Speed of Destiny: Side Story
Naruto © Masahi Kishimoto
Initial D © Shuichi Shigeno
Genre: General
Warning : OOC, Typo dan Fiktif.
Chapter 3
"Hallo? Apa kalian baik-baik saja?" Naruto mengetuk-ngetuk kaca jendela sebuah mobil Silvia dengan perasaan cemas.
"Jika kalian masih sadar tolong buka pintunya! Kami bisa memberikan bantuan!" Gaara dari sisi lain mobil, berusaha mendapat respon dari si pengemudi. Tangannya berusaha membuka mobil tapi tertahan karena terkunci dari dalam. Di tengah gelapnya jalan, dua orang ini makin panik ketika tidak ada respon yang didapat. Jangan-jangan dua orang itu luka parah? Pikiran Gaara dan Naruto sudah liar dan aneh-aneh karena tahu betul resiko dari kecelakaan.
Cukup lama berusaha, tanpa diduga pintu dari sisi pengemudi kemudian terbuka. Sang pengemudi perlahan keluar dengan wajah pucat dan badan bergetar. Naruto dan Gaara segera mengambil tindakan sebagai pertolongan pertama pada dua orang di dalam mobil Silvia.
Kontras dengan beberapa saat lalu tampilan dua orang sombong ini telah sirna digantikan dengan tampilan shock ringan. Pandangan keduanya kosong dengan keringat dingin yang mengucur. Tidak diragukan lagi mereka baru saja mengalami peristiwa yang membuat trauma. Untung saja nasib baik masih berpihak sehingga tidak mengalami kecelakaan fatal.
Malam ini dua pria Tokyo mendapat pelajaran berharga. Kesombongan mereka harus dibayar dengan kekalahan memalukan. Tidak ada hujan dan angin dua orang dibalik mobil Silvia hadir ditengah diskusi antara Takumi, Itsuki, Iketani, Kenji, Gaara dan Naruto. Keduanya merupakan pembalap jalanan asal Tokyo yang tadi menyalip saat tanjakan. Datang-datang menghina mobil Itsuki dan seenaknya menantang.
Mereka pikir mereka itu siapa?
Tentu penghinaan dua orang dari Tokyo tidak bisa diterima begitu saja. Dalam dunia balap mobil jalanan hanya satu cara untuk menyelesaikan masalah sepele ini, dengan balapan. Ingin sekali Naruto dan Gaara mencegah balapan terjadi namun apa daya mereka hanyalah pendatang yang tidak tahu apa-apa.
Namun, dua sahabat ini dapat satu fakta menarik. Fujiwara Takumi dari Project D benar-benar memiliki skill mengemudi tingkat tinggi. Hal itu mereka ketahui saat mereka mengamati dari belakang. Akselerasi dan cara menikung Takumi mengingatkan banyak dengan Menma. Kontras dengan penampilan wajah yang tidak meyakinkan nyatanya cara mengemudinya berbeda 180 derajad. Menma versi Gunma jika bisa menyebutkannya. Hanya orang-orang berurat nyali putus melaju dalam turunan dengan kecepatan demikian. Menakjubkannya itu semua dilakukan Takumi dengan mobil Levin tua milik Itsuki.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana cepatnya Takumi bila menggunakan mobil yang lain. Sayangnya ketika sedang asyik mengamati insiden terjadi. Mobil yang disalip Takumi tampak hilang kendali dan berakhirlah mereka seperti ini, mobil berjalan di lajur lain kemudian tergelincir di semak-semak. Situasi merepotkan dan menyisakan pekerjaan lebih untuk calon dokter serta sahabatnya.
Gaara kemudian menghubungi Iketani perihal kecelakaan yang menimpa mobil dari Tokyo. Takumi yang terdengar paling panik. Namun, setelah diyakinkan semua baik-baik saja, empat orang itu akhirnya bisa tenang untuk menunggu kedatangan Naruto.
Selesai menutup telephone Gaara segera kembali membantu dengan perasaan setengah geli. Seringai di wajah tampannya sedikit menakutkan untuk dilihat namun itu masih kalah seram dengan pemuda satunya.
Tidak ada yang lebih angker di tempat itu kecuali Naruto yang sedang ceramah. Lolos dari bahaya tidak berarti duo Tokyo lolos dari tangan Namikaze muda. Setengah jam kemudian mereka berubah jadi layaknya anak kecil yang tengah dimarahi orang tua. Wajah keduanya tertunduk malu dihadapan Naruto saat dinasehati. Semua ucapan si pirang tepat sasaran, logis dan tidak terbantah hingga mereka tidak mampu menyela.
