DENIED

Namanya Kuroko Tetsuya, umurnya 19 tapi selalu dikira anak berumur 15. Tingginya 168cm, cukup pendek untuk ukuran laki-lak- uh, maksudnya cukup tinggi untuk perempuan. Iya, disini yang namanya Kuroko Tetsuya itu bergender perempuan, bukan laki-laki seperti banyak yang diperkirakan.

Tetsuya mengelus dadanya yang mulai menunjukkan tumbuh dan berkembang. Memberikan kesabaran yang berulang saat dikira dirinya punya pisang yang bertengger di selakangan.

"Sumimasen, aku perempuan, jadi jangan menembakku lagi." Ucapnya sopan pada seorang perempuan yang selama beberapa hari ini mengikutinya.

Sungguh, Tetsuya ingin mengumpat saja rasanya. Apa mereka buta? Tidak lihat apa dirinya berdandan segini manisnya? Lagipula, bukan salahnya dirinya dikira seorang pria. Salahkan saja rambutnya yang memang entah kenapa tidak mau tumbuh panjang. Sudah berpuluh-puluh kali dirinya mencoba berbagai pengobatan, tapi mengalami kegagalan.

Wajahnya sebenarnya manis, cantik kalau mau memperhatikan, hanya saja kalau dilihat sekilas akan menjurus ke tampan. Kadang-kadang Tetsuya bertanya, apa Tuhan salah mengambil strawberry alih-alih pisang? Memang sih, dirinya tetap mensyukuri karunia Tuhan, tapi ini membuat beberapa masalah datang. Apalagi dengan namanya yang seperti nama seorang pria. Demi Tuhan, apa ayahnya tidak pernah membaca buku untuk nama-nama anak perempuan?

Menyebalkan.

Kadang-kadang, tidak, tapi selalu. Setiap akan UTS maupun US dirinya harus direpotkan dengan kartu ujian yang tertulis bergender pria. Bukannya libur seperti teman-temannya untuk menenangkan pikiran, dirinya akan ribet ke kampus menemui panitia ujian untuk memperbaiki kartu ujiannya yang terdapat kesalahan. Betenya lagi, bukannya meminta maaf, si panitia malah mengomelinya karena nama dan wajahnya seperti pria.

Sungguh merepotkan!

Disclaimer :

Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadatoshi

Original story milik Gigi

Main cast :

Akashi Seijuro

Kuroko Tetsuya

Kiseki No Sedai

Warn :

T

Akafemkuro

Playboy Aka

Female Kuro

Friendship, Romance, Fluff

Shoujo – Little Shounen Ai

OOC

Typo

Note :

Tampilan Kuroko Tetsuya disini sama dengan tampilan di anime, hanya saja dia berkelamin perempuan.

Akashi mendengus malas. Rasanya sudah berkali-kali ayahnya berceramah dengan kalimat yang sama tentang orientasi seksualnya. Inginnya menutup telinga, tapi Akashi masih sayang kalau harus ditendang dari daftar ahli waris keluarga.

"Apa tidak ada satupun perempuan yang menarik perhatianmu sampai-sampai kau harus memilih seorang pria?"

"Kita sudah pernah membahas ini, ayah."

"Ya, dan ayah tidak akan pernah menyerah sampai kau kembali normal."

"Bukannya disini menjadi gay sudah legal?"

"Kalau kau jadi anakku, seumur hidup aku tidak akan merestuimu!"

"Cinta tidak memandang siapa-pun, suamiku." Ucap Shiori, mengelus pelan bahu suaminya yang terlihat tegang.

"Apa kau mau Sei menikah dengan seekor kucing milik tetangga?"

Shiori tersenyum kikuk, "Tapi anak kita kan menyukai manusia, anata."

"Kau bilang cinta tidak memandang siapapun."

Oh, okay, kalau suaminya sudah mode begini, tak akan bisa dibantah sama sekali.

"Ayolah, ayah. Kalau hanya soal keturunan, sekarang jaman sudah canggih, aku bisa memberikan keturunan untukmu."

"Aku tetap tidak menerimanya!"

"Sei-kun, sudah saatnya kau berangkat kuliah, sayang." Ucap ibunya, mencoba mengalihkan perdebatan yang pasti akan berakhir panjang.

Akashi melihat jam pada dinding, "Aku berangkat kalau begitu."

"Hati-hati, jangan lupa kenalkan aku pada calon menantuku." Teriak sang ibu.

