RAMSHACKLE FLAT
StoryIvyluppin
Pair : ChanBaek
Warning: Yaoi, BL, AU, OOC, and many kinda
Summary: Baekhyun pemuda miskin dan mandiri terpaksa menampung Chanyeol, pemuda sombong dan manipulative di apartemen bobroknya karena sesuatu. Mampukah ia bertahan di bawah jajahan Chanyeol?/"Tapi dari semua itu mengapa ia selalu dan selalu menggangguku?"/"Baekhyun, I woof you..."/CHANBAEK/BL.
.
.
Chapter 2
.
.
.
Di hari normal, perjalanan dari restauran Italia tempat Baekhyun bekerja menuju ke flat-nya hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit. Tapi karena hari ini kurang normal, mengapa? Karena ia harus mengangkut beban berat bernama 'Park Chanyeol' di sepedanya jadi Baekhyun membutuhkan waktu lebih dari 35 menit hingga ia benar-benar tiba di flat-nya. Bagaimana bisa ia mengangkut pemuda berambut obor dengan kata-kata busuk yang selama ini terus menjadi mimpi buruknya sejak kejadian di Cafetaria? Sejujurnya Baekhyun sendiri baru sadar apa yang ia lakukan, Baekhyun mengumpat dalam hati. Ia mengutuk rasa penasarannya yang berlebihan. Seharusnya ia biarkan saja si -rambut obor- Park ini tidur di jalan. Setidaknya orang-orang akan bersimpati padanya, bukankah ia punya wajah pangeran? Para gadis akan rela memungutnya.
Bruk...
Baekhyun ambruk di lantai karena ia sudah kelelahan menyokong tubuh Chanyeol. Kini Baekhyun jatuh tepat di atas Chanyeol yang menutup mata, ia bisa melihat wajah Chanyeol lebih dekat. Bukannya terpesona, Baekhyun malah mendengus dan membenturkan jidadnya dengan jidad Chanyeol.
"Hei, Park Chanyeol. Jika bukan karena aku, kau pasti sudah dimakan anjing liar di jalanan tadi. Jadi berterima kasihlah pada diriku ini. Byun Baekhyun adalah penyelamatmu." Ujar Baekhyun sengak.
Di sisi lain, Chanyeol bersumpah ia ingin sekali memaki Baekhyun karena ejekan tersebut, tapi rencananya akan gagal jadi Chanyeol menekan kuat-kuat emosinya dan bersumpah akan membalasnya kelak.
"Aigoo. Bagaimana aku bisa memindahkan jasadmu yang berat ini? Kepala obor, kau sungguh menyusahkanku." Ujar Baekhyun sambil menggeret tubuh Chanyeol menuju kamarnya.
Geret..geret...geret...
Aigoo! Menggeret kaki Chanyeol bahkan jauh lebih berat. Baekhyun bersumpah ia merasa seperti seorang pembunuh yang sedang menyembunyikan mayat korbannya dengan menggeret kakinya.
"Dengar Park, aku yang baik hati dan tidak sombong ini mengijinkanmu meniduri futonku yang baru pulang dari tempat laundry. Jadi kau harus berterima kasih, kau dengar itu?" Baekhyun menyelimuti Chanyeol dengan selimut lalu beranjak keluar hendak menyiapkan makan malam.
Sedetik setelah pintu kamar tertutup Park Chanyeol membuka mata dan mengerjap-ngerjap. Lalu ia bergumam dengan suara mendesis "Bahkan jika kau memasukkannya dalam mesin cuci selama satu tahun pun. Futonmu ini tetap kumal bodoh."
Chanyeol bangkit dari tidurnya, ia duduk sambil melihat sekeliling. Bagaimana ruangan sempit seperti ini bisa dibilang kamar? Ini bahkan hanya selebar kandang kelinci punya Suho. Chanyeol tak habis pikir, bagaimana namja itu bisa tidur dengan nyenyak dalam ruangan sempit yang berisi barang-barang murah? Bahkan Chanyeol mulai mengira-ngira jika hampir semua barang di tempatnya berada didapat Baekhyun dari diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan. Benar-benar miskin bocah itu.