Pelajaran pertama, jangan mencari bahaya di hadapan Namikaze Naruto.
Langit di atas perfektur Gunma telah menggelap dengan taburan bintang di atasnya. Waktu bergerak cepat mengganti hari demi hari tanpa sadar telah berganti bulan.
BSL yang dilakukan oleh Naruto telah berjalan dan dia benar-benar sibuk dengan pendidikannya. Tidak banyak waktu yang dapat gunakan untuk bersantai. Kebanyakan dia menyalurkan stressnya dengan melahap jalanan Akina tengah malam sendirian.
Dari telephone Menma dia mendapat kabar jika Akatsuki akan resmi bertanding dengan Project D di Konoha bulan depan. Naruto tidak terkejut dengan pemilihan waktu yang dipilih, si pirang merasa Pein benar-benar memata-matainya hingga tahu jadwal dimana dia akan luang.
Malam telah larut dan seperti biasa ruang kamar Naruto masih bermandikan dengan cahaya lampu. Di salah satu sudut ruangan pemilik kamar tengah merapikan lembaran kertas yang berserakan di meja. Melirik jam di sudut lain, pemuda itu segera menggeleng pelan. Bukan terkejut dengan jumlah waktu yang digunakan mengerjakan tugas tapi terkejut dengan dimana letak jarum jam. Jarum pendek di angka sepuluh sedangkan jarum panjang di angka dua belas.
Ini pasti bercanda. Naruto terduduk pelan di kursi.
"Akhirnya! Aku mengalahkanmu tugas sialan!" Pekiknya penuh kemenangan. Akhirnya, untuk kali ini dia tidak perlu begadang karena tugas.
Kasur benar-benar terasa empuk saat badannya dijatuhkan. Betapa nyaman. Masih terlentang di tempat tidur pikirannya tiba-tiba melayang ke pertandingan Project D yang akan melawan Akatsuki. Pertandingan down-hill akan berlangsung di Konoha dalam hitungan minggu.
Awalnya dia tidak minat, tapi begitu melihat kemampuan Takumi rasa penasaran itu begitu mengusik. Serupa tapi tidak sama dengan Menma, kemampuan Takumi terlalu menggelitik bila diabaikan. Walau cuma sebentar melihat, dia sudah bisa membayangkan bagaimana musuh melihat Takumi dengan mobilnya. Pasti menakutkan dan menyenangkan disaat bersamaan.
"Project D, ya? Mungkin tidak ada salahnya kalau aku sekali-sekali melihat mereka bertanding." Gumam Naruto sambil membuka smartphone yang baru saja diambil di atas meja. Jari-jarinya segera mengetik sebuah pesan yang ditujukan pada seseorang. Dia tahu siapa orang yang tepat untuk diajak kompromi untuk mengantarnya pada pertandingan Project D dan musuhnya.
Yup, siapa lagi kalau bukan Itsuki! Sebenarnya sudah sering kali Itsuki mengajak Naruto untuk menonton tapi selalu tertunda karena jadwal sang calon dokter yang sibuk.
Semoga saja keberuntungan ada dipihaknya. Rasanya hanya keberuntungan belaka bila kebetulan Naruto santai dan Project D ada pertandingan.
Ya, kan?
Si pirang terkaget dari lamunannya saat smartphone di tangan berbunyi. Naruto sama sekali tidak mengharapkan pesannya dibalas langsung oleh Itsuki mengingat malam cukup larut untuk orang normal. Saat itu juga mata biru Naruto membuka lebih lebar ketika membaca pesan.
Project D akhir pekan ini akan ada pertandingan di Ibaraki. Sebuah kebetulan yang sangat dinanti dan tidak akan disia-siakan begitu saja.
Sekali lagi perhatian sang pemuda teralih oleh smartphone. Kali ini bukan pesan tapi sebuah panggilan masuk. Itsuki?
"Hallo."
"NARUTO-SAN! NARUTO-SAN! SUNGGUH KAU SERIUS AKAN KE IBARAKI?" Teriakan itu begitu memekakkan telinga hingga Naruto harus menjauhkan smartphone miliknnya dari indera pendengaran.
