Sunbaenim, Saranghae!
Cast :
Jeon Wonwoo – Kim Mingyu – Other
Author :
Aaron Skye Hywel (FFN)
Genre :
Drama
Rating:
T
Warning:
Banyak typo bersebaran
Don't Like? Don't Read
Summary :
Sangatlah wajar bukan jika kau menyukai seniormu yang manis dan menggemaskan? Terlebih lagi dia adalah seseorang yang populer di bidang akademik maupun non-akademik. Bisa kau bayangkan bagaimana bahagianya seseorang yang menjadi pasangannya.
Sebentar lagi adalah libur musim panas, itu artinya para siswa di sekolah khusus laki laki akan berpisah sementara dari sahabat sahabatnya.
Begitu pula dengan siswa kelas sepuluh yang satu ini. Ia juga akan berpisah dengan para sahabat seperjuangannya. Tunggu, jika siswa ini pergi liburan ke Anyang saat libur musim panas, ia tidak akan bisa bertemu pujaan hatinya dong?
Kim Mingyu, siswa kelas sepuluh ini terlihat berkali kali menghela napas berat. Salah seorang teman sebangkunya berkali kali pula tanya alasan kenapa Mingyu menghela napas berat dan hanya dijawab dengan gelengan.
Sebenarnya, yang ada di dalam pikiran Mingyu adalah bagaimana caranya agar selama libur musim panas dirinya bisa mendapat kabar dari seseorang pujaannya. Seniornya di sekolah.
"Gyu, aku yakin kau tidak sedang gila. Tapi katakan padaku, kenapa kau ini?" tanya siswa berbibir tebal yang duduk di samping Mingyu. Lagi lagi Mingyu hanya menggelengkan kepalanya. "Aku baik baik saja." Hanya itu jawaban yang terlontar dari bibir Mingyu.
Sesungguhnya, Mingyu bukanlah siswa yang tidak tampan, dirinya cukup tampan jika dibandingkan dengan Seokmin, tapi Mingyu bukanlah orang yang blak blakan soal cinta kepada sahabat sahabatnya. Bahkan saat di asrama sekalipun.
Tiba tiba Mingyu berdiri dan berjalan keluar kelas. "Hey Kim! Mau kemana kau?" teriak Seokmin. Bukannya menjawab pertanyaan Seokmin, Mingyu malah meneruskan langkah kakinya menjauhi kelasnya.
'Hhh.. Kira kira, sunbae sedang di mana ya? Ah aku merindukan senyumnya, meskipun senyum itu bukan untukku'
Baru saja Mingyu akan ke kantin jika ia tidak menemukan sosok sunbae yang ia cari ke penjuru sekolah, ekor matanya menangkap seseorang yang ia cari sedang membaca bukunya sendirian di tepi lapangan.
'Apa harus sekarang aku mengungkapkannya? Bagaimana jika aku ditolak lagi? Bagaimana jika aku hanya akan mempermalukannya? Hhh.. Kim Mingyu, Hwaiting!'
Mingyu berjalan di tengah lapangan, mengambil napas panjang lalu menghembuskannya. Ia melakukan itu hingga tiga kali. Beberapa siswa dari kelas lain menatapnya dengan panangan aneh. Beberapa di antaranya juga berbisik bisik soal apa yang Mingyu lakukan di tengah lapangan dengan cuaca seterik ini.
Akhirnya Mingyu memantapkan hatinya dan berteriak seperti ini "JEON WONWOO SUNBAENIM! AKU MENCINTAIMU, JADILAH KEKASIHKU!"
Semua siswa yang ada di sekitar lapangan, termasuk Jeon Wonwoo –siswa yang sangat disukai Mingyu– menatapnya aneh.
Pandangan Wonwo yang awalnya teduh berubah menjadi tatapan tajam yang sulit diartikan. Wajahnya juga memerah bukan karna dia tersipu dengan pernyataan cinta seorang Kim Mingyu, melainkan karna dirinya malu sebab ditatap semua orang yang ada di sekitar lapangan.
Ia melemparkan buku yang ia pegang kepada salah satu temannya yang kebetulan melintas. Wonwoo masih menatap Mingyu tajam. Ia beranjak dari tempatnya duduk menuju tempat di mana Mingyu berdiri.
"Ikut aku!" ucap Wonwoo tegas. Ia mencengkeram pergelangan tangan Mingyu dan menyeretnya menuju atap sekolah. "S-sunbaenim, tolong lepaskan tanganku." Rintih Mingyu. Wonwoo memang kurus tapi ingatlah, dia tetap seorang laki laki.
Sesampainya di atap, Wonwoo melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tangan Mingyu. Mingyu mengelus pergelangan tangannya. Sedikit sakit tapi tidak terlalu sakit.
