Chapter 6 : I Know Who You Are!
Prev Chap :
Selesai membersihkan kekacauan di ruang rawatnya, Mingyu meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan singkat. "Sedang apa?" Tanya Wonwoo. Ia baru saja keluar dari kamar mandi untuk membasuh wajahnya. "Mengetik pesan, untuk Seokmin dan Seungcheol hyung,". Wonwoo memiringkan kepalanya lucu. "Aku meminta tolong mereka untuk memindahkan semua barang barangmu dari kamarmu menuju kamarku," lanjut Mingyu setelah melihat ekspresi Wonwoo yang seolah-olah bertanya. Wonwoo mengangguk.
"Ngomong-ngomong, kapan Junhui sunbaenim akan pulang?" Tanya Mingyu. Wonwoo membuka ponselnya, melihat tanggal hari ini. "Emh, sekitar dua hari lagi. Mungkin," jawan Wonwoo. Mingyu mengepalkan tangannya. "Dua hari lagi, aku akan menghajarnya, menghabisinya dan memberinya pelajaran karena sudah merusak tubuh rubah kecil kesayanganku!". Wonwoo terkikik. "Baiklah baiklah, umh Gyu?". Mingyu menolehkan kepalanya menatap Wonwoo. "Hm?"
"Apa sekarang kita... Kembali seperti tiga bulan yang lalu?"
% Aaron_Skye_Hywel %
Malam hari setelah Wonwoo dan Mingyu menjalin hubungan mereka kembali, Wonwoo sudah tidak menempati kamarnya dengan Junhui. Secara ilegal, dirinya pindah ke kamar Mingyu, Seokmin, Seungkwan dan Vernon. Sedikit ada rasa canggung di awal, namun pada dasarnya Seokmin adalah tipe orang yang humoris, Wonwoo dengan cepat melupakan rasa canggung yang sempat ia rasakan.
Lalu, bagaimana dengan kamarnya dengan Junhui? Jisoo kembali memindahi barang barangnya untuk kembali ke kamarnya bersama Junhui. Ia sama sekali tidak keberatan. Tentu saja tidak, Seungcheol dan Seokmin hanya mengatakan agar Jisoo kembali ke kamarnya di lantai tiga karna Wonwoo ingin pindah kamar lagi, dan kedepannya setelah Mingyu keluar dari rumah sakit, Seokmin lah yang akan mengalah dan pindah ke kamar Jeonghan dan Soonyoung.
"Wonwoo hyung, maaf ya kamarnya sedikit berantakan, kau tahu hyung, tinggal berempat di sini sangat susah, terlebih lagi Vernon dan Seokmin yang sama sekali tidak menolongku. Apapun itu, itu membuatku harus bekerja dua kali,"
Wonwoo tersenyum. "Tidak apa-apa, Seungkwan, nanti aku yang akan membatumu,". Laki laki berpipi chubby itu tersenyum. "Terima kasih, Wonwoo hyung!"
"Aku senang bisa berkenalan dengan kalian semua, kalian semua baik dan menyenangkan."
Seungkwan, Vernon dan Seokmin tersenyum. "Kami juga senang berkenalan dengan Wonwoo sunbaenim," ucap mereka bersamaan.
Malam harinya, mereka menghabiskan waktu bersama di kantin untuk makan malam. Beberapa siswa yang satu kelas dengan Wonwoo terkejut melihat Wonwoo yang kembali ceria dan membuka diri kepada yang lainnya, terutama Soonyoung. Soonyoung menjadi siswa pertama yang menyadari perubahan sifat Wonwoo dan kembali menjadi Wonwoo yang ceria.
Soonyoung menghampiri Wonwoo yang sedang makan dengan Seungkwan, Vernon dan Seokmin. "Wonwoo-ya, hai, bisa kita bicara sebentar?" Sapa Soonyoung. Wonwoo mengangguk. "Aku permisi dulu ya semuanya, aku akan segera kembali," pamitnya kepada ketiga kawan barunya itu.
Soonyoung tersenyum dan menggandeng tangan Wonwoo menuju taman yang berada di belakang gedung asrama mereka. Selama berjalan menuju taman belakang gedung asrama, keduanya terdiam. Barulah setelah mereka sampai di taman belakang gedung asrama, mereka membuka mulut untuk berbicara.
"Wonwoo-ya, aku senang kau kembali ceria," ucap Soonyoung. Wonwoo mengangguk. "Begitulah Soonyoung-ya."
Soonyoung menatap Wonwoo. "Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu selama tiga bulan ini, bersedia berbagi cerita denganku?". Wonwoo terlihat menundukkan kepalanya sebelum mengangguk.
"Jadi, aku benar-benar berubah ya setelah tinggal bersama Jun?" Tanya Wonwoo. Soonyoung mengangguk. Wonwoo menghela napasnya dalam dan mulai bercerita.
