Chapter 7 : FINAL CHAPTER

Prev Chap :

"Aku benar benar minta maaf, kepala sekolah Kim," sesal Mingyu.

"Begini, Mingyu-ah, hhh maaf, aku benar benar minta maaf, tapi dengan berat hati, aku harus mencabut beasiswamu,"

Mingyu mendongakkan kepalanya menatap kepala sekolah. "Sebenarnya, saat itu aku sempat berfikir untuk mengeluarkanmu juga, tapi kau adalah atlet kebanggaan sekolah ini, kau adalah salah satu siswa berprestasi di sekolah ini, dan saat aku melihat data data keluargamu, aku mengurungkan niatku untuk mengeluarkanmu juga,"

"Mingyu, tetaplah semangat belajar. Aku yakin kau bisa mendapatkan beasiswa dari prestasi olahragamu,"

Mingyu tersenyum tipis. "Terima kasih kepala sekolah Kim. Terima kasih telah memberiku kesempatan kedua untuk tetap melanjutkan bersekolah di sini,"

Kepala sekolah Kim mengangguk dan mempersilahkan Mingyu unguk keluar dari ruangannya dan melanjutkan proses belajar mengajar.

% Alpha_Wen (Aaron in Prev) %

Tidak terasa, ini sudah satu tahun sejak Junhui dan Jeonghan dikeluarkan dari sekolah. Itu artinya, tahun ini adalah tahun terakhir Wonwoo di sekolah khusus pria. Sebentar lagi, juga akan lulus dan melanjutkan pendidikan di universitas pilihannya. Itu juga berarti bahwa dirinya akan berpisah untuk sementara dengan Mingyu.

Berbicara mengenai pendidikan, saat libur kenaikan kelas, Wonwoo yang memilih untuk pulang ke Changwon memberanikan diri untuk menceritakan semua yang terjadi kepada orang tuanya secara mendetail. Bahkan, ia juga menceritakan mengenai beasiswa Mingyu yang dicabut oleh pihak sekolah.

Mendengar itu, orang tua Wonwoo sepakat untuk membiayai sekolah Mingyu sampai ke jenjang yang lebih tinggi sebagai tanda terima kasih karena sudah menyelamatkan Wonwoo.

Percayalah satu hal, setiap kau menumpuk kebaikan, apapun itu, kelak kau juga akan memanen hal yang baik untuk kehidupanmu nanti.

Hal itulah yang sedang Mingyu lakukan tanpa sadar. Dirinya tidak pernah mengharapkan apapun dari orang tua Wonwoo setelah menolong Wonwoo dari kejadian yang tidak menyenangkan saat itu. Ia hanya berharap pada pihak sekolah agar memudahkannya untuk tetap bersekolah di sekolah favorit itu.

Wonwoo dan Mingyu sepakat untuk saling menjaga satu sama lain dan terbuka dalam hal apapun. Bukan hanya mereka berdua, baik itu Soonyoung, Seungkwan, Vernon dan Seokmin juga telah sepakat, apapun yang terjadi, mereka harus saling terbuka dan harus tetap bersama sampai kapanpun.

Terbukti dengan rencana Soonyoung yang akan melanjutkan pendidikannya di universitas yang sama dengan universitas yang Wonwoo pilih. Di fakultas yang sama, dan berharap berada di satu kelas yang sama. Tujuannya selain belajar adalah agar ia bisa memastikan bahwa tidak ada hal serupa yang terjadi suatu saat nanti.

% Alpha_Wen (Aaron in Prev) %

"Kau tahu, kemarin saat aku dan Soonyoung melakukan terapi di rumah sakit, aku tidak sengaja melihat Junhui dan ibunya sedang berada di ruang psikologi yang letaknya tidak jauh dari ruang tempatku dan Soonyoung melakukan terapi,"

Mingyu, Seungkwan dan Seokmin tersedak secara bersamaan. "Sunbaenim, apa kau yakin? Bukankah saat itu kau bilang bahwa Junhui sunbaenim kemungkinan besar akan dipulangkan ke China?" tanya Seokmin.

Wonwoo mengangguk. "Ya, memang. Junhui sendiri yang bilang seperti itu saat keluar dari ruangan kepala sekolah. Dia meminta maaf lalu bilang bahwa kemungkinan besar dia akan kembali ke Shenzhen."

"Mungkin bisa jadi, ibu dan ayahnya tidak tega mengiriminya kembali ke Shenzhen. Yang ku tahu, Junhui sunbaenim adalah anak tunggal 'kan? Bisa jadi dia tetap tinggal di Korea, tapi tidak bersekolah di sekolah umum. Bisa jadi juga dia belajar di rumah. Apa itu namanya... School school... Ah! Homeschooling!"

Mingyu mengangguk dan menyetujui perkataan Seungkwan. "Lalu, apa yang dia lakukan di rumah sakit?" tanya Mingyu.

"Mungkin dia berniat memeriksakan kejiwaannya. Dia mendekati gila!" ucap Soonyoung yang baru saja datang dengan nampan berisi penuh makanan. "Ayolah itu hanya opiniku." lanjutnya.

"Tidak baik membicarakan orang. Apalagi orang itu pernah menyakiti kalian semua. Memberikan kenangan yang amat sangat buruk bagi kehidupan kalian hingga membuat Sooyoung dan Wonwoo harus menjalani terapi agar traumanya hilang."

Wonwoo menatap asal suara itu. "Aku tidak bermaksud membicarakan dia. Aku hanya menyampaikan apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri."

Seungcheol mengusap kepala Wonwoo dan mengangguk. "Bisa jadi kan kalau dia bukan Junhui. Mungkin orang yang mirip Junhui. Baiklah, aku pergi dulu!"

Semuanya terdiam. Perkataan Seungcheol ada benarnya. Mungkin itu bukanlah Junhui. Mungkin itu hanya orang yang memiliki paras seperti Junhui. Tapi proporsi wajah Junhui adalah proporsi yang langka! Wajahnya bahkan sangat mirip dengan wajah ibunya! Tidak mungkin ada orang yang memiliki wajah yang sangat mirip dengan Junhui sampai sedetail itu.

"Tunggu, memangnya warna rambut Junhui sunbaenim saat itu apa?" tanya Seungkwan.

Wonwoo mencoba mengingat-ingat kembali. "Aku tidak terlalu yakin, tapi warna rambutnya seperti warna emh.. dark caramel. Saat itu, orang yang aku lihat memiliki anting di telinganya."

"Junhui menindik telinganya?" tanya Sooyoung dan dijawab gelengan oleh Wonwoo. "Entahlah!"

Mingyu menatap Sooyoung dan Wonwoo secara bergantian dan mengangguk. "Itu bisa saja terjadi mengingat kemungkinan besar bahwa Junhui sunbaenim tidak bersekolah di sekolah umum. Itu artinya tidak ada peraturan dari segi penampilannya."

% Alpha_Wen (Aaron in Prev) %

Wonwoo bergegas menuju kamar asrama Mingyu. Seungkwan membutuhkan bantuannya. Ada materi yang belum bisa ia pahami dan Wonwoo harus mengajarinya sebagai kakak kelas yang baik.

Mantelnya membuatnya sedikit kerepotan untuk berlari. Pipinya memerah hingga menjalar ke telinganya. Itu karena suhu ruangan maupun suhu di luar sedang dingin. Beberapa kali terlihat Wonwoo berhenti untuk membenahi mantelnya yang tidak sengaja terbuka.

Beruntungnya Wonwoo saat sudah di kamar asrama Mingyu hanya ada Seungkwan. Jujur, jika ada Vernon ataupun Mingyu, mungkin dirinya tidak akan bisa berkonsentrasi penuh untuk mengajari Seungkwan materi materi yang belum dipahami.

"Mingyu dan Vernon sedang di kantin asrama. Katanya sedang menemui Seungcheol sunbae dan beberapa anggota club hip-hop yang lain," kata Seungkwan saat Wonwoo bertanya di mana Mingyu dan Vernon.

Menurut Wonwoo, Seungkwan adalah salah satu hoobaenya yang paling manis dan apa adanya. Seungkwan tidak segan-segan untuk bicara blak-blakan mengenai hal yang sekiranya privat. Seperti soal... Sex? Mungkin.

Beruntungnya Wonwoo bisa memiliki teman yang jujur dan blak-blakan meskipun sedikit menyebalkan. Setidaknya temannya yang ini tidak menyiksanya seperti "teman" yang itu.

Seungkwan menatap Wonwoo lekat-lekat dan mencondongkan tubuhnya. "Kau pernah berhubungan badan dengan Mingyu, sunbaenim?"

Pertanyaan Seungkwan membuat Wonwoo tersedak ludahnya sendiri. Berkali-kali Wonwoo menepuk-nepuk dadanya. Ia berusaha untuk tenang. "Memangnya kenapa?"

"Aku hanya ingin tahu saja sunbaenim. Setahuku, Mingyu adalah satu-satunya temanku yang paling mesum. Dan berhubung sunbaenim ini adalah pacarnya Mingyu, aku ingin tanya apa Mingyu dan kau pernah berhubungan badan?"

Wonwoo terlihat berpikir. "Ani. Mingyu bilang bahwa dia tidak akan menyentuhku sebelum kami menikah. Tapi jika masalah yang lalu, itu kan bukan kemauan kami berdua. Itu hanyalah jebakan dan kecelakaan. Kecuali dalam kasusku. Itu adalah pemerkosaan dan aku tidak pernah menikmati itu. Ah.. memangnya kau pernah?".

Seungkwan mengangguk sebagai jawaban. "Tentu saja pernah. Sunbae mungkin tidak akan pernah menyangka bahwa rasanya saat batang berurat milik kekasihmu memasuki rektummu dan menumbuk sweetspotmu,"

Pipi Wonwoo memerah. Ia menggigit bibirnya dan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. "Saat itu, saat libur musim panas, aku berlibur ke Busan dan mengajak Vernon untuk ikut ke Busan. Dan kami menyewa hotel,"

"Lalu, saat itu Vernon memesan tiga botol Soju. Aku tahu kami belum cukup umur untuk memesan soju. Tapi, dengan tampang Vernon yang seperti orang dewasa, akhirnya kami bisa memesan Soju. Dan saat kami mulai terpengaruh alkohol, Vernon mengajakku untuk melakukan itu!"

Seungkwan melirik Wonwoo yang nafasnya mulai memburu dan pipinya mulai memerah hingga menjalar ke telinganya dan lehernya sebelum ia melanjutkan ceritanya.

"Saat itu adalah pertama kalinya aku melakukan itu dengan Vernon. Awalnya sangat sakit karena jujur, milik Vernon sangatlah besar dan panjang. Antara usia dan fisik Vernon tidak sinkron. Fisiknya seperti orang dewasa tapi usianya masih sangat muda. Dan kau tau sunbae, saat milik Vernon keluar masuk di lubangku, tangannya memanjakan milikku dan dadaku!"

Wonwoo menutup wajahnya dengan bantal yang ada di pangkuannya. "SUDAH CUKUP! BERHENTI! JANGAN DITERUSKAN! BIBIRMU SANGAT CABUL, BOO!" teriak Wonwoo.

Seungkwan hanya tertawa terbahak-bahak dan berkali-kali meminta maaf. Matanya tidak sengaja menatap selangkangan Wonwoo yang terlihat menggembung. Tawanya semakin keras saat menyadari bahwa Wonwoo mungkin sedikit terangsang.

Wonwoo memundurkan tubuhnya saat Seungkwan mencondongkan tubuhnya lagi. "Sunbaenim, apa kau terangsang? Celanamu sesak ya? Terutama di bagian selangkangan. Pasti sakit jika kau menahannya. Aku sudah menghubungi Mingyu dan dia akan datang. Aku akan ke kantin asrama. Nikmati malam pertamamu, sunbaenim." bisik Seungkwan jahil.

Sejujurnya, Wonwoo memang sedikit terangsang. Celananya sangat sesak dan miliknya terasa sangat sakit. Oh astaga bagaimana bisa ia terangsang hanya karena cerita Seungkwan?! Sepertinya sebentar lagi ia akan merasakan seperti cerita Seungkwan tadi.

Tidak berselang lama setelah Seungkwan keluar kamar, Mingyu memasuki kamarnya dengan ekspresi khawatir. "Hyung kau baik-baik saja? Seungkwan bilang kau sakit? Mananya yang sakit?"

Wonwoo menatap Mingyu dengan pandangan sayu. Hal itu membuat Mingyu ternganga. Tanpa Mingyu sadari, Wonwoo sudah meraih tangannya dan mengarahkannya ke arah selangkangannya. "Sakitnya di situ," bisik Wonwoo.

Mata Mingyu menatap tajam ke arah tangannya berada. Ia meneguk ludahnya sendiri. Milik Wonwoo sangat keras dan ia bisa merasakan bagaimana tersiksanya Wonwoo. "Tolong aku.." cicit Wonwoo pelan.

Sudah cukup! Mingyu tidak bisa membuat Wonwoo tersiksa lagi dan ia sudah tidak bisa membayangkan Wonwoo sebagai bahan imajinasi kotornya lagi. Ini saatnya untuk "mengobati" Wonwoo dan merealisasikan imajinasi kotornya.

% Alpha_Wen (Aaron in prev) %

Mingyu menggenggam erat kedua tangan Wonwoo. Pinggulnya masih bergerak di tubuh bagian bawah milik Wonwoo. Beberapa kali terdengar lenguhan nikmat dari bibir Wonwoo. Ini adalah pertama kalinya mereka melakukan hubungan badan atas kemauannya sendiri dan tanpa paksaan seperti yang lalu.

Wonwoo mendongakkan kepalanya saat merasakan miliknya bergesekan di antara perutnya dan perut Mingyu. Bibir tipisnya tidak berhenti mengeluarkan lenguhan nikmat yang semakin membangkitkan gairah Mingyu.

Ranjang Mingyu berderit nyaring di antara lenguhan Wonwoo dan Mingyu. Selimut yang awalnya menutupi tubuh bagian belakang Mingyu sudah berada di lantai karena gerakan Mingyu di atas Wonwoo. Tubuh Mingyu mengeluarkan peluh yang membuatnya terlihat seksi di mata Wonwoo.

"Aku tidak tahu sshh anghh bahwa saat me.. melakukan ini.. ahhhh a akan senikmat ini!" seru Wonwoo dengan sedikit terputus-putus. Bibirnya sudah bengkak dan dadanya dipenuhi dengan tanda cinta dari Mingyu.

Mingyu mengangguk. Ia mengangkat kaki kanan Wonwoo dan meletakkannya di bahunya. Dengan begini, ia bisa menusuk lubang sempit Wonwoo dengan puas. Itu memudahkan agar penisnya bisa masuk sepenuhnya di dalam lubang Wonwoo.

Oh tuhan, maafkan Wonwoo yang saat ini meracau dengan kalimat-kalimat kotor saking nikmatnya.

Wonwoo bisa merasakan penisnya berkedut kedut di genggaman tangan Mingyu dan siap memuncratkan cairannya untuk yang kesekian kalinya. Ia membusungkan dadanya saat cairannya keluar di tangan Mingyu. Bersamaan dengan cairan Mingyu yang keluar di dalam lubang Wonwoo untuk yang kesekian kalinya juga.

Nafas keduanya memburu. Keringat bercucuran dari pelipis keduanya. Mingyu yang ambruk di atas tubuh Wonwoo memeluk pinggang Wonwoo dengan sangat erat dan mengecup kedua puting Wonwoo secara bergantian.

"Sudah hampir larut malam, Gyu. Aku khawatir dengan Seungkwan dan Vernon," bisik Wonwoo. Ia menatap Mingyu dengan tatapan mata yang sayu (Seksi menurut Mingyu).

"Apa kau mau aku menggenjot lubangmu dengan posisi Vernon dan Seungkwan ada di dalam kamar ini? Bagaimana jika mereka berdua terangsang? Bagaimana jika mereka juga ingin melakukan hubungan seks?"

Wonwoo mengerutkan keningnya. "Ya jika begitu, itu akan menjadi pesta seks dan aku tidak ingin itu terjadi!" jawab Wonwoo cepat. Wajahnya ia sembunyikan di dada bidang Mingyu dan memeluknya dengan erat.

% Alpha_Wen (Aaron in prev) %

Entah apa yang terjadi dengan Wonwoo, saat istirahat sekolah dan saat sedang berada di kantin dengan Soonyoung, ia selalu berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Mingyu.

Soonyoung yang menyadari apa yang terjadi dengan Wonwoo memberanikan diri untuk bertanya pada Mingyu yang sedang duduk di ujung kantin dengan Seungkwan, Vernon dan Seokmin.

"Semalam, aku dan Wonwoo hyung bercinta. Mungkin karena semalam dia banyak mendesah dan berubah menjadi binal, jadinya dia menjauhiku. Aku rasa dia malu," bisik Mingyu di telinga Soonyoung.

"Demi kerang ajaib milik Spongebob Squarepants! Kau gila?!" teriak Soonyoung di hadapan Mingyu. Banyak siswa yang menatap ke meja Mingyu dan kawan-kawan saat Soonyoung berteriak dengan suara melengking.

Mingyu menarik Soonyoung untuk duduk di sampingnya dan menjelaskan semua yang terjadi, mulai dari awal bagaimana Wonwoo bisa terangsang hingga akhirnya dirinya dan Wonwoo bisa bercinta hingga beberapa kali dalam satu malam.

"Kau gila! Benar-benar gila! Bagaimana dengan perjanjianmu yang bilang bahwa kau tidak akan bercinta dengan Wonwoo sebelum kalian menikah?! Bagaimana dengan itu hah?!"

Mingyu membekap mulut Soonyoung sebelum Soonyoung melanjutkan kata-katanya. "Teriakanmu membuat seluruh isi kantin menjadikan kita sebagai pusat perhatian," cibirnya.

Ponsel Seungkwan, Vernon dan Seokmin secara bersamaan berbunyi. Ada sebuah pesan masuk. Dari Wonwoo. Isinya "Tolong bilang pada Soonyoung, aku kembali ke kelas. Dan tolong bilang pada Mingyu agar menjemputku di kelas saat pulang sekolah. Terima kasih. Aku mencintai kalian!"

"Ah maaf mengganggu acara kalian tapi, Soonyoung sunbae, Wonwoo sunbae bilang, sekarang dia sedang kembali ke kelas," ucap Seokmin.

Soonyoung melebarkan mata sipitnya. Dari ekspresinya terlihat jelas bahwa ia tidak menyukai itu. "Anak itu benar-benar menyebalkan!" ucapnya sebelum akhirnya meninggalkan Mingyu dan kawan-kawan.

"Memangnya apa yang kalian bicarakan sampai Soonyoung sunbae terlihat marah dan tidak suka?" tanya Seokmin. Mingyu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Seungkwan yang duduk di sampingnya berbisik perlahan di telinga Seokmin. Mingyu yang melihat apa yang dilakukan Seungkwan melemparkan sendoknya dan tepat mengenai kepala Seungkwan. "Sakit!" rengek Seungkwan.

"Jadi begitu ya.. kenapa hanya aku yang tidak diberitahu? Jadi begitu yang namanya teman? Baiklah. Cukup tahu saja kau bercinta dengan Wonwoo sunbaenim dan melanggar janjimu sendiri."

Seungkwan mengambil nampan makan siangnya dan beranjak menjauh dari mejanya dan Mingyu. "Yak! Mau pergi kemana kau?! Boo sialan!" teriak Mingyu kencang.

% Alpha_Wen (Aaron in prev) %

Wonwoo mendudukkan dirinya di pojok kelas. Sungguh ia malu setengah mati saat tahu semua teman Mingyu sudah mengetahui bahwa semalam ia dan Mingyu bercinta di kamar asrama Mingyu.

Ia menelungkupkan wajahnya di antara kakinya. Seharusnya dia tidak melakukan itu. Seharusnya dia tidak mengajak Mingyu bercinta semalam! Lagi-lagi pipinya memerah. "Tidak! Tidak boleh mengingat itu lagi! Memalukan!"

"Wonwoo-ya! Di mana kau?! Keluar kau Wonwoo! Jeon sialan! Jelaskan semuanya padaku!" teriak Soonyoung dari ambang pintu kelas.

Beberapa teman yang duduk di dekat Wonwoo menatap Wonwoo dengan tatapan bertanya-tanya. Wonwoo menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan agar temannya itu tidak memberitahu di mana ia sekarang kepada Soonyoung.

"Benar tidak ada yang melihat Wonwoo?!" teriak Soonyoung lagi. Salah satu siswa berkacamata menunjuk pojok kelasnya. "Terima kasih! Kau memang kawanku!"

Wonwoo menggigit bibirnya. Ia merangkak ke sisi kelas yang lain untuk menghindari Soonyoung. "Aku dalam masalah. Si sipit itu benar-benar membuatku takut setengah mati!" gumam Wonwoo pelan.

Mungkin setelah ini, jika Soonyoung menemukannya, Soonyoung akan bertanya sedemikian rupa untuk mendapatkan jawaban yang sangat diinginkannya. Jawaban yang sangat rinci tentang bagaimana bisa seseorang bercinta di dalam lingkungan asrama tanpa diketahui oleh pihak penjaga asrama.

Wonwoo berdiri dan berlari menjauhi Soonyoung saat Soonyoung sudah berada di belakangnya. "Maaf Soonyoung-ya! Aku tidak bisa menjelaskannya!" teriak Wonwoo dengan sedikit cengiran di wajahnya.

Tanpa sengaja, Wonwoo menabrak Seungcheol yang akan memasuki kelas. "Oh! Seungcheol hyung! Tolong aku! Sembunyikan aku dari Soonyoung!" ucap Wonwoo. Ia berdiri di balik tubuh Seungcheol. Bermaksud untuk bersembunyi dari Soonyoung. Tapi percuma saja. Ia lebih tinggi dari Seungcheol. Seungcheol bisa apa selain menampilkan ekspresi kebingungan?

Soonyoung menarik-narik pakaian Wonwoo yang bersembunyi di balik tubuh Seungcheol. Jika dilihat, mereka bahkan seperti anak-anak di tempat penitipan anak.

Mingyu yang kebetulan melintas, tersenyum saat melihat Soonyoung dan Wonwoo berlarian di sekitar Seungcheol. "Ekhem... Kekasihmu memeluk kekasih Jisoo sunbae, kau tidak cemburu?" tanya Seokmin dan dijawab gelengan oleh Mingyu.

Wonwoo berlari ke arah Mingyu dan bergelayut di lengan Mingyu. "Mingyu-ya! Tolong aku! Kwon sipit ini mencoba memerasku!" ucap Wonwoo sambil tertawa.

Tangan Mingyu menggenggam erat tangan kanan Wonwoo dan menariknya agar tepat berada di depannya. Wonwoo mengernyitkan keningnya. Ia bermaksud untuk bertanya apa yang Mingyu lakukan sebelum akhirnya Mingyu menangkup pipinya dan menciumnya di hadapan seluruh teman-teman sekelasnya.

.

.

.

.: Epilog :.

Wonwoo melangkahkan kakinya cepat untuk mengejar sosok kecil yang berlari sangat cepat di depannya. Sesekali tangannya membenahi tas boneka kecil yang bergelayut di punggungnya.

"Ruru-ya! Jangan cepat-cepat nanti kau bisa terjatuh!"

