Kuharap ini gak aneh dan.. Selamat membaca
Enjoy
.
Jangan sedih, kumohon..
Jangan menatapku seperti itu. Sungguh aku tidak mengerti kenapa ada air yang mengalir dari kedua belah matamu
**
Disanalah dia, duduk sendirian di sebuah taman dengan pakaian tebal khas musim dingin menatap kosong depan
Tak memperdulikan lalu lalang dan hiruk pikuk di sekitarnya
Musim dingin pertama di tahun 2017. Tak ada yang spesial, bahkan mungkin pemuda itu tak memikirkan hal itu
"Hae.. Maaf kalau kau sudah lama menunggu"
Akhirnya pandangan kosong itu teralih kepada sosok yang berjongkok di depannya
Mengenggam tangannya yang mulai mendingin
Pemuda itu-Donghae menatap sosok itu lama
"Siapa?"
.
.
The First Snow
Main Cast : Lee Donghae
.
Seoul, Desember 2016
Dialah Lee Donghae, pemuda 14 tahun sehangat matahari. Pemuda dengan senyuman hangatnya dan keceriaannya yang membuat semua orang langsung jatuh hati saat pertama bertemu
Donghae tampak berlarian di pekarangan rumahnya dengan riangnya mengabaikan kakaknya yang tampak kelelahan mengejarnya
"Huh.. Huh.. Huh.. Yak Lee Donghae! Berhenti disana!"
"Tidak mau! Wek" dengan tidak sopannya Donghae menjulurkan lidahnya pada kakaknya.
"Yak Hae! Salju sedang turun, nanti kau sakit"
"Tidak peduli! Kalau mau. Jungsoo Hyung tangkap aku" Donghae berlari semakin jauh keluar dari pagar rumah mereka
Berteriak-teriak dengan riang karena memang musim salju-musim favoritnya datang
Namun langkahnya terhenti saar Donghae menyadari sesuatu
"Lho? Kok aku pakai sepatu putih sih? Kan aku mau berangkat sekolah. Bodoh!"
Grep
"Kena kau Lee Donghae"
Pelukan tiba-tiba Jungsoo menyadarkan Donghae dari kegiatannya memukuli kepalanya dan menatap kakaknya
"Yak Hyung! Kenapa tadi kau menyiapkan sepatu putih untukku eoh?"
Tatapan Jungsoo beralih pada kedua kaki Donghae yang terbalut sebuah sepatu. Menatapnya dan tersenyum
"Sudahlah.. Tenang saja, Hyung jamin gurumu takkan marah. Ayo, hyung antar ke sekolah"
Dirangkulnya bahu Donghae dan akhirnya mereka berdua pergi
"Benar ya nanti Pak Guru tidak marah?"
"Iya iya.. Nanti hyung yang tanggung jawab"
Benar kata Jungsoo, guru tak akan memarahi Donghae karena sepatu hitam itu terpakai dikedua kaki Donghae
Kuharap musim tidak cepat berlalu, dan kuharap waktu masih panjang
**
Tak terasa hari terus berganti, waktu terus berjalan
Begitupula dengan dua kakak beradik yang selalu ceria ini
Dan sekarang ini bulan Februari, bulan terakhir di musim salju
Jungsoo menuntun Donghae memasuki kawasan Rumah Sakit Seoul
Mereka berjalan ke sebuah ruangan dengan papan nama Yura
Cklek
"Selamat siang Dokter!" Sapa keduanya ramah yang dijawab degan senyuman pula oleh sang dokter dan mempersilahkan mereka masuk
"Bagaimana kabar kalian?"
"Kami baik Dokter" Donghae berinisiatif mewakili kakaknya untuk menjawab pertanyaan sang dokter
"Bagaimana perasaanmu hari ini Donghae?"