Wonwoo menatap Mingyu dengan tatapan dongkol. "Katakan apa maumu, Kim Mingyu!". Mingyu mengangkat kepalanya, menatap wajah tirus Wonwoo. "Aku menyukaimu. Jadilah kekasihku." Kata Mingyu to the point.
"Lalu kenapa kau berteriak?" tanya Wonwoo. "Aku terpaksa berteriak agar kau melihatku. Setidaknya jawab iya atau tidak. Kau selalu mengacuhkanku saat aku berkali kali menyatakan perasaanku."
Wonwoo memalingkan wajahnya. "Itu salahmu. Kau menyatakan perasaanmu saat aku sedang bersama teman temanku."
"Hanya itu yang aku bisa agar mendapat perhatianmu. Kau juga tidak datang saat aku mengajakmu makan malam bersama.." Mingyu menunduk dan menghela napas.
"Padahal saat itu aku sudah menghabiskan hampir semua uang tabunganku hanya untuk menyewa tempat bagus dan memesan makanan mahal untukmu. Saat itu aku menunggumu hingga restaurantnnya hampir tutup. Akhirnya aku menyerah menunggumu dan kembali pulang. Aku pikir dengan aku mengajakmu makan malam, kau akan menerimaku. Tapi ternyata aku salah," bahu Mingyu sedikit bergetar ketika mengatakan itu.
Wonwoo menarik tangan Mingyu untuk duduk di sebuah kursi panjang di atap. "Aku sadar, aku ini hanya anak penerima beasiswa, jadi mana mungkin aku bersanding denganmu yang notabenya adalah siswa paling berprestasi dan berpengaruh di sekolah ini. Tapi aku juga tau, jika seseorang berusaha dengan sekuat tenaga, apapun yang diinginkannya akan tercapai."
Mingyu mengangkat kepalanya. Matanya memerah. Wonwoo menatap Mingyu dengan tatapan bersaalahnya. "Maaf Mingyu-ya. Tapi kau tau, siswa penerima beasiswa adalah siswa pandai. Aku tidak yakin semua siswa populer di sekolah ini mempunyai otak setajam otakmu. Umh soal yang tadi, maaf, aku benar benar tidak tau kau sampai mengeluarkan banyak uang untuk itu."
Mingyu tersenyum mendengar perkataan Wonwoo. "Tidak apa apa sunbaenim."
"Mulai sekarang, jangan memanggilku sunbaenim. Panggil saja Wonwoo," Wonwoo tersenyum membuat Mingyu sedikit gelagapan. "Oh ya Gyu, tadi, saat di lapangan, kau bilang kau menyukaiku dan ingin aku jadi kekasihmu kan?" Mingyu mengangguk.
"Ulangi perkataanmu yang tadi saat di lapangan." Pinta Wonwoo. Mingyu melebarkan matanya, mulutnya sedikit terbuka saking terkejutnya. "Apa kau tidak dengar, Mingyu-ya? Aku ingin mendengar perkataanmu tadi saat di lapangan. Dengan kata lain, katakan lagi perasaanmu padaku."
Wonwoo beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pinggir atap. Ia memutar badannya untuk menatap mata Mingyu. "Ulangi perkataanmu dan katakan itu dengan romantis. Kau bisa kan?". Wonwoo tersenyum lembut.
Mingyu berdiri dan menghampiri Wonwoo. Ia meraih kedua tangan Wonwoo dan menggenggamnya. "Jeon Wonwoo sunbaenim–". "Sudah kubilang jangan memanggilku dengan sebutan sunbaenim." Potong Wonwoo dengan cepat.
Mingyu melepaskan genggaman tangannya pada tangan Wonwoo. "Tapi aku tidak terbiasa, sunbae, ah maksudku Wonwoo hyung."
Bukannya memaklumi, Wonwoo justru mempoutkan bibirnya dan memunggungi Mingyu. Mingyu tersenyum dan memeluk Wonwoo dari belakang.
"Arraseo. Wonwoo hyung, aku mencintaimu. Maukah kau berkembang biak denganku."
Baru saja Wonwoo senang karna perkataan romantis Mingyu. Tapi, Mingyu justru berkata demikian. "KAU MENYEBALKAN KIM!" teriak Wonwoo tepat di muka Mingyu. Wajahnya memerah karna emosinya meluap.
"Oke oke maafkan aku, Wonwoo hyung. Aku ulangi ya, tapi jangan marah lagi ya."
Mingyu menarik Wonwoo untuk menghadapnya. Ia berlutut di hadapan Wonwoo dan mengeluarkan sebuah permen cokelat kesukaan Wonwoo dari dalam kantungnya.
"Jeon Wonwoo, sunbaeku di sekolah, pujaan hatiku, pemuda paling manis yang belum pernah aku temui. Aku, Kim Mingyu, aku mencintaimu. Bersediakah kau menjadi kekasih dan teman hidupku?"