"Ne, Itsuki. Bisa kau sedikit turunkan volume suaramu? Tidak bermaksud menyinggung tapi itu sedikit menganggu terlebih lewat telephone." Gerutu Naruto sambil memperbaiki posisi duduknya di ranjang. Dari nada suaranya si pirang bisa membayangkan bagaimana wajah Itsuki sekarang.
"Maaf! Maaf! Aku terlalu bersemangat. Akhirnya sahabat baruku ini akan melihat betapa hebatnya Takumi bintang Project D."
Naruto terkekeh. "Akhirnya, ya? Tapi, apa itu tidak menganggumu?"
Terdengar helaan agak panjang di ujung telephone lain. "Sebenarnya aku tidak ada rencana menonton mengingat letaknya yang jauh. Tapi karena Naruto-san yang meminta pasti akan kutemani. Aku akan ajak yang lain juga! Semoga mereka mau! Pasti Takumi juga akan senang kita beri dukungan."
"Semakin ramai juga semakin baik!"
"Sejujurnya aku sangat terkejut Naruto-san menghubungiku. Apa sungguh tidak apa-apa?"
"Tidak masalah. Pekan ini aku sedang luang dan tidak ada salahnya mencari hiburan."
Percakapan telephone berlangsung cukup lama karena pembicaraan berlanjut pada topik ringan dan menghibur. Mulai dari yang penting sampai tidak penting tapi dari situlah pertemanan sejak awal dimulai.
Mulanya dia ingin mengajak Hinata untuk menonton tapi niat itu diurungkan karena tidak mungkin dia membiarkan Hinata menempuh perjalanan jauh tanpa pengawasan. Tidak mungkin juga dia menampung Hinata untuk menginap. Bisa-bisa dicekik Hiashi dan Neji. Sumpah, dua Hyuuga itu akhir-akhir ini makin menakutkan jika menyangkut sang kekasih.
Akhir pekan terasa begitu cepat datang dan saat ini Naruto sedang menuju ke Ibaraki bersama Itsuki. Sungguh disayangkan Iketani dan Kenji tidak bisa datang. Mereka berangkat sore dan sekarang hampir mencapai wilayah jalanan yang digunakan balapan.
Itsuki baru sadar saat jalanan memasuki tanjakan perbukitan mobil benar-benar melaju secara mulus. Cara mengemudi Naruto lebih baik dari Kenji dan rasanya hampir mirip saat dikemudikan Takumi.
Tidak banyak orang yang si anak kenal memiliki keahlian semacam ini. Lamunan Itsuki baru terhenti saat mobil mulai melintasi jalanan yang pada beberapa titik ramai oleh beberapa orang. Berbeda saat dengan Takumi, kehadirannya bersama Naruto tidak mengundang atensi sama sekali. Orang-orang mengabaikan Altis keluaran enam tahun lalu itu.
Setelah menemukan tempat parkir mereka berdua segera turun dari mobil.
"Ah, sekarang kita harus kemana?" Itsuki langsung menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat kemana arah jalan orang-orang yang jadi penonton seperti mereka.
"Tenang, aku tahu tempat yang bagus untuk menonton dan kita tidak perlu jalan kaki terlalu jauh dari tempat parkir. Aku cukup tahu wilayah ini."
"Kebetulan sekali kalau begitu! Yosh! Mari kita cari tempat terbaik dan dukung Takumi sepenuh hati." Naruto hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah kekanakan kenalan baiknya dari Akina itu. Sudah berapa lama dia tidak berinteraksi dengan orang konyol macam dia? Mungkin sudah lama, seingatnya hanya Rock Lee yang kepribadiannya hampir sama dengan Itsuki.
Dari berita yang tersebar lawan Project D di Ibaraki adalah tim Purple Shadow dan tidak main-main yang akan mereka lawan adalah legenda tim yang dianggap sebagai master. Toshiya Joshima dan Kozo Hoshino.
Itsuki makin terlihat senang saat pertandingan pertama dimulai. Pertandingan pertama dilakukan oleh Keisuke melawan Kozo Hoshino. Hanya melihat dalam hitungan detik Naruto bisa merasakan dadanya berdesir. Antara ngeri dan kagum yang bercampur jadi satu. Tidak salah Kozo disebut master dan Keisuke juga bagus dalam memberi perlawanan.
Itu baru permulaan dan drama lebih mendebarkan terjadi pada balapan Takumi melawan Joshima.
Ini sih sudah gila!