"Sangat baik. Hari ini kami menikmati ice cream yang manis, menikmati hari dengan baik. Dan musim gugurnya juga sangat meyenangkan dan kau lihat Dokter, ini baju warna biru kesukaanku yang di kado Jungsoo hyung loh"
Dengan semangat Donghae menceritakan perasaannya pada Dokter Han
Sedang Dokter Han hanya tersenyum memanggapi celotehan Donghae dan Jungsoo yang menatap Donghae intens dengan mata memerahnya
"Eum.. Pasti menyenangkan. Bagaimana dengan sekolahmu?"
Dokter cantik itu bertanya lagi dengan antusias siap mendengarkan celotehan Donghae
"Gurunya sangat menyenangkan Dokter. Kami belajar banyak hal seperti melukis, berakting dan juga kami berolahraga sesekali"
Senyum ceria tak pernah lepas dari bibir Donghae, matanya yang sayu itupun turut berbinar bahagia
"Tunggu.." Donghae manatap Dokter Han
"Bukannya Dokter mau memeriksa Jungsoo Hyung?"
Jungsoo tertegun mendengar pertanyaan Donghae, namun berbeda dengan Dokter Han yang justru tersenyum
"Tentu saja. Kau boleh keluar Donghae. Tunggu Hyungmu di luar ya?"
.
"Bagaimana Dokter?"
Akhirnya air mata itu turun. Air mata yang sejak tadi sudah ditahannya akhirnya tumpah
Dokter Han menatap Jungsoo simpati
"Maafkan kami Jungsoo. Seperti yang kau lihat, penyakitnya sudah berkembang lebih cepat dari perkiraan"
Dan air mata itu semakin deras mengalir, menunjukkan sosok lemah seorang Lee Jungsoo
.
Setelah meredakan tangisnya dan mencuci wajahnya di ruangan Dokter Han. Jungsoo akhirnya memutuskan keluar dan menemui Donghae
Grep
Donghae memeluk Jungsoo dengan sangat erat sesaat setelah dilihatnya Jungsoo keluar dari ruangan Dokter Han
Hiks
Hiks
Donghae. Adiknya itu kini terisak dengan keras, menenggelamkan wajahnya pada bahu Jungsoo dan membuat bajunya basah oleh airmata Donghae
Hiks
Hiks
Dielusnya rambut Donghae dengan sayang
"Sst.. Tidak apa. Kau baik-baik saja"
Hiks
"Tidak, maafkan aku Hyung, aku melupakannya lagi hiks.. Aku.. Hiks.. Aku bersekolah di sekolah musik hiks.. bukan sekolah melukis hiks.. akting ataupun hiks.. Olahraga"
Tes
Air mata yang tadi sudah terjatuh kini kembali tampak. Menciptakan aliran sungai kecil, namun sebisa mungkin Jungsoo meredam tangisnya agar adik tersayangnya ini tidak merasa semakin bersalah bila melihat air matanya
"Tidak apa-apa Donghae tidak apa-apa"
Bukan hanya untuk Donghae. Kalimat itu juga Jungsoo tujukan untuk dirinya sendiri
'Ya.. Semua akan baik-baik saja'
"Dan aku.. Aku.. Hiks hiks ini bukan musim gugur dan hiks i-ini bukan baju biru hiks dan.."
"Sst.. Semua akan baik-baik saja Hae. Apapun yang kau lupakan, bagaimanapun dirimu. Hyung akan selalu menyayangimu"
Diusapnya air matanya dan air mata Donghae dengan kedua telapak tangannya
Tersenyum menatap Donghae yang juga menatapnya dengan matanya yang merah
Maafkan aku Hyung, hari ini aku melupakan banyak hal.
Maafkan aku Hyung karena diriku kau menumpahkan air matamu.
