membungkuk sopan pada penyumbang dana Konoha Gakuen.
"Ohayou."
"Bertemu dengan Gaara-san?"
"Hn?"
"Ano, Gaara-san kan sedang study tour."
Rei terdiam. Sejak kapan Gaara berani membangkangnya? Setahu Rei sejak 10 tahun lalu, Gaara tidak pernah mengikuti program sekolah yang Rei anggap merepotkan. Terakhir kali Gaara mengikuti program itu kira-kira saat usianya 7 tahun, ya, kelas 1 sekolah dasar.
"Apakah Kakashi ada?"
"Kakashi-san ikut, karena dia wali kelas."
"Bagaimana dengan Hayate?" Tangan Rei terkepal erat.
"Hayete-san ada. Silahkan saja Sabaku-sama ke ruang guru. Atau, mau saya antar."
"Tidak." Setelah mengatakan hal itu Rei pun berlalu.
...
Brakk
Rekapan nilai hasil belajar Gaara dilempar asal oleh pria paruh baya tersebut di meja kantornya. Setelah bertemu dengan Hayate–orang kepercayaan Rei– yang merekap nilai Gaara selama di Konoha Gakuen. Pria dengan rambut merah tersebut langsung meminta nilai selama 1 bulan sang anak belajar, untuk apa? Tentu saja untuk melihat perkembangan belajar anak bungsunya.
Alangkah terkejutnya Rei melihat nilai Gaara. Gaara, anak bungsunya yang jenius itu mengalami kemerosotan nilai. Meskipun hanya 15%, tapi itu merupakan suatu bencana, padahal bulan kemarin nilai Gaara hanya turun 5%. Bagaimana Gaara ingin balas budi?! Jika menjadi bintang sekolah saja tidak becus?! Yang paling parah anaknya sudah berani membangkangnya, sekarang Gaara sudah mengingkari janjinya, bukannya belajar dia malah mengikuti study tour. Program sekolah yang sangat merepotkan.
Uchiha. Ya, gara-gara anak itu, Gaara menjadi kalah.
"Akan ku beri hadiah kau jika pulang nanti, Gaara Sabaku." Desisnya.
.
.
.
.
.
.
Pemuda berambut raven tersebut melangkah dengan santainya ke arah pantai. Sambil mendengarkan musik lewat headphonenya, Sasuke menghiraukan udara pantai yang bisa dikatakan cukup dingin itu. Sasuke memasukan tangannya kedalam saku celana, maklum, Sasuke hanya mengenakan baju lengan panjang warna biru tua dan celana jeans.
'Pukul 05:50, sebentar lagi sunrise.' Sama seperti Gaara dan Hinata, tujuan Sasuke juga ingin melihat sunrise. Mata onyxnya langsung memicing karena bukan hanya dirinya saja yang berniat melihat sunrise. Jarang ada orang yang melihat sunrise secara langsung, kebanyakan orang melihat sunrise hanya di balkon tempat mereka menginap. Jadi, akan sangat mencolok jika kita turun secara langsung ke pantai untuk melihatnya.
Sasuke melangkahkan kakinya kembali. Tapi sebelum hal itu terjadi mata onyxnya memicing. Melihat bukan hanya ia saja yang berniat melihat sunrise.
Dengan mata yang masih memicing, Sasuke memperjelas apa yang di lihat 15 meter didepannya. Hei! Penglihatan Sasuke itu tajam, dan Sasuke melihat seorang gadis dengan rambut gelap, dan juga pemuda berambut mera– Tunggu itu seperti_
"Sabaku." Sasuke melepaskan headphonenya menjadi melingkar dilehernya.
Sekarang giliran alisnya menukik tajam, melihat Gaara mendekat ke arah Hinata. Ya, Hinata, lalu siapa lagi gadis yang bisa dikatakan dekat dengan Gaara Sabaku selain dia.
Kemudian matanya kembali menyipit, ketika Gaara seperti mencium... Rambut indigo Hinata.
Mata menyipit, hati panas, kemudian alisnya menukik tajam, kala Sabaku menyebalkan menyentuh hidung Hinata.