"Hm." Ucapnya acuh. Yang benar saja, dirinya belum mau menikah. Umurnya masih terlalu muda untuk menjadi kepala keluarga. Lagipula, uke-ukenya masih kuliah, sama seperti dirinya. Iya, Uke-uke, karena dirinya terlalu berharga untuk disimpan oleh satu nama.

Tetsuya berusaha tidak mengumpat dalam hati, gregetan setengah mati dengan yang namanya Aomine Daiki. Sudah dibilang untuk datang tepat, malah sengaja nelat.

"Aomine-kun, kalau kau tidak datang dalam waktu 3 menit, jangan harap kau bisa menjumpai majalah ero-mu dengan selamat! Apa? Kau tidak jadi datang?! Aku tidak peduli, ini salahmu dan mohon diperbaki!" Tetsuya menutup panggilannya cepat. Tidak peduli seberang sana sedang mengiba padanya.

Kesal, kesal, kesal. Tahu begini, dirinya tak akan sudi satu kelompok lagi. Sudah tugasnya hilang, kini si tersangka malah tak bisa menepati janji!

Bibir mungil itu mengerucut, seraya berpikir, bagaimana menyeret Aomine untuk mengerjakan tugasnya. Kalau dirinya tak salah dengar, ditengah kalimat pengibaan Aomine tadi, laki-laki tersebut menyebut nama Akashi. Dan, meski dirinya belum pernah bersua, dia paham bagaimana tabiat si pangeran kampus yang namanya menjulang kemana-mana.

Ah, peduli amat, dirinya tidak salah. Yang salah itu Aomine Daiki. Kalau nanti Akashi membuat perhitungan dengannya, jadikan saja makhluk ero itu sebagai tamengnya.

Kaki jenjang itu melangkah cepat. Menuju Gymnasium tempat para maniak basket, termasuk sahabatnya, berada. Tangan lentiknya menggeser pintu, dan mencoba mengintip apa yang terjadi disitu.

Suara decitan sepatu menggema ditiap sudut, bunyi bola memantul juga sering menghiasi. Teriakan dan makian beberapa kali ikut berpartisipasi.

"Breng*ek! Jangan melamun, Midorima!" Teriak Nijimura, yang Tetsuya tahu sebagai wakil kapten basket di kampus mereka.

"Heh? Seperti ini saja kalian sudah lelah, pakai rok saja sekalian." Ucap suara merendahkan yang dia tahu itu suara sahabatnya.

Ho? Jadi apanya yang sedang dihukum?! Si hitam itu malah sedang asyik-asyiknya bermain. Rasakan saja, ignite pass-nya yang pernah dia pelajari saat menjadi pemain basket putri tingkat SMA. Memantapkan niatnya, Tetsuya membuka pintu gym dengan lantang. Peduli amat dia jadi pusat perhatian, saat ini fokusnya hanya satu, memberi Aomine Daiki perhitungan.

"Aomine-kun," Tetsuya mengucap nama itu datar saat dia berada di depan laki-laki dim itu, "Jadi, ini hukumanmu?"

Aomine menelan ludah dengan sulit saat mata aquamarine itu menatapnya intens. Bukan, bukan karena deg-degan ala roman picisan, tapi deg-degan sebelum tangan mulus itu memberinya pukulan yang sanggup membuatnya terkapar seharian.

Sementara itu, permainan basket itu berhenti saat melihat seseorang yang menurut pandangan mereka seorang anak laki-laki, mendekati Aomine.

"Siapa laki-laki kecil itu-ssu?" Tanya Kise pada Midorima yang berada disampingnya.

"Aku juga tidak tahu-nanodayo. Mungkin adiknya,"

"Uso! Maji? Aomine-chi tidak mungkin punya adik se-kawaii itu!"

Tetsuya yang mendengar celotehan dua laki-laki di belakangnya menggeram, tidak lihatkah mereka kalau dia punya dada yang tengah berkembang?!

Mengacuhkannya, Tetsuya kembali melihat Aomine yang kini bercucuran keringatnya, "Aomine-kun, apa penjelasanmu?"

"Ah, jangan-jangan itu pacarnya Aomine-chi!"

"Tapi dia laki-laki." Kali ini Nijimura ikut andil berbicara.

"Mungkin Mine-chin ikut belok kayak Aka-chin."

Aomine menatap teman-temannya, yah setidaknya kalau dirinya sekarat, ada yang menemaninya. Lihat saja wajah Tetsuya yang sudah menahan kesal, oh Tuhan, semoga dirinya dan teman-temannya, diberi keselamatan.