Dan maafkan aku Hyung, karena Alzheimer sialan ini, aku akan melupakanmu
**
Seoul, Agustus 2017
Waktu terus berlalu, masa terus berlalu dan begitupun dua saudara ini yang kini tampak berbeda
Alzheimer Donghae berkembang semakin cepat
Donghae, pemuda itu kini sudah tidak bersekolah lagi
Anak itu sudah melupakan banyak hal
Pernah suatu waktu Donghae mengenakan pakaian mendiang ibu mereka, mengenakan piyama saat akan diajak Jungsoo ke supermarket
Menyebutkan kata pahit pada ice cream vanilla
Mengupas apel dengan sendok
Melupakan banyak warna, lupa jalan menuju rumah
Dan pernah suatu malam Donghae mengompol karena lupa dimana letak kamar mandinya
Malam itu Donghae menangis dengan keras melihat Hyungnya yang membersihkan air seninya yang tercecer, memohon maaf karena melupakan hal sekecil itu
Mengingat itu membuat Jungsoo yang kini sedang memasak makan malam untuk mereka merasa sesak
Dirinya merasa tidak berguna sebagai seorang kakak, mengingat perkaraan Dokter Han saat terakhir kali Donghae check up membuat luka di dadanya semakin menganga
'Penderita Alzheimer awalnya akan melupakan hal-hal kecil Jungsoo, lama kelamaan dia akan melupakan semua hal besar sampai hal yang sepele seperti nama, jalan ke suatu tempat, benda-benda disekitarnya..'
'Pada tahap yang serius, penderita bahkan lupa bagaimana cara mengunyah, menelan, pengontrolan diri terhadap hal ringan seperti buang air kecil dan buang air besar..'
Dokter Han menghela nafas, merasa berat harus menyampaikan hal ini pada keluarga pasien
'Dan tahap yang paling akhir yaitu... Penderita akan melupakan bagaimana caranya bernafas'
Masih segar di ingatan Jungsoo bagaimana dengan hebatnya dia menangis-menangis untuk adik kecilnya, menangisi adiknya yang sungguh kasihan, menangisi ketidakberdayaannya sebagai seorang kakak
Dan menangisi ketidakmampuannya menjaga amanat dari kedua orang tua mereka
Masih segar pula diingatannya kala Dokter Han meminta Jungsoo untuk segera memindahkan Donghae ke Rumah Sakit
Donghae, adik kecilnya itu hanyalah bocah sederhana yang sangat menyukai salju dan pemilik senyum sehangat matahari
Kehidupan mereka sebelumnya juga sederhana meski tanpa kedua orang tua namun mereka tetap bahagia
Kini.. Kebahagiaan itu lenyap sudah
Prakk
Dengan tergopoh Jungsoo mematikan kompornya dan menghampiri Donghae yang ada di depan televisi
"Ada apa Hae?"
"Benda itu" tunjuknya pada benda-remote tv-yang sudah hancur berkeping-keping
Menatap remote tv tidak bersalah itu kesal
"Disana tertulis aku harus pencet warna merah untuk menyalakan benda ini" telunjuknya kini mengarah pada tv 21inch di hadapannya
"Tapi aku tidak tau mana yang disebut merah. Jadi aku tekan asal saja tapi dia tetap tidak mau menyala. Karena kesal aku banting saja sekalian hehehe"
Ya, demi Donghae semua barang dirumah ini Jungsoo tempeli dengan sticky note tentang cara menggunakannya bahkan dinding rumah merekapun sampai tak terlihat warnanya
Seperti misal pada remote itu contohnya. Disana Jungsoo menulis 'tekan tombol merah untuk menyalakan tv yang ada dihadapanmu'
Namun Jungsoo lupa kalau adiknya ini sudah melupakan banyak hal
Ini semua Jungsoo lakukan agar adiknya itu tidak kebingungan saat akan menggunakan benda-benda di dalam rumah mereka yang berujung pada hal yang berbahaya
Ditatapnya Donghae dengan senyum lembut andalannya sambil merangkul bahunya
"Iya tidak apa-apa. Bagaimana kalau sekarang kita makan?"
"Oke Hyung. Hari ini kita makan bibimbap ya?"
Dengan semangat Donghae melangkah mendahului Jungsoo dengan senyum cerah yang senantiasa terpatri di bibirnya
"Meja makannya dimana Jungsoo Hyung?"