Bagi mata awam hanya akan terlihat seperti adu kebut biasa. Hitungan detik rasanya belum cukup untuk memuaskan batinnya yang haus akan hiburan. Mengejutkan lagi, mobil yang digunakan Takumi adalah AE 86. Sebuah mobil tua yang tidak mungkin diharapkan ikut dalam pertandingan balap mobil.
Orang macam apa Takumi itu? Naruto menyesal tidak menonton balapan Takumi dari dulu.
"Monster macam apa temanmu itu Itsuki?" Itsuki tidak bisa menyembunyikan wajah bangganya ketika si pirang terpesona dengan balapan Takumi. Siapapun yang melawan Takumi akan jadi sangat beruntung.
Ocehan tentang si pirang tidak bisa berhenti dan mendadak keduanya jadi dou paling berisik disana. Percakapan keduanya baru berhenti saat ada dering telephone dari milik Naruto. Melihat kontak si penelphone iris safirnya membulat terkejut.
"Ini dari Takumi!" Pasti sesuatu terjadi! Dua mobil itu belum terlalu lama lewat. Sungguh Naruto tidak mengharapkan hal buruk apapun menimpa keduanya.
Dengan panik Naruto mengangkat telephone dan betapa leganya ketika mendengar suara tunggal Fujiawara. Komunikasi dua arah terjadi meninggalkan Itsuki dalam kebingungan.
"Baik, aku akan segera kesana. Tunggu aku!" Ucap Naruto sebelum menutup telephonenya.
"Ada apa?" Melihat kepanikan Naruto sang rekan jadi penasaran.
"Joshima-san tiba-tiba berhenti di tengah pertandingan. Takumi memintaku untuk memeriksanya." Naruto bergegas mengajak Itsuki meninggalkan tempat untuk menuju tempat parkir utama. Disana sudah ada Joshima yang terduduk lesu dengan wajah pucat sementara tangan memegangi perut.
"Naruto-san!"
Ada perasaan lega terpancar dari raut wajah Takumi ketika si pirang datang. Walaupun bukan keadaan bahaya tapi Takumi merasa bila bisa ditangani secara medis akan lebih baik. Untungnya dia ingat Naruto datang bersama Itsuki.
Dua bersaudara Takahashi mendekat ke Takumi dengan ekspresi wajah aneh.
Rasanya pria pirang ini baru saja menampar wajah keduanya. Bukan masalah balapan tapi masalah medis. Orang tuanya adalah pemilik rumah sakit namun dari mereka justru tidak ada yang jadi dokter. Betapa memalukan.
"Bagaimana keadaan Joshima-san?" Anggota termuda dari Project-D langsung berlari mendekat saat Naruto dan Joshima kembali dari mobil Naruto yang anehnya selalu memuat peralatan darurat medis.
Tawa nyaring keluar dari mulut Joshima. "Tidak ada masalah serius, nak. Pria dihadapanmu ini hanya terlalu berumur. Aku jadi malu jika diingatkan sudah tua."
Senyum sinis tersemat di bibir Naruto saat pria tua berani menepuk bahunya seolah tidak terjadi apa-apa. Beraninya pria tua itu bercanda dengan kesehatannya.
"Tidak ada masalah berarti, kondisi tubuh Joshima-san hanya kurang prima mengingat belakangan cuaca sangat panas. Beliau harus jaga pola makan dan sering-sering berolahraga." Iris biru langit itu menatap miris perut sang pembalap yang membuncit karena lemak.
"Dengarkan dokter muda ini, pak tua!" Tidak hanya Naruto tampaknya Kozo juga gemas dengan pria tambun satu ini. Baru tadi mereka saling mengingatkan tentang kolestrol.
Para anak muda hanya bisa prihatin dan berharap ketika mereka tua tidak akan seperti keduanya. Sisa malam berlanjut dengan Joshima menunjukkan teknik mengemudinya atas permintaan Takumi.
"Anak itu seperti belum cukup mahir saja, apa teknik mengemudinya kurang gila? Serius Itsuki, temanmu itu pasti jomblo karena terlalu cinta dengan balapan." Tidak mungkin mereka tidak tertawa dengan gerutuan Naruto. Ryosuke bahkan tersedak kecil sementara Itsuki yang tahu kondisi percintaan Takumi tertawa lebih nyaring dari yang lain.
