CHAPTER 2

C'est très bon

-/-

Hembusan angin hangat oleh pengering rambut menjadi suara satu-satunya dalam heningnya kamar Yuuri, walaupun rambut yang bersangkutan sudan kering dan mengembang seperti adonan kue, Yuuri tanpa sadar tetap mengarahkan pengering rambut berwarna merah maroon dengan gambar piyo itu ke rambutnya.

Piyama kuning mustard yang ia kenakan tanpa mengancingi bagian depannya dibiarkan begitu saja terkena udara.

Bisa dibilang Yuuri dalam keadaan setengah sadar, pikirannya mulai dari masuk rumah, makan malam, mandi, dan kini mempersiapkan diri untuk tidur, terbang di atas awan. Ia tidak habis pikir kalau ia mempunyai teman laki-laki di apartemen barunya, bisa dibayangkan betapa terkejutnya keluarga Yuuri nanti saat mereka mengetahuinya. Terutama kakaknya yang pertama.

Yuuri menghela nafas, ia matikan dan taruh pengering rambutnya di laci mahogany bercat putih. Tidak mempedulikan bentuk rambutnya yang dapat membuat hairdresser menangis jejeritan. Dengan cekatan tangannya mengancingi piyamanya.

Iya, terutama Ayato-niisama. Memikirkan namanya saja mampu membuat kepala Yuuri cenat cenut kesakitan, nggak salah kalau orang bilang Ayato sebagai dalang dari minimnya teman lelaki Yuuri.

'Kenapa Ayato-niisama tidak normal sih, padahal kakak yang lain seperti Sumire-neesama, Aiko-neesama, dan Rui-neesama mendukung ku untuk berteman dengan lawan jenis!' pekik Yuuri dalam hati, dia melupakan sebuah fakta kalau Ayato satu-satunya anak lelaki dalam keluarga Shimura.

Dan entah kenapa Ayato tidak mengangap Sumire, Aiko, dan Rui sebagai perempuan. "Kamu tidak lihat kakak-kakak kita? Mereka seorang monster, Yuu-tan!" ujar Ayato pada suatu hari, tangannya mengepang rambut Yuuri kecil dengan cekatan."

Yuuri kecil memiringkan kepalanya, "Uee? Oneetama monstel? " ucapnya dengan polos.

"Iya, Yuu-tan, oleh karena itu kalau sudah besar nanti jangan menjadi seperti mereka!" Ayato mengelus-elus rambut Yuuri.

"demo.. Oneetama wa kire mon! Monstel wa kire ja nai mon! " (tapi kakak cantik kok! Monster kan nggak cantik!), sergah Yuuri dengan keras kepala, ia menggembungkan pipi bakpaonya hingga lebih gede lagi.

"Yuu-tan, mereka itu monster berkulit manusia! Mungkin kamu masih kecil jadi tidak mengetahuinya, kalau malam-malam mereka makan manusia! " lanjut Ayato menggunakan nada serba tahu yang kerap ia gunakan saat berbicara ke Yuuri, telunjuknya ke atas seperti guru yang mengajari murid.

Mata Yuuri mukai berkaca-kaca, "uso mon! " (bohong!)

"Sayangnya itu sebuah kenyataan... Maaf niitama udah jujur kepada mu. "

"Oneetama! " kaki kecil Yuuri membawanya lari ke arah belakang Ayato, dimana ketiga kakanya muncul dari balik pintu. Wajah mereka seperti menggunakan topeng Noh (cek gugel!) saat melihat ke adik laki-laki satu-satunya.

"GEH! "

Tiga benjolan kecil dapat terlihat muncul dari kepala Ayato secara bersamaan.

Yuuri menghelakan nafas, mengingat kejadian itu membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

Kini dalam pikirannya Yuuri membuat trik-trik agar kakak yang over-sayang kepada dirinya agar tidak mengetahui hal ini. Atau nggak, tahu tapi tidak bereaksi negatif terhadap berita ini. Kalau dalam daftar trik-trik ini ada yang terbilang eksentrik dan masuk dalam kategori 'mustahil', yah... Mari kita berharap agar Yuuri tidak kebanyakan baca manga.

