Chanbaek Story by Yasaenghwa

WARNING !

Chanbaek, YAOI, Boyslove, Angst/lil bite actions, romance and humor, rate-M, Typo(es), GS untuk beberapa karakter, M-preg

Disclaimer:

this fic is mine,

I hate Siders, Segala macam Bash/Flame and Fans war.

Dilarang Keras memplagiat tanpa ijin!

Forbidden to children, fanfic ini menimbulkan efek samping pusing, mual dan muntah jadi sediakan kantong kresek sama antimo. 😂

.

.

.

Don't like, just click close (X)

Sekali lagi saya peringatkan gak suka gak usah baca

Happy reading and enjoy..

Main cast:

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Support cast:

Kim Jong In aka Kai

Oh Sehun

Do Kyungsoo

Xi Luhan

All of exo members

Moon Ga Young

Dan akan bertambah sesuai kebutuhan cerita

Summary:

Tuhan tidak memiliki secuilpun kesulitan untuk mempertemukan bahkan mengikat seorang berandal bernama Byun Baekhyun dengan pemuda SMA periang bernama Park Chanyeol jika memang Ia menghendaki. Namun bagaimana jadinya jika kebaikan Tuhan ini mereka anggap sebagai takdir yang konyol? Tidak masuk akal dan terlalu drama? Hey, mungkin saat pembagian jodoh mereka tertukar? Ayolah.. Tuhan tidak pernah salah kawan.


Chapter 2

.

.

"Oiy... Bocah!"

Chanyeol 100% yakin jika dirinya tidak memiliki urusan dengan pemuda didepannya ini. Jadi ia menengok kekanan dan kekiri untuk sekedar meyakinkan diri jika yang pemuda panggil 'Bocah' adalah benar dirinya

"Iya kau!"

Telunjuk Chanyeol acungkan kedepan dada, kemudian berbisik "Aku.. " dengan tidak yakin.

"Ck.. " Menuruni motor sports dengan helm masih berada dikepala, pemuda asing itu hanya memperlihatkan mata serupa mata kucing dari kaca helm yang terbuka. Langkahnya gontai menghampiri Chanyeol yang berdiri seperti orang bodoh dan Chanyeol membawa kakinya mundur selangkah saat pemuda sok 'misterius' tersebut tepat 2 jengkal didepannya.

Si pemuda dengan gerakan dibuat keren melepas helm yang menutupi wajah. Sementara Chanyeol menunggu dengan antipati akan hal itu. Saat helm tak lagi berada di kepala, dahi lebar bak lapangan milik Chanyeol membuat tiga kerutan disana. Wajah didepannya tampak tidak begitu asing, tapi dimana ia pernah melihatnya?

"Masih mengingatku?"

Chanyeol masih diam dan berfikir. Berusaha mengingat-ingat siapa pemuda dengan wajah serupa didepannya. 'Ayolah Park, berpikir! berpikir! ' Namun sayangnya Chanyeol tidak memiliki secuil ingatan apapun tentang pemuda tersebut sampai seringaian khas itu tertangkap mata.

Oh Astaga!

Sepasang mata kelereng Chanyeol terbuka semakin lebar. Ingatannya seolah tertarik kembali pada kejadian tersial yang pernah menimpa hidupnya.

"K-kau... "

"Senang bertemu kembali denganmu bo-cah. "

•

~ Opposite Polar ~

•

Chanyeol tidak pernah membayangkan hidupnya akan semenyebalkan ini. Sudah terhitung 5 hari peristiwa pada malam mengerikan disebuah gang itu terjadi dan ia hampir saja melupakan peristiwa itu jika saja saat ini tidak ada pemuda berambut merah menyala menghadangnya di tengah jalan. Pemuda dengan seringaian yang sialnya masih sama menyebalkan saat pertama kali ia lihat.

Pemuda itu memiliki postur tubuh lebih pendek dari tubuh kelebihan kalsium miliknya. Tingginya kira-kira hanya mencapai telinga Chanyeol tapi mungkin akan sedikit lebih tinggi jika disejajarkan dengan Kyungsoo.

Dandanannya urakan, preaching terpasang pada telinga kiri, celana jins sobek di bagian lutut dan paha bawah, kaos kebesaran putih dengan dilapisi jaket kulit berwarna hitam dan jangan lupakan sepatu kets Balenciaga putih yang membalut kedua kakinya.

