Lucy memijit pelipisnya dan menghembuskan nafas keras-keras. Ia menatap foto-foto dirinya sendiri dengan pose seksi dan menggoda yang baru saja ia ambil dan rencananya akan ia posting ke situs khusus untuk mencari sugar daddy.

Wanita itu merasa ragu untuk mem-posting foto-foto itu. Ia berpikir bagaimana jika suatu saat nanti ia memiliki kekasih dan lelaki itu menemukan fotonya? Lelaki itu pasti akan sangat kecewa dan image-nya juga hancur.

Sebetulnya Lucy merasa ingin menerima uang pinjaman dari teman-temannya. Namun rasa gengsi menahan dirinya untuk menerima uang itu. Ia takut kalau tak bisa membayar dalam waktu cepat dan mungkin saja teman-temannya membutuhkan uang secara mendadak.

Ponsel Lucy berdering dan ia segera membuka matanya. Ia melirik nama Natsu yang tertera di layar ponsel dan segera menerima telepon. Dalam hati ia bertanya-tanya dengan alasan lelaki itu menelponnya.

"Halo?"

"Hai, Luce."

Natsu terdengar canggung di telepon. Lucy merasa heran karena tak biasanya Natsu terdengar canggung saat berhadapan dengan orang lain.

"Kenapa kau menelponku?"

"Yah, aku hanya sedang ingin mengobrol bersama seseorang. Dan kau adalah orang pertama yang muncul di pikiranku. Bagaimana dengan persiapan pernikahanmu, Luce?"

Lucy meneguk ludah dan terdiam. Haruskah ia jujur pada Natsu jika ia batal menikah? Ia tak ingin terkesan seperti wanita yang meminta belas kasih oleh orang lain dan memanfaatkan orang itu.

"Ah, maaf aku lupa mengabarimu. Sebetulnya aku batal menikah dengan Laxus."

"Aku sudah mendengarnya dari Erza. Uang lima juta yen juga sudah kukirimkan ke rekeningmu. Cepat berikan uang itu pada mantan kekasihmu."

Mata Lucy membulat seketika. Ia tidak menyangka kalau Erza malah akan memberitahu hal itu pada Natsu. Padahal ia pikir wanita itu adalah orang yang paling cuek dan tidak mau ikut campur urusan orang lain.

"Tunggu, bagaimana bisa kau tahu nomor rekeningku? Aku tidak bisa menerima uang itu karena aku tak bisa membayarmu dengan cepat."

"Erza memberitahuku," ucap Natsu di seberang telepon.

Lucy baru saja akan menjawab, namun Natsu kembali berkata, "Kau tidak perlu memikirkan soal membayar kembali uangku. Kau bisa mencicilnya kalau kau mau. Kalau tidak, aku juga tidak masalah, sih. Pokoknya cepat selesaikan urusanmu dengan mantanmu itu."

"Tidak! Aku pasti akan membayarmu. Tapi-"

Natsu memutus ucapan Lucy, "Kalau kau tidak menerima uangku, kau akan menjadi sugar baby?"

Lucy meringis. Ia merasa jengkel pada Erza yang menceritakan hingga sedetil itu pada Natsu.

"Aku merasa tidak enak merepotkan siapapun. Jadi kupikir itu adalah solusi terbaik."

"Bagaimana kalau aku menjadi sugar daddy-mu, Luce? Sebagai bayaran pertama, aku akan memberikan uang itu untukmu."

Lucy berpikir. Menjadi sugar baby sahabatnya sendiri jelas lebih menyenangkan ketimbang bersama dengan lelaki tua seusia ayahnya yang bahkan tidak ia kenal. Ia juga sudah mengenal kepribadian Natsu dan sejujurnya ia merasakan kenyamanan setiap kali bersama lelaki itu.