"Apa-apaan dia itu?" Desisnya dengan gigi yang saling beradu.
Matanya seketika membulat. Gaara. Sabaku menyebalkan itu menggandeng lengan Hinata setelah mengacak rambut Hinata. Dengan hati panas Sasuke menyusul keduanya disertai langkah lebar.
.
.
.
"Kau suka kopi?"
Hinata menoleh ke arah Gaara. "Ti-tidak. Aku lebih suka susu."
Gaara tersenyum tipis. "Ikut aku." Kemudian pemuda berambut merah maroon itu menarik tangan gadis itu.
"Kita ma-mau kemana?"
"Cari susu." Mendengar itu Hinata terkikik geli.
Gaara menoleh ke arah Hinata dengan kening yang mengernyit. "Kenapa tertawa?" Tangan Gaara dan Hinata masih bergandengan, meski hanya Gaara saja yang menggandeng lengannya.
"Gaara-san pff lucu..."
"Lu-cu?" Baru pertama kali Gaara mendengar ada orang yang mengatakan bahwa ia lucu. Secara, dia itu bisa di bilang menyeramkan dan tampan. Gadis ini bilang dia lucu?
Hinata masih berusaha menahan tawanya. "Pff ra-rasanya aneh ketika Gaara-san bilang 'Cari susu'."
Gaara mengacak rambut Hinata. "Ada-ada saja." Tidak lupa senyum tipis hadir di wajah tampannya.
...
"Kenapa diam? Ayo masuk." Kening Gaara mengernyit, melihat gadis yang menemaninya melihat sunrise hanya diam di depan restoran.
"..."
"Katanya mau susu."
Hinata mendongkakan kepalanya, digigitlah bibir bawahnya. "A-aku malu." Tangan Hinata memilin-milin ujung jaketnya.
"Malu?"
Mata lavendernya melirik ke arah kanan dan kiri, padahal orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang minum kopi, minum susu, bahkan ada yang sedang sarapan.
Dialihkanlah pandangannya ke depan, melihat seorang pemuda tampan yang tadi bilang 'Cari susu' Nyalinya langsung menciut, melihat penampilan Gaara yang hanya mengenakan jaket dalamannya kaus dan celana jeans tapi nampak mempesona.
Mata Hinata mengamati penampilannya yang bisa dikatakan, entahlah... Sekarang ia mengenakan piyama warna biru muda dilapisi jaket, dan benar kata Gaara dia... Belum mandi. Mana restoran ini bisa dikatakan sedang ramai.
"A-aku pasti je-jelek memakai pakaian begini."
Gaara tersenyum tipis. Ternyata itu masalahnya. "Tidak, kau cantik." Digandenglah kembali lengan Hinata.
Hinata merona. "Aa..." Dan diapun kehabisan kata-kata.
Gaara memang tidak berbohong. Mengenakan pakaian apapun Hinata tetap cantik.
...
"Sini." Gaara menarik Hinata untuk duduk di kursi. Gaara memilih meja bundar disertai 3 kursi.
Pemuda itu lalu mengangkat tangannya. Ya, memanggil pelayan.
"Pesan apa?"
"Kopi expresso. Kau?"
"Susu coklat sa_"
"Dan cappucino." Hinata, Gaara, dan sang pelayan melihat ke arah belakang, dimana ada seorang pemuda berambut raven.
Sasuke lalu duduk di salah satu kursi. Sekarang, posisi Hinata berada ditengah-tengah pemuda tampan.
"Satu kopi expresso, susu coklat, dan satu gelas cappucino. Tunggu 10 menit lagi." Kata sang pelayan setelah mencatat pesanan ke tiga muda-mudi tersebut. Setelahnya ia melenggang pergi.
.
'Apa yang dilakukan Sasuke-san? Apa mungkin ingin sarapan?' Hinata menatap heran ke arah Sasuke.
'Kuso! Sedang apa Uchiha itu disini. Mengganggu saja!' Gaara melirik Sasuke dengan deathglare andalannya.
'Well, sepertinya tepat waktu.' Sasuke menyeringai ke arah Gaara.