Jam berdetak dengan berisik, mesin murah memang berbeda dengan mesin mahal. Jam di rumah Chanyeol tak ada yang seberisik ini bunyinya. Chanyeol menyibakkan selimut dan merangkak mendekati sebuah meja kecil. Apa mungkin Baekhyun menyebutnya sebagai meja belajar? Dengan lancangnya Chanyeol mengutak-atik isi meja belajar Baekhyun. Dari membuka buku catatan hingga laci. Chanyeol tidak bermaksud mencuri. Ia hanya ingin mencari tahu apa Baekhyun memiliki rahasia jadi Chanyeol akan memiliki bahan baru untuk mengejek namja itu nanti.
"Wow, dia benar-benar rajin. Tugas praktikum untuk dua minggu ke depan sudah ia selesaikan. Lumayan juga namja itu. Aaa, apa ini? Kenapa ia memberi tanda di tanggal 24? Mmh...inspeksi pemilik restauran? Aaa, ini tempatnya bekerja part time? Tsk, apa dia tidak punya rahasia apapun?" gumam Chanyeol masih mencari-cari hingga matanya menangkap sesuatu yang menarik dalam kalender Baekhyun.
"Untuk apa ia menandai tanggal ini? 10 Desember? 'I meet him'? Heh? Dengan siapa yang dimaksud?" gumam Chanyeol.
Duk...duk...duk...
Suara langkah kaki membuat Chanyeol tersentak. Baekhyun berjalan ke kamarnya. Secepat kilat Chanyeol mengebalikan semuanya dan berpura-pura tetap tertidur.
Brak...
'Yah! Apa si Bodoh ini tidak bisa membuka pintu dengan pelan? Telingaku sakit.' Rutuk Chanyeol dalam hatinya.
Suara helaan nafas terdengar berat. Baekhyun masih berdiri di ambang pintu sambil menatap Chanyeol, ia bergumam pelan dengan wajah ragu-ragu.
'Apa aku harus membangunkannya? Apa aku sungguh mau mengajaknya makan malam? Aigoo! Bahan makananku tidak cukup untuk disantunkan pada orang macam dia.' Gumam Baekhyun.
Ia menghela nafas kembali lalu Baekhyun maju dan berjongkok di depan Chanyeol. Baekhyun menggoyang-goyangkan tubuh Chanyeol.
"Sunbae...Park Sunbae. Bangun! Aku sudah terlanjur masak untuk dua porsi. Yah! Park...Park Chanyeol? Bangun! Dasar namja pemalas." Ujar Baekhyun.
Banyak persimpangan hadir di jidad Chanyeol saat telinganya mendengar hinaan dari mulut Baekhyun.
"Enngh.." erangan halus yang terdengar seksi terdengar saat Chanyeol dengan sengaja menggerakkan tubuhnya seolah terusik.
Baekhyun hampir merasa senang saat Chanyeol memperlihatkan repons seakan-akan ia akan bangun namun sayangnya Chanyeol justru menelungkupkan tubuhnya dan bergelung dengan selimutnya.
"Yah! Dia benar-benar menyebalkan...Park Chanyeol, bangun kubilang!" Baekhyun semakin kuat menggoncang-goncangkan tubuh Chanyeol seperti milkshake.
Chanyeol kembali membuat gerakan yang sama, tapi kali ini ia memutuskan menuruti keinginan Baekhyun. Perlahan Chanyeol membuka matanya lalu mengerjap-ngerjapkannya untuk memberikan efek dramatis dalam kepura-puraannya.
"Apa yang terjadi? Ada dimana aku?" ujar Chanyeol masih dalam aktingnya. Baekhyun memutar bola matanya, ia merasa de javu. Ah dimana ia pernah mendengar rentetan kalimat tanya yang seperti Chanyeol ucapkan? Ah benar, kalimat itu sering kali ia dengar dari tokoh dalam drama murah yang sedang terkena amnesia atau baru saja menjadi korban pemerkosaan.
"Kau ada di surga dan aku adalah malaikat. Kajja, bangun dan kita makan sekarang. Supnya akan dingin jika tidak cepat dimakan." Ujar Baekhyun lalu meninggalkan Chanyeol yang terpaku mendengar kalimatnya.