"Heeeh, tertawa kalian mencurigakan. Sepertinya aku pergi ke sarang para pria kesepian." Tepat sasaran sekali. Sangat menohok tapi entah mengapa tidak ada yang keberatan dengan komentar polos Naruto.
Semakin mereka bergurau, maka dua kubu semakin terhanyut dalam suasana hangat. Mereka bahkan sejenak lupa dengan Takumi dengan Joshima. Kelihaian si blonde mencairkan suasana benar-benar mengubah segalanya. Obrolan dengan topik-topik ringan mudah masuk namun paling banyak soal cinta.
Dampaknya sangat terlihat. Poker face Keisuke pecah dan gerutuan kecil lolos dari bibirnya. "Kami tidak bisa mungkin bisa sepertimu, kami perlu fokus pada balapan. Tidak ada waktu untuk urusan cinta!"
"Mouuuuu, tapi cinta membuat hidupmu lebih indah!" Naruto berteriak penuh gairah dan dia didukung penuh Itsuki.
Tanpa di duga perdebatan konyol kemudian berlanjut antara dua blonde dan yang lain hanya bisa menonton. Keisuke dengan tampang premannya berdebat layaknya orang idiot dengan pemuda yang baru dikenalnya dalam kurun waktu kurang satu jam. Pemandangan langka bahkan untuk sang kakak.
Gurauan terus mengalir sampai mobil milik Joshima kembali. Itsuki tidak bisa menyembunyikan kegirangannya ketika sang rekan dulu sekelas turun dari mobil. Bersama Naruto, Itsuki lalu menyerang Takumi dengan berbagai pertanyaan seputar kesan melawan Joshima sang master balapan dari tim purple shadow. Anggota Project D lain terlihat mengabaikan sementara tim purple shadow tidak ambil peduli.
"Apa yang menganggu pikiranmu, Kozo?" Pria tambun agaknya menangkap ada yang tidak beres dengan sang rekan veteran berkacamata.
"Anak muda yang memeriksamu. Kalau tidak salah namanya Namikaze Naruto, rasanya aku pernah mendengarnya dari seseorang." Pria berkacamata memijit dagunya untuk mengingat sesuatu di memori tuanya. Matanya mencuri pandang pada punggung blonde muda.
Joshima melihat sejenak pada rekan yang duduk di kap mobil. Benar juga, rasanya seseorang pernah menyebutkan nama Namikaze Naruto disuatu tempat.
Sekilas dia pernah bercakap-cakap dengan seseorang dan menyebut nama si pria pirang. Sayangnya, dia tidak mampu mengingat dimana nama si pirang disebut.
Sisa malam berakhir tanpa masalah berarti. Naruto terkejut mengetahui anggota Project D selain Keisuke dan Takumi harus tidur di Van. Merasa kasihan, dokter muda itu merogoh kocek pribadinya untuk menyewa kamar di penginapan terdekat bagi Itsuki dan seluruh tim. Hal itu disambut gembira dan Ryosuke benar-benar merasa tidak enak.
Sekarang mereka tahu, Naruto orang kaya.
Paginya mereka bangun telat karena tidur terlalu nyenyak. Kehebohan kembali terjadi dan pelaku utamanya siapa lagi kalau tidak Naruto dan Keisuke. Mereka berdebat tentang gaya rambut. Benar-benar tidak mutu.
Sebelum pulang ke Gunma, Itsuki, Takumi, Naruto dan Keisuke memutuskan untuk ke puncak bukit untuk menikmati pemandangan di pagi hari. Banyak pengunjung hari itu dan mereka benar-benar menikmati kebersamaan setelah perjuangan yang dilakukan. Mereka benar-benar akrab.
Banyak hal yang dibicarakan. Mulai dari balapan, mobil dan gadis, tapi pada akhirnya mereka banyak meminta Takumi untuk bercerita. Mengulik cerita tunggal Fujiwara benar-benar topik menarik. Siapa mengira Takumi benar-benar tidak tertarik balapan pada awalnya.
Keisuke bahkan meledak penuh tawa saat tahu alasan pertama Takumi balapan hanya karena akan pergi dengan gadis dan hadiah bensin. Latar belakang kenapa Takumi bisa terjun di dunia balap mobil jalanan benar-benar tidak terduga. Keisuke tidak menyangka keenganan Takumi balapan dulu benar-benar asli.
