NARUTO

Be Your Spirit

Sakura akhirnya diizinkan untuk pulang, aku merawatnya selama ia di rumah. Aku bahkan memperkenalkan diriku pada para tetangga agar mereka tidak merasa asing denganku dan membuat gosip yang tidak-tidak antara aku dan Sakura. Karena yang aku dengar dari gosip sekitar adalah — Sakura bunuh diri karena dia hamil anakku. Kami-sama, aku tidak tahu bagaimana cara meluruskan gosip ini, tapi gosip ini bisa menjadi pukulan bagi Sakura suatu saat nanti.

Pagi itu saat Sakura bangun, aku sudah membuatkannya sarapan. Ia masih terlihat kosong dan tak bertenaga.

"Aku bisa izinkan kau ke sekolah jika kau mau. Supaya kau bisa istirahat."

"Jangan!" Sakura tiba-tiba berteriak. "Aku tidak ingin orang-orang di sekolah tahu keadaanku."

"Baiklah. Kalau begitu, bagaimana jika aku katakana kalau kau izin sakit saja? Aku berjanji tidak akan katakana apa-apa pada gurumu nantinya."

Sakura tidak begitu memperhatikanku. Ia memakan sarapannya. Tidak apa jika ia mengabaikanku. Setidaknya ia memakan sarapannya, setidaknya ada harapan untuk Sakura untuk tetap hidup.

"Kenapa kau begitu baik padaku?"

Aku baru saja ingin menghubungi sekolah Sakura.

"Apa karena kakakku?"

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku tidak merasa terbebani untuk menjaga Sakura selama ini. Dan aku bahkan tidak berpikir selama ini selalu di sisinya karena Sasori-senpai.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi aku sangat berterima kasih."

Entahlah Sakura, tapi ucapanmu itu terdengar seperti kata-kata perpisahan di telingaku. Aku langsung menggenggam tangannya. "Sakura, aku sendiri tidak tahu kenapa aku menjadi begitu merasa terikat denganmu. Tapi apa yang kulakukan selama ini bukan karena Sasori-senpai. Mungkin benar, karena senpai, tapi karena dia kita bisa bertemu, karena dia aku bisa mengenalmu."

Mata hijau Sakura memandangiku. Aku tidak tahu apa yang kukatakan saat ini, tapi aku mengatakan apa yang ingin kukatakan padanya.