"Awalnya semua berjalan baik baik saja, Jun yang bersikap baik kepadaku, Jun yang selalu mengingatkanku untuk belajar dan mengerjakan tugas, Jun yang selalu bergurau dan Jun yang membagi semuanya kepadaku, sampai pada akhirnya, aku melihat Jun berbicara dengan seseorang lewat telfon sore hari setelah kita selesai ujian Bahasa Jepang,"
"Aku tidak mempermasalahkan dia berbicara dengan siapa dan membicarakan apa di telfon, entah kenapa, saat tengah malam, saat aku sudah benar benar tertidur, aku merasakan bibirku tertutup menggunakan selotip, dan pandanganku gelap, aku baru sadar saat aku merasakan seseorang mengikat tangan dan kakiku di setiap kerangka ranjang tidurku,"
Wonwoo terlihat menghentikan kalimatnya beberapa saat.
"Sebelum aku merasakan tangan dan kakiku diikat di setiap ujung kerangka ranjang tidurku, aku merasakan ada yang membuka semua pakaianku hingga aku benar benar tidak memakai satu helai pakaian,"
"Aku mulai menyadari apa yang terjadi, seseorang mencoba memperkosaku. Sekuat apapun aku mencoba berteriak, itu sia sia karena bibirku tertutup dengan selotip,"
"Penutup mataku perlahan terbuka saat aku menggerakkan kepalaku. Dan di situlah aku melihat siapa yang memperkosaku,"
Soonyoung melebarkan matanya. "S-siapa?" Tanyanya. Tangannya sudah terkepal menahan amarah.
"Jun. Junhui. Dia yang melakukannya. Aku tidak percaya sebelumnya karena mataku masih belum bisa menerima cahaya secara sempurna, barulah saat semuanya semakin jelas, aku bisa melihat Jun menyeringai kepadaku,"
"Dia berbisik kepadaku, dia bilang jika aku mengadu kepada orang lain, ia akan terus menyiksaku, ia akan terus mencambukku dan menghajarku. Aku terlalu takut saat itu hingga aku terus tutup mulut,"
"Tapi dia mengingkari janjinya. Ia terus menyiksaku. Ia mencambukku, ia mengikat seluruh tubuhku dan memasangkan benda aneh di milikku,"
Wonwoo terus bercerita tentang penyiksaan yang Jun lakukan kepadanya. Soonyoung masih memperhatikan Wonwoo dengan teliti. Ia juga baru menyadari ada lebam di perpotongan leher Wonwoo.
"Aku rasa, Jun tidak bekerja sendirian," ucap Soonyoung. Wonwoo menatapnya tidak mengerti. "Aku rasa Jun bekerja sama dengan seseorang untuk menghancurkan dirimu secara perlahan."
Wonwoo menggeleng. "Aku tidak tahu, Soonyoung-ya. Aku tidak pernah mencurigai siapapun sebagai partner kejahatannya."
"Itu bisa jadi salah seorang teman. Karena, tidak mungkin Junhui berani memperkosamu di dalam asrama tanpa ketahuan oleh siapapun. Dia juga menghajarmu kan? Kau pasti berteriak, itu pasti. Aku rasa.. ada yang membantu Jun untuk memasang peredam suara di kamar kalian,"
Wonwoo menunjukkan raut wajah kebingungan. "Begini, peraturan asrama melarang siswa membawa siapapun dari luar sekolah ini ke dalam asrama. Katakanlah non warga sekolah. Jadi aku berspekulasi bahwa Jun melakukannya dengan bantuan orang dalam."
"Ah.. aku mengerti," ucap Wonwoo pada akhirnya. "Ngomong ngomong, untuk Jeonghan, kasusnya dengan.. Mingyu, umh bagaimana? Tidak tidak, bagaimana Jeonghan menjalani tiga bulannya ini?"
Soonyoung mengangguk pelan. "Jeonghan, dia setiap hari selalu ceria seperti biasa, tapi hampir setiap malam, ia pasti akan menelfon Mingyu. Tidak peduli itu pukul berapa, pasti ia akan menelfon Mingyu,"
"Dia seperti sangat bahagia mengingat dirinya menjadi kekasih Mingyu saat ini," lanjut Soonyoung. "Jujur aku muak dengan sikap Jeonghan yang hampir setiap hari membicarakan Mingyu!"
% Aaron_Skye_Hywel %
Junhui menyeret kopernya menuju kamar asramanya. Senyum terkembang di wajahnya. "Sebentar lagi aku akan bertemu dengan rubah cantik milikku," gumannya.
KLEK
Junhui melebarkan matanya saat ia masuk ke dalam kamarnya. Yang dilihat untuk pertama kalinya bukanlah Wonwoo, melainkan Jisoo.
"Mau apa kau di sini?" Tanya Junhui. Ia berjalan menghampiri Jisoo dan meletakkan kopernya di dekat ranjangnya.
"Memangnya salah jika aku tidur di kamarku sendiri?". Junhui menatapnya bingung. "Di mana Wonwoo?". Jisoo mengendikkan bahunya. "Mana aku tahu,"
Junhui melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membuka pintu kamar mandi. Tidak ada siapapun di dalam.
"Di mana Wonwoo?!" Bentak Junhui tepat di wajah Jisoo. "Sudah kubilang! Aku tidak tahu! Tanyakan saja kepada teman temannya!"
"Aku di sini, Jun!" Teriak Wonwoo dari ambang pintu. Junhui menghampiri Wonwoo dan menggenggam tangannya erat. "Dari mana saja sayang? Kau tahu, aku merindukanmu,"
Wonwoo tersenyum tipis. "Maaf tadi aku ada di kantin asrama. Aku membeli ini," ucapnya sambil menunjukkan satu kantung plastik berisi beberapa snack dan minuman kaleng.