Dimata Chanyeol penampilan pemuda itu amat Wow dengan coker hitam yang ia pasangkan pada leher. Jika dilihat lebih dekat parasnya cukup manis namun sedikit galak secara bersamaan. Mungkin karena mata kucingnya yang arogan dipertajam dengan bubuhan eyeliner warna hitam.

Chanyeol seharusnya menolak ajakan pemuda entah siapa yang jelas bukan kenalannya itu untuk lebih memilih pulang. Namun realitanya disinilah ia sekarang. Di tengah gang sempit tepat dibelakang gereja. Bersama pemuda berambut merah yang baru ia temui sekali. Itupun dalam keadaan kurang wajar.

Hampir 10 menit mereka saling diam. Chanyeol hanya bisa tertunduk dengan kedua tangan mengerat tali rasel. Tatapan pemuda kurang tinggi itu cukup mengintimidasi dan memperciut nyali. Akan tetapi, sesekali Chanyeol akan mencuri pandang pada pemuda didepannya yang tampak sedang menilai.

"Jadi kau benar seorang pelajar SMA? "

Suara tenor mengalun sedikit membuat Chanyeol gugup. Anggukan patah ia berikan sebagai respon.

"Ck.. Sial! Mengapa aku harus berurusan dengan seorang bocah?" Sebuah gumaman, namun masih cukup jelas ditangkap oleh telinga lebar Chanyeol.

'Bocah.. Bocah.. Memang kau sendiri lebih tua dariku?' dengus Chanyeol yang sayangnya hanya bisa ia ucapkan dalam hati.

"S-sebenarnya ada urusan apa tuan mengajak saya kemari?" Suara berat milik Chanyeol akhirnya keluar dengan cukup kikuk.

Kalimatnya amat terdengar kaku dan terlalu formal di telinga, membuat si pemuda mungil tersenyum remeh kemudian mendekat.

"Jangan terlalu percaya diri, aku menemuimu bukan untuk ucapan terimakasih dan lagi hentikan memanggilku dengan sebutan tuan, aku tidak setua itu."

'Percaya diri? yang benar saja! Akupun tidak ingin kau datangi.' Lagi-lagi itu hanya suara hati. Chanyeol tetap dalam posisi diam menunggu.

"Aku hanya ingin mengambil kembali barang milikku. "

"Eoh, Barang? " Seketika Chanyeol dilanda bingung, barang apa? yang mana?

Melihat respon idiot yang diberikan Chanyeol si pemuda didepannya lantas menatap datar. 'Pura-pura bodoh, eoh?'

"Kau tentu tahu barang apa yang ku maksud, Park Chanyeol. "

"Aku benar-benar tidak tahu dan hey.. darimana kau tahu namaku?"

Sedikit takut saat namanya disebut oleh orang asing, Chanyeol mulai waspada. Persetan dengan sopan santun, 'Sebenarnya siapa orang ini?'

"Tidak penting darimana aku tahu tentang namamu, yang jelas berikan benda yang aku titipkan pada saku jaketmu. " ucapnya terdengar santai.

"Saku jaket? Kau meletakkan sesuatu dalam jaketku?"

Terkejut bukan main pikiran Chanyeol meliar kemana-mana, ' Apa barang itu semacam bom? Atau obat-obatan terlarang? atau─ ' Chanyeol tanpa sadar menggigit ke 5 kuku jari tangan kanannya.

" Aku hanya menitipkannya. "

" Tapi aku tidak ta-.. "

Drrtt... Drrtt...

Suara dering sebuah ponsel dengan berisik menginterupsi pembicaraan mereka. Chanyeol mengintip diam-diam saat pemuda bersurai merah berbalik dan berbicara pada sambungan.

"Apa?"

...

"Tidak bisakah kau membuat alasan?"

...

"Brengsek! Tahan dan jangan bicara apapun. "

Chanyeol bisa menyaksikan si pemuda tampak sedikit panik, namun salut dengan suara tenangnya yang masih bisa ia kuasai.

Menengok pada arlogi ditangannya si pemuda kembali berujar, "10 menit aku akan sampai."

Menutup sambungan, kemudian berbalik menatap Chanyeol.

"Aku akan kembali untuk mengambil barang milikku."

Si pemuda bersurai merah beranjak ke arah motor sport miliknya. Namun ─

"Tunggu!" Suara tinggi Chanyeol cukup mampu menghentikan langkah sang pemuda.

Sementara Chanyeol berjalan dengan tergesa untuk mensejajarkan diri didepannya.