Tapi, pada titik tertentu mereka sungguh takjub dengan Takumi. Keisuke dan Naruto dibuat tercengang dengan cerita Takumi yang mengatakan kemampuan mengemudinya didapat dari otodidak karena mengantar tahu setiap pagi. Mengantar tahu bukan perkara mudah mengingat tahu mudah hancur saat dibawa.
"Bagaimana kau bisa membawa tahu tanpa rusak?" Keisuke terheran.
"Setiap pagi ayah memberiku gelas berisi air. Katanya asal tidak menumpahkan air tahu tidak akan rusak. Begitulah aku membawa tahu setiap hari."
"Lalu bagaimana kau melatih kecepatanmu?" Giliran Naruto yang bertanya.
"Kurasa itu karena aku selalu mengemudi dalam kecepatan tinggi saat pulang. Aku ingin segera pulang dan tidur lagi," jawab Takumi jujur.
"Bocah ini monster!" Naruto dan Keisuke sepemikiran.
Tidak ada yang lebih semangat lagi selain Keisuke. Fakta Takumi sehebat itu tidak lantas membuatnya berkecil hati. Semangatnya begitu membara untuk jadi lebih hebat dan bertekad suatu hari nanti bisa mengalahkan Takumi.
Kecintaan Keisuke pada dunia balap sangat terlihat dari pancaran matanya. Tipe orang yang akan melakukan apapun untuk mengejar tujuannya dan Naruto menangkap hal itu.
"Hei, Keisuke!" Naruto memanggil pirang lain di sebelahnya. Agak mengejutkan, jalinan pertemanan mereka sudah saling panggil nama kecil tanpa embel-embel.
"Hmmm, kenapa?"
"Aku ingin tahu, bagaimana rasanya melawan pembalap senior yang kuat?"
Alis Keisuke reflek bertaut. Takumi dan Itsuki kemudian menoleh heran.
"Pertanyaanmu aneh Naruto."
Tapi adik Ryosuke tetap menjawab. "Setiap lawan memiliki sensasi berbeda dan tekanan itu semakin berat bila lawanmu tangguh. Jantungmu akan terasa berdebar hebat, kau akan mengeluarkan seluruh tenaga dan pikiranmu untuk menang. Tapi yang lebih penting kau akan merasakan kesenangan yang luar biasa."
Naruto mengangguk. Dia sangat mengerti perasaan itu.
"Kau terlihat sangat menyukai dunia balap. Tapi, apakah kau tidak merasa bosan dengan hal itu?" Naruto tidak pernah mengerti bagaimana perasaan seseorang yang menyukai dunia balap lebih dari apapun. Dia jujur sangat senang dan menikmati saat balapan tapi dia tidak pernah mengerti kebutuhan lain selain bersenang-senang.
"Tidak, selama kau punya tujuan yang ingin dicapai." Matanya membara penuh tekad.
Tekad. Apa itu perasaan yang hilang dari Naruto? Dia tidak punya tujuan untuk dicapai.
Dia sudah puas dengan lawan yang ada. Dia pikir dengan menjelajahi hampir semua jenis mobil akan membuat dirinya lebih tertantang. Nyatanya, tidak. Kesalahan terbesarnya adalah puas dengan musuh yang ada. Dunianya terlalu sempit menganggap sebagai Menma, Sasuke dan Gaara sebagai musuh utama.
Bibir Naruto tersenyum kecil. "Begitu, ya." Bisiknya pada diri sendiri. Pelan, tapi masih bisa tertangkap sedikit ditelinga Keisuke.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa! Ayo kita lanjutkan jalan-jalan. Kebetulan aku tahu tempat makan yang enak. Nanti kutraktir."
Itsuki melotot ngeri dan bertanya dengan teriakan nada tinggi seberapa banyak uang yang Naruto punya. Tadi malam membiayai penginapan sekarang mentraktir makan. Apa itu tidak berlebihan.
Selepas makan rombongan beserta Naruto kembali menuju Gunma dan berpisah jalan saat memasuki kota. Takumi, dan rombongan Keisuke langsung pulang ke rumah masing-masing sementara Itsuki dan Naruto menuju sebuah café resto. Naruto masih ada keperluan dan Itsuki tidak keberatan menemani si pirang, dia cukup tahu diri karena pulang menumpang.
Naruto dan Itsuki segera masuk ke dalam dan memesan beberapa makanan dan minuman. Kebetulan itu sudah masuk waktu makan malam. Itsuki diberi tahu bahwa mereka akan menunggu teman Naruto dari Konoha. Sekitar lima belas menit kemudian orang yang ditunggu Naruto tiba.