Junhui mengangguk. "Soo, bisa kau keluar sebentar?" Tanya Junhui, kali ini lebih halus. Jisoo mendengus dan beranjak dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar. "Menyebalkan!"
Junhui menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam. Wonwoo melangkahkan kakinya untuk mundur. Jantungnya berdetak kencang. Dua kali lebih cepat biasanya.
Junhui menyeringai. Wonwoo sudah mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan seperti misalnya Junhui mengikat dirinya lagi dan menyiksanya mungkin.
Junhui mengelus pipi Wonwoo dengan punggung tangannya. "Baby kau tahu, beberapa hari di China membuatku sangat merindukanmu. Kau mau main sayang?"
"M-main?" Junhui mengangguk. Tangannya menyusuri dada Wonwoo yang masih tertutup kaos putih polos lengan panjang dengan sweater tipis berwarna biru muda.
Wonwoo mendesis saat Junhui meggesekkan kukunya di lehernya turun hingga ke perutnya.
Sementara di tempat lain, Mingyu mengepalkan tangannya. Ia menatap layar di depannya. Adegan tidak senonoh itu muncul dan semakin bertambah vulgar seiring berjalannya waktu.
Apa? Mingyu tidak sedang menonton porno! Dia hanya mengawasi apa yang sedang terjadi di kamar Junhui. Ya, dia memasang CCTV secara ilegal di kamar Junhui sejak kemarin malam.
Mingyu mencari bukti-bukti penyiksaan yang Junhui lakukan terhadap Wonwoo. Ia akan memenjarakan Junhui jika itu berhasil.
Entah apa yang ada di pikiran Wonwoo sampai ia mau menjadi umpan untuk membantu Mingyu agar dirinya bisa keluar dari jeratan seorang Wen Junhui.
CLING!
Ponsel Mingyu berbunyi. Ada pesan masuk, dari Soonyoung. Isinya hanya sekumpulan screencapt chatting seseorang.
Ia mengalihkan fokusnya ke ponselnya. Membaca satu persatu screencapt chatting yang Soonyoung kirimkan kepadanya.
Matanya melebar. Itu screencapt chatting kekasihnya, Jeonghan, dengan .. Junhui!
Ada banyak hal yang mereka bicarakan. Mingyu menautkan alisnya. Jadi selama ini Jeonghan menipunya?! Selama ini pula Jeonghan dan Junhui bersekongkol untuk menghancurkan hubungannya dengan Wonwoo. Itu berarti, Jeonghan lah yang melakukan teror terhadap Wonwoo beberapa bulan yang lalu.
Ia harus menyimpan semua bukti bukti ini. Bukti video penyiksaan Junhui terhadap Wonwoo, bukti fisik kekerasan yang dilakukan Junhui, bukti kerja sama Jeonghan dengan Junhui, dan banyak lagi.
% Aaron_Skye_Hywel %
Satu minggu berlalu, Mingyu masih dalam usahanya untuk menangkap basah apa yang Jeonghan lakukan dengan Junhui di belakangnya.
Bukan, dirinya tidak cemburu, dia hanya ingin memergoki mereka berdua yang ingin menghancurkan Wonwoo yang notabenenya adalah saingan Jeonghan.
Ini sudah hampir tengah malam, Jeonghan beranjak dari ranjangnya dan meraih mantelnya yang berada di kursi belajarnya. Sebisa mungkin dirinya tidak membuat suara agar Soonyoung dan Seokmin tidak terbangun.
Namun, siapa tahu ada mata mata yang tinggal satu kamar dengan sang penjahat.
Soonyoung masih terbangun, dirinya hanya berpura-pura tidur agar rencananya untuk memata matai Jeonghan dan Junhui berhasil.
Saat Jeonghan sudah benar benar keluar dari kamarnya, Soonyoung bergegas beranjak dari ranjangnya dan meraih ponselnya untuk menghubungi Mingyu.
"Untuk: Kim Gyu
Aku melihat Jeonghan keluar dari kamar baru saja, apa perlu aku ikuti?"
Tidak butuh waktu lama untuk Soonyoung mendapatkan balasan dari Mingyu. Selang satu menit, Mingyu menelfon Soonyoung
"Sunbae, aku minta tolong untuk mengikuti mereka. Aku tidak bisa meninggalkan kamar, Seungkwan sedang demam dan Vernon tidak ada di sini, dia pulang karna adiknya juga sakit, aku mohon bantuannya, Soonyoung sunbae."
Soonyoung mengangguk meskipun Mingyu tidak melihatnya.
"Aku akan ikuti Jeonghan, anggap saja ini live report dariku,"
Soonyoung meraih mantelnya dan bergegas keluar kamar. Ia melihat Jeonghan berjalan ke arah lantai dasar asrama.
"Gyu, kau masih di sana?" _ Soonyoung.
"Iya sunbaenim, aku masih di sini. Ada apa sunbae?" _ Mingyu.
"Aku melihat Jeonghan berjalan turun. Aku tidak tahu dia kemana, ngomong ngomong, bagaimana dengan kamar Jun?" _ Soonyoung.
"Junhui sunbaenim tidak ada di kamarnya, sepuluh menit yang lalu ia keluar," _ Mingyu.