"Jika benar kau memasukkan sesuatu dalam saku jaketku, setidaknya beri tahu aku benda apa yang kau maksud. "

Sang pemuda menatap Chanyeol intense, "Sebuah kalung dengan liontin cincin yang menggantung, kau harus mengembalikan itu kepadaku."

Chanyeol sepertinya sukses dibuat melongo hingga tidak menyadari pemuda tersebut melangkah dan menaiki motornya.

"Hey! untuk apa kau meletakkan benda seperti itu di jaketku! "

Berteriak Chanyeol lakukan saat si pemuda menyalakan mesin motor. Sedikit bising dengan suara knalpotnya.

"Berikan saja saat kau menemukannya!"

BRUUMMM...

"Sampai bertemu lagi BOCAH! "

"Hey YAk! "

Apa-apaan itu tadi? Apa dia baru saja mengatakan 'Sampai Bertemu Lagi!' yang artinya ─ Woah.. aku tidak percaya ini.

.

.

.

.

.

.

Markas Interpol Korea, 10 hari yang lalu…

Suara keybord yang beradu dengan jari-jari lentik seorang yeoja masih terdengar jelas di sebuah ruangan dengan berbagai komputer yang menunjukkan gambar lokasi sebuah tempat yang berbeda-beda.

"Bagaimana? apa kau sudah berhasil menyusup Minyeong-ah?" sebuah suara menginterupsi kegiatan yeoja yang sedari tadi berkutat dengan beberapa layar komputer yang memusingkan.

"Hmm, cukup sulit. Dia benar-benar pintar, aku akui itu. Tapi anda tenang saja Pak, aku masih berusaha mencobanya" . Ujarnya tanpa memandang lawan bicara dan terus menyibukkan jemarinya diatas keyboard. Namja paruh baya yang menjadi lawan bicaranya pun hanya menyeringai remeh menanggapi itu.

"Jika dia tidak pintar, mana mungkin dia bisa kabur dari tahanan yang bahkan semut pun tidak akan bisa kabur".

"Anda terlalu berlebihan Kapten . Namja lain turut bersuara dari balik pintu, berjalan menghampiri namja yang dipanggilnya Kapten. Aku bisa saja membunuhnya dengan menggunakan satu peluru pistol ini clek bang!". Ucapnya lagi sambil mengacungkan pistol hitam jenis Glock 18 yang berada di genggamannya kepada si Kapten yang kini tersenyum meremehkan.

"Jangan bermain main dengan benda itu Jay Hyung, lebih baik kau laporkan tugasmu. Apakah semua sudah sesuai rencana?" tanya namja yang sedari tadi duduk di sofa untuk merakit senjata laras panjang jenis MG43.

"Cih,. Well, Semua sudah ku urus dan sesuai dengan rencana" . Namja bernama Jay itu membuat wink ke arah sang penanya sembari menyimpan kembali pistol yang tidak terlalu besar itu dibalik jaket kulit hitamnya.

"Oke, good.. bagaimana dengan Song Qian? Apa dia masih disana?" kali ini Kapten mereka yang bertanya dengan menyedekapkan tangannya dan duduk di samping namja yang sedari tadi berkutat dengan beberapa senjata laras panjang serta pistol.

"Hmm, dia masih terus mengawasi mafia keparat itu, dia cukup ahli menjadi seorang jalang." Jay mengikuti kedua rekannya untuk mendudukkan diri. Sang Kapten hanya mengangguk tanda ia mengerti. Sedangkan Jay beralih melirik namja yang berada didepannya.

"Hey,,, apa kau selalu memperlakukan senjata senjata ini seperti seorang wanita?" godanya pada namja yang dengan telaten merakit dan membersihkan bodi senjata-senjata diatas meja satu persatu, mirip sekali seperti mencumbu seorang wanita. Pelan..pelan..

"Yak, tutup mulutmu Hyung! Jika tidak ada senjata ini, kau pasti tidak akan menjadi snipper handal! Catat itu!" rajuknya sembari mempoutkan bibir imutnya. Jay hanya terkekeh melihat tingkah lucu rekan didepannya itu dan mendapat deadglare gratis darinya. Sang Kapten yang melihat mereka hanya bisa bergeleng ria.

"Bagaimana dengan bantuan yang kita terima dari markas pusat Luhannie?" mendapat pertanyaan dari atasan sekaligus pamannya, Luhan orang yang tadi mendeadglare Jay mengalihkan pandangannya kepada sang Kapten.