Tuhan. Jika ini pilihan terbaikmu, maka tabahkanlah hati kami untuk menerima semua ini
**
Seoul, November 2017
"Uhukk uhukk"
Jungsoo panik kala melihat adiknya terbatuk dan tersedak oleh makanannya sendiri
Segera saja diambilkannya air dan meminumkannya pada Donghae, namun minuman itu malah menyembur bahkan ada yang sampai keluar melalui hidung Donghae
Hal itu semakin menambah kecemasan Jungsoo, segera saja Jungsoo membawa Donghae ke rumah sakit
Dan disinilah dia. Donghae, pemuda itu kini menempati salah satu kamar di Rumah Sakit Seoul
Dokter Han menyatakan bahwa Donghae harus dirawat
Pemuda itu kini sudah tidak dapat menelan sehingga kini asupan makanan yang di dapat hanya dari selang infus yang menempel di punggung tangan kanannya
Dan memasangkan selang yang menyambung pada kantung kemih yang ada di bawah ranjang karena pemuda itu juga sudah tidak dapat buang air dengan benar
Jungsoo sangat sedih melihat adiknya namun Jungsoo tidak menyerah, dia tetap ingin Donghae bisa merasakan makanan meskipun harus selalu menelan kekcewaan dengan diabaikannya makanan itu meski sudah memasuki mulutnya
Seperti hari ini, siang ini Donghae tidak banyak bicara
Dirinya menatap kosong kedepan
Jungsoo yang hendak memasuki kamar adiknya itu berhenti sejenak, menatapi adiknya yang sudah banyak kehilangan sinar di wajahnya
Senyum cerianya menghilang, mata sayunya pun terlihat semakin menyedihkan bila dipadukan dengan ekspresi kosongnya
Tes
Lagi-lagi air mata itu jatuh kala menatap adiknya, adiknya yang kasihan
Adiknya yang malang
Adiknya yang tidak beruntung
Dihampirinya adiknya dan duduk di kursi samping ranjangnya
"Bagaimana kabarmu Hae?"
Donghae. Pemuda itu menatap Jungsoo
"Siapa?"
Deg
Jungsoo merasa dunianya runtuh
.
"Bagaimana Dokter?"
Disinilah Jungsoo berada, di ruang kerja Dokter Han, menatap Dokter Han cemas prihal Donghae
Dokter Han menghela nafas dalam
"Maafkan aku, tapi, penyakitnya sudah sangat jauh. Donghae.. Dia sudah melupakan hampir semuanya"
"Mungkin sebentar lagi, dia akan kehilangan kemampuan berbicara dan syaraf motoriknya. Maafkan kami Jungsoo harus menyampaikan ini"
Hiks
Hiks
Hiks
Jungsoo merasa hari inilah yang terburuk. Dirinya belum siap kalau harus ditinggalkan adik tersayangnya
Seketika, bayangan akan mereka berdua terekam dalam memorynya
Saat Donghae masuk Elementary School
Saat dirinya dikerjai Donghae
Saat mereka merayakan kelulusan Donghae
Saat Donghae tersenyum lebar karena baju warna biru pemberiannya
Saat Donghae mendapat peringkat di kelas
Saat Donghae bermain dan membuat orang-orangan salju
Semua itu berkecamuk dalam benaknya
Hiks
Hiks
Saat kematian kedua orang tua mereka
Saat Donghae. Saat Donghae mendapatkan vonis Alzheimer
Saat Donghae mulai melupakan banyak hal
Semua bercampur aduk dalam ingatan Jungsoo
"A-apa ada hal yang hiks dapat ki-kita lakukan hiks hiks"
Dokter Han menggeleng
"Maaf, tapi penyakit ini belum ada obatnya"
Dan kuharap, hari itu tak pernah terjadi. Kaupun pasti berharap begitu kan Hae?