Mata Mingyu masih menatap layar laptopnya yang menampilkan suasana di kamar Junhui.
Soonyoung berjalan dengan berjinjit, meminimalisir suara langkah kaki yang terdengar. Ia masih mengamati kemana perginya Jeonghan.
Langkah kakinya membawanya menuju gudang di luar gedung asrama. Gudang perlengkapan asrama. Entah apa yang Jeonghan lakukan di dekat gudang.
Mata Soonyoung melebar saat meligat siluet tubuh seorang pria lainnya yang ditemui Jeonghan.
"Gyu, kau masih di sana?" Tanya Soonyoung sedikit berbisik.
"Iya sunbaenim, aku masih di sini, ada apa?" _ Mingyu.
"Tidak, Gyu. A aku melihat Jeonghan menemui seseorang di gudang," _ Soonyoung.
"Siapa di sana?!" Teriak pria yang ditemui Jeonghan di gudang asrama. Salahkan Soonyoung yang baru saja berbicara sedikit kencang.
Gawat. Pikir Soonyoung. Ia berusaha untuk bersembunyi. "Gyu jangan matikan telponnya. Apapun yang terjadi, jangan matikan sambungannya!"
Soonyoung berlari menjauh dari area gudang. Tapi salahkan pria itu yang memiliki kaki panjang hingga bisa mengejarnya.
Pria itu -Junhui- menarik kerah baju Soonyoung dan melempar Soonyoung ke tembok. Refleks, Soonyoung melepaskan genggaman ponselnya hingga terjatuh.
"Sunbaenim?! Apa yang terjadi?!" _ Mingyu.
Tidak ada suara jawaban yang terdengar dari seberang sana. Mingyu melebarkan matanya saat mendengar teriakan kesakitan.
Ia menatap ponselnya dan memencet tombol 'record' di layarnya. Apapun itu, pasti Soonyoung dalam masalah karenanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Bentak Junhui tepat di wajah Sooyoung. Lengannya semakin ia tekankan di leher Soonyoung membuat si empunya leher terbatuk beberapa kali.
"L lepaskanh! Bukan urusanmu akh untuk tau apa yang aku lakukan di sini!" Balas Soonyoung. Mata sipitnya menatap Junhui tajam.
Tangan kanan Junhui mengepal. Ia mengarahkan tinjunya tepat di wajah Sooyoung dan membuat Soonyoung terjengkang.
Soonyoung mengerang saat Junhui menginjak dadanya dengan keras. "Bodoh! Kau pikir kau bisa melawanku?!"
Junhui semakin menekan dada Soonyoung dengan kakinya yang berbalut sepatu. Soonyoung meringis. Ujung bibirnya mengeluarkan darah.
"B berhenti menyiksa Wonwoo!" Ucap Soonyoung dengan sedikit terbata bata.
Junhui menyeringai. "Dasar bodoh!". Junhui menarik kerah baju Soonyoung secara paksa hingga Soonyoung berdiri.
Soonyoung sedikit terhuyung saat berdiri. Namun seseorang memegang punggungnya. Nyatanya, itu bukanlah penolongnya. Itu adalah Jeonghan. Ia menahan punggung Soonyoung dan membiarkan Junhui menghajar Soonyoung hingga terkapar lemas.
Jeonghan menendang punggung Soonyoung dengan kuat hingga Soonyoung terbatuk beberapa kali. "Itu karna kau membuntutiku! Seharusnya kau tidak perlu berbuat sejauh inu untuk sahabat bodohmu itu!"
Junhui menyeringai. Ia menarik lengan Jeonghan pergi menjauh dan berjalan ke arah lain. Meninggalkan Soonyoung sendiri yang sudah babak belur dan mimisan.
Sementara di sisi lain, Mingyu sudah merekam suara suara yang terdengar dari telfon yang masih tersambung.
"Akan ku jadikan ini bahan bukti," ucapnya. Ia mematikan sambungan telepon dan berlari keluar kamarnya dan menghampiri Soonyoung yang ada di dekat gudang asrama.
% Aaron_Skye_Hywel %
Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Mingyu berjalan dengan terburu-buru menuju kelas Jeonghan untuk berbicara empat mata dengan Jeonghan. Entah apa itu.
Saat Jeonghan berjalan keluar bersamaan dengan Jisoo dan Minhyun, Mingyu langsung menarik tangan Jeonghan menjauh dari teman temannya.
"Kupinjam Jeonghan sunbae sebentar, nanti akan ku kembalikan lagi. Kalian di kantin kan? Tunggu saja di kantin, akan ku kembalikan dia dengan utuh!" Teriak Mingyu saat menyeret Jeonghan menjauh.
Jeonghan menatap Mingyu dengan tatapan bertanya tanya.
"Gyu, kau akan membawaku kemana?" Tanya Jeonghan saat Mingyu membawanya menjauh dari gedung sekolahnya.
Mingyu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Jeonghan. "Gyu lepaskan! Kau akan membawaku kemana?!"
Jeonghan meronta-ronta dan menarik paksa pergelangan tangannya. "Apa?" Tanya Mingyu. Jeonghan menatap Mingyu dengan tatapan aneh.