"Ah,,itu sudah aku atur Kapten. Markas pusat akan mengirimkan beberapa anggotanya untuk mengepung tempat transaksi dan untuk menghindari baku tembak ditempat umum kami menempatkan beberapa polisi yang menyamar untuk evakuasi." Luhan menjelaskan dengan puas kemudian menatap atasannya itu.

"Good job Luhannie! Aku tidak salah mengandalkanmu". Pujian manis sang paman dibalas dengan dua acungan jempol dari luhan.

"Hey guys... aku sudah menemukan lokasi transaksinya! Lihatlah..." teriak satu-satunya yeoja yang sedari tadi berkutat dengan komputer seolah dia adalah dewanya. Ketiga namja yang sedari tadi duduk segera menghampiri si programer.

"Kerja bagus Minyeong-ah, Baiklah siapkan diri kalian diposisi masing-masing. Minyeong, kau tetap dimarkas dan kendalikan semuanya dari sini". Titah sang Kapten.

"Oke sir.."

Luhan, kendalikan agen F.B.I korea untuk mengepung dan bergerak sesuai rencana

"Sip, sudah ku atur Pak".

"Dan kau Jay, menyamarlah menjadi pengunjung discotic kemudian hubungi Song Qian untuk bersiap!" . Kali ini Jay hanya menjawabnya dengan seringaian.

"Aku sendiri akan mempersiapkan diri pada posisiku. Let s move!"

Sang Kapten menyeringai di balik punggung Minyeong dengan menatap lurus layar komputer yang menunjukkan sebuah lokasi.

"Yes sir!" jawab ke-2 namja dan 1 yeoja lainnya serempak sembari memberi hormat kepada kepala komandan mereka.

.

.

.

.

.

.

In other side

Seorang namja bersurai merah tengah bersiap pada tempatnya. Malam ini mereka akan melakukan eksekusi atas misi yang sudah direncanakan. Dirinya beserta satu orang rekan berkulit tan melengkapi persenjataan. Dimulai dari pistol kecil yang diselipkan dibalik jaket kulit mereka masing-masing dan jangan lupakan pelacak buatan salah satu anggota yang menyebut dirinya sebagai Rigel serta earphone yang selalu mereka kenakan jika melakukan misi-misi berbahaya. Dunia bawah memang begitu kejam, jadi kau harus bersiap untuk segala macam kemungkinan.

"Misi ini akan menentukan kau layak diperhitungkan oleh Lord, jadi ku harap kau tidak akan gagal, Vega." Sebuah suara membisikkan kalimat itu pada alat komunikasi yang terhubung pada earphone di telinga si namja berambut merah.

"Aku mengerti, kau tentu tahu aku telah lama menantikan ini". Jawabnya penuh dengan penekanan sembari mengarahkan pandangan pada si pemuda tan.

"Bagaimana dengan senjata yang akan di gunakan nanti Deneb?" mendapat pertanyaan dari Vega, Deneb orang yang sekarang sedang mengecek beberapa senjata mengalihkan pandangan kepadanya.

"Ah,, itu sudah aku persiapkan. Rifle AS50, akurasinya cukup tinggi apalagi hanya untuk membunuh seekor tikus got dan kurasa kau pasti akan menyukainya Vega". Deneb menyeringai puas menatap teman seprofesinya Vega.

"Benarkah? Well kita lihat saja nanti, apakah senjatamu itu bagus untukku". Dibalas dengan senyum remeh yang terlihat dari sudut bibir Vega.

Pemuda bernama Vega tersebut membenahi sedikit penampilan, kemudian mengalihkan pandangan dari kawan tannya dan melirik rekan lain yang tengah sibuk berkutat dengan benda elektronik berbentuk persegi. Entah apapun yang ia lakukan, kesepuluh jari itu dengan lihai menari di atas keyboard sementara beberapa jaringan data telah diproses.

Enter─

Klick

"Okey Hyung! Kalian bisa mulai sekarang. Aku akan mengawasi dari sini." si namja menutup laptop dan melihat bergantian namja berambut merah serta namja lain dengan kulit sedikit eksotis. Kedua namja yang dimaksud mengangguk sekilas sebelum si tan menyeringai kepada namja berambut merah.

"Mari kita lakukan!"

Tanpa banyak kata mereka berdua turun dari mobil jib hitam mengendap menuju sebuah gedung diskotic ternama, HURRICANE CLUB.

.

.

.

.

.