Heran dan hening. Itulah yang terjadi. Hinata masih menatap Sasuke dengan pipi yang merona mengingat kemarin Sasuke memeluknya, Sasuke sendiri sedang menyeringai ke arah Gaara, di balas oleh deathglare sang bungsu Sabaku.
"S-Sasuke-san, sedang apa?"
Sasuke menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya. "Duduk."
"Bu-bukan itu mak_"
"Memangnya tidak boleh? Aku yakin restoran ini bukan milik mu."
"..."
Hinata menggembungkan pipinya sebal. Selalu saja kalah jika berdebat dengan Sasuke.
"Kau_"
"Hn."
"Apa tidak ada tempat lain selain di sini?" Desis Gaara.
"Tidak. Tempat ini bagus, apa lagi jika tidak ada_" Sasuke menoleh ke arah Gaara dengan senyum miring. "Pengganggu."
"Pengganggu, kata mu?" Gaara semakin mempertajam tatapannya.
"Hn."
"Ku kira pengganggu itu selalu datang belakangan."
"Bukan kah yang datang belakangan itu pahlawan?" Sasuke menyeringai.
Gaara mendengus. "Pah_"
"Ka-kalian akrab sekali." Kedua pemuda tampan tersebut menoleh ke arah gadis berambut indigo. Sontak mata onyx dan jade membulat.
"..."
"..."
"Pasti kalian be-berdua teman baik." Hinata tersenyum tipis.
"Bukan!"
"Eh. Ta-tapi kalian kompak."
"Jangan harap!"
'Katanya tidak akrab, tapi kompak dasar!'
"Silahkan dinikmati." Sang pelayan menaruh pesanan dan juga menghentikan perdebatan ringan yang terjadi.
"Arigatou."
"..."
"..."
Hinata meminum susu coklatnya dalam diam. Tentunya ditemani oleh deathglare kedua pemuda tampan tersebut.
.
Gadis bermata lavender itu meninum tetesan susu coklatnya yang terakhir. Manik lavendernya menatap ke arah Sasuke, entah kenapa melihat Sasuke akhir-akhir ini selalu membuat pipinya memanas dan jantungnya bekerja dua kali lipat, sepertinya Hinata harus menjauh dari Sasuke agar jantungnya sehat. Tapi... Memikirkan kata menjauh perasaan Hinata jadi tidak rela, secara berada di dekat Sasuke selalu membuat Hinata nyaman.
"Apa?" Sasuke yang merasa diperhatikan mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Hinata merona. "Ti-tidak a-ada apa-apa." Untuk menghilangkan rasa gugupnya Hinata meraih mug didepannya, berniat meminum susu kembali tapi, alis rapi gadis bermata lavender itu menukik. Lalu diturunkanlah mug lucu bergambar kepala kucing itu.
PUK ditepuklah kening yang tertutupi poni itu. ' Aku lupa jika_'
"Sepertinya susu mu sudah habis." Sasuke melihat ke arah mug yang ditaruh Hinata ke atas meja.
"Bu_"
"Saking terpesonanya dengan ku, kau bahkan tidak sadar bahwa susu mu habis."
"S-Siapa bilang?"
"A_"
"Diamlah Uchiha, kau mengganggu ku." Desis Gaara.
Sasuke menoleh. "Yang mengganggu itu kau."
"Sebelum kedatangan mu, tempat ini sangat damai."
"Dam_"
"Aku pu-pulang saja." Hinata beranjak dari duduknya, dengan kepala yang menunduk. Wajahnya sedikit merona menahan malu. Bagaimana tidak malu, jika hampir semua orang memandang ke arah mu? Mungkin karena Hinata yang masih memakai piyama, juga karena dua pemuda tampan yang duduk bersamanya jangan lupa kan mereka yang terus adu mulut.
"Biar aku yang antar." Perkataan tersebut diucapkan oleh ke dua pemuda tampan tersebut. Juga tubuh yang beranjak dari kursinya.
Hinata berkedip. "Ti-tidak usah, a-aku pulang sendiri saja."
"Jangan!" Sasuke menoleh ke arah Gaara, begitupun sebaliknya dan terjadilah perang deathglare.