"Seharusnya aku yang tanya! Kenapa kau membawaku? Kemana kau akan membawaku?!" Teriak Jeonghan.
Dengan sekali kedipan mata, ekspresi Mingyu benar benar sudah berubah menjadi datar. "Apa yang kau lakukan?"
"Apa maksudmu? Apa yang aku lakukan? Memangnya apa?".
Mingyu mendecih. Ia merogoh kantung celananya dan mengeluarkan ponsel dari dalamnya. Tangannya memencet tombol virtual yang ada di layar ponselnya.
"Kau bisa dengar ini?" Tanya Mingyu. Ia menyodorkan ponselnya. Rekaman suara itu terdengar tidak asing bagi Jeonghan.
Rekaman suara itu memang tidak terlalu jernih, namun masih bisa dipahami. Suara erangan kesakitan dari Soonyoung dan suara bernada ancaman yang Mingyu yakini sebagai suara Junhui.
"Aku tahu kau ada bersama Junhui. Aku tahu kau yang melakukan ini. Dan aku tau siapa kau sebenarnya!"
Jeonghan melebarkan matanya. Mata beningnya berkilau, menandakan dirinya sedang marah.
"Ya! Aku pelakunya! Aku ada bersama Junhui! Dan akulah perusak hubunganmu dengan Wonwoo!"
Mingyu tersenyum tipis. "Aku hanya tidak menyangka bahwa kau bisa melakukan hal serendah itu untuk mendapatkanku,"
"Kau tidak lebih dari seorang perusak. Cara yang kau lakukan sangat rendahan. Aku tidak sedang menghinamu. Aku hanya bicara apa adanya dan apa yang terjadi,"
Jeonghan terdiam. Dirinya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya terkepal hingga buku tangannya memutih.
"Aku tahu, aku sangat tahu jika kau menyukaiku. Aku sangat tahu itu. Tapi, bisakah kau tidak melakukan hal serendah itu? Kau membuatku dan Wonwoo sunbaenim saling bermusuhan,"
"Apa yang kau lakukan itu, itu bisa mencerminkan kepribadianmu. Kau melakukan hal serendah itu, apa kau juga sama rendahnya dengan apa yang kau lakukan itu?"
Jeonghan mengangkat kepalanya dan menatap Mingyu. Ia menggigit bibirnya sendiri. Kata kata Mingyu menyakitinya. Dirinya tidak serendah apa yang ia lakukan.
"Aku ingin hubungan kita selesai, tapi aku tetap akan mengusut ini dan memberitahu kepala sekolah. Aku sudah punya buktinya. Maaf, tapi ini demi kebaikan Wonwoo sunbaenim."
Mingyu menatap Jeonghan sekilas dan pergi dari hadapan Jeonghan. Belum ada lima langkah, Jeonghan menarik tangan Mingyu dan membuat Mingyu menatapnya.
"Kumohon jangan katakan apapun pada kepala sekolah. Aku .. aku akan bilang pada Junhui, aku akan bilang padanya untuk berhenti menyiksa Wonwoo,"
Mingyu dapat melihat rasa penyesalan yang mendalam di wajah Jeonghan. "Maaf sunbaenim, aku ingin Wonwoo sunbaenim mendapatkan keadilan. Dia sudah terlalu lama menahan sakitnya. Bukan hanya fisiknya, tapi hatinya juga sakit. Aku harap kau bisa menerima konsekuensinya."
% Aaron_Skye_Hywel %
Mingyu, Wonwoo, Jeonghan dan Junhui kini berada di kantor kepala sekolah untuk mengusut kasus pelecehan seksual terhadap Wonwoo yang dilakukan Junhui, penyerangan terhadap Soonyoung yang dilakukan oleh Junhui lagi, dan beberapa kejahatan lainnya yang dilakukan Junhui dan Jeonghan.
"Aku benar-benar tidak menyangka, kalian bisa melakukan hal seperti ini di lingkungan sekolah, padahal jika dilihat lagi ke belakang, ini semua hanya masalah cinta, itu wajar jika kalian saling berebut untuk mendapatkan seseorang yang kalian cintai, tapi tidak seperti ini, kalian sudah benar-benar kelewat batas," ucap kepala sekolah Kim.
"Peraturan sekolah melarang tindakan kejahatan terjadi di sekolah. Apapun itu. Dan peraturan asrama mengatakan bahwa tidak boleh ada yang pindah ruangan secara ilegal," lanjutnya.
"Kim Mingyu, aku bangga padamu, kau bisa melakukan hal seperti ini sendirian,"
Mingyu tersenyum tipis. "Jujur, saya tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Soonyoung sunbae, Seungcheol sunbae dan Seokmin yang membantuku untuk menemukan semua bukti bukti,"
Kepala sekolah Kim tersenyum. "Tapi saya juga kecewa padamu, kau memasang CCTV tanpa ijin dari pihak penjaga asrama,"
Mingyu mengangguk. "Maaf soal itu, kepala sekolah Kim,"
Kepala sekolah Kim mengangguk. "Wonwoo, saya harap setelah ini kau ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu dan terapi agar traumamu berkurang,"
Wonwoo menangguk perlahan. "Terima kasih kepala sekolah Kim,"
Junhui dan Jeonghan menundukkan kepalanya saat kepala sekolah menatapnya dengan tatapan kecewa.