HURRICANE CLUB, sebuah club VVIP ternama untuk orang-orang kelas atas. Tempat ini cukup jauh dari keramaian kota bukan karena illegal. Tentu saja tempatnya telah terdaftar secara legal seperti tempat clubbing lainnya namun activitas didalamnyalah yang membuat tempat ini menepi dari hiruk pikuk gemilang malam kota. Bukankah tempat yang sempurna untuk para mafia melakukan trade illegal meraka? Termasuk beberapa gerombolan pria berjas hitam yang beberapa menit lalu memasuki tempat ini dengan seorang pria tinggi menenteng sebuah koper memimpin didepan.

"Jay hyung.. Bersiaplah, aku melihat beberapa pria mencurigakan masuk. 4 orang bertubuh kekar dengan seorang pemuda tinggi yang─ Ouuww.. tampan dan sexy."

"KAU─ APA? APA YANG KAU KATAKAN! DISINI BISING SEKALI! AKU TIDAK BISA MENDENGARMU… OH! Hay Cantik─ " Sebuah jawaban yang di dengar oleh namja bernama Luhan berhasil membuatnya sedikit geram kemudian berteriak nyaring.

"JAY HYUNG! BERHENTILAH BERMAIN-MAIN! KAU HARUS MENGIKUTI 5 ORANG NAMJA KEKAR BERJAS HITAM YANG SALAH SATUNYA MEMBAWA KOPER!"

"YAAK! JANGAN BERTERIAK! Oh Tuhan.. Telingaku hampir pecah."

"Bukan Urusanku!" Namja bernama luhan itu mendengus kesal.

"Baiklah.. Baiklah.. aku melihat mereka. Apa Song Qian menghubungimu? Aku tidak melihatnya disini."

"Ya.. Noona bersama umpan kita. Jadi bergegaslah!"

"O-okey.."

Luhan mematikan aerphonenya dan mengalihkan pandangan kepada orang lain di samping kemudi yang akan keluar membuka pintu mobil mereka.

"Aku akan memantau dari gedung di seberang club ini, kau tunggulah disini" ujarnya sebelum tangan Luhan menarik lengannya dan membuat ia membalikkan badan.

"Paman─" pandangan itu tampak sendu.

"Ya?"

"Terimakasih karena paman sudah kembali lagi."

Namja yang Luhan panggil paman itu tersenyum dan mengambil nafas dalam.

"Semua ku lakukan demi menemukan kembali putraku, Luhannie".

Seakan mengerti Luhan mengangguk dan mebalas dengan tersenyum.

"Berhati - hatilah". Luhan melepaskan cengkraman tangannya dan membiarkan sang paman pergi setelah si paman mengucapkan, 'Kau juga berhati-hatilah' dan 'Aku pergi'.

.

.

.

.

Sementara itu seseorang bersurai merah dengan kaos hitam terbungkus jaket kulit yang berwarna senada dipadukan setelan celana jeans hitam sedang bersiap diatap sebuah gedung yang berseberangan dengan HURRICANE CLUB. Dialah Vega, orang yang kini sedang berkutat dengan senjata laras panjang berjenis Rifle AS50 menunggu perintah selanjutnya. 'Lumayan, bagus juga seleramu Deneb', batinnya menyeringai mencoba membidik dengan senjatanya. Ia belum menembak hanya mengawasi.

.

.

.

Detik beranjak menjadi menit, dan menit berubah menjadi jam. Ini hampir 1.5 jam transaksi itu berlansung. Sedikit basa-basi kosong dan tawar menawar dari masing-masing pemimpin mafia itu lakukan. Hingga kata sepakat telah berhasil mereka dapatkan.

"Deal! Senang Bekerja sama dengan anda Tuan Max!" si pria berbadan tambun berbalut jas mahal tersebut berdiri menyalami pemuda tinggi berkaca mata hitam dengan rahang tegas bak seorang dewa.

"Senang juga berbisnis dengan anda Tuan Yoo Youngmin. Lord pasti akan senang dengan informasi yang telah anda berikan ini." Suara berat namun renyah tersebut mengalun indah sementara tangannya menyimpan sebuah flasdisk di balik saku jas hitam miliknya.

"Tentu saja, informasiku sangat akurat karena aku memiliki beberapa relasi dengan orang-orang pemerintah. Kuharap Lord bisa memberikan kemurahan hati untuk sedikit membayar mahal." Senyum licik diperlihatkan olehnya dan itu sungguh membuat pemuda bernama Max muak.

"Oh! Itu tidak masalah, Lord akan membayar lebih jika kau tidak berkhianat karena Lord tidak suka dengan sebuah pengkhianatan." Seringaian ditampakkan oleh bibir sexy tersebut. Sedikit membuat si pria tambun tersentak dan tertawa canggung secara tiba-tiba.