"Surga? Malaikat? Bicara apa dia? Tempat ini bahkan mirip kandang ayam." Cerocos Chanyeol.
.
.
.
Chanyeol keluar dari kamar dan mencium aroma masakan dari arah ruang tengah. Awalnya saat mendengar Baekhyun akan mengajaknya makan malam. Dalam bayangan Chanyeol, Baekhyun tengah duduk di meja makan dengan masakan-masakannya namun nyatanya Chanyeol malah menemukan hal aneh yang tak pernah ia bayangkan dalam benaknya.
Saat Chanyeol memasuki ruang tengah flat itu, ia melihat Baekhyun duduk berselanjar di depan sebuah meja pendek sederhana dengan makanan yang tersaji di atasnya. Chanyeol bisa melihat Baekhyun tengah membuka penutup panci kecil yang menggepulkan asap saat Chanyeol dengan ragu-ragu duduk di hadapannya.
"Makan dan pulanglah. Dan jangan lupa aku telah berlaku sebagai tuan rumah yang baik jadi jangan mengomel." Ujar Baekhyun sambil menatap Chanyeol.
Chanyeol mendengar ucapan itu namun pandangannya melihat-lihat sekitar. Ruangan itu sederhana, di belakang tempatnya duduk ada sofa butut sedangkan di depan meja ada sebuah televisi 14-in. Tembok-tembok di sekitarnya kebanyakan kosong, Baekhyun hanya menggantungkan beberapa foto saja. Mungkin hanya sekitar 3 buah foto dengan ukuran 5R.
"Berhenti memandang isi flat-ku dengan wajah seperti itu. Aku tahu kau tak nyaman, jadi Tuan Park. Cepat makan dan pulanglah!" bentak Baekhyun.
Chanyeol lantas mengalihkan pandangannya pada Baekhyun lalu beralih pada semangkuk sup yang mengepulkan asap. Ini sup jagung dengan hiasan daun parsley di tengahnya.
"Apa ini?" tanya Chanyeol.
"Jelas bukan? Itu sup Jagung." Ujar Baekhyun sedikit tersinggung.
"Kau yakin tidak menambahkan sesuatu yang buruk ke dalamnya?" tanya Chanyeol dengan alis terangkat.
Baekhyun berjenggit. Ia memandang Chanyeol dengan mata tajam.
"Aku tidak menambahkan sesuatu yang buruk di dalamnya, ini sup Jagung biasa. Tapi tunggulah sebentar, kurasa aku akan menambahkan racun serangga untuk supmu." Ujar Baekhyun sengit.
"Kau tak perlu repot-repot Bacon, aku akan mati pada waktunya nanti." Ujar Chanyeol.
'Kuharap itu cepat, Park.' rutuk Baekhyun dalam hati.
Dengan wajah enggan Chanyeol melahap sup jagung di hadapannya. Alisnya terangkat, entah bagaimana mengatakannya tapi sup ini benar-benar enak. Bagaimana bisa namja di depannya ini membuat sup seenak ini dengan bahan-bahan murah?
"Enak kan? Aku tahu kau mengatakannya dalam hati." Ujar Baekhyun dengan wajah puas.
Chanyeol menanggapinya datar "Ini bisa kukecap dan kutelan."
"Apa itu pujian?" tuntut Baekhyun.
"Kau berharap aku memujimu, sayang?" ujar Chanyeol menggoda.
Baekhyun nyaris membenturkan jidadnya ke tembok terdekat. Si Park gila ini mulai lagi.
.
.
Keduanya masih menikmati makan malam dengan tv 14-in yang menyala buram. Chanyeol berusaha mengabaikan apapun acara yang ditampilkan tv tersebut. Demi apapun, layar bodoh itu bisa merusak mata saat melihatnya. 2018, ini tahun modern bahkan manusia sudah mulai merancang humanoid namun dalam peradaban ini Byun Baekhyun masih nyaman menggunakan tv monitor 14-in miliknya. Bagi Chanyeol, ini sungguh tidak masuk akal.
"Apa matamu tidak sakit? Kotak aneh yang kau sebut tv itu membuat mataku sakit." Ujar Chanyeol tak tahan.