"Junhui, kau adalah murid yang teladan, kau selalu membuat kami bangga dengan segala prestasimu, tapi jujur aku terkejut saat kau melakukan hal sekeji itu terhadap Wonwoo,"
"Jeonghan.. dengan wajahmu yang sangat kalem itu, kau bisa menipu banyak orang. Di dalam dirimu, kau benar benar orang yang sangat kejam, sama seperti Junhui,"
"Aku harap, dua hari lagi orang tua kalian berempat datang menemuiku di sini. Demi nama baik kalian semua yang masih di bawah umur, saya selaku kepala sekolah tidak akan mengusut kasus ini ke polisi,"
"Baiklah, kalian semua silahkan keluar dari ruangan saya, terkecuali untukmu, Kim Mingyu,"
% Aaron_Skye_Hywel %
Wonwoo berkali-kali mencoba menelfon orang tuanya namun tidak ada jawaban dari orang tuanya.
"Kumohon, angkat telfonnya!" Gumannya pelan. Ia melangkahkan kakinya ke sana dan kemari.
"Wonwoo-ya, kau membuatku pusing. Berhenti dan duduklah!" Teriak Soonyoung.
Wonwoo menggembungkan pipinya lucu. "Aku pusing Soonyoung-ya! Orang tuaku tidak bisa dihubungi! Dua hari lagi mereka harus ke sekolah! Ahh aku pusing!" Rengeknya.
Soonyoung memutar bola matanya malas. "Diam kau! Lebih baik kau ganti perbanku! Rasanya sudah gatal! Aku bosan di dalam kamar sendirian tanoa bisa melakukan apapun!"
"Menyebalkan!" Gerutu Wonwoo. Meskipun begitu, Wonwoo tetap melakukan apa yang Soonyoung minta.
Ia meraih kotak peralatan obat-obatan milik Soonyoung dan mengganti perban di tangan Soonyoung dengan perban yang baru.
"Untung saja aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri. Jika tidak, mungkin aku akan masa bodo melihatmu tersiksa!"
Wonwoo mendengus kesal. "Kau tidak asik. Menyebalkan. Kau jelek!"
Soonyoung tertawa terbahak-bahak saat Wonwoo mengatakan bahwa dirinya menyebalkan. Jika tidak karena bibirnya yang robek, mungkin Soonyoung akan benar benar tertawa terbahak-bahak karena pernyataan bodoh dari seorang yang paling berpengaruh di sekolah ini.
"Berhenti tertawa, Kwon! Kau berisik!" Teriak Wonwoo. Ia melemparkan gulungan perban ke perut Soonyoung. "Akh! Sakit bodoh!" Umpat Soonyoung. Ia memegangi perutnya. "Benar benar kejam. Bagaimana bisa Mingyu mencintai seseorang yang kejam sepertimu?!"
BRAK!
Jisoo membanting pintu kamar Soonyoung dengan kasar. "Sungguh, kalian berdua sangat berisik! Aku sedang belajar di kamar Seungcheol! Aku terganggu. Sangat terganggu!"
Wonwoo menatap Jisoo dengan tatapan bodoh. "Aku tidak yakin kau akan benar benar belajar di sebelah, karna yang aku tau, tadi pagi Seungcheol hyung memintamu untuk menjadi kekasihnya 'kan?"
"Jeon sialan!" Umpat Jisoo lagi dan pergi dari kamar Soonyoung. Setelah Jisoo pergi, Soonyoung dan Wonwoo tertawa terbahak-bahak. "Jadi benar ya Seungcheol hyung dan Jisoo hyung jadian?" Tanya Sooyoung dan dijawab anggukan oleh Wonwoo.
"Sial, aku kelewatan berita besar. Bagaimana bisa Seungcheol mencintai orang seperti dia? Ngomong ngomong, aku rindu Jihoon. Dia di mana?" Wonwoo mengendikkan bahunya.
"Ah sebentar ya. Ibuku menelfon," ucap Wonwoo. Ia berjalan keluar kamar. Soonyoung mengangguk. Ia tersenyum tipis.
"Jadi begini ya rasanya berkorban untuk teman? Aku menyayanginya. Jika Tuhan berkehendak, aku ingin satu universitas dengannya agar aku bisa melindunginya lagi. Rasanya seperti punya seorang adik. Sedikit merepotkan, tapi menyenangkan. Tetaplah menjadi sahabatku, Jeon,"
% Aaron_Skye_Hywel %
Sebuah mobil mewah memasuki gerbang sekolah khusus putra di Seoul. Hampir semua murid memandangi mobil itu. Was was jika sang pemilik yayasan sekolah yang datang.
Sementara di lapangan, Wonwoo dan Soonyoung terlihat duduk berdua dan saling melempar ejekan satu sama lain.
Soonyoung menepuk pundak Wonwoo lalu menujuk sebuah mobil mewah yang terparkir di parkiran khusus wali murid. "Eoh? Wonwoo-ya, itu mobil ayahmu 'kan?"
Wonwoo mengangguk. "Sepertinya iya. Mereka datang lebih cepat dari yang aku duga. Mau bertemu dengan orang tuaku?" Ajak Wonwoo.
"Boleh. Sudah lama tidak bertemu dengan mereka." Soonyoung meraih tongkatnya dan berjalan di sisi Wonwoo.