Tepat sebelum ia memikirkan trik ke 23-nya (yang isinya : memanggil alien untuk menculik kakaknya), smartphone Yuuri mengeluarkan jingle pendek sambil bergetar, ia segera berdiri dari bean bag kuning mustard yang ia duduki dan merogoh tas selempang peach berbahan kulit miliknya.

Pipinya langsung merona ketika melihat layar smartphonenya, ia senang bukan main!

LEIN MESSAGE (1)

Kuroko Tetsuya: Konbanwa, Yuuri-chan. terimakasih atas kuenya.

Yuuri tersenyum ketika Kuroko mengirimkan stiker anjing Husky yang sedang menggerakkan ekornya. Ia tempel jari telunjuknya di tempat fingerprint untuk membuka kunci smartphonenya dan bergegas untuk membalasnya.

Shimura Yuuri: Seharusnya saya yang berterimakasih, Kuroko-san. Sudah direpotin bawain belanjaan sampai ke pintu depan.

Shimura Yuuri: ((stiker panda lagi dogeza))

Kuroko Tetsuya: Nggak apa-apa kok :)

Tanpa sadar Yuuri sudah chattingan dengan Tetsuya hingga larut malam, percakapan mereka terus berlanjut. Mulai dari ngebicarain kue ( yang didominasi oleh Yuuri), basket, teman satu tim Tetsuya, Nigou, hingga hal-hal lainnya.

Pipi Yuuri sakit akibat terlalu banyak tertawa dan menyunggingkan senyum setiap kali Tetsuya menceritakan kejadian unik tim klubnya.

Esok harinya Yuuri ke sekolah dengan kantung mata di wajah.

((di saat yang bersamaan Ayato merasakan sesuatu yang aneh di dadanya, "Yuu-chan? " bisiknya sambil menoleh ke jendela. Insting hewaninya sungguh mengerikan))

-/-

Taiga untuk kesekian kalinya dalam hari ini dapat merasakan otot kepalanya mengeras, ia menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah untuk menghapus papan tulis kapur yang sebenarnya bukan pekerjaan miliknya, setelah itu ia juga harus membawa buku tugas anak sekelas ke ruang guru. Perlu dicatat kalau setiap bukunya lebih mirip kamus bahasa dibandingkan buku tugas.

Yap, dia kena hukuman dari Ooyama-sensei, guru super killer pada pelajaran Kimia.

Sebenarnya ia tidak keberatan menghapus papan tulis, akibat tinggi dan postur badannya ia dapat membersihkan papan dalam sekejap. Ia juga tidak keberatan ngebawain buku ke ruang guru, toh Taiga sering disuruh-suruh oleh keluarganya seperti kuli bangunan.

Yang membuat ia keberatan? Manusia di sebelah kirinya tidak mendapat hukuman. Manusia berambut baby blue yang hawa keberadaannya mengalahkan hantu sekalipun.

Padahal Tetsuya lebih pulas tidurnya dibandinkan Taiga, ia bahkan dapat melihat cap bekas tidur di pipinya!

"Kagami-kun" Tangan kecil dan bertulang (walaupun hampir semua tangan terlihat kecil bagi Taiga) menepuk bagian kanan atas punggungnya.

"ARGHHH! SEJAK KAPAN ELO-KA-KAMU DI SANA?!" Ia yakin kalau Tetsuya ada di sebelah kirinya, bukan kanan!

Dan seperti hari-hari biasanya, begitulah cara mereka memulai percakapan.

"Doumo, Kagami-kun" sapa Tetsuya dengan wajah polos-tapi-dalam-hati-menertawakan miliknya, matanya mengerling dengan sinar aneh yang selama ini tidak ia miliki, "Istirahat nanti kita dipanggil Riko-san di ruang klub."