"Ha..ha..ha.. M-mana mungkin saya akan mengkhianati sang Lord?"

"Kuharap anda memegang kata-kata anda Tuan Yoo."

Setelah menyambut uluran tangan dari lelaki tambun bermarga Yoo, namja pemilik julukan Max tersebut memberi 2 kali anggukan kepada anak buahnya sebagai kode.

.

.

.

"Lakukan sekarang."

Sebuah perintah telah diberikan melalui earphone di telinga namja berambut merah. Sebuah seringaian ia tunjukkan sebelum kemudian meletakkan senjatanya pada pijakan dan bersiap untuk membidik. Sebelah mata berkonsentrasi untuk akurasi bidikan tepat pada kepala sasaran. Dengan percaya diri sebelah tangannya menarik pelatuk dan dalam hitungan mundur─

DORR─

PRANKKK─

ARRGHHH─

Suara tembakan, kaca pecah dan sebuah teriakan membuat semua mata tertuju pada tubuh kaku pria tambun bernama Yoo Youngmin yang tergeletak mengucurkan darah dari kepala.

Tanpa mereka sadari─

DOOR─

DOOR─

DOOR─

Tembakan beruntun hanya hitungan detik berhasil melumpuhkan ke-5 anak buah Yoo Youngmin yang masih belum mencerna apapun yang terjadi pada pemimpin mereka.

.

.

.

.

.

Sementara di dalam Diskotic suara tembakan beruntun membuat kekacauan diantara pengunjung Club. Mereka saling berteriak dan lari berhamburan.

"Siapa yang menembak! Luhannie, apa yang terjadi?" itu suara Jay yang tampak panik dengan suasana ribut disekitarnya.

"Sial! Ini tidak ada dalam rencana! Kapten?" Luhan bukannya menjawab justru bertanya gusar.

Sementara sang kapten yang berada di samping gedung melihat dengan jelas kerusuhan pada diskotic yang kini menghentikan aktivitas musicnya.

"Siapkan plane B, Luhan perintahkan anggotamu untuk evakuasi! Amankan orang-orang sipil dan tahan orang-orang yang di anggap mencurigakan! Song Qian, Kau baik?!"

"Yeah! Aku baik, tapi ada kabar buruk Pak! Mafia itu pergi, aku akan mengikutinya" suara wanita terdengar terburu menjawab.

"Kapten, aku menemukan titik koordinat tembakan itu berasal. Tepat diseberang gedung tempat dimana kau berada sekarang." Itu suara Minyeong yang terdengar dari earphonenya.

"Baiklah, aku akan memeriksa".

Langkah kaki sang kapten dibawa untuk mengendap pada atap gedung sebuah bangunan. Dengan sejata api ditangannya ia beberapa kali memeriksa namun tidak ada siapapun sampai tiba-tiba seseorang menendang punggung tegapnya dari belakang.

DUAG─

"ARGHH!" Namja berpangkat kapten itu tersungkur dan senjata api miliknya terpelanting entah kemana. Ia kemudian berbalik dan menemukan seorang pemuda berambut merah dengan mengenakan masker hitam yang menutupi area mulut kebawah tengah bersiap untuk menyerangnya. Pada punggungnya ada sebuah wadah yang sang kapten yakini untuk menyimpan senjata laras panjang.

Secara sigap sang kaptep menampik kepalan tangan bersarung hitam yang dilayangkan pemuda tersebut. Tidak bisa dielakkan lagi, mereka saling baku hantam dan saling menyerang.

Postur dari kedua namja tersebuh sungguh jauh berbeda, namun sang kapten akui pemuda di depannya cukup ahli dalam bela diri.

Si pemuda berambut merah tak mau mengalah, ia terus saja menyerang pada titik-titik fatal pada tubuh sang kapten. Namun, sepertinya pemuda berambut merah tersebut sedikit ceroboh dengan membiarkan dadanya terkena tendangan dari sang kapten.

"ARGH!" Ia kemudian tersungkur kebelakang dan tak membuang kesempatan sang kapten mengambil kembali pistol yang tergeletak pada jarak kurang dari 1 meter disampingnya

"Menyerahlah! Siapa kau!" sang kapten mengacungkan senjata.

Terjepit, pemuda tersebut lantas mengangkat kedua tangannya dalam posisi berlutut. Ia kemudian mengangkat wajahnya dan tampaklah sepasang mata serupa mata kucing itu dengan jelas.