"Hn." Tanggap Baekhyun seadanya.
Chanyeol mendapati dirinya kesal.
"Bacon, kau tak mendengarku?" ujar Chanyeol.
"Cepat habiskan makananmu dan cepatlah pulang ke rumahmu Tuan Park Chanyeol." Sambil menatap Chanyeol, Baekhyun mematikan tv-nya dan mulai memberisi peralatan makannya.
"Sebenarnya apa yang kau dapatkan dari acara yang kau tonton tadi? Sudah jelas acara berita itu mengatakan jika malam ini akan ada badai dan kau ingin aku pergi di tengah badai?" elak Chanyeol. Alasan ini cukup logis.
Melihat Baekhyun diam menatapnya Chanyeol menambahi kalimatnya "Ingat Byun Baekhyun sayang, aku, Park Chanyeol adalah putra tunggal komisaris kampus. Jika sesuatu yang buruk terjadi padaku karena ulahmu, maka...kita lihat bagaimana ayahku menghabisimu." Ujar Chanyeol mengintimidasi sambil menyipitkan matanya ke arah Baekhyun.
Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan tidak percaya. Dalam benaknya, ia membayangkan jika Chanyeol mati di tengah-tengah badai di luar sana lalu dua atau tiga hari kemudian ia menyusul Chanyeol ke akhirat setelah dibunuh sekaligus dimutilasi oleh Park Minho, appa Chanyeol sekaligus komisaris kampus.
"A-apa kau mengancamku?"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
"...k-kau terlihat mengancamku."
"Berhentilah berhalusinasi, aku tidak mengancammu. Kau mau bukti? Heh?"
Baekhyun diam saja. Wajahnya terlihat cemas. Chanyeol tak pernah lepas memperhatikan setiap gelagat Baekhyun.
Brak...
"Baiklah, mari kita buktikan!" Chanyeol bangkit, ia memandang Baekhyun sejenak lantas berjalan dengan langkah menghentak menuju pintu.
Baekhyun segera bangkit menyusul. Ia mendapati Chanyeol telah membuka pintu. Baekhyun bisa melihat betapa mengerikannya keadaan di luar sana dari balik tubuh Chanyeol. Badai benar-benar terjadi, ia bisa merasakan dinginnya angin yang bertiup kencang serta hujan yang deras. Ini benar-benar mengerikan.
"K-kau mau apa su-su-sunbaenim?"
"Mau apa? Tentu saja aku mau pulang."
Baekhyun hampir membekap mulutnya dengan tangan, namja di depannya serius. Ini bukan ancaman. Demi apapun di dunia ini, Baekhyun tidak pernah takut atau tidak khawatir sedikit pun jika Park Chanyeol mati karena badai di luar sana. Yang Baekhyun takutkan tentu saja adalah appa Chanyeol dan nasip dirinya. Aigoo! Ia masih terlalu muda untuk mati. Ia bahkan telah mengerjakan tugas praktikumnya mati-matian jadi semua itu akan sia-sia jika ia mati. Bagaimana dengan mimpinya menjadi seorang koki dan pemilik restauran? Hanya dengan kematian Chanyeol semua itu akan lenyap. Aigoo~ bahkan ketika Chanyeol memutuskan ingin mati sekalipun kenapa namja itu masih juga merepotkannya?
"Y-yah! Kau i-ingin mati?"
"Bukankah itu yang kau mau?"
"K-kau, aissh...tutup pintunya. Aku bisa masuk angin. Dan malam ini kau bisa menginap di flat-ku. Kau puas sekarang?" Baekhyun menghentak-hentakkan kakinya masuk ke dalam. Di belakangnya Chanyeol menyeringai.
"Bacon, ini benar-benar mudah, tch." Ujar Chanyeol menyusul Baekhyun masuk ke dalam, ia tak melepaskan senyum kemenangan di wajahnya.
.
.
.