"oh... Oke"

"Dan sebaiknya Kagami-kun berhenti menyiksa papan tulis kelas kita, aku yakin dana klub sekalipun tidak dapat membayar amarah Wali Kelas kita" Lanjut Tetsuya masih dengan wajah polos-tapi-dalam-hati-menertawakan.

Taiga mengalihkan pandangan matanya yang tajam dan sering membuat orang (terutama perempuan) ketakutan dari Tetsuya, ke korban kekerasan yang ia lakukan, yaitu papan tulis kapur. Ia memutuskan untuk pura-pura tidak melihat lengkungan kecil yang terbentuk.

Dan seperti biasanya lagi, Tetsuya 'menghilang' saat Taiga menengokkan kepalanya ke kanan.

Kalau ada yang menanyakan, siapa yang bertindak keji hingga membuat BB-chuan (Black Board-chan, wali kelas mereka memang aneh) terluka, akan dihujani tatapan membunuh milik Taiga hingga mata pelajaran selesai. Lambat laun lengkungan kecil tersebut menjadi salah satu misteri di Seirin.

(Kutipan dari Klub Pers: "DENDAM ARWAH MURID GENTAYANGAN MEMBUAT KERUSAKAN PADA KELAS!" lengkap dengan foto lengkungan papan tulis kapur tersebut.

Kutipan dari murid kelas kejadian : "Aku tidak mau membahas hal ini, waktu HT-san membicarakannya ia dapat merasakan aura membunuh seharian, perutnya mual, dalam perjalanan ke rumah dikejar anjing, dan esoknya ia harus remedial 4 mata pelajaran! "

Kutipan dari murid kelas 10-2 yang dengar ceritanya dari 10-6 yang teman sodaranya merupakan teman dari murid kelas kejadian : " -Terus ada pisau berterbangan tanpa sebab, menghujani Ooyama-sensei hingga membuat kepalanya pitak! Gunung Fuji meletus! Udah gitu-" )

Taiga menjedukkan kepalanya ke tembok ketika membaca artikel tersebut.

-/-

Iris emas Natsuno Hana memperhatikan kelakuan sahabatnya, Shimura Yuuri, seperti burung hantu (Minus memutar leher sejauh 360 derajat).

Sahabat yang sudah ia anggap sebagai sodaranya sendiri ini berperilaku aneh mulai pagi tadi. Ketika Hana menanyakan hal ini ke Yuuri, ia hanya tersenyum dan menjawab "He he he, tidak apa-apa kok, Hana-chan! Cuman kurang tidur aja~" dan kembali melakukan aktifitasnya.

Hal itu sih sudah ia tebak, hanya orang bodoh yang tidak dapat melihat kantung mata yang bertengger di wajah Yuuri. Kalau ia secara tidak langsung mengatakan 86.7% populasi sekolahnya merupakan orang bodoh, hiraukan saja.

Yuuri, merasa risih oleh tatapan Hana dari awal ia masuk ke kelas hingga saat ini, mencuri-curi lirikan ke arah sahabatnya. "Hana-chan?" pekiknya, tangannya yang sedari tadi sibuk menaruh adonan kering ke adonan basah secara perlahan berhenti sejenak.

Mata Hana semakin menyipit, "Biar aku tebak... Hmmm... Masalah cowo? " ucapnya asal sambil menunjuk wajah Yuuri.

Klotang!

Adonan keringnya langsung tumpah semua ke adonan basah, mangkok besi yang Yuuri gunakan juga ikut tercampur di dalamnya, wajahnya memerah seperti cherry.

"ehhh?! Usoo!"

"Na-chan shhh shhh! "

Akhirnya, setelah bersahabat dari TK hingga SMA Yuuri memiliki pacar! Senyuman merekah di wajah Hana, ia ikut bahagia atas berita ini. Hana mendekatkan badannya ke Yuuri, kini iris emasnya berkerlap-kerlip dengan rasa penasaran dan jahil.