"Ah eomma, appa / imo, samchoon. Annyeong," sapa Wonwoo dan Soonyoung bersamaan.
Mr. Jeon dan Mrs. Jeong tersenyum menatap Wonwoo. "Annyeong Wonwoo-ie.. astaga Soonyoung, kau kenapa?"
Mrs. Jeon berputar mengelilingi Soonyoung. "Astaga, kau kenapa?" Tanya Mrs. Jeon khawatir. Bagaimana tidak khawatir, berbulan-bulan tidak bertemu dengan sahabat anaknya ini, saat sudah bertemu tiba tiba Soonyoung sudah memakai tongkat bantuan untuk berjalan dan perban ada di tangan kirinya.
"Ah eomma, Soonyoung begini ini karenaku. Ung nanti akan aku jelaskan. Sebaiknya eomma dan appa menunggu saja ya, umh menunggu wali murid yang lainnya datang,"
"Jeon, kau berhutang penjelasan kepada eomma. Arraseo?!"
Wonwoo menekuk wajahnya. "Aku rasa, sebaiknya kita tukar orang tua saja bagaimana?" Soonyoung menggeplak kepala Wonwoo dengan tangan kanannya. "Jangan bicara bodoh!"
Wonwoo sendiri meringis kesakitan saat Soonyoung menggeplak kepalanya. "Sakit bodoh!"
Soonyoung dan Wonwoo menolehkan kepalanya saat seseorang memanggilnya. "Wonwoo sunbaenim, Soonyoung sunbaenim,"
Oh rupanya Seokmin. "Selamat pagi sunbaenim, umh tadi kepala sekolah memanggil kalian,"
"Apa orang tua Mingyu sudah datang?" Tanya Wonwoo. Seokmin menggelengkan kepalanya. "Orang tua Mingyu tidak bisa datang katanya. Mereka sibuk mengurusi adik adiknya Mingyu,"
Wonwoo dan Soonyoung mengangguk. "Terima kasih, Seokmin,"
% Aaron_Skye_Hywel %
"Mingyu, orang tuamu tidak datang?" Tanya kepala sekolah Kim. Mingyu menunduk dan menggeleng. "Maaf kepala sekolah Kim, orang tua saya benar benar tidak bisa datang hari ini. Saya sudah menghubungi mereka tapi, mereka bilang hari ini salah satu adik laki laki saya sedang ada pertemuan orang tua juga di sekolahnya,"
Kepala sekolah Kim mengangguk. "Kalau begitu, kita akan bicara nanti saat saya sudah selesai bicara dengan wali murid dari Wonwoo, Junhui dan juga Jeonghan. Kau bisa tunggu di sana dengan yang lainnya,"
Mingyu mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju sederet sofa yang sudah ada Junhui dan Jeonghan sebagai pelaku, Soonyoung sebagai korban pengeroyokan Junhui dan Jeonghan, Wonwoo sebagai korban pelecehan seksual dan Mingyu sebagai akar dari masalah ini.
Sedikit berlebihan memang. Tapi itulah yang terjadi. Ya, sebenarnya jika dilihat ke belakang, ini semua berawal dari kecemburuan Jeonghan terhadap Wonwoo 'kan? Hanya saja, Jeonghan yang terlalu berlebihan untuk membuat hubungan Wonwoo dan Mingyu hancur. Ditambah lagi dengan Junhui yang sangat terobsesi memiliki Wonwoo kembali.
Mingyu, Wonwoo, Soonyoung, Jeonghan dan juga Junhui menyimak apa yang kepala sekolah katakan pada orang tua mereka. Rasa was was mulai muncul di hati mereka. Harap harap mereka semua kecuali Soonyoung tidak dikeluarkan dari sekolah hanya karena ini.
"Tuan Wen, dan Tuan Yoon, pihak kami sungguh menyesalkan apa yang Junhui dan Jeonghan lakukan di sekolah hingga mereka nekat menyakiti kawan mereka sendiri,"
"Kami selaku pihak sekolah mengaku lalai karena tidak bisa maksimal untuk mengawasi setiap gerak gerik dari para siswa, termasuk saat di asrama,"
"Pelanggaran yang dilakukan oleh Junhui dan Jeonghan sudah melebihi batas. Poin pelanggaran mereka bahkan sudah mencapai batas maksimum, itu artinya tidak ada pilihan lain selain mengembalikan Junhui dan Jeonghan ke dalam bimbingan dan pengawasan Anda selaku orang tua,"
Kepala sekolah Kim menyodorkan surat kepada Mr. Wen dan Mr. Yoon. Surat itu adalah surat pengembalian siswa bermasalah ke dalam bimbingan dan pengawasan orang tua. Singkatnya, itu adalah surat yang di dalamnya tertulis bahwa Wen Junhui dan Yoon Jeonghan dikeluarkan dari sekolah.
Sementara itu, Jeonghan menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar. Ia menangis. Menangis karena ia menyesal melakukan itu hingga membuatnya didepak dari sekolah khusus pria yang palimg difavoritkan. Sekolah impiannya.
Sedangkan Junhui sendiri tetap setia dengan tatapan kosongnya. Ia tahu, sebentar lagi ia pasti akan dipulangkan ke China. Ke tempat asalnya. Dan, ia juga tahu sebentar lagi ia tidak akan masuk ke sekolah umum.