Itsuki mengenali satu diantaranya sebagai Gaara dan dua lainnya masih asing. Satunya gadis bersurai pirang yang sangat cantik dan yang satunya pria tampan bersurai hitam. Kalau boleh, rasanya Itsuki ingin pergi dari sana, dia terintimidasi oleh paras rupawan teman-teman Naruto. Lihat laki-laki pendatang baru itu, dengan tampilan casual dia bisa terlihat begitu tampan.
"Kalau aku jadi kau, aku tak sudi jadi nyamuk mereka," ucap Naruto sinis saat ketiganya sudah di dekat meja.
"Menyedihkan sekali, rupanya kita bertemu pria kesepian disini." Tanpa dipersilakan pemuda bersurai hitam duduk di kursi kosong yang jumlahnya sesuai untuk mereka bertiga.
"Itsuki kenalkan, ini Sai dan yang itu Ino. Mereka dari Konoha." Tunjuk calon dokter satu-satu untuk memperkenalkan diri. Wajah Naruto agak malas saat menunjuk pemuda yang bernama Sai.
"Kalian bisa memanggilku Itsuki." Dia berusaha mengenalkan diri sebaik mungkin tapi terlihat gugup. Dia tidak ingin terlihat bodoh, apalagi di depan gadis seksi bernama Ino. Lekuk tubuhnya tetap terlihat sempurna walau dia hanya mengenakan kaus panjang abu-abu dan jeans yang dipadu sepatu kats putih. Itsuki masih normal, tidak mungkin mengabaikan gadis sepanas itu.
"Senang mengenalmu." Ino membalas dengan ramah.
"Ada titipan dari ibumu dan Hinata." Gaara kemudian meletakkan paper bag berisi titipan dari dua wanita yang paling berharga untuk Naruto.
"Thanks, Gaara. Ngomong-ngomong ada keperluan apa kalian di Gunma. Aku benar-benar terkejut kalian tiba-tiba menghubungiku dan mengatakan akan berkunjung." Tidak ada kabar apapun dari mereka perihal kedatangan teman-temannya. Jadi, kedatangan mereka sangat mengejutkan.
"Kami mendapat perintah dari Pein. Aku diminta ke Nikko, Sai ke Myogi dan Ino ke Akagi. Jadi, setelah urusan kita selesai kami memutuskan untuk mengunjungimu," jawab Gaara pada Naruto sambil mengangkat secangkir kopi.
Ketiganya benar-benar terlihat merilekskan tubuh dengan minuman dan makanan yang dipesankan Naruto. Ino tidak malu-malu memakan kentang goreng dan Sai sudah melahap kopi serta cake di depannya.
Naruto melipat kedua tangannya ke depan. Dia merasa heran dengan jawaban Gaara. "Kalian pergi sendiri-sendiri?"
Ketiganya mengangguk.
"Untuk apa?"
"Menciptakan drama," jawab Sai dengan suara monoton.
Tangan Keisuke mengepal erat dan bergetar tanda penuh kemarahan. Awalnya dia bisa pulang dari Ibaraki dengan kepala terangkat dan penuh kebanggan. Sayangnya, hal itu hanya sementara. Emosinya langsung melonjak ketika dia pulang mendapat laporan pembalap nomor tiga Red Suns baru saja dikalahkan oleh pembalap lain di kandang sendiri.
"Tenanglah Keisuke, tidak ada gunanya marah untuk saat ini."
"Bagaimana bisa aku tenang Aniki! Mereka menantang Red Suns saat tidak ada kita." Keisuke berdiri dari duduknya. Beberapa anggota lain tampak takut dengan kemarahan sang kartu AS project D.
Dia benar-benar kesal karena merasa harga dirinya terinjak-injak. "Black Roses! Aku tidak terima! Aku ingin menghajar wajah tidak sopan itu. Kita harus balas dendam pada mereka Aniki!"
Alis Ryosuke terangkat naik sementara yang lain wajahnya mendadak pucat. Serius? Kepala kacang tampaknya tidak tahu apa-apa tentang Black Roses.
"Ada yang bisa ceritakan detailnya?" Ryosuke terlihat lebih tenang dari adiknya.
Kenta kemudian menceritakan segala yang terjadi malam itu. Tentang seorang wanita berparas cantik yang tiba-tiba mendatangi jalanan di Akagi tempat mereka berkumpul. Bertanya tentang siapa pembalap terbaik dan menantangnya. Ryosuke terkejut ketika tahu wanita ini hanya datang sendiri. Sangat bernyali.