"Te-Tetsu, aku bisa jelaskan ini,"

"Aku tidak butuh alasanmu."

Glek. Oh, Tuhan, dirinya belum ketemu Mai-chan, masak iya sudah bertemu malaikat kematian.

"Tetsu.. aku mohon, aku-"

Ignite pass. Brak! Aomine terlempar hingga beberapa meter dari tempatnya semula. Selesai dengan Aomine, Tetsuya berbalik, menatap satu persatu laki-laki dengan rambut warna-warni yang tengah membicarakannya.

"Wah, kau imut sekali! Ah, sayang kau laki-laki. Eh, tapi aku tak keberatan menjadi belok untukmu!"

Satu.

"Bu-bukannya aku peduli, kau memang terlihat seperti bishounen," Ujar Midorima sambil menaikkan kacamatanya.

Dua.

"Jadi begini sekarang, selera Aomine? Laki-laki yang masih SMP? Dasar pedofil," Nijimura mengatakannya sambil menatap Tetsuya.

Tiga.

"Kawaii, ah, Sei-chan pasti suka uke model sepertimu!"

Empat.

"Are, kau seperti permen vanilla. Adik kecil, jangan kesini, ini bukan tempat bermain. Mau permen?" Murasakibara memberi Tetsuya permen rasa vanilla. Rasa kesukaannya.

Oke, yang ini akan lolos dari ignite pass-nya.

Satu. Dua. Tiga. Empat, Ignite pass-

"Ada apa ini?"

Sebuah suara baritone menggagalkan aksi Tetsuya yang sudah akan terlaksana. Mata biru itu menengok, kemana asal suara berasal.

Laki-laki, bersurai merah dan terakreditasi bernama Akashi.

Akashi memandang apa yang tersaji didepannya. Aomine yang masih terkapar, anak buahnya yang mengelilingi sebuah objek yang terlihat.. menggiurkan. Well, Uke seleranya kalau dia boleh bilang.

Tak terlalu tinggi, ramping, kulitnya putih mulus, dan parasnya yang menawan hati. Akashi tak keberatan kalau harus menaruhnya diurutan pertama untuk prioritas atas kekasih-kekasihnya yang lain.

"Kau siapa?" Tanya Akashi, mendekati Tetsuya yang belum beranjak dari tempatnya, sambil memamerkan seringainya yang katanya membuat dirinya semakin tampan.

"Teman Aomine-kun."

Duh, suaranya datar, mirip-mirip perempuan dicampur dengan bass rendah. Pasti saat mendesah akan lebih mengasyikan. Ah, Akashi sungguh tak sabar menggendongnya ke ranjang.

"Namamu?" Akashi bertanya, tentu saja dengan modus sana-sini.

"Kuroko Tetsuya."

"Akashi Seijuro, Tetsuya." Akashi kembali menepis jarak, "Salam kenal, nona."

Akashi menyeringai, strategi dilancarkan begitu saja. Biasanya saat dia menemukan targetnya, dia akan memanggilnya dengan julukan seperti perempuan. Para uke yang menjadi buruan, akan marah-marah dengan muka yang memerah, lalu beradu mulut dengannya, dan pada akhirnya, adu mulut itu akan berakhir dengan 'adu mulut' beneran dan beberapa kali berakhir di ranjang.

Beda Akashi, beda Tetsuya.

Sedangkan Tetsuya yang dipanggil nona, merasakan dirinya mejadi lega. Ah, ternyata mata Akashi yang dikabarkan tajam, tak hanya bualan belaka.

"Yoroshiku onegaishimasu, Akashi-kun." Ujar Tetsuya menunduk sopan-

-dan membuat Akashi memandangnya penuh rasa heran karena ekspresi yang keluar tak seperti yang dia harapkan.

TBC.

Author's Note :

Sejujurnya, 60% cerita ini terinspirasi dari kisah pribadi saya pas SMA, dikejar beberapa cewek gara-gara potongan rambut yang memang saya potong khas cowok apa adanya yang parahnya membuat saya (katanya) terlihat tampan T-T padahal saya nggak tomboy dan saya nggak tau harus nangis apa ketawa gara-gara ini, wkwk

Ada yang suka dengan Akafemkuro pertama saya? :)

Boleh, saya minta responnya? Ehehe :D

Terimakasih sudah membaca!

Sign,

Gigi.