Chanbaek Story by Yasaenghwa

Proundly Present:

The Devil's Spawn

Teufelsbrut

Birth of Demon

WARNING:

Chanbaek, YAOI, Boyslove, Supranatural/horror/Angst/MPREG, NC-21, Typo(es)

Disclaimer:

this fic is mine,

FANFIC REMAKE DARI FIC KYUMIN "THE DEVIL'S SPAWN"

Terimakasih untuk tidak plagiat, Bash dan flame..

.

.

.

don't like, just click close (X)

Happy reading and enjoy..

.

.

Main cast:

Park Chanyeol

Byun Baehyun

Support cast:

Oh Sehun

Kim Jongin

Xi Luhan

Do Kyungsoo

Kim Junmyun

Do Kyungsoo

Bae Joo-Hyun (Irene/RV)

Park Chae Young (Rose/BP)

Dan akan bertambah sesuai kebutuhan cerita

Summary:

Baekhyun seorang mahasiswa arkeologi yang menemukan perkamen dalam hutan terkutuk mendapatkan kejadian mengerikan di dalam hidupnya, ia di perkosa oleh 'iblis' yang menanamkan benih dalam perutnya. Apakah dia akan mati? Bisakah ia lepas dari 'iblis' itu? apa yang terjadi dengan Chanyeol sahabatnya?


Previous chapter

Chanyeol balas mengeratkan pelukannya pada Baekhyun dan menaruh dagunya pada pundak nyaman itu. Dirinya sangat menikmati aroma tubuh orang yang sejak dahulu sampai sekarang ia cintai. Selamanya dan sampai kapanpun ia akan selalu ingat wangi tubuh ini.

Tanpa Baekhyun tahu dan sadari sudut bibir itu terangkat, menyeringai bak seorang iblis di balik bahunya. Mata itupun berubah menjadi merah semerah darah.

'Ya Kau berhasil Baekhyun,,, Kita berhasil melakukannya.. Kita berhasil melakukan ritual pembuka dari ritual kedua.'

.

.

Teufelsbrut

The Devil's Spawn

.

.

.

Chapther 7

Sinar matahari pagi menerobos masuk ketika tirai itu disingkap oleh namja manis yang sudah berpenampilan rapi dengan kaos hangat panjang berwarna peach dan celana jins pendek selutut.

"Eunghh..." lenguh namja lain yang berada diatas tempat tidur. Sepertinya ia merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerpa wajah tampannya.

Namja manis yang menyingkap tirai itupun membalikkan tubuh dan tersenyum melihat keliatan namja tampan yang masih betah untuk tidak membuka matanya.

Ia kemudian menghampiri ranjang yang berada di tempat itu dan duduk ditepiannya.

"Chanyeol... bangunlah." ujar namja cantik itu dengan sedikit mengguncang namja tampan yang ternyata adalah Chanyeol untuk membangunkannya.

Chanyeol mulai mengeliat dan perlahan membuka matanya yang berat. Terlihat sekali jika ia masih merasa ngantuk. Ia berusaha untuk membiasakan pengelihatannya dan menemukan namja cantik bernama Baekhyun yang sudah berpakaian rapi duduk di depannya.

"Eungghh,, Bae, kau sudah bangun? Jam berapa ini?" tanya Chanyeol dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur.

"Nde, aku sudah bangun dari jam 7 tadi. Ini sudah hampir jam setengah sembilan Chanyeol-ah.." jawab Baekhyun menjelaskan.

"Ah, jinjjayo?" Chanyeol berusaha untuk bangun namun sekujur tubuhnya terasa remuk dan sakit.

"Akhh.." Chanyeol memekik lirih dan memegangi kepalanya yang terasa seperti ditimpa batu 10 ribu ton. Pusing dan pening.

"Gwenchana? Apa badanmu masih terasa sakit, Yeol?" Baekhyun berujar dengan raut cemas. Ia kemudian membantu Chanyeol untuk bangun dan duduk menyandar pada kepala ranjang.

"Gwenchana, hanya sedikit pusing." jawab Chanyeol denga senyum tersungging di bibirnya. Ia tidak ingin membuat Baekhyun menjadi semakin cemas walaupun sebenarnya tubuh Chanyeol masih terasa kelu.