'Hahhh...' Hinata menghela nafas dalam hati.
"Ya su-sudah. Cepat kita pu-pulang."
...
Risih. Itulah yang dirasakan Hinata, manik lavendernya melirik melalui ekor matanya ke arah kiri dimana terdapat seorang pemuda berambut merah maroon–Gaara Sabaku–, kemudian ekor matanya melirik ke arah kanan, ada pemuda berambut raven–Sasuke Uchiha–. Belum lagi pandangan beberapa orang kearahnya. Mungkin, mereka berpikir bisa-bisanya kedua pemuda tampan itu mau jalan bersama gadis udik sepertinya.
Pantai saat ini memang sudah agak ramai, meski jam baru menunjukan pukul 06:50. Wajah Hinata memerah, matanya hampir saja meneteskan air mata. Harusnya mereka tahu bahwa Hinata tidak suka jadi pusat perhatian!
Hinata memilin ujung jaketnya. "A-aku pulang sendiri saja." Sesudah mengatakan itu, Hinata berlari menjauhi kedua pemuda tersebut.
"Hey!"
"..."
Sasuke menoleh ke arah Gaara. "Pasti ini gara-gara aura panda mu, jadi dia tidak nyaman."
"Aura ayam mu lah yang membuat dia begitu."
.
.
"Hinata-chan dari mana saja?" Hinata menoleh ke arah Ino yang sedang menyisir rambut pirangnya.
"A-ano aku tadi habis melihat sunrise, la-lalu aku minum kopi dulu."
"Wahhh sejak kapan Hinata-chan suka kopi?" Sakura keluar dari kamar mandi dengan tangan yang sibuk mengeringkan helaian merah mudanya.
"Se-sebenarnya aku minum susu."
Ino tertawa. "Ternyata Hinata-chan tetap Hinata-chan, sudah besar masih saja suka susu."
"Ino-chan susu itu sehat."
"Sudah-sudah..." Lerai Sakura. "Lebih baik Hinata-chan mandi. Kau bau Hinata-chan." Sakura menutup hidung bangirnya.
"Iya Hinata-chan." Timpal Ino.
"Mentang-mentang sudah mandi." Hinata melengos ke kamar mandi.
"Cepat Hinata-chan! Nanti kita main bersama." Sakura agak berteriak karena Hinata sudah masuk ke kamar mandi.
"Iya!"
"Apa aku sebau itu?" Gumam Hinata seraya mengambil sikat gigi.
.
.
CEKLEK.
"Eh, kalian dari mana." Naruto menatap ke arah pintu dimana menampilkan Sasuke dan Gaara.
"Bukan urusan mu!" Mata Naruto berkedip pelan. Sejak kapan mereka jalan berdua? Dan... Mereka jadi kompak.
"Apa kalian terbentur sesuatu?" Gaara yang sedang melepas jaket menoleh ke arah Naruto yang sedang duduk di sisi tempat tidur. Sasuke juga menoleh setelah melepas bajunya.
"Maksud mu?"
"Dasar Dobe!"
"Hey! Jangan mengataiku. Kalian aneh, tidak biasanya muncul bersamaan, apa jangan-jangan_" Bibir Naruto terangkat membentuk seringai jahil. "Kalian kencan?"
"Hey!" Pekik Naruto yang menerima lemparan jaket Gaara dan baju Sasuke.
"..."
"..."
"Baju kalian berdua ini bau."
Sasuke menyisir helaian ravennya di depan cermin. "Harusnya kau katakan itu pada diri mu. Dobe."
"Maksud mu?"
"Kau belum mandi." Gaara menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.
"Enak saja! Aku sudah mandi."
"Aku tidak percaya."
"Hn."
Setelah selesai berganti pakaian yang pantas untuk digunakan ke pantai, Sasuke dan Gaara melangkahkan kaki kembali.
"Kemana?" Naruto beranjak dari tempat tidur.
"Menjauhi orang bau."
"Teme! Awas kau ya!" Naruto menyusul Sasuke dan Gaara dengan sedikit berlari.
BLAM dengan tak sabaran ia membanting pintu penginapan.
"Begini dong, kalian terlihat akur." Naruto menyusup diantara Gaara dan Sasuke, jadi posisi Naruto ditengah-tengah dengan tangan kanan yang melingkar di pundak Sasuke dan tangan kiri yang melingkar di pundak Gaara.
"Ayo kita main." Ucapnya dengan nada riang, dan sukses mendapatkan deathglare dari kedua pemuda yang dirangkulnya. Tentunya Naruto mengacuhkan itu.
.
.
.
Hari selasa ini merupakan hari ke dua kelas XI Konoha Gakuen melaksanakan study tour di Pantai Yonaha Maehame. Tak heran jika hari ini mereka habiskan untuk bersenang-senang, mengingat besok hari rabu pukul 15:00 mereka akan kembali ke Tokyo.
"Teme, serven bolanya!" Teriak Naruto dengan melambaikan tangan ke arah Sasuke. Sepertinya para siswa lebih tertarik mengahabiskan waktunya dengan bermain bola volly pantai, tapi ada juga yang bermain jet ski, dan berenang. Sedangkan bagi para siswi kebanyakan belanja souvenir, berjemur, bahkan ada yang berfoto dengan turis.
"Urusai Dobe! Aku sedang konsentrasi." Bola volly di serven Sasuke.
Bola pun melayang.
"Tangkap Shika!" Seru Kiba.
"Hah, merepotkan." Dan_
"Horeee kita menang. Arigatou Teme~" Naruto langsung menerjang Sasuke lalu memeluknya.
"Seharusnya kau menangkapnya Shika!" Dengus Kiba.
"Sudah ku bilang aku mengantuk, kau malah mengajak ku main. Merepotkan sekali."
Kiba mengacak rambutnya. "Gara-gara kau, tim kita harus mentraktir tim Naruto kembali."
"Hoammm."
Seketika orang-orang yang ada di sana langsung mengalihkan perhatian kepada dua pemuda yang sedang berpelukan.
"Apa-apaan kau Dobe!" Sasuke mendorong Naruto sampai terdengar bunyi_
Brukh
"Aw.. Kau tega sekali Teme.."
Orang yang ada di sana sweatdrop.
"Seharusnya kau jangan mendorong kekasih mu Sasuke." Kiba tertawa diikuti semua orang.
"Kenapa tidak langsung cium saja Sasuke, Naruto, hahaha." Lee memegangi perutnya yang terasa keram karena menertawakan Naruto.
Tidak menyangka bahwa ada orang yang berani memeluk Sasuke. Sasuke itu orangnya dingin dan menyeramkan. Melihat ekspresinya yang di peluk Naruto, membuat semua orang tertawa. Mata onyx yang biasanya tajam membulat, dengan mulut yang agak terbuka.
Sasuke menoleh ke arah Gaara dengan pandangan tajam, dilihatnya pemuda berambut merah maroon itu sedang menyeringai mengejek. Mata onyxnya langsung memicing melihat ada seorang gadis 15 meter di belakang Gaara sedang... Tersenyum geli.
"Hahaha... Sudah lah lebih baik kita makan. Mana janji mu Kiba?"
"Iya... Iya..." Kiba menatap malas ke arah Chouji. "Kita ke restoran."
"HOREE..." Semua orang mengikuti ke arah Kiba yang berjalan ke arah restoran.
Merasa ada yang masih di belakang Naruto menolehkan kepalanya. "Teme mau kemana? Kau tidak ikut?"
Sasuke menatap tajam Naruto. "Dobe, ku bunuh kau nanti."
Naruto tersenyum kikuk. GLEK, dengan susah payah ia menelan ludahnya. "A-aku duluan Teme."
Sasuke melangkahkan kakinya menuju gadis yang tersenyum geli tadi.
...
"Hinata-chan kau yakin mau beli itu saja?" Tunjuk Ino pada sebuah bingkai foto yang dihiasi kerang-kerang kecil disekelilingnya, juga pada dua buah gantungan kunci yang lucu.
Hinata melirik ke arah barang yang di tunjuk Ino. "Ya, Ino-chan aku hanya ingin beli ini." Sekarang Hinata, Sakura, dan Ino sedang berada di toko yang menjual souvenir khas pantai.
"Kau yakin Hinata-chan?" Sepertinya gadis pirang itu masih ragu pada jawaban sahabatnya.
"Tentu saja." Sekali lagi, Hinata melirik ke arah tiga souvenir yang dibelinya untuk oleh-oleh. Kenapa tiga? Kenapa tidak empat? Karena Hiashi tidak perlu dibelikan itu lah menurut Hinata. Dua gantungan kunci itu akan Hinata berikan kepada Neji dan Hanabi, sedang kan bingkai foto itu untuk dirinya sendiri–untuk foto Sasuke– yang diambil Konohamaru. Yang rencananya akan Hinata pajang di kamarnya–mashion Hyuuga–
Sasuke.
Ah.
Membayangkan Sasuke, akhir-akhir ini selalu membuat pipi Hinata merona, sekaligus senang. Serasa ribuan kupu-kupu yang terbang diperutnya. Apa jangan-jangan Hinata jatuh cinta pada Sasuke? 'Majikannya' yang menyebalkan itu? Seketika kepala Hinata menggeleng.
Lalu jika tidak jatuh cinta itu apa? Kenapa Hinata selalu merasa nyaman ketika dekat dengan Sasuke? Padahal jika dekat dengan Gaara saja yang sama tampannya dengan Sasuke Hinata selalu tidak berdebar. Apa benar Hinata jat_
" –nata?"
"Hinata-chan?"
Hinata memandang Sakura yang tengah mengernyitkan alisnya. "Y-ya Sa-Sakura-chan."
"Hahhh..." Sakura menghela nafas. "Jika sudah ayo kita bayar."
"Sakura-chan sudah?"
"Tentu. Lihat saja Hinata-chan tangannya sampai kewalahan membawa belanjaan."
Sakura mendelik. "Seperti kau yang tidak saja Pig!"
Ino mengangkat bahu. Acuh. "Ya sudah, ayo bayar."
.
"Kau yakin Hinata-chan?" Sepertinya sahabat pirangnya ini gemar bertanya pada Hinata hari ini.
"Tentu saja. Kalian berangkatlah."
"Ya sudah jaa~" Kedua gadis yang akan belanja baju itu melambaikan tangannya.
"Jaa."
'Mungkin kembali ke penginapan tidak masalah.' Kaki Hinata yang tadinya melangkah langsung berhenti, kala melihat di pantai ada yang memainkan permainan bola volly. Sepertinya Hinata kenal mereka, siapa lagi kalau bukan teman sekelasnya. Tapi, ada satu pemandangan yang membuat Hinata tersenyum geli. Sasuke, pemuda itu terlihat seperti sedang saling memeluk dengan kuning? Ah pasti Naruto.
Hinata berkedip. Sasuke menoleh kearahnya. Lalu, rombongan itu pun bubar, tanpa disangka Sasuke melangkah kearahnya.
"Sepertinya kau senang sekali aku diejek." Bukannya mengucapkan selamat siang pemuda ini malah main sembur saja.
Hinata termenung. Mengejek katanya? Hinata bahkan tidak mendengar apapun kecuali suara tawa. "Tentu saja. Sesekali Sasuke-san harus merasakan apa yang namanya di ejek. Sasuke-san kan sering sekali mengejek ku." Dengan mata membulat Hinata menutup mulutnya. Tadinya, kalimat itu hanya terpikir dikepalanya tanpa disangka keluar begitu saja.
Dengan gerakan patah-patah Hinata menoleh ke arah Sasuke, yang saat ini sudah mengeluarkan aura gelapnya. "Kau_" Suara Sasuke terdengar berat.
"A-ano se-sepertinya a-aku harus kembali ke penginapan. Sa-sa-sampai jumpa." Hinata beniat melangkahkan kakinya sampai_
GREP. Cekalan dilengannya menahan Hinata.
"Beraninya."
"S-Sasuke-san." Dengan sekuat tenaga Hinata melepas cengkraman tangan Sasuke. Dan_
Gotcha. Berhasil!
Tanpa babibu Hinata langsung berlari.
"Awas kau ya!"