"Kami selaku orang tua Wen Junhui benar benar meminta maaf atas perlakuan tidak baik selama di sekolah ini. Untuk pihak Jeon Wonwoo dan Kwon Soonyoung yang benar benar telah dirugikan, kami meminta maaf karna membuat Wonwoo dan Soonyoung terluka hingga mengalami trauma,"
"Kami juga benar benar meminta maaf karna sikap Jeonghan yang tidak terpuji,"
Mr. Wen dan Mrs. Wen membungkukkan badannya hingga 90 selama beberapa saat di hadapan Mr. Jeon dan Mrs. Jeon. Begitu pula dengan Mr. Yoon dan Mrs. Yoon yang melakukan hal serupa di hadapan Mr. Jeon dan Mrs. Jeon dan juga kepala sekolah Kim.
"Dengan begini, mulai besok dan seterusnya, Junhui dan Jeonghan tidak perlu lagi untuk datang ke sekolah. Junhui, Jeonghan, kemarilah,"
Jeonghan berdiri dan menghampiri meja kepala sekolah dengan sedikit terisak. "M maaf, kepala sekolah Kim, aku sungguh meminta maaf," ujar Jeonghan.
"Sudah tidak apa apa, Jeonghan aku butuh tanda tanganmu di sini. Ini adalah surat pernyataan kelakuan tidak baik. Tenang, ini tidak ada sangkut pautnya dengan polisi karena kalian masih di bawah umur."
Jeonghan mengangguk dan menandatangani surat pernyataan kelakuan tidak baik.
"Junhui, aku butuh tanda tanganmu juga. Kemarilah,"
% Aaron_Skye_Hywel %
Sudah hampir satu jam sejak para orang tua keluar dari ruang kepala sekolah dan orang tua Jeonghan dan Junhui menuju gedung asrama untuk membantu membersihkan barang barang mereka dan membawanya pulang.
Sementara Mingyu masih berada di ruang kepala sekolah. Ia masih berurusan dengan sang kepala sekolah.
"Mingyu, anggap saja aku ini temanmu. Tidak perlu terlalu tegang, kita bicara sedikit serius kali ini, ya?"
Mingyu mengangguk.
"Ini mengenai beasiswa yang kau terima karena prestasimu di bidang olahraga basket,"
"Aku tahu kau sudah melakukan hal yang baik untuk menyelamatkan Wonwoo dari Junhui. Tapi ada beberapa hal yang aku sesalkan darimu,"
"Pertama, kau adalah seorang laki kaki, aku tahu kau tampan dan aku mengakui itu, kau memiliki banyak penggemar, tapi saat tadi kau bilang, kau memperkosa Jeonghan di UKS, dan setelah kau meminta Jeonghan untuk jadi kekasihmu, kau melupakan satu hal yang paling penting,"
"Turnamen basketmu. Kau sering absen latihan. Kau sering tidak konsen. Dan saat turnamen, banyak yang bilang bahwa kau penyebab kekalahan dalam team,"
"Kedua, kau memasang CCTV tanpa izin dari pihak asrama, sudah jelas itu dilarang pihak sekolah ataupun pihak asrama,"
"Ketiga, kau tanpa seizin pengawas asrama meminta Seokmin pindah ke kamar Jeonghan, dan meminta Wonwoo pindah ke kamarmu,"
"Aku benar benar minta maaf, kepala sekolah Kim," sesal Mingyu.
"Begini, Mingyu-ah, hhh maaf, aku benar benar minta maaf, tapi dengan berat hati, aku harus mencabut beasiswamu,"
Mingyu mendongakkan kepalanya menatap kepala sekolah. "Sebenarnya, saat itu aku sempat berfikir untuk mengeluarkanmu juga, tapi kau adalah atlet kebanggaan sekolah ini, kau adalah salah satu siswa berprestasi di sekolah ini, dan saat aku melihat data data keluargamu, aku mengurungkan niatku untuk mengeluarkanmu juga,"
"Mingyu, tetaplah semangat belajar. Aku yakin kau bisa mendapatkan beasiswa dari prestasi olahragamu,"
Mingyu tersenyum tipis. "Terima kasih kepala sekolah Kim. Terima kasih telah memberiku kesempatan kedua untuk tetap melanjutkan bersekolah di sini,"
Kepala sekolah Kim mengangguk dan mempersilahkan Mingyu unguk keluar dari ruangannya dan melanjutkan proses belajar mengajar.
.: TBC :.
2K17 / 09 / 26 - 00.39 A.M.
Hola! Maaf saya telat up lagi ToT jujur saya bingung mau ngasih gimana lagi ini ceritanya.
Mungkin kalo ga ada mas Kiming si author sebelah, saya bakal diem dan ga ngelanjutin ff ini :' Makasih mas kiming. Makasih banyak.
Buat readernim, maaf jika dirasa Chapter kali ini penuh ketidak jelasan/?
Maaf kalo kalian sudah muak sama ff ini :' saya akan berhenti jika kalian sudah muak.
Untum next chapter, saya tidak bisa menjanjikan untuk up cepat karna jujur saya sudah blank xD
Terima kasih dan mohon kritik dan sarannya.