Baekhyun memutuskan untuk membiarkan Park Chanyeol menginap di flatnya malam ini. Ia tengah membereskan kamar kosong di samping kamarnya yang ukurannya lebih sempit saat Park Chanyeol yang tidak tahu diri justru hanya melihatnya sambil mengkritik caranya merapikan kamar. Aissh, memang mudah apa merapikan kamar yang sebelumnya ia gunakan untuk menumpuk buku-buku, perangkat masak baru, serta pakaian laundry miliknya yang ia ambil kemarin. Seharusnya kepala obor itu bersyukur karena Baekhyun dengan baiknya mengijinkannya untuk menginap dan tidur di dalam kamar.
"Sudah selesai? Cepat juga." Itulah tanggapan pertama Chanyeol sejenak setelah Baekhyun keluar dari ruangan yang telah ia rapikan. Keringat Baekhyun turun dari dahinya namun sebaliknya, amarah Baekhyun semakin naik.
Ia menatap Chanyeol tajam. Hampir melepaskan umpatan pada namja itu sebelum pandangan super polos milik Chanyeol menghilangkan serangkaian umpatan di otaknya. Ia pergi begitu saja ke dapur. Mengambil sebotol air minum di kulkas kuno miliknya dan meneguknya cepat-cepat.
Baekhyun menghelas nafas setelahnya, ia merasa lebih dan lebih rileks saat ini, namun itu berakhir ketika siluet Chanyeol berdiri di ambang pintu dan menatapnya sambil tersenyum.
"Byun, kau punya kipas angin tidak? Udara di sini panas. Aku tidak bisa tidur." Baekhyun mendelik ke arah Chanyeol. Ia memandang namja itu dengan wajah tak percaya. Namja itu gila ya? Udara dingin begini ditambah badai di luar sana dia bilang panas? Apa otaknya salah program?
"Aku tidak punya, barang seperti itu masih terhitung mahal buatku." Ujar Baekhyun seadanya.
"Lalu bagaimana kau bertahan hidup melewati musim panasmu selama ini?" tanya Chanyeol cepat-cepat.
"Aku hanya mengenakan boxer sepanjang hari pada liburan musim panas. Kecuali jika harus pergi kerja." Jawabnya santai. Dia tak tahu Chanyeol terkejut bukan main mendengarnya.
"Wow! Lakukan itu lagi saat musim panas mendatang. Aku ingin lihat." Ujar Chanyeol sambil meninggalkan Baekhyun yang tengah mencerna kalimat Chanyeol. Lama, lama, lamaaaa ia mencerna dan akhirnya ia menyerah. Baekhyun tak tahu maksud Chanyeol.
.
.
.
Malam itu Baekhyun mendapati dirinya penuh dilema. Bukan karena ada Chanyeol, namja itu sama sekali tidak mengusiknya sejak masuk ke kamar dan menutup pintu. Baekhyun hanya mengulang kenangannya di lusa kemarin saat pemilik apartemen ini memintanya pindah secepatnya karena tunggakan pembayaran selama 3 bulan. Baekhyun nyaris menangis kala itu saat wanita setengah baya pemilik apartemennya itu menghujatnya di depan apartemen dan mengabaikan fakta jika banyak orang yang mendengar hujatan itu, terlalu banyak orang malah. Baekhyun ingin menangis sebenarnya bukan karena malu dilihat orang-orang, ia sudah terbiasa dipandang remeh sejak kecil karena miskin seperti sudah menjadi status sosialnya sejak dulu, namun yang membuat Baekhyun ingin menangis adalah kepalanya yang buntu untuk memikirkan darimana lagi ia harus mencari uang. Ia sudah pernah memijam uang dari teman satu kerjanya, jadi mustahil ia meminjam lagi pada temannya itu. Lalu Chen. Namja itu nyaris sama miskin dengannya, bedanya Chen masih memiliki bibi yang bekerja di kantor pemerintahan dan bersedia menanggung biaya kuliah Chen, meski bukan berarti ia bisa meminjam uang dari bibi Chen.
Akhirnya Baekhyun jatuh terlelap di antara pikirannya yang penat. Sedangkan Chanyeol, entah apa yang Chanyeol lakukan di kamar, ia mungkin sudah tidur.
.
.
.