DEG─

Sang kapten tertegun sesaat.

'Mata itu.' Ia seperti mengenal kedua iris mata itu.

'Ayah, lihat! Hyunie bica menggambal bulung!'

'Woah! Putra ayah pintar sekali! Kemari, ayah ingin menciummu!'

'Andee! Hahaha… Ayah Cillo, Gelii… Ibu, ayah cium-cium Hyunie!'

'Hahahaha'

Pikirannya entah melayang kemana hingga tanpa diketahui, pemuda berpostur mungil itu menarik senjata dari balik jaket kulitnya dan menembak.

DORR─

Refleks sang kapten berguling menghindari tembakan, dan disaat itulah baku tembak antara keduanya terjadi. Mereka masing-masing bersembunyi sebelum akhirnya namja berambut merah melepaskan tembakan terakhir dan melompat terjun dari atap gedung.

Sang kapten kemudian berlari kearah dimana pemuda itu melompat dan pemandangan dibawahnya membuat ia menggeram. Bagaimana tidak jika pemuda bersurai merah itu seolah mengejeknya dengan melambaikan tangan dimana tubuhnya ditopang oleh tali sling yang berhasil membuatnya melarikan diri

"Sial!"

.

.

.

.

.

.

.

.

Di sebuah Mansio

.

"Ada apa kau─"

"Darimana saja kau?" sang pemuda berambut merah segera menghentikan omelan pada si pemuda tan didepannya saat suara lain menginterupsi.

Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada pemuda tinggi yang kini bersedekap dan menatap garang dirinya.

"M-Max, K-Kau disini?"

"Menurutmu? Apa yang kau lakukan sehingga ketua Lee menyebutmu sebagai seorang pengkhianat?!" ucapan dingin itu sedikit menciutkan nyalinya.

'Aishh sialan, bajingan tua itu. Ingatkan aku untuk membunuhnya nanti.'

"A-Aku tidak melakukan apapun Max! Sungguh! Mana mungkin aku berkhianat pada Lord, aku tidak ingin mati muda." Pemuda berambut merah itu meyakinkan.

"Lalu, apa yang kau lakukan 5 hari yang lalu saat aku di Jepang? Ketua Lee mengatakan kau menyusup sistemnya, apa yang kau cari?" tampaknya si pemuda rupawan itu masih ingin mengorek lebih lanjut.

"Emm.. 5 hari yang lalu aku melakukan tugasku seperti biasa, menengok gudang persenjataan dan membunuh dari jauh, apalagi memangnya?"Jawab pemuda itu enteng.

"Benar begitu Deneb?" saat si pemuda tinggi menoleh pada pemuda tan, segera saja pelototan di berikan oleh si namja berambut merah pada pemuda berkulit eksotis. Ia seolah memberikan ultimatum, Jika kau sampai membocorkannya, maka katakan selamat tinggal pada nyawamu! . Membuat namja tan melongo.

"Kim Kai! Aku bertanya padamu." Geraman rendah itu membuat kesadaran pemuda tan bernama Kai kembali.

"A-AH Ya, A-aku mendengarnya, dan yeah, dia melakukan seperti apa yang ia katakan saat kau berada di Jepang".

'Yes!' sorakan itu nyatanya hanya bisa namja berambut merah itu selebrasikan dalam hati. Ia memberikan senyum yang dibuat sok polos kepada namja tinggi didepannya.

Sang namja bernama Max tersebut menghela sejenak nafasnya dan sedikit melunakkan ekspresi. Ia kemudian menghampiri si namja berambut merah dan memeluknya.

"Jangan lakukan tindakan bodoh, kali ini aku mempercayaimu. Aku tak mau ketua─"

"Eeii… si tua bangka itu hanya ingin menjatuhkanku didepan Lord. Dia hanya iri dengan keberhasilan misi kita. Jadi jangan di pikirkan, percayalah padaku Max." si pemuda bersurai merah membalas pelukan yang lebih tinggi, ia menyandarkan kepalanya yang sejajar pada dada bidang itu.

Membuat Max menarik senyuman dan mengusap halus surai merah dibawah dagunya.

"Ya, aku percaya".

"Okey lagi-lagi kalian mencampakkanku disini. Baiklah anggap saja aku tidak ada dan aku akan pergi!"

Sungutan dari pemuda berkulit tan, menginterupsi pelukan mereka sehingga namja bersurai merah melepaskannya. Ia kemudian berteriak untuk menghentikan langkah si namja tan itu.