"Jadi, siapa pria beruntung itu? Imani-san? Kanzawa-kun? AHHH jangan bilang... Watanabe-sensei?! " tanya Hana setengah berbisik ke arah Yuuri, yang notabene merupakan primadona SMA Sakura (walaupun yang bersangkutan tidak mengetahui hal ini) dan pastinya memiliki segudang fans di luar sana.

Hana terbelakak dan bingung ketika melihat gunung cokelat yang terbentuk di meja Yuuri setiap kali valentine tiba, peraturan SMA Sakura bisa dibilang super ketat, di sana jelas-jelas tertulis kalau 'pria selain anggota sekolah (guru, TU, petugas kebersihan, penjaga kantin, satpam) dan keluarga siswi, dilarang memasuki area sekolah saat hari-hari biasa, kecuali saat acara sekolah'. Gimana caranya mereka masuk? Ia hanya dapat menggelengkan kepala.

Yuuri terlihat bingung, ia miringkan kepalanya ke kanan sedikit. "Heee? Kuroko Tetsuya... San...? " ucapnya dengan tidak yakin. Ia sedang berusaha menolong adonan kuenya. Dengam cekatan ia angkat mangkok besi miliknya dan membersihkan bagian yang terkena adonan basah

Hana ingin berteriak girang , Yuuri mempunyai pacar! "ehhh, kenapa aku tidak mengetahui namanya? Dia SMA dimana? "

Yuuri mengocok adonan kuenya secara manual, sesekali menggunakan spatula agar tidak terlalu banyak udara yang terperangkap di adonannya, "Euh.. SMA Seirin deket Amanchou. Aku juga baru kenal dia baru-baru ini, kok! Baru saja kemarin kita chattingan. "

Kini Hana curiga, jangan-jangan Yuuri dimainin sama cowok hidung belang yang tidak tahu diri?! "Ne, Yu-chan, apa sebaiknya kamu mengenal Kuroko-san lebih jauh terlebih dahulu sebelum pacaran dengannya? "

"EHHHHHH?! PA-P-PACARAN?!" kini wajah Yuuri lebih mirip lobster rebus tepat dengan uap yang keluar dari telinganya, mata almondnya melebar seperti kijang. Bunyi klontang! Untuk kedua kalinya sukses membuat apron Yuuri dan Hana berlumur adonan kue.

Suara tarikan nafas yang tajam beserta bisikan-bisikan dapat terdengar dari belakang, salah satu fans club Yuuri terlihat pucat. Hana menghiraukan mereka.

"Kita cuman temanan! " ujar Yuuri setengah berteriak, kedua tangannya yang kecipratan adonan memegang kanan kiri pundak Hana dan menguncang-guncangkannya. Jangan salah, walaupun badannya mirip muchkin cat, Yuuri memiliki tenaga seperti macan. Ya, seseram-seramnya macan yang sedang malu hingga seluruh wajahnya memerah.

"mou!" Yuuri berhenti membuat otak Hana menjadi telur orak-arik dan melipat kedua tangannya di dada, ia menggembungkan pipinya seperti anak kecil.

Hana dapat mendengar bunyi kamera dari meja samping mereka dan memutuskan untuk menghiraukannya. Ia juga menghiraukan suara bisikkan 'Yuuri-sama, kawaii! ' dari sekeliling mereka .

"Waktu itu aku cerita kan, kalau aku memutuskan buat tinggal sendiri biar deket sama sekolahan. Kuroko-san itu tetanggaku! Dia kemarin ngebantuin aku" ucap Yuuri, warna wajahnya mulai kembali normal.

Hana meletakkan jari telunjuk tangan kanannya di dagu, dan tangan kirinya di dada. "Uhuuh... Terus? "

"ya.. Yaaa kita tukeran id Lein gitu" lanjut Yuuri, menggaruk-garuk pipinya sambil tersipu malu

"Laluu... Chattingan sampai malam dan lupa tidur? "

"Hehehe, I-iya" kekeh Yuuri, malu.