Pagi tiba dan Baekhyun lekas memaksa tubuhnya sendiri menuju kamar mandi. Ada kuliah pagi di hari itu. Setelah bersih-bersih, ia tidak sempat sarapan dan berlari ke halte setelah memberikan pesan pendek pada Chanyeol yang masih molor di kamarnya. Beginilah isi pesan tersebut :
Jika kau sudah bangun maka aku sudah pergi ke kampus, cepatlah pulang ke rumahmu, tolong kunci flat-ku dan taruh kuncinya di bawah pot kaktus yang sudah mati -Byun Baekhyun-
Begitulah isi pesan tersebut.
Chanyeol sebenarnya sudah bangun sejak Baekhyun membuat gaduh di kamar sebelah. Hanya saja namja itu malas untuk sekedar bangkit jadi ia lebih memilih tidur lebih lama di hari itu.
.
.
Rasanya semua badan Baekhyun diliputi letih, terlebih bahunya. Dosennya tidak banyak bicara hari ini. Hanya saja banyak catatan yang harus di catatnya lewat presentasi yang dibuat dosennya. Hari ini Baekhyun pulang dari kampus pukul 3 sore dan bergegas pergi ke restauran Italia untuk bekerja. Restauran hari ini lebih ramai dari 3 hari terakhir jadi pantaslah jika Baekhyun merasa bahunya seperti rontok karena ia baru pulang ke rumah pukul 9 malam.
Ia tiba di flat-nya dan mencari-cari kunci di bawah pot kaktus. Kenapa tidak ada? Taruh mana kuncinya oleh si Park itu?
Baekhyun nyaris marah tapi ketika ia membuka pintu dan mendapati pintu itu tidak terkunci, amarahnya semakin besar. Bagaimana bisa Park Chanyeol meninggalkan flat tanpa menguncinya. Meski tidak banyak barang berharga tapi tetap saja itu menyebalkan.
Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar, berusaha meredakan kemarahannya, toh si Kepala obor itu sudah pergi.
"Aku pulang~" ujarnya seperti biasa pada ruang kosong flat-nya.
"Selamat datang~"
Baekhyun berhenti sejenak, ia merasa heran, seingatnya tidak ada orang di dalam flat-nya. Jadi ia bergegas masuk dan mencari tahu.
"Kau? Kenapa masih di sini?" teriak Baekhyun saat mendapati Chanyeol sedang mengunyah sepotong pizza di depannya dengan santai. Namja itu menatap Baekhyun dengan wajah heran.
"Kau mengusirku?" tanya Chanyeol.
"Ini flat-ku." Jawab Baekhyun setengah berteriak.
"Aku ingin menginap..."
"Tidak bisa."
"Aku ingin tinggal di sini juga. Denganmu."
"Enak saja, pulanglah!"
"Aku anak Komisaris, kau tidak bisa mengusirku."
"Yaaa! Kau keterlaluan. Pergi sana!"
Baekhyun menarik lengan Chanyeol dan berusaha mengusir pemuda itu dari flat-nya namun Chanyeol justru memelintir tangan Baekhyun ke belakang tubuhnya dan berbisik di telinga namja yang hanya setinggi bahunya itu dengan suara mendesah.
"Bacon sayangku, aku sudah membayar lunas uang sewa flat-mu ini hingga satu tahun. Jadi aku berhak tinggal di sini." Ujar Chanyeol.
"K-kau bisa menyewa flat kosong di samping flat ini." ujar Baekhyun lalu mengigit bibirnya merasakan suara Chanyeol yang menggelitik telinganya.
"Tidak mau, aku tidak suka flat itu, kenapa? Karena di flat sebelah tidak ada dirimu. Aku hanya mau yang ada dirimu di dalamnya." Ujar Chanyeol sembari menyentuhkan bibirnya ke telinga Baekhyun.
Huwaah! Ini siksaan. Chanyeol benar-benar orang menyebalkan. Meski Baekhyun berpikir jika ini adalah jalan keluar untuk masalah uang sewa flat-nya yang kini telah terselesaikan, namun ini masalah lain saat itu berarti dirinya harus tinggal dengan Chanyeol. Berbagi oksigen yang sama di dalam flat-nya? Oh tidak, yang benar sajaaaa...
Demi spaghetti dan kentang goreng, ini mengerikan...siapa saja tolong Byun Baekhyun...
.
.
.
-tbc-