"Kyyyaaa ja-jangan kejar aku..."
Orang-orang disekitar mereka menengok. Mereka berpikir bahwa kedua muda mudi itu pasangan romantis, ya, kejar-kejaran di pantai. Tanpa menyadari aura gelap yang dikeluarkan sang pemuda.
.
.
.
.
.
.
"Aku tidak rela meninggalkan pantai." Desah Ino, matanya masih saja asyik mengamati sekeliling lapangan parkir. Hari memang cepat berlalu, buktinya Sekarang sudah hari rabu pukul 14:40 artinya waktu study tour sudah habis, dan sudah waktunya kembali ke sekolah.
"Aku juga masih betah~" Sakura mengerucutkan bibirnya.
"Ha-habis mau bagaimana lagi?" Hinata tersenyum tipis.
"Ya, maunya sih lebih lama lagi." Keluh mereka berdua.
...
"Study tour kali ini yang paling seru deh!" Naruto nyengir lebar.
"Seru apanya?!" Sembur Kiba. "Lihat nih! Dompet ku menipis." Ia menunjukan dompetnya lalu dibukalah, nampak beberapa lembar uang. Maklum, Kiba itu kapten timnya, jadi jika ada anggotanya yang kekurangan uang ia yang bayar.
Naruto mengangkat bahu. "Itu sih resiko mu, siapa suruh kalah?"
"Ya terima kasih Kiba. Aku kenyang sekali." Chouji mengusap-ngusap perutnya yang nampak buncit.
"Hahaha... Kuharap tahun depan juga begini. Ditraktir Kiba memang enak." Lee tertawa nista.
Kiba memicingkan matanya melirik ke arah samping, tepatnya ke arah pemuda berambut nanas yang selalu nampak mengantuk, saat ini pemuda tersebut sedang bersandar pada tembok tempat parkir lengkap dengan gayanya–tangan terlipat di depan dada dan mata terpejam– "Semua ini gara-gara kau Shika!"
"Urusai! Aku mengantuk."
"Hahaha..." Tiba-tiba tedengarlah suara tawa yang menertawakan ekspresi menyedihkan Kiba.
.
Sasuke memutar bola matanya, nampak amat sangat tidak tertarik dengan topik yang ia anggap basi, tentunya topik yang dibicarakan teman-temannya. Mata onyxnya masih sibuk menjelajahi lapangan parkir mencari sang 'Maid'–Hinata– gadis yang dengan frontal mengatainya.
Hinata.
Hahh.. Gadis itu memang selalu membuat perasaan Sasuke nyaman. Meski terkadang juga kesal saat dengan mudahnya ia–gadis itu– di ajak ngobrol, jalan, dan apalah itu oleh Gaara.
Mengingat hal itu selalu membuat Sasuke gerah sendiri. Terkadang, ada perasaan tidak rela jika ada pemuda lain yang membuat wajah Hinata merona. Apa jangan-jangan ia jatuh ci_
'Ah itu dia.' Batinnya. Karena menemukan Hinata yang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Sekaligus membuyarkan lamunannya.
Tanpa tendeng aling-aling Sasuke melangkahkan kaki ke sana.
...
"Kalian harus rela.."
"Iya... Iya... Aku rela, hey Forhead, tinggal saja di sini. Katanya betah?"
"He? Seperti tadi kau tidak bilang begitu saja Pig?!"
"Ap_"
GREP
"Eh?" Ino dan Sakura menoleh ke arah Hinata.
"Ikut aku." Kata Sasuke, orang yang menarik lengan Hinata.
...
"S-Sasuke-san?"
"..." Tanpa menghiraukan panggilan itu Sasuke malah terus menyeret sang gadis.
"Ki-kita mau kemana?"
"..." Sasuke menarik Hinata ke arah pintu mobil bus yang sudah di buka.
"Sa-Sasuke-san."
"Masuk." Desis Sasuke. Karena takut Hinata lalu masuk dengan kepala yang tertunduk.
"..."
"Duduk." Gadis itu menurut kembali. Ia memilih duduk di kursi bagian kanan deretan ke lima dekat jendela.
"Ke-kenapa ke sini?"
"..."
"O-orang-orang kan masih di luar..."
"..." Hinata semakin merasa bersalah. Iya, gara-gara kejadian kemarin. Sasuke tidak berhasil menangkapnya karena ia–Hinata–langsung berlari ke arah penginapan, yang untungnya tidak terlalu jauh dan Hinata sangat bersyukur tidak terangkap Sasuke. Inginnya Hinata meminta maaf tapi, masih ingat diingatannya bahwa Sasuke melarang ia mengucapkan kata 'Gomen'. Sasuke sendiri mana berani masuk ke kamar siswi untuk mengejar Hinata.
Dengan takut-takut Hinata menoleh ke arah kiri, ke arah pemuda yang duduk disampingnya. Sasuke, ternyata sedang memejamkan mata onyxnya.
'Jika di lihat dari dekat ternyata lebih tampan.' Hinata tersenyum tipis. Bulu mata Sasuke juga cukup lentik, jangan lupa kan hidung mancungnya bib_
"Aku tampan ya?" Senyum tipis di wajah Hinata seketika menghilang, digantikan dengan wajah merona. Tentunya seperti biasa jantungnya juga menggila.
"Ti-tidak."
"Kau gagap berarti iya."
"I-itu tidak se-seperti yang kau pikir kan."
"Kau berbohong."
"Buk_"
"Kenapa kau tidak minta maaf?"
Sontak Hinata menoleh ke arah Sasuke. "Eh?"
"Bukan 'Eh'." Sasuke juga menoleh ke arah Hinata
Mereka berpandangan. " Sasuke-san se-sendiri yang bilang bahwa 'Aku bosan mendengar kata gomen mu itu'."
'Ternyata dia masih ingat.'
"Seharusnya kau tidak mengucapkannya di setiap saat."
"Ba-baiklah aku minta maaf." Hinata menundukan kepalanya.
"Aku akan memaafkan mu jika_"
"Jika?" Hinata mendongkakan kepalanya.
Sasuke mencondongkan tubuhnya lalu berbisik di telinga Hinata. "Kau mencium ku, di sini." Sasuke menyentuh bibir Hinata dengan telunjuknya.
Hinata berkedip. "Kyyyaaa Sasuke-san mesum." Ucapnya dengan mendorong Sasuke. Disertai degup jantung yang menggila. Sasuke yang melihat itu hanya tersenyum tipis.
Sepertinya perjalanan pulang kali ini jantung Hinata akan selalu berdebar, begitu pun dengan Sasuke.
Semoga mereka baik-baik saja.
TBC
Author Note:
Hallo minna-san. Saya kembali. Ini chapter terpanjangggggg... yang saya ketik loh*nyengir* semoga puas, saya sengaja pengen cepat selesai study tournya*hoho* maaf banyak kesalahan dan gaje. Ini hari terakhir libur sekolah karena itu saya sengaja update hari ini. Mungkin kedepannya akan lama update karena kesibukan saya dan lagi cari inspirasi juga. Terima kasih pada yang sudah ngereview, fav, and follow. Saatnya balas review:
sasuhina69: hehe iya tenang aja, makasih... Itu udah pada nyadar, tinggal nunggu waktu yang pas buat ngungkapin*nyengir*
piupiuchan: sebenernya saya nggak inget momen itu XD. Makasih. Iya ini dah lanjut
OnewnyanGembul: hehehe makasih XD. Iya ini dah lanjut.
Suha Keita: oke XD. Makasih udah review
NurmalaPrieska: iya ini dah lanjut. XD nggak papa kok.
Himeka hisa: makasih. Iya, emang ada beberapa adegan yang sama tapi saya bedain kok ^^v. Ganbatte.
Hikata: yoshhhhh lanjut
lovely sasuhina: iya Sasu emang menang XD. Ini Sasuke cemburu.
Aburame Soni: iya ini dah lanjut. Makasih XD
Guest: hallo juga. Iya nggak papa XD. Makasihh...
Yuriko640: iya ini dah lanjut... Iya nggak papa XD
Review kalian semangat ku. Jika tidak ada yang review, saya tidak semangat XD
REVIEW PLEASE