**
Desember 2017
Disanalah dia, duduk sendirian di sebuah taman Rumah Sakit Seoul dan berteman dengan gelapnya malam
Dengan pakaian tebal khas musim dingin menatap kosong depan
Tak memperdulikan lalu lalang dan hiruk pikuk di sekitarnya
Musim dingin pertama di tahun 2017. Tak ada yang spesial, bahkan mungkin pemuda itu tak memikirkan hal itu
Donghae, pemuda itu. Wajahnya yang pucat, sinar wajahnya yang hilang, matanya yang sayu dan kosong
Pemuda itu, adik Jungsoo, beberapa hari yang lalu Dokter Han menyatakan Donghae kehilangan saraf motoriknya ketika Donghae terjatuh dari ranjang rawatnya
"Hae.. Maaf kalau kau sudah lama menunggu"
Akhirnya pandangan kosong itu teralih kepada sosok yang berjongkok di depannya
Mengenggam tangannya yang mulai mendingin
Pemuda itu-Donghae menatap sosok itu lama
"Siapa?"
Jungsoo tersenyum, berusaha setegar mungkin dihadapan adiknya meski sosok itu tak lagi mengenalnya
"Aku Jungsoo. Boleh aku duduk disampingmu?" Tanpa menunggu izin Donghae Jungsoo duduk disamping Donghae
Pluk
Donghae menyandarkan kepalanya di pundak sang kakak
Membuat Jungsoo seketika memeluk pinggang Donghae agar pemuda itu tidak terjatuh
Ditatapnya Donghae sedih
Tes
Tetesan air mata itu jatuh, membasahi pipinya
Meskipun Donghae tak lagi mengenalnya namun tubuhnya masih mengingatnya
Hal itu yang saat ini coba Jungsoo syukuri
'Tuhan,terima kasih. Setidaknya ada bagian dari dirinya yang tidak melupakanku'
"Siapapun kau hh~ aku ingin tidur hh~ Terimakasih hhh~"
Bagai salam perpisahan, nada datar yang terucap dari Bibir Donghae membuat hati Jungsoo menghangat sekaligus sedih
Hangat karena 'salam perpisahan' Donghae
Dan sedih saat mendengar deru nafas Donghae yang makin memberat dan tubuhnya yang mulai mendingin seutuhnya
Tes
Tes
Salju. Salju pertama turun persis di bulan Desember, memenuhi bumi dengan gumpalan putihnya
Salju pertama yang datang juga satu jiwa yang pergi dari raganya
.
.
RIP
Lee Donghae
Born : 15 Oktober 2002
Die : 1 Desember 2017
.
Disinilah Jungsoo sekarang, di dalam kamar adiknya yang bernuansa biru
Kamar yang penuh dengan sticker nemo dan dinding yang penuh dengan sticky note
Ya.. Dinding kamarnya yang penuh dengan sticky note, namun dinding yang di hadapan Jungsoo kali ini berbeda
Itu bukan sticky note buatan Jungsoo tapi sticky note Donghae
Sticky note yang kata Donghae dulu berisi tentang 100 harapannya
Dicabutnya satu sticky note dari sana
Membahagiakan Appa dan Eomma
Beralih ke sticky note yang lain
Membahagiakan Jungsoo Hyung
Menua bersama Jungsoo Hyung
Liburan bersama Appa, Eomma dan Hyung
Membuat orang-orangan salju yang besaarrr
Bermain salju seharian
Membangun rumah salju
Jungsoo tersenyum, namun pandangannya teralih pada satu lembar kertas seukuran buku yang tertempel bersama kumpulan sticky note itu
Flashback on
Donghae's side
Hiks
Hiks
Aku sedih, aku marah, aku kesal dengan keadaanku
Lagi-lagi Jungsoo Hyung menangis karenaku
"Maafkan aku Hyung, sungguh aku lupa letak kamar mandinya"
Hiks
Donghae, pemuda itu menangis di kamarnya sendirian. Malam sudah larut dan Donghae tidak bisa tidur
Hiks
Hiks
Malam yang dingin itu menjadi saksi tangisan seorang Lee Donghae atas hidupnya
Tangisan atas takdirnya yang sungguh menyakitkan
Namun dia percaya, percaya bahwa banyak hal yang baik akan terjadi setelah ini
"Ah, iya, sebelum aku melupakan semuanya"
Donghae dengan tergesa menuju meja belajarnya, meraih sebuah kertas dan mulai menulis
'Untuk Hyungku tersayang Jungmin? Jungnam? Jungshin? Ah.. Maaf hyung lagi-lagi aku melupakan namamu.