"Kai tunggu!"

"Apa?" sedikit dongkol Kai menjawab.

"Max, aku ada urusan dengan Kai sebentar. Kau akan makan malam disini atau─ "

"Aku akan menemui Lord sebentar jadi─"

"Baiklah, Kai ayo ikut denganku." Menghampiri dan merangkul bahu Kai si pemuda berambut merah mengajak Kai menjauh dari Max. Max hanya bisa menggeleng maklum dengan kelakukan pemuda yang sudah mencuri hatinya tersebut.

.

.

.

.

.

"Jadi, Apa yang kau temukan?" sedikit tidak sabar namja berambut merah bertanya.

"Aku yakin 100% kau akan memujiku dengan apa yang telah ku temukan".

Sedikit percaya diri pemuda tan itu tersenyum miring, membuat kejengahan menghampiri namja berambut merah didepannya.

"Ya! Ya! Ya! Cepat tunjukkan padaku jika kau tidak hanya membual, Kim Kai."

"Ck Tidak sabaran sekali, Oke Lihat ini." Kai menunjukkan sesuatu pada layar laptop yang menyala. Disana tertera data diri atas nama Park Chanyeol.

Sekilas data tersebut tidak ada bedanya dengan data yang ia temukan sebelumnya, namun matanya bergulir pada gambar yang Kai tunjukkan saat kursor itu menklik sebuah nama.

"Dia─ "sedikit terkejut dengan gambar yang terpampang di depannya. Ingatannya dipaksa untuk mengingat kembali seseorang yang ia temui pada misi terakhir.

"Bingo! Kau tentu masih mengingat dia bukan?"

"Tentu saja, lalu?"

"Jangan terkejut jika ku jelaskan ini." Tatapan tajam nyatanya didapatkan Kai saat ia coba mendramatisir keadaan.

"O-Okey Jadi Dia dulu adalah seorang agen F.B.I korea, entah karena apa 20 tahun yang lalu dia berhenti dari tugasnya dan kini orang ini muncul lagi dalam penggrebekan pada misi yang terakhir kita lakukan. Data terakhir yang kudapatkan dia saat ini menjadi komandan sebuah misi rahasia yang entahlah aku tidak bisa mengakses lebih jauh karena kau tahu sendiri system keamanan Negara sangat rumit, jadi yeah─"

"Lalu?"

"Lalu aku menemukan,,, TARA!"

"Orang tua?"

"Yup! Lebih tepatnya dia adalah ayah dari Park Chanyeol─

Park Kyuhyun."

Woah… kejutan macam apa ini? Sungguh sulit dipercaya dunia akan sesempit ini. Dewi fortuna seakan tengah memihak kepadanya. Seringaian licik kemudian namja berambut merah itu tampakkan.

"Aku memiliki sebuah rencana, Kai."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

Yash chap 2 akhirnya kelar juga.. fiuhh.. setelah kejar tayang buat cepet update soalnya lagi kobam Chanbaek boncengan scooter lagi! UWUUUU KOKOBAMM!

Sebernya bukan keahlianku bikin genre action. Tapi ya gitu deh gak bisa nahan ini tangan buat ngetik ide yang ada di kepala. Okey, Terimakasih banyak yang udah Review di chap 1 kemarin:

Maulida6104, milkybaek, Iruyori, Yuelsan, ChalienB04

Terimakasih buat kalian yang udah menyempatkan waktu mengetik sepatah dua patah kata dan menghargai karya bobrok gue. Hehehe..

Note:

Chapter 1 aku repost ulang soalnya ada beberapa yang harus di edit untuk kebutuhan cerita.

Yang ngira di fic ini Chanyeolnya jadi Uke? Oh that s no-no.. Bapak Negara manly walaupun disini aku buat agak lembek, cute dan lemah tapi tetep di di pihak memasuki bukan dimasuki. Okey?

Yang nanya di ffn ada emojinya? aku juga baru tahu tuh emoji bisa nongol...

Yang nanya kapan dilanjut? Ini udah dilanjut yaa,,,

Oke, gimana ceritanya yeorobuunn?

Apa yang direncanain si namja rambut merah? Siapa sih dia? Apa yang terjadi pada Chanyeol selanjutnya? Kejutan apa lagi yang di terima oleh Chanyeol?

Review juseyo

Sampai jumpa di Next Chapter...

Saranghae yeorobuuunnn!

Annyeong...!

Salam 614 & 137