Hana memeluk Yuuri dengan erat, YUURI CHATTINGAN SAMA COWO HINGGA LARUT MALAM! Ia merasa seperti melihat anaknya tumbuh dewasa, tanpa sadar ia menitikan air mata. "Selamat ya, Yuu-chan! Kamu sudah gede sekarang nak, Mamah bangga! "

"Na-chan... "

"Terus Imani-san, Kanzawa-kun, dan Watanabe-sensei gimana? " bisik Hana di telinga Yuuri.

"mou! Imani-san teman kakakku, kita cuman ketemu sekali doang. Kanzawa-kun sering sih ngirim Lein... Tapi selalu kekubur sama chat-chat yang lain. Ia juga sering salah ngirim stiker, entah kenapa smartphonenya selalu mengirimkan stiker... Ch-chuu... Setiap kali ia nyapa-"

"Ingatkan aku untuk menjitak kepalanya saat bertemu dengannya." Potong Hana kesal.

"he? "

"Lanjutkan"

"Kalau Watanabe-sensei sering nyapa aku waktu pas-pasan di sekolah, beliau juga sering aku repotin waktu ada anak kelas atau anak klub masak yang terluka... Ya... Waktu valentine aku kasih Bûche de Noël (Yule Log) sebagai tanda terimakasih."

"Woi, itu harusnya dikasih saat Christmas..." Yuuri diberi tatalan deadpan oleh Hana.

BRAK!

Pintu geser klub masak terbuka lebar, dengan santainya Instruktur masak kali ini, Taki-san, melanglah masuk. Wajahnya tersenyum lebar, "Bagaimana fudge cakenya? Sudah siap untuk dimasukkan ke oven belum?"

Hana sama Yuuri tatap-tatapan, secara bersamaan keduanya memperhatikan pekerjaan masing-masing. Yuuri yang penuh dengan adonan pada meja dan apronnya, bahkan bentuknya sudah tidak jelas lagi, dan Hana yang bahkan belum memcampur adonan kering dengan adonan basah.

Gawat!

-/-

Jujur, Tetsuya nggak tahu harus ngelakuin apa saat teman satu klubnya memperhatikan bingkisan biru pastel yang ia pegang dan dirinya secara bergantian, ia dapat mendengar tangisan buaya Koganei Shinji dan yang lainnya ketika mereka mendengar asal bingkisannya dari mana.

Awalnya mereka lagi melakukan rutinitas yang didesain oleh iblis bernama Aida Riko. Lari keliling lapangan, lari sprint, lari miring, lari sambil mengangkat kaki, lari kebelakang, push up, sit up, plank, latihan dribble, makan api, berdiri di atas bola, main unicycle, dandan seperti badut.

Intinya, melakukan rutinitas yang dapat membuat seluruh badanmu sakit, menjerit, bertanya kepada dunia kenapa ini terjadi kepada dirimu, dan berpikir memanggil dukun untuk mengeluarkan setan yang merasuki tubuh pelatih mu itu.

Tiupan peluit dan pemberitahuan kalau liatihannya sudah selesai seperti berita bahagia yang dikumandangkan dari surga. Tanpa aba-aba mereka langsung menjatuhkan diri dan meluruskan kaki. Riko kini terlihat seperti malaikat saat dia membagikan minuman isotonic (sports drink) dan handuk kecil ke setiap member.

Dalam hatinya mereka berharap kalau Riko tidak mencampurkan sesuatu kedalam minuman mereka. ((mereka masih sedikit trauma))

Di tengah-tengah erangan kecapaian tersebut, Tetsuya melangkahkan kakinya (yang kini lebih terasa seperti jeli) ke tempat duduk, membuka tas olahraga hitamnya dengan gemeteran dan menemukan elixir dalam hidupnya. Kue madeleine dari Yuuri .

Ia kemarin baru memakan satu biji sebelum memutuskan untuk memakannya secara perlahan. Rasanya luar biasa, ia tidak pernah makan kue seenak ini, wangi citrus dan vanilla yang membentuk harmoni seolah-olah membawanya ke musim semi di Perancis. Padahal ia belum pernah ke Perancis.

Akhirnya, dari 13 kue madeleine hangat buatan Yuuri, ia hanya memakan 5 buah dan sisanya ia simpan untuk besok. Memang rasa dan tektur kuenya sudah berubah, kini lebih rapuh saat disentuh dan yang pastinya aromanya tidak senikmat saat masih hangat. Tapi tetap saja, rasanya begitu enak .

Mungkin karena terlalu menikmati kue madeleinenya, Tetsuya jadi lebih mudah untuk dilihat. Hawa keberadaannya kini lebih mirip semut ketimbang hantu, meskipun masih tetap berada di bawah standar, anggota klub basket Seirin yang sudah terbiasa dengan hawa hantunya dapan menemukan Tetsuya dengan mudah.

"Kuroko... Tersenyum?!" teriak Hyuuga Junpei yang sedari tadi sibuk menegak habis minuman isotonicnya, kacamata berframe kotak yang ia kenakan turun ke hidung saking kagetnya. Semua mata langsung mengarah ke Tetsuya.

Furihata Kouki tidak kalah kagetnya, ia menunjuk bingkisan berwarna biru yang Tetsuya pegang dengan protektif, desainnya yang feminin dan imut tidak luput dari matanya. "Dia memakan sesuatu! "

Karena kepo, Fukuda Hiroshi, Koganei Shinji, dan Kawahara Koichi langsunh mengerubungi Tetsuya, rasa capek mereka entah kenapa hilang dalam waktu singkat. Rasa penasaran mereka mengalahkan segalanya.

Taiga tadinya tidak ingin ikut campur dalam masalah ini, ia lanjut latihan shooting dan dribble di lapangan setelah menghabiskan minumannya tanpa henti seperti memiliki tenaga nuklir dalam tubuhnya. Tapi pada akhirnya ia penasaran juga. Hal yang serupa terjadi pada anggota lainnya.

"AAH! KLUB MEMASAK SMA SAKURA! " semua mata melebar saat mendengarnya, alis terangkat tanda takjub dan tidak percaya.

SMA yang dikabarkan penuh dengan wanita elit yang cantik seperti model, setiap sudutnya dipenuhi bunga-bunga, kantin mirip restoran bertanda michelin star, saling menyapa dengan kalimat Gokigen'yoh dan memanggil seniornya dengan sebutan neesama, rambut di roll seperti ratu rococo, dan masih banyak lagi rumor yang beredar menganai SMA satu ini.

"EHHHHH?!"

"SMA SAKURA YANG ITU? "

"Kenapa selalu Kuroko! Hiks"

"KENAPA AKU TIDAK POPULER?"

"..."

"sakura... Wa kuroi, Kitakore! "

"KUROKOOOOOO! "

Alis Tetsuya berkedut melihat kelakuan teman satu timnya, dengan berat hati ia menawarkan kuenya. "Kalian mau? " tawar Tetsuya.

"oh, Arigatou, Kuroko" Tanpa rasa malu Taiga mencomot dua dan melahapnya sekaligus, pipinya menggembung seperti tupai saat mengunyahnya. Ia tidak sadar Tetsuya memberinya tatapan sinis dan menjauhkan sisa kuenya dari tangan manusia rakus bersurai merah.

"HNGGH! " Taiga memegang dadanya dan merasakan kaos katun hitamnya, mukanya memerah dan ekspresinya seperti mencapai nirvana. "Ini enak banget! Kayak buatan professional gilaak, gue kira semua cewek Jepang nggak bisa masak!" tanpa sadar ia mengeluarkan watak aslinya, seperti preman.

Dari arah bawah ring Riko melempar bola basket ke kepala Taiga, membuatnya terpelanting. "woa, Naisu shuto (nice shoot) , Riko! " Izuki Shun memberinya jempol dengan senyuman gigi.

Shun seperti mendapat pencerahan, mengeluarkan buku lawakan miliknya dan menuliskan pencerahan itu sambil berbicara, "hmm... Naisu... Aisu (Nice Ice) Kitakore!" Riko mengacuhkan kelakuan eksentriknya.

Dengan langkah yang dihentakkan Riko mendekati Tetsuya, "Hmph! Emang seberapa enak sih kuenya, masakan ku juga enak kok, cuman rasanya unik... " dumel dirinya. Riko mengambil satu kue dan yang lainnya menahan napas, menunggu verdict dari hakim. Semoga aja kuenya memberi ilham ke pelatih satu ini.

"Rasa ini..." ekspresinya menggelap "ENAAAAK banget! Rasanya...rasanya seperti sedang menikmati teh di kebun jeruk sambil bercanda dengan teman perempuan bergaun a'la Eropa ! ADA APA INI?! Mereka menawarkan teh kepadaku! " Riko kaget, ia menyaksikan halusinasi saat memakan kue!

Eksklamasi gembira langsung memenuhi ruangan, mereka jadi tidak sabar untuk mencobanya juga. Tapi Riko menatap mereka dengan tajam seperti gorilla wanita yang melindungi anaknya saat mereka mencoba untuk menyicipi, lengkap demgan aura liar dan bunyi 'uu aa' background musicnya. Tolong jangan bilang ke Riko kalau aku memanggilnya gorilla wanita.

Tetsuya langsung dihujani tatapan Riko, ia menaruh tangannya di pundak Tetsuya, "Nikahin dia, Kuroko-kun!" dia memberi Tetsuya jempol. Bunga bermekaran di belakangnya seperti efek pada manga shoujo.

Mata Tetsuya melebar, ngelatur apa pelatihnya ini.

"Woi, Riko! " Junpei memberikan 'chop' pada kepala Riko, memberi tanda berhenti pada jalan pikirannya.

"Arigato, Riko-san" dia benar-benar berterimakasih, tanpa tatapan gorilla wanita Riko (sekali lagi jangan bilang ke Riko kalau aku memanggilnya gorilla wanita), Tetsuya mungkin hanya akan tersisa debu dan air mata.

Diam-diam Tetsuya memasukkan madeleinenya ke dalam tas, dalan saat-saat seperti inilah ia merasa bersyukur memiliki hawa tipis. Ia akan memakannya di rumah, jauh dari tangan-tangan orang lain.

"Yak, istirahat selesai!" Tiga tepukan tangan yang keras sukses membuat semua orang yang hadir pucat pasi, "Waktunya latihan lagi!"

...

T B C

-/-

A/N:

Heluuu *bersembunyi dari balik panci*

Yep, ga nyangka udah setahun nggak update ini, sampai berdebu filenya di lappy.

Di chapter ini lebih ke pengenalan karakter 'Yuuri' dan sahabatnya, gimana mereka berinteraksi, dan pembentukan dunia dimana SMA Sakura bener-bener ada di dalam Kurobas. Kasarnya kalau dalam dunia anime, masuk ke filler.

Aku menggunakan nama lengkap saat pertama kali disebutkan dalam narasi, nama asli (given name) pada penggunaan narasi selanjutnya, dan nama keluarga / panggilan sesuai dengan tokoh yang bicara setiap kali berdialog.

:

Pertama kali narasi : Yamashita Momo (family name-given name)

Kedua kali narasi: Momo (given name)

Dialog : "Mo-chan" "Momo" "Yamashita-kun"

. . .

Aku juga bakal ngegunain style DBL buat perlombaan nanti, mulai dari musiknya dan tata acaranya. Karena sudah nyaksiin sendiri euphoria waktu nonton DBL di tribun penonton, teriak-teriak sampai tenggorokan kering kerontang, nangis jejeritan, dan sempet ngedokumentasiin tim sekolah waktu lagi latihan (sekaligus cuci mata :p) , aku harap dapat membawa pengalaman itu kedalam FF ini.

Dan yang lebih penting, biar nggak terlalu mirip canon-ssu!

Tapi alurnya masih sama kok~

...

Makasih sudah membaca FF ini :') seneng banget ngebaca review-review kalian.

Selamat Puasa bagi yang melaksanakan!

Xoxo