Oke ini terlalu romantis (dan berlebihan) sampai wajah Wonwoo kembali memerah hingga menjalar ke telinganya.
Bukannya menjawab pertanyaan Mingyu, Wonwoo malah mengambil cokelat di tangan Mingyu lalu memakannya. "Aku mau jadi kekasihmu tapi aku belum yakin untuk menjadi teman hidupmu."
Inilah Wonwoo. Dengan segala sikap dingin dan cuek serta dirinya yang sedikit misterius. Namun itulah daya tarik utamanya dan Mingyu mampu merebut hati Wonwoo.
"Aku suka sikap tsunderemu. Saranghae." Ucap Mingyu lalu memeluk Wonwoo dari samping.
Wonwoo tersenyum dan cup! Wonwoo mengecup bibir Mingyu membuat Mingyu mematung selama beberapa saat.
"S-sunbae, apa yang kau lakukan?" tanya Mingyu dengan terbata bata. Tangannya terulur untuk mengelus bibirnya sendiri.
Ingin rasanya Wonwoo tertawa namun ia urungkan karna raut kebingungan yang tampak di wajah kekasih barunya itu. "Kenapa kau terlihat terkejut sih?"
"Kau baru saja menciumku, apa kau terbiasa?" tanya Mingyu lagi. Wonwoo memiringkan kepalanya seperti seekor anak anjing.
"Terbiasa apa? Mencium bibir seseorang? Umh aku rasa tidak juga. Sebab itu tadi adalah ciuman pertamaku." Jawab Wonwoo dengan sangat santainya.
Mingyu semakin melebarkan matanya. "M-mwoya?"
Wonwoo menghela napasnya lagi. "Kenapa kau selalu terkejut? Apa itu aneh?"
"Ah aniya. Tapi apa benar itu ciuman pertamamu? Sebaiknya kau dengarkan aku. Kau harus menjaganya, Wonwoo sunbae."
"Tentu saja itu ciuman pertamaku! Ah tunggu, menjaga yang kau maksud itu apa?" tanya Wonwoo.
Kini giliran Mingyu yang menghela napasnya. "Seharusnya kau menjaganya bukan malah memberikannya kepadaku. Baiklah, kita sekarang memang sudah resmi sebagai sepasang kekasih. Tapi kita belum resmi menikah."
Wonwoo sedikit tidak setuju dengan perkataan Mingyu. "Memangnya kenapa? Yang lainnya juga berciuman sebelum mereka menikah kok!" protesnya.
"Err eng baiklah kalau itu maumu, sunbae." Mingyu tersenyum.
Wonwoo melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya yang tadi dan duduk di kursi panjang itu. "Mmh, Mingyu-ya?" panggil Wonwoo.
"Ung? Ada apa sunbaenim?" tanya Mingyu setelah dirinya duduk di sisi Wonwoo.
Wonwoo hanya menggelengkan kepalanya. "Ngomong ngomong, sejak kapan kau menyukaiku?"
Mingyu mencoba mengingat ingat sejak kapan dirinya menyukai kekasih tsunderenya ini. "Kira kira, saat pertamam kali masuk sekolah. Saat itu aku melihat sunbae sedang membaca buku di pinggir lapangan"
Wonwoo mengangguk anggukkan kepalanya. "Saat pertama kali masuk sekolah ya? Upacara penerimaan siswa baru. Umh sudah lama juga ya. Oh satu lagi. Dari mana kau tau namaku hm?"
Senyum Mingyu mengembang. "Aku memberanikan diri untuk bertanya pada Jeonghan sunbaenim saat itu."
"Jeonghan ya?" Wonwo menghela napasnya. "Orang itu benar benar bermulut ember." Cibir Wonwoo pada salah satu temannya sekelasnya. Wonwoo menarik kaki Mingyu dan meletakkan kepalanya di paha Mingyu.
"Sebenarnya sih aku punya banyak pertanyaan untukmu, Kim." Ucap Wonwoo.
Mingyu menganggukkan kepalanya, tangannya terulur untuk merapihkan surai hitam milik Wonwoo. Wonwoo mendongakkan kepalanya.
"Kenapa kau menyukaiku?" tanya Wonwoo. Mingyu terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Wonwoo.
"Entahlah. Aku menyukaimu tanpa alasan.. Hanya suka," Jawab Mingyu pada akhirnya.
Mata hitam milik Mingyu menatap lurus pada Wonwoo. Bibirnya terangkat untuk tersenyum setelahnya.
"Kau sangat menarik, sunbae. Tatapan matamu yang tajam namun sifatmu yang ramah, itu sangat menarik. Senyumanmu juga.. Ah aku tidak bisa mendeskripsikan senyumanmu itu." Lanjut Mingyu.
Mingyu menggenggam tangan putih Wonwoo. "Sejak aku pertama kali melihatmu, saat itu pula aku selalu ingin mengatakan perasaanku."
Mingyu menghela napas. Mata hitamnya masih menatap Wonwoo. "Tapi, terkadang aku merasa minder. Aku hanya siswa miskin yang beruntung bersekolah di sini karena beasiswa. Sangat berbanding terbalik denganmu."
Wonwoo mengubah posisinya menjadi duduk. Di dalam pikirannya, kenapa Mingyu mengungkit masalah beasiswa lagi? Bukannya tadi sudah dibicarakan?
"Kau ini sebenarnya bodoh atau bagaimana sih? Apa masalahnya kalau kau siswa beruntung yang mendapat beasiswa?"
"Kau mungkin tidak ingin memiliki kekasih yang berasal dari kalangan bawah sepertiku."
Wonwoo mendengus dan tersenyum remeh. "Apa peduliku?" Mingyu melebarkan matanya. "Asal kau tau, Kim. Hanya orang gila yang terlalu peduli dengan kekayaan kekasihnya. Dan untungnya aku masih waras."
Mingyu tersenyum mendengar penuturan Wonwoo. Ia menundukkan kepalanya lalu mencium kening Wonwoo. "Saranghae."
"Y-yak! Kenapa kau mencium keningku?" protes Wonwoo.
"Apa itu salah?" tanya Mingyu. Wonwoo menggigit bibirnya dan memalingkan wajahnya. "K-kau terlalu tiba tiba!"
Mingyu terkekeh pelan. "Kau juga menciumku 'kan tadi? Jadi aku anggap ini impas."
Detik selanjutnya, pipi Wonwoo mengeluarkan semburat merah muda yang lucu. "Ah.. lupakan ciuman itu! Kau menyebalkan!" umpatnya.
Mingyu menggenggam tangan Wonwoo dengan tangan kirinya dan memainkan jarinya. Sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menghalangi sinar matahari yang menerpa wajahnya dan wajah Wonwoo secara langsung.
Wonwoo mendongakkan kepalanya, menatap tangan Mingyu. "Ada apa?" tanyanya. Dahinya berkerut, matanya menyipit untuk menghalangi sinar matahari berlebih yang menerpa wajahnya.
"Terlalu silau. Rasanya sayang jika kulit putihmu terbakar sinar matahari."
Senyum Wonwoo mengembang bersamaan dengan semakin cepat jantung Mingyu berdegup.
"Hei! Berhenti menunjukkan senyummu itu! Aku bisa terkena diabetes jika kau tidak hilangkan senyum dari wajahmu!" protes Mingyu.
"Ah itu penyakit berbahaya," ucap Wonwoo. Tangannya terulur untuk memeluk lengan besar Mingyu. "Di sini sangat panas. Mataharinya terlalu terik." Lanjutnya.
Mingyu menatap wajah Wonwoo selama beberapa saat. "Kita kembali ke kelas?"
Wonwoo menggelengkan kepalanya. "Tidak terima kasih. Ayo ke kolam renang. Aku rasa, di sana sedang tidak ada kelas renang sekarang."
"Kenapa harus ke kolam renang? Sebentar lagi bel masuk."
Wonwoo menghela napasnya. "Aku sedang tidak ingin mengikuti kelas bahasa Jepang. Ayolah kumohon. Di sini panas sekali! Biaya perawatan kulitku sangat mahal. Aku sedang tidak punya uang untuk ke dokter kulit."
Mingyu menggenggam tangan Wonwoo dan menariknya hingga keduanya berdiri. "Tapi sebentar lagi aku ada kelas fisika, sunbaenim. Kau mau tanggung jawab jika nilaiku turun?"
Tentu saja Wonwoo tidak ingin disalahkan jika nilai Kim Mingyu di bidang fisika turun.
"Baiklah baiklah." Kata Wonwoo pada akhirnya. Bibirnya mengerucut lucu.
"Aku akan menemuimu setelah jam sekolah usai." Mingyu tersenyum bertepatan dengan bunyi bel masuk.
Sementara itu, di balik dinding dan pintu yang memisahkan antara atap dengan lorong tangga, seseorang tersenyum sinis.
"Kalian bisa saja tersenyum dan tertawa sepuas hati kalian. Tapi tunggu saja. Aku akan menghancurkan kalian. Dan untukmu Kim Mingyu, kau tidak akan pernah bisa lari dariku!"
Seseorang yang misterius itu memundurkan dirinya dan berjalan menuruni tangga untuk menuju ke kelasnya.
.:: TBC or END ::.
2K17 / 08 / 10 – 5.02 P.M.
RnR Jusseyo -3-