Tapi, siapapun namamu, kau akan selalu jadi nomer satu dihatiku
Maafkan aku hanya menulis surat ini sebatas ingatanku tentangmu hyung.
Hyung ku yang cantik. Eh, atau tampan? Ah.. Lagi-lagi aku melupakanmu
Bagaimanapun kau. Kuharap setelah kepergianku kau akan baik-baik saja (harus baik-baik saja)
Hiduplah dengan baik eoh? Makan dengan teratur, jaga kesehatanmu, jangan pilih-pilih makanan
Jangan sampai sakit sepertiku Hyung
Maaf karena aku tidak bisa menemanimu lebih lama
Maaf karena aku yang pergi menemui Tuhan lebih dulu
Hiduplah dengan bahagia Hyung
Menikah, memiliki banyak anak, cucu dan pekerjaan yang layak
Hiduplah seperti itu Hyung
Hiduplah dengan baik meski tanpaku
Tapi ingat! Jangan sekali-kali kau melupakanku! Awas ya kalau kau sampai melupakanku!
Terima kasih Hyung atas semuanya, atas kesabaranmu merawatku, menjagaku dan melindungiku
(Jangan merasa bersalah atas keadaanku eoh?! Kujitak kau nanti hahaha)
Hyung, kau tau kan kalau aku sangat suka salju?
Maka dari itu kalau kau takut kelak akan melupakanku, melupakanku karena ingatanmu yang mulai menua
Maka, ingatlah aku sebagai salju pertama yang turun. Salju pertama yang turun menyelimuti bumi
Disanalah kau bisa mengingatku
Mengingat kehangatan kehidupan kita, mengingat wajah ku dan semua tentangku
Terima kasih Hyung.
Maaf dan Saranghae
Your Fishy
Donghae'
Dengan hati-hati Donghae menempel surat itu pada kumpulan sticky notenya di dinding dan tersenyum setelahnya dengan hasil kerjanya
"Ah.. Apasih yang aku lakukan"
Direbahkannya tubuhnya di atas kasurnya yang sewarna langit dan terjun ke alam mimpi
Flashback off
Air mata Jungsoo mengalir seiring dengan surat Donghae yang dibacanya
"Bodoh! Kau yang suka pilih-pilih makanan hiks"
Sekian menit dihabiskan Jungsoo dengan menangis, meluapkan rasa sedihnya akan kehilangan sang adik
"Baiklah. Aku akan hidup seperti keinginanmu, memiliki anak yang banyak, cucu yang banyak, hidup bahagia, dan mengingatmu sebagai salju pertama yang turun"
Ingatlah Hyung
Kelak, kita akan bertemu lagi
Dan kupastikan hari itu akan menjadi hari terindah bagimu
Namun sekarang, kau hanya perlu mengingatku bagai salju pertama
Hiduplah dengan bahagia
Saranghae
End
Cuap-cuap sebentak yak hehe
Terlalu panjangkah? Maafkan aku untuk hal ini
Eum.. Sebelumnya aku mau menjabarkan beberapa adegan yang aku ambil dari dua buah film
Untuk bagian sticky note yang banyak banget dirumah bersaudara Lee itu aku ambil dari film A Moment To Remember tapi kalau ceritanya murni dari aku loh ya?
Terus bagian membuat boneka salju, tentang makan teratur, menikah, hidup bahagia itu semua aku ambil dari film A Werewolf Boy (entah kenapa waktu nulis ff ini aku kepikiran cuplikan adegan disana)
Dan untuk ff ini sendiri aku terinspirasi dari lagunya Ailee - I Will Go To You Like The First Snow
Yosh, akhirnya selesai juga ff ini. Semoga kalian semua suka dan menikmati cerita ini.
Last, don't forget to review