Sosok kecil yang bernama Ruru membalikkan badannya dan tersenyum lucu. Mungkin ingin mengatakan "Tenang mom, aku baik-baik saja. Aku tidak akan terjatuh!"

Wonwoo yang berhasil meraih tangan kanan Ruru mengajaknya duduk di sebuah bangku di taman di dekat kotak pasir. "Lain kali tidak boleh berlari terlalu cepat. Kakimu ini masih sangat kecil. Kau bisa tersandung lalu jatuh. Mommy tidak ingin kau terjatuh dan menangis karena lututmu berdarah. Janji kelingking pada mommy?"

Ruru mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking sang bunda. "Good boy. Sekarang bermainlah,"

Tidak lama berselang, Mingyu datang menghampiri Wonwoo dengan beberapa cemilan di tangannya. Memang pada dasarnya Mingyu adalah orang yang tinggi dan juga tampan, beberapa gadis yang masih memakai seragam sekolah berbisik-bisik mengenai ketampanan Mingyu.

Tapi, harapan para gadis itu pupus saat Ruru berlari menghampiri Mingyu dengan berseru keras, "Daddy! Daddy datang! Daddy datang! Waaa daddy bawa cemilan! Yeeiyy!"

Mingyu berjongkok dan menerima terjangan Ruru. Ia menggendongnya dan memutar-mutar tubuh Ruru di gendongannya. "Putra kecil daddy sangat bersemangat sekali hm? Apa yang terjadi saat di sekolah tadi hm?"

Ruru menceritakan banyak hal secara acak kepada sang ayah. Bocah berusia tiga tahun itu secara bersemangat menggoyangkan tubuhnya seiring dengan ceritanya.

Saking bersemangatnya, Ruru hampir kehilangan keseimbangannya. Beruntung Wonwoo sudah berada di belakang tubuh Ruru jadi dia bisa menerima tubuh Ruru yang hampir saja terjatuh ke tanah.

"Kau hyperaktif sekali hm? Persis seperti daddymu itu. Sangat hyper. Tidak bisa diam dan cenderung selalu ingin bergerak ke sana ke mari. Memang benar-benar anak Kim Mingyu!"

Ruru tertawa mendengar penuturan ibunya. Meskipun kenyataannya ia sama sekali tidak paham dengan apa yang ibunya katakan.

Mingyu mencondongkan tubuhnya dan mengecup bibir kenyal milik Wonwoo di hadapan putra kecilnya. "EWH! MENJIJIKKAN!" teriak Ruru nyaring. Tangannya ia gunakan untuk menekan wajah Mingyu yang berniat untuk mengecupnya juga.

Impian Mingyu akhirnya tercapai. Ia bisa menjadi pelatih basket dan rapp dalam satu waktu dan bisa membangun keluarga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang di setiap sudutnya.

Wonwoo mendekati Mingyu dan berbisik di telinga Mingyu. "Meeting you was fate. Becoming your friend was a choice. But falling in love with you was out of my control. thanks for anything you have given to me."

Mingyu menatap Wonwoo kemudian tertawa. "Sejak kapan kau berkata-kata sepuitis tadi hm?"

.: END :.

2K17 / 11 / 06 — 10:15 P.M

.

Akhirnya saya kembali dengan chapter terakhir dari ff ga jelas ini. Terima kasih atas kunjungan dan review dari para readernim semua. Terima kasih atas kritik dan sarannya. Terima kasih atas bashnya.

Saya tidak bisa melanjutkan ff ini tanpa kalian/? #apasih

Selamat untuk comebacknya Seventeen dan Super Junior! Bias saya semua itu :'

Semoga ga ada fanwar, semoga yang fandomnya CaratElf bisa diberi kuota banyak untuk streaming mv Clap sama mv Black Suit.

Semoga saya bisa diberi anugerah buat ngelanjutin ff saya yang lain.

Maaf kalo ada typo ataupun kesalahan dalam penulisan yang tidak sesuai dengan EYD.

Terima kasih dan terima author sebelah (emoji lope lope)

Ps. Author sebelah nyontek catatan kaki saya :' untung cinta.