Lucy membayangkan jika ia akan melakukan seks bersama Natsu jika ia bersedia menjadi sugar baby lelaki itu. Ia segera berkata dengan gugup, "Umm… aku harus memberitahumu hal ini. Sebetulnya aku masih perawan, jadi kuharap kau tidak keberatan untuk menyentuhku dengan perlahan."

Suara Lucy teredam oleh suara tawa yang keras di seberang telepon. Lucy mengernyitkan dahi, memangnya apa yang lucu dari ucapannya? Ia tidak merasa sedang mengucapkan hal yang lucu.

"Apa yang lucu?"

"Tidak. Aku hanya merasa kau begitu polos, Luce. Kau pikir menjadi sugar baby berarti kau harus selalu melakukan seks? Bagaimana kalau aku hanya ingin kau menemaniku chat dan menemaniku ketika datang ke Jepang untuk saat ini?"

"Eh? Kalau kau menginginkanku menjadi sugar baby, berarti aku harus melakukannya bersamamu, 'kan? Kalau tidak, kau akan sangat rugi karena telah membayarku dengan mahal."

Natsu semakin yakin jika wanita yang dicintainya adalah sosok yang polos. Ia memang tak pernah menjadi sugar daddy, tetapi beberapa koleganya adalah seorang sugar daddy sehingga ia tahu soal itu. Bahkan ketika ia bertemu dengan koleganya yang ternyata datang bersama sugar baby dan temannya, wanita itu terang-terangan menggodanya dan ia menolak dengan tegas.

"Aku akan datang ke Jepang dua hari lagi. Aku akan datang ke rumahmu dan menjemputmu untuk makan malam."

Lucy terkejut, tetapi ia segera mengiyakan permintaan lelaki itu. Ia pikir, beginilah seharusnya seorang sugar baby bersikap.

.

.

"Kenapa kau menceritakan semuanya pada Natsu?" Lucy memberanikan diri untuk bertanya pada Erza yang sedang duduk dihadapannya.

Wanita berambut merah itu sedang meneguk teh dan meletakkan cangkitnya serta menatap Lucy lekat-lekat. Ia merasa heran ketika malam ini Lucy mendadak mengajaknya bertemu di toko dessert, dan ternyata wanita itu berniat menanyakan hal ini.

"Hanya itu satu-satunya cara untuk membantumu, Bodoh."

"Aku merasa tidak enak. Dia bahkan sudah tahu kalau aku berniat merendahkan diriku dengan mencari sugar daddy."

Erza memotong kuenya dan bertanya, "Si bodoh itu langsung mengirimkan uang padamu, kan?"

Lucy meringis dan menganggukan kepala, "Justru karena itulah aku merasa tidak enak hati padanya. Sebagai gantinya, dia memintaku menjadi sugar baby-nya. Dan kami akan bertemu besok."

Erza tersenyum tipis, "Sudah kuduga. Dia pasti akan langsung bertindak kalau itu berkaitan denganmu."

"Bukankah dia juga akan melakukan hal yang sama jika kau yang berada di posisiku?"

Erza berdecak kesal, "Dia sudah menyukaimu sejak dulu."

Lucy terkejut dengan apa yang dikatakan Erza. Ia terlalu nyaman dengan Natsu hingga tak pernah memikirkan kemungkinan jika Natsu jatuh cinta padanya.

"Natsu? Kau pasti bercanda, 'kan? Bagaimana kau tahu?"

"Bodoh. Itu terlihat jelas dari tindakannya padamu. Lagipula kita semua juga sudah tahu."

Lucy terdiam. Ia tidak pernah menyadari sejak kapan Natsu mulai menunjukkan ketertarikan padanya. Menurutnya Natsu tetap bersikap seperti biasa padanya.

Kini Lucy membayangkan jika ia akan berhubungan intim dengan Natsu, entah cepat atau lambat. Ia merasa gugup dan berpikir hubungannya dengan Natsu akan semakin canggung sesudah ini.

-TBC-