Keisuke jadi tersenyum kecut. Dia tidak tahu kalau anggota Black Roses yang menantang adalah wanita.
"Apa yang harus kita lakukan, menurutku bukan kebetulan Black Roses berasal dari Konoha. Wilayah itu juga terkait dengan Akatsuki." Fumihiro memiliki keyakinan anggota Black Roses yang datang kepada mereka ada kaitannya.
"Satu lagi, di forum beredar kabar Nakazato 'NightKids' dan Kyouichi dari tim Emperor kalah." Informasi dari sang spesialis hujan satu ini benar-benar membuat yang lain tercengang. Tim Emperor bukan tim lemah.
"Black Roses juga?" Tanya Keisuke dengan nada tinggi.
"Bukan, Nakazato kalah dari anggota Konoha Class dan Kyouichi dari Sand. Mereka semua dari Konoha termasuk Black Roses."
Tiga klub yang berbeda menyerang dalam waktu bersamaan jelas bukan kebetulan. Ryosuke kemudian teringat dengan balasan email dari Akatsuki. Gambar joker dengan empat persegi.
Ryosuke hanya bisa menganalisis. "Mereka ingin bermain-main? Atau bentuk peringatan? Tapi kenapa bukan anggota Akatsuki yang lain untuk membuat konfrontasi. Kenapa dari klub yang berbeda?
Ini jadi pembicaraan yang panjang. Tampaknya menantang Akatsuki sama halnya membangunkan singa tidur. Project D tampaknya harus lebih mawas diri, mereka bukan klub biasa-biasa.
Dilain tempat Itsuki, Naruto, Gaara, Ino dan Sai masih mengobrol di tempat makan. Awalnya pembicaraan berlangsung ringan sampai Gaara menanyakan siapa pembalap tercepat di Akina. Mulanya Itsuki tidak mengerti arah pembicaraan sampai Sai memperjelas, selain datang menemui Naruto misi ketiganya adalah menaklukan Akina.
Bisa ditebak orang yang paling kehilangan warna diantara mereka adalah Itsuki. Naruto terlihat biasa-biasa saja, tidak terkejut jika Pein akan melakukan demikian.
"Menaklukan Akina, kalian terlalu percaya diri," ucap Naruto lalu menyesap kopinya secara santai. Sebersit ada rasa bahagia dibenak Itsuki saat Naruto tampak membela pembalap dari Akina.
Sai memasang senyum menyebalkan. Wajahnya yang datar sangat tidak cocok berekspresi lugu. "Kalau kami bisa kami bersyukur kalau tidak bisa itu bukan masalah. Bermain disini sangat menyenangkan. Mereka kuat."
"Berhentilah tersenyum, wajahmu menjijikkan. Itsuki terlihat ingin muntah melihatmu." Itsuki berjengit ngeri ketika namanya dibawa-bawa oleh Gaara. Dia tidak jijik tapi sedang ketakutan disini. Tidakkah mereka melihat itu?
"Oh ya Itsuki, bukankah Takumi anggota Project-D. Apa itu artinya dia yang terbaik disini?" Gaara bertanya dengan sopan dan ramah. Justru hal itu membuat Itsuki takut. Tadi dia tampak begitu sinis dan detik berikutnya tampak sangat ramah. Perubahan wajah yang mengerikan.
Semoga jawabannya tidak mengundang masalah lagi. Dia punya pengalaman buruk pernah berurusan dengan Nakazato dari NightKids karena salah bicara."Iya, dia sejauh ini yang terbaik di gunung Akina," jawab Itsuki cepat dan gugup.
Naruto mengangguk setuju. Dia bahkan sudah melihat sendiri kemampuan tunggal Fujiwara.
Matanya kemudian menatap Gaara penuh kemalasan dengan tangan kanan menyangga pipi. Mukanya berubah masam. Untuk kali ini dia menyerah. "Ini menyebalkan, aku benar-benar ingin melawan Takumi."
Bersambung
Terimakasih sudah fav, follow dan review. Terimakasih saran dan masukannya. Maaf jika terlalu lama, kebanyakan berkelana jadi pembaca ke fandom lain. #ditimpuk.(Enak soalnya)
Satu chapter lagi selesai!
Terimakasih semuanya.