Baekhyun menatap iba dengan keadaan Chanyeol sekarang. Bagaimana tidak? Lihatlah luka memar yang berada di bawah mata, disudut bibir dan luka di pelipis itu. Belum lagi luka yang berada di sekujur tubuh Chanyeol yang ia lihat saat mengobati Chanyeol tadi malam. Baekhyun merasa bersalah. Bagaimanapun juga Chanyeol menjadi terluka karena dirinya.

Jika saja sejak awal ia tidak memaksa Chanyeol untuk menerjemahkan perkamen itu, semua ini tidak akan terjadi. Tidak ada yang namanya iblis, ritual aneh, dan Chanyeol tidak akan mengorbankan dirinya seperti yang ia lihat tadi malam untuk melindunginya.

Baekhyun menatap Chanyeol sendu. Chanyeol yang ditatap dengan mata yang berkaca-kaca itupun merasa sedikit aneh.

"Kau kenapa Bae? Kenapa menatapku seperti itu?"tanya Chanyeol menyelidik.

Baekhyun menghela nafas berat. Ia mengalihkan pandangannya dari Chanyeol dan menunduk.

"Maaf, aku telah membuat dirimu terluka seperti ini Chanyeol-ah." Baekhyun berujar lirih hampir seperti gumaman, namun masih ditangkap baik oleh pendengaran Chanyeol.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Bukan salahmu." Chanyeol berujar santai. Ia tahu dengan benar jika Baekhyun akan terus merasa bersalah akan apa yang terjadi pada dirinya meskipun sebenarnya ia merasa tidak apa-apa. Salahkan saja sifat Baekhyun yang memang seperti itu. Tsk, dasar perasa!

"Tapi—" belum selesai Baekhyun berucap, Chanyeol sudah memotongnya.

"Aigoo, apa kau tidak bosan meminta maaf dari semalam, eoh? Aku saja hampir mati bosan mendengar suara rengekan cemprengmu itu." Chanyeol mencibir. Ia berusaha untuk mencairkan suasana agar tidak terasa kaku. Dirinya tidak ingin Baekhyun terus-terusan merasa bersalah dan meminta maaf. Menyebalkan memang ketika seseorang terus menerus meminta maaf padamu padahal kau sudah mengatakan tidak apa-apa dan tidak ada yang perlu disalahkan.

"Haish,, itu karena aku merasa bersalah bodoh!" Baekhyun mempoutkan bibirnya karena merasa kesal sendiri.

'Apa-apaan anak ini? aku hanya meminta maaf karena merasa bersalah? Kenapa dia mengatakan bahwa aku merengek? Dengan suara cempreng pula? Dasar Park bodoh!' umpat Baekhyun dalam hati.

"Hahaha,,, baiklah jika kau merasa bersalah kau harus—"

Ting tong.. ting tong..

Kata – kata Chanyeol terpotong oleh suara bel dari pintu depan yang dipencet berkali-kali dengan tidak sabaran.

"Eh, sepertinya ada tamu?" Baekhyun dan Chanyeol sama-sama diam untuk menajamkan pendengarannya. Maklum saja jarak antara pintu depan dan kamar Baekhyun cukup jauh dan kamar Baekhyun berada di lantai atas.

Apa? Ada yang bisa menjelaskan mengapa Chanyeol tidur dikamar Baekhyun? Alasannya sepele, Baekhyun ingin menjaga dan mengobati Chanyeol yang terluka setelah ritual menegangkan itu. Alhasil Baekhyun meminta Chanyeol untuk menginap di mansionnya dan tidur dikamar tidurnya. Chanyeol yang merasa badannya remuk redam dan merasa lelah akhirnya menerima permintaan Baekhyun dan tertidur dikamar Baekhyun saat sedang diobati.

Ting tong.. ting tong...

"Ah benar ada tamu." gumam Baekhyun yang beranjak dari duduknya.

"Kau ada janji dengan sesorang Bae?" tanya Chanyeol saat Baekhyun akan beranjak meninggalkan kamar.

Baekhyun menggeleng, "Aniyo.. Baiklah aku akan bukakan pintu dulu dan kau tuan Park, sekarang kau mandilah. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu, setelah itu kita akan sarapan." Ujar Baekhyun yang kemudian pergi meninggalkan kamar untuk membukakan pintu untuk orang yang pagi-pagi sudah bertamu dan sepertinya akan menunda acara sarapannya.

.

.

.

.

