DETERMINED

Berawal dari sebuah hal, siapa yang menyangka akan menjadi jalan yang ditakdirkan?

Dengan kenekatan yang terkumpul entah darimana, Tetsuya mendatangi meja yang kini dikelilingi oleh sekumpulan orang dengan beda usia. Menyesuaikan ekspresi, lalu mengelus perutnya yang masih terlihat seksi.

"Sei-kun," Tetsuya memegang salah satu pundak laki-laki tampan yang kini memandangnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Tetsuya?"

"Kenapa kau tega melakukan ini semua?"

Dan kini semua mata tertuju pada satu sisi.

"Setelah apa yang kau lakukan, sekarang kau malah mengikuti perjodohan!"

"Apa maksudmu?!"

"Aku hamil, 2 minggu," Tetsuya mengambil nafas, yang semakin mendramatisir keadaan lalu mengelus perutnya untuk yang kesekian kali, "Anak kita, hasil 'kegiatan' yang kita lakukan."

Disclaimer :

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original Story by Gigi

Warning :

T

Akakuro

Shonen ai

Male pregnant contains

Family Fluff Romance

Out of character

Suara masih terasa hening saat Tetsuya mengeluarkan maksud dan tujuan, hingga Akashi tersadar dan melontarkan sebuah keterkejutan meski dengan tampang yang datar, "Apa?!"

"Aku tahu kalau Sei-kun tak sengaja keluar didalam, tapi kau bilang akan menikahiku dan-"

"Stop." Laki-laki paruh baya yang punya wajah mirip Akashi berdiri, memandang anaknya dan laki-laki muda yang mengganggu acara mereka, "Sei, apa maksudnya ini?"

Akashi ikut berdiri, memandang tajam pemuda mungil yang kini tengah berkaca-kaca sambil mengelus perutnya, "Apa maksudmu, Tetsuya?!"

"Aku hamil, Sei-kun! Anakmu!" Sungguh, kalau saja tidak dalam posisi seperti ini, Tetsuya akan sangat tertarik dengan muka Akashi yang tengah panik.

"Jangan bercanda!"

"Apa maksudmu dengan bercanda? Sudah aku bilang kalau lakukan dengan pengaman, tapi kau bersikeras berhubungan tanpa pengaman. Dan sekarang kau bilang bercanda? Kau keterlaluan, Sei-kun." Isak tangis keluar, tanpa bisa Tetsuya cegah.

"…" Akashi menatap Tetsuya dengan kekagetan yang mengagumkan, seolah matanya benar-benar akan melompat keluar.

"Aku sudah mencegah agar kau berhenti, tapi kau malah mengangkangkan kakiku, lalu menusukku dengan menggunakan kejanta-"

"Oke, berhenti." Shiori berdiri, melerai pemuda manis yang entah siapa, yang siap melontarkan kalimat super vulgar tanpa sensor batas usia.

"Apa maksudnya ini, Akashi-san?" Pria paruh baya yang lain ikut berdiri, meminta kejelasan atas peristiwa yang terjadi.

"Sei, jelaskan ini!"

"Apa yang mesti aku jelaskan?"

"Tentu saja kelanjutan hubungan kita, Sei-san." Kali ini wanita muda yang jadi objek perjodohan ikut minta kejelasan.

"Kita saja baru bertemu sekarang," Ujar Akashi yang untuk pertama kali dalam hidupnya mengidap sakit kepala.

"Sei-kun jangan lupa dengan janin yang aku kandung," Muka Tetsuya menunduk sedih, "Anak kita berdua."

Ini lagi! Ya Tuhan, kalau bisa, Akashi ingin pergi dari sana! Rasanya, kali ini Akashi seperti bukan dirinya.

Dan sekarang, Tetsuya sungguh menyesali leluconnya saat itu. Berawal dari kekesalannya saat Tetsuya tidak sengaja melihat sang ketua kelasnya saat SMA, yang selalu mengalahkannya dalam setiap hal, membuatnya menyusun rencana guna mempermalukan sang rival. Namun bukannya berhasil, kini malah mereka berakhir pada rencana pernikahan yang bahkan sama sekali tidak Tetsuya harapkan!

"Kenapa kita harus menikah?" Ujar Tetsuya tanpa sadar mengeluarkan kebingungannya.

"Kau lupa? Aktingmu yang seolah-olah hamil anakku membuat orangtua kita merencanakan pernikahan secepatnya."

"Aku bisa gila." Tetsuya meremat rambutnya, demi apa, mengapa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang bahkan merupakan rivalnya?!

"Kau harusnya berpikir sebelum bertindak." Akashi mendengus, "Tak heran, kepalamu hanya terisi dengan vanilla dan anteknya."

"Kau boleh menghinaku," Tangan lentik Tetsuya mengeratkan pegangan pada kerah Akashi seolah mengancam yang tapi tak mempan sama sekali, "Tapi jangan hina vanilla milkshake milikku!"

Boleh Akashi tertawa sekarang? Apa harga diri lelaki mungil didepannya lebih rendah daripada minuman tanpa gizi yang dijual pada gerai pinggir jalan?

"Kau lucu sekali, sayang."

"Berani memanggilku begitu aku akan-"

"Apa? Hm, kau mau apa, sayang?" Akashi menyeringai melihat ekspresi pemuda yang jika bukan rivalnya, akan dia hadiahi kecupan penuh kegemasan.

"Ah! Harusnya aku melakukan ini sedari dulu," Tetsuya segera berdiri, lalu mengemasi barangnya acak.

"Kau mau kemana?"

"Akashi-kun tidak perlu tahu."

"Aku calon suamimu!"

"Dan kalau kau lupa, kita akan menikah karena kesalahpahaman."

"Ralat, kau yang menyebabkan kesalahan, Tetsuya."

"Maka dari itu aku akan memperbaikinya."

"Apa yang kau perbaiki?"

"Kau bodoh sekali, Akashi-kun," Ucapan telak Tetsuya yang tanpa filter sukses memancing munculnya urat kekesalan Akashi.

"Siapa yang dengan lebih bodoh mengganggu perjodohan orang?"

"Itu karena- Yang penting aku mau memperbaikinya, dan harusnya kau bersyukur!"

"Mau memperbaiki bagaimana?"

"Aku akan menemui orangtuamu, lalu bilang bahwa aku tak hamil, dan yang kemarin hanya lelucon yang-"

"Kau mau menyakiti hati orangtuaku dan orangtuamu lagi?" Sindir Akashi tajam.

"Apa maksudmu?"

"Kemarin kau menghancurkan acara perjodohanku, dan sekarang ketika dua keluarga sudah bertemu, bahkan mereka sudah setuju, lalu kau datang menghancurkan harapan mereka untuk kemauanmu?" Akashi semakin mempertajam kata-kata, "Aku tak menyangka kau sekejam itu, Tetsuya."

"Lalu kita harus bagaimana? Akashi-kun tak masalah menikah denganku? Kau tak masalah kita yang bahkan tak bisa damai, harus selamanya bersama?" Tetsuya membalas tatapan Akashi tak kalah tajam, "Asal Akashi-kun tahu, menikah adalah hal yang paling sakral untukku."

"Kau pikir aku tidak? Di keluargaku, haram ada kata cerai disana." Heterokrom masih betah menatap tajam, "Dan untukku, pernikahan hanya sekali dalam hidup."

"Lalu kita harus bagaimana?"

"Jalani saja." Akashi berucap santai, hingga Tetsuya memandangnya dengan tatapan 'Apa-kau-gila?'

"Kita tak sengaja bertemu saja membuat keadaan runyam, bagaimana kalau harus bersama Akasi-kun selamanya?"

"Tentu saja kau akan bahagia."

Tetsuya menggigit bibir, mencoba menenangkan emosi yang mulai naik, "Hanya asumsi atau Akashi-kun memang senang menikah denganku?"

Akashi mendengus, lalu tertawa penuh sarkas, "Yang benar saja. Aku bahagia? Kau bahkan tidak lebih menarik daripada wanita yang dijodohkan denganku kemarin, sayang."

Dan entah mengapa, ucapan Akashi sangat menyebalkan untuknya, "Aku juga! Akashi-kun bahkan tidak lebih baik dari Midorima-kun yang begitu baik dan perhatian."

Sama dengan Tetsuya, entah mengapa ucapan lelaki mungil tersebut membuatnya ingin melempar gunting pada Midorima.

To be continue..

AN :

Ini apa? Nggak tauk. Yang pasti ini efek Kurobas last game akhirnya bisa di-download ^^

Memang udah nonton sih, tapi saya masih kangen banget sama mereka :')

Seenggaknya ini juga sedikit mengobati rasa sakit hati saya karena nggak dapet kesempatan nonton LA Gintama yang padahal saya udah nanti-nantikan :'(

Dan tenang aja, ini bukan multi-chapter kok, paling cuman 2-3 chapter aja ^^

Semoga suka dan terimakasih sudah membaca!

Sign,

Gigi.