Sementara itu diluar mansion Baekhyun berdirilah namja tampan yang tidak kalah tinggi dengan Chanyeol. Namja pemilik mata tegas itu berpenampilan kasual dengan jaket kulit berwarna coklat dan celana jins hitam, jangan lupakan kaca mata hitam yang masih bertengger di atas hidung mancungnya dan sebuah koper yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Ia sepertinya terlihat kesal dengan beberapa kali menghentakkan kakinya dan juga tangannya sibuk memencet bel dengan tidak sabaran.

"Nugusaeyo—H-hyung?" akhirnya pintu mansion itu terbuka dengan menampakkan Baekhyun dari balik pintu dengan tampang cengonya.

"Yo Baekhyun-ah, kau ini darimana saja, Eoh?! Kenapa lama sekali membukkan pintunya?!" sembur namja tinggi dengan aksen barat yang cukup terdengar aneh ditelinga. Tanpa diperintah ia langsung masuk begitu saja tanpa permisi. Namja rupawan itu membawa serta koper hitamnya yang diseret masuk.

"K-Kris hyung, K-Kau kenapa ada disini? Kapan hyung kembali?" berondong Baekhyun kepada namja tinggi yang dipanggilnya dengan sebutan Kris.

"Ckck... aku sudah kembali dari Kanada sekitar 2 hari yang lalu Baekby.. lalu aku ketempat kakek, dan kemudian kemari." jawab Kris dengan sok cool sembari melepaskan kacamata hitamnya. Ia kemudian mengedarkan pandangan keseluruh penjuru mansion Baekhyun untuk menelusuri setiap detail mansion mewah milik keluarga adik sepupunya itu. Sepertinya sedikit ada perubahan.

"Tsk, Lalu kenapa kau tidak memberi tahuku akan kemari hyung?" tanya Baekhyun sedikit kesal.

"Surpraise! Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu baby... Sudahlah dimana kamarmu? Aku lelah, hampir setengah hari perjalanan bagiku untuk mencari mansionmu dengan membawa koper berat ini." ujar Kris dengan tampang dramatis. Berlebihan..

"Tunggu, maksudnya apa ini?" tunjuk Baekhyun pada koper besar yang tadi diseret masuk oleh Kris.

"Oh man, tentu saja ini koper berisi keperluanku untuk tinggal disini." jawab Kris enteng.

"Mwoya? Hyung akan tinggal disini?" Baekhyun sedikit terkejut akan keputusan mendadak kakak sepupunya itu.

"Aku akan tinggal disini untuk beberapa waktu Baekby, apa kau keberatan dengan kakak sepupu tampanmun ini?" tanya Kris berkacak pinggang.

"A-aniya, tapi setidaknya hyung bisa memberi tahuku dulu kan? Jika hyung memberi tahuku, maka aku akan meminta tolong Jung ahjuma untuk menyiapkan kamar untukmu sebelum ia cuti menjenguk anaknya." ujar Baekhyun yang sedikit sebal dengan kelakuan seenaknya Kris. Benar-benar tidak berubah meskipun sudah beberapa tahun mereka tidak bertemu.

"Tidak perlu baby, kita bisa berbagi kamar seperti dulu.. Ah aku akan ke kamarmu. Bukankah terakhir kali aku kesini kamarmu diatas?" Kris dengan santainya melenggang ke lantai atas.

"Y-YA! Tunggu, Jangan seenaknya Kris Hyung! Haish.." Baekhyun akan melangkah menyusul Kris sebelum namja itu berteriak untuk—

"Baekby...! Tolong bawakan koperku keatas, oke?!" Kris berteriak dari atas tangga lantai 2 kepada Baekhyun yang masih di bawah.

"Geez.. benar-benar, dasar merepotkan!" rutuk Baekhyun dengan ogah-ogahan menyeret koper hitam besar milik Kris menaiki tangga.

.

.

.

Kris dengan semangat melangkah menuju ke kamar Baekhyun. Ia sungguh ingin melepas lelahnya dikasur empuk milik donsaeng tersayangnya itu. Berbekal ingatan 4 tahun yang lalu saat terakhir kali ia mengunjungi Baekhyun di mansion keluarga ini, ia mencoba mengingat letak kamar saudara sepupunya itu. 'Semoga saja kamar Baekby masih berada ditempat yang sama sepeti 4 tahun yang lalu alias tidak pindah ke ruangan lain' harapnya dalam hati.

Kris membuka pintu mahoni bercat coklat yang ia duga sebagai kamar Baekhyun dengan tidak sabaran tanpa tahu ada seseorang didalam sana yang sedang memakai kaosnya.

"GOSH..! Who are you!" Kris memekik dengan nyaring. Ia reflek melotot denga mulut terbuka. Pekikan tertahan Kris membuat namja yang sedang mengenakan kaos panjang berwarna biru itu berjengit dan membalikkan tubuhnya. Ia reflek mengenakan kaosnya dengan cepat walaupun memar pada tubuhnya masih terasa sakit saat bergesekan dengan kain kaosnya.

Baekhyun yang mendengar lengkingan suara bas Kris tergopoh-gopoh menghampiri namja itu dengan masih menyeret koper berat sialan milik orang yang baru saja menjeritkan suaranya tadi.

"Waeyo? Kenapa hyung berteriak?"

"D-Dia, Who's he? OH damn Baekby! Kenapa dia ada dikamarmu─ dan ada apa dengan wajahnya?" Tunjuk Kris pada namja yang sempat terkejut melihatnya untuk kemudian menatap tajam Baekhyun disampingnya.

Baekhyun mengalihkan pandangan kearah yang ditunjuk oleh Kris.

"Ah,, dia Park Chanyeol sahabatku hyung." Baekhyun menjawab sedikit gugup terutama saat Kris bersedekap dengan memicingkan mata seolah tengah menuduhnya 'APA-YANG-SUDAH-KALIAN-LAKUKAN-DIKAMARMU!'.

"A-Aku, maksudku kami tidak melakukan apapun hyung! Sungguh~" Baekhyun mencoba meyakinkan Kris dengan V-sign miliknya. Kris kemudian mengalihkan tatapan datarnya kearah Chanyeol didepan sana.

Chanyeol yang menjadi pusat perhatian dari namja kelewat tinggi bernama Kris itu pun dengan perlahan menghampiri Baekhyun dan Kris yang masih berada diambang pintu.

"Nuguya Bae?" tanya Chanyeol meminta penjelasan dari Baekhyun. Baru saja Baekhyun akan membuka mulutnya, Kris dengan nada dingin memperkenalkan dirinya.

"Kris Wu! Aku sepupu sekaligus calon KEKASIH Baekhyun. Salam kenal Chan-yeol –ssi!" Kris mengulurkan tangannya dengan senyum remeh terutama saat menekankan kata KEKASIH kepada Chanyeol yang sempat menampakkan keterkejutannya. Chanyeol menilai pemuda tinggi di depannya dari atas hingga ke bawah.

"Park Chanyeol. Senang berkenalan denganmu Kris-ssi." Chanyeol membalas tak kalah tajam. Ia kemudian menyambut uluran tangan Kris dengan ogah-ogahan. Mereka sempat bertukar pandangan sengit untuk beberapa detik.

'Tsk, apa katanya tadi? Calon kekasih?! Cih, bermimpi saja.' Batin Chanyeol mendengus remeh. 'Sahabat macam apa yang menatap 'sahabat'nya dengan tatapan menjijikan seperti itu? Ketahuilah Park Chanyeol, sebaiknya kau mundur karena aku datang untuk kembali mendapatkan Baekby.' Kali ini batin kris yang menggebu-gebu. Mereka saling membalas rematan tangan masing-masing dengan erat sampai mereka enggan untuk melepaskan jabatan itu.

Baekhyun yang merasa kedua pemuda sama tinggi dihadapannya saling menatap dingin dengan sebuah jabatan tak biasa menyela. "Emm.. Kris hyung─ Chanyeol-ah, sampai kapan kalian akan terus berjabat tangan seperti itu?" ucapan Baekhyun seketika menyadarkan Kris dan Chanyeol dari adu sengit mereka. Kris adalah orang pertama yang menghempaskan tangan Chanyeol.

"Tsk.." Chanyeolpun berdecak menghadapi tingkah menyebalkan pemuda yang baru pertama kali ia temui itu. Jika saja tubuhnya sedang tidak terluka ingin sekali Chanyeol memberikan sebuah salam manis dengan bogem mentah pada wajah tak cukup tampan darinya tersebut. Sementara Baekhyun sedikit merinding melihat interaksi kedua orang didepannya yang terasa saling mengintimidasi. Ia merasa tidak enak dengan Chanyeol dan sempat merutuk kepada mulut besar Kris yang dengan seenaknya mengucapkan sebutan 'Calon Kekasih' kepada Chanyeol. 'Haishh… Apa sih maksud Kris hyung mengatakan jika aku ini calon kekasihnya? Demi tuhan! Aku masih NORMAL!'

Selesai dengan rutukannya, Baekhyun mengalihkan perhatiannya pada Chanyeol yang kini melipat kedua tangannya didepan dada." Chanyeol-ah, apa kau sudah mandi? Sebaiknya kau tunggu aku dimeja makan, aku sudah membuatkan sandwich untuk sarapan. Aku akan membereskan kamar untuk Kris Hyung dulu." Ujarnya meredam kekesalan Chanyeol kepada Kris sekaligus untuk mengakhiri suasana canggung yang terasa sejak Kris memperkenalkan diri.

"Hn, Baiklah." jawab Chanyeol mengerti, sedikit melirik malas pada Kris sebelum melangkah kakinya menuruni tangga menuju meja makan.

"Ayo Hyung.. Kau tidak akan tidur dikamarku. Hyung akan tidur dikamar lain. Sepertinya ada kamar yang cukup rapi, tinggal diberesakan dan meletakkan barang-barang hyung disana maka hyung bisa istirahat." ajak Baekhyun terdengar sedikit ketus sembari mendahului Kris menuju kamar yang dimaksud. Namun dengan cepat Kris menahan tangan Baekhyun untuk menghentikan langkahnya dan bertanya menyelidik.

"Tunggu, Kau tidak ada hubungan apa-apa dengan si Chanyeol-Chanyeol itu kan?"

Awalnya Baekhyun sempat berkerut bingung sebelum kemudian berdecak semakin kesal, "Tks, Chanyeol itu temanku hyung.. hanya sebatas SA-HA-BAT. Kau puas?!"

"Great! Baguslah jika kalian tidak ada hubungan apa-apa. Aku senang.. berarti aku masih berkesempatan mendapatkanmu Baekby.." Kris tersenyum lima jari dengan merangkul pinggang ramping Baekhyun.

Baekhyun menggulirkan matanya malas sembari mencebil. "Ingat hyung, Aku ini masih normal. NOR-MAL! Aku masih memiliki rasa terhadap buah melon dari pada buah pisang milikmu. Kau mengerti!." 'Dasar! Apa-apaan si tiang ini? Sudah ku tolak berkali-kali masih saja tidak mau menyerah. Jika ingin menyukai sesama jenis pilihlah pria lain!' Ingin sekali Baekhyun meneriakkan itu namun ia masih memiliki secuil kesabaran untuk menahannya. 'Untung saja kita masih sepupu, jadi aku masih menganggapmu saudara. Jika tidak, sudah ku usir kau Hyung. Sial!' umpat Baekhyun dalam hati, benar-benar kesal.

"O-Oke, baiklah aku tahu. Tapi bukan keinginanku memiliki perasaan ini baby, aku benar-benar mencintaimu.. jadi tidak ada salahnya bukan jika kita─"

"NO! Sudahlah hyung, aku malas membahas ini. Aku harus membersihkan kamar untukmu sebelum sarapan dan mengantar Chanyeol pulang." Ujar Baekhyun melepas tangan Kris yang merangkul pinggangnya sebelum beranjak meninggalkan Kris dengan segala ketertegunan dan umpatan.

"Shit!".

.

.

.

.

Chanyeol dan Kris terlihat seperti musuh bebuyutan untuk dua orang yang dikatakan baru bertemu. Seperti saat ini, mereka asik melempar tatapan tajam. Baekhyun bertaruh jika pandangan mereka bisa mengeluarkan sinar laser seperti halnya Superman mungkin kedua pemuda kelebihan kalsium itu kini tengah berberang saling membunuh.

"Jadi kau hanya teman Baekby?" tanya Kris yang mengambil tempat duduk di samping Baekhyun sebelum mengoleskan selai coklat diatas roti tawar miliknya yang berada diatas piringnya.

Baekhyun sejenak menghentikan suapannya dan mengedarkan pandangan kearah Kris sebelum ia kemudian melanjutkan sarapannya kembali. Ia sungguh jengah dengan sikap kekanakan keduanya. Biarkan sajalah.

Sementara itu Chanyeol masih dalam ekspresi yang sama. Ia menatap dingin pemuda diseberang tempat duduknya tanpa menyentuh sandwich yang Baekhyun sediakan diatas piring.

"Memangnya kenapa jika aku adalah teman Baekhyun? Ngomong-ngomong kami lebih dekat dari seorang teman, Ada masalah dengan itu?!" Jawab Chanyeol datar dengan sebelah bibir terangkat saat menyaksikan wajah menahan kesal milik Kris.

"Hahaha... Tidak ada, aku hanya tidak menyangka jika calon KEKASIH mungilku ini ternyata memiliki teman sepertimu. Honey, mengapa kau tidak menceritakan 'teman dekatmu' ini kepadaku, hm?" Kris dengan suara dan wajah dibuat seimut mungkin bertanya kepada Baekhyun yang kini tengah melanjutkan suapan terakhirnya.

Uhuukk...

Baekhyun tersedak roti selainya ketika mendengar ocehan Kris. Ia segera menyambar segelas air putih yang berada dekat dengan jangkauannya. Entah itu milik siapa, sepertinya milik Kris.

Baekhyun kemudian menatap garang pada Kris yang menampakkan cengiran bodohnya dan memasang V sign dengan kedua jarinya.

"Kris hyung.. bisakah kau berhenti mengatakan omong kosong?" Baekhyun berujar dengan aura kelam mematikan. Ia benar-benar merasa kesal dan malu. Bisa-bisanya sepupu menyebalkan ini terus saja mengklaim dirinya sebagai calon kekasih dan bertindak seolah mereka menuju hubunga seperti itu. WTF! Jujur saja ia merasa risih.

"Pfft.." Chanyeol mati-matian menahan tawanya melihat tampang konyol milik Kris setelah Baekhyun menyemburnya. Lihatlah bagaimana wajah itu berubah menjadi nelangsa.

"T-Tapi Baekby, aku ─"

"Dan Jangan panggil aku dengan 'Baekby'! Sudah kukatakan berulang kali aku tidak menyukainya, hyung~" Baekhyun merengek kesal dan tidak terima.

"O-oh okey, sorry.." ujar Kris tanpa rasa menyesal. Baekhyun hanya memutar matanya bosan, percuma saja kakak sepupunya ini diingatkan berkali-kali. Ia tetap akan akan memangilkan dengan panggilan itu. Mengesalkan memang.

Kini giliran Kris yang mengalihkan pandangan malasnya kepada Chanyeol.

"Yak Kau! Selesaikan makanmu dan cepatlah pulang!" sembur Kris yang terlanjur dibuat dongkol karena Chanyeol seolah sedang mengoloknya tadi sebelum pria tinggi itu beranjak dari tempat duduknya sembali mengapit roti selainya pada kedua bibir untuk ia bawa pergi.

"Hyung~ " peringatan Baekhyun tidak digubris oleh Kris yang membawa tubuhnya menaiki tangga menuju lantai atas.

"Ck, dia itu benar-benar─ hah maafkan kakak sepupuku Chanyeol-ah, Kris hyung memang seperti itu." Ujar Baekhyun menatap Chanyeol menyesal.

"Sepertinya ia sangat terobsesi kepadamu Bae." Ucap pemuda tinggi diseberang Baekhyun sembari mengunyah sandwich miliknya.

"Entahlah, Semenjak aku menolaknya ia terus saja bertingkah seperti itu. Dia hanya terlalu overprotektif. Tapi disamping sikap menyebalkannya itu, Sebenarnya Kris hyung sangat baik dan penyayang. Dia satu-satunya saudara yang aku miliki. Jadi tolong maafkan sikapnya Chanyeol-ah." Baekhyun berujar menampakkan senyum kecutnya kepada Chanyeol.

"Hmm.. Baiklah, aku akan memaklumi sikapnya karena kau yang meminta. Jadi berhentilah menampakkan wajah sendumu itu karena aku benar-benar risih melihatnya." Chanyeol melemparkan senyum lembutnya dan setelah itu melahap habis sisa terakhir dari roti sandwich yang berada di tangannya.

Baekhyunpun membalas Chanyeol dengan senyum yang sama. Mereka kemudian menghabiskan sarapan dengan tenang sebelum Baekhyun mengantarkan Chanyeol pulang.

.

.

.

.

.

Chanyeol dan Baekhyun kini berada di dalam mobil Baekhyun tepat didepan kediaman Chanyeol, setelah sebelumnya ia harus bersusah payah membujuk Kris yang begitu over protektif kepadanya untuk tidak ikut mengantarkan Chanyeol. Hal ini karena setelah mengantarkan Chanyeol pulang ia harus menemui dosen pembimbingnya untuk menyerahkan perkamen terkutuk itu.

"Kau tidak turun Chanyeol-ah?" Baekhyun berujar secara halus, setelah didalam mobil tersebut sempat dilanda keheningan cukup lama.

Baekhyun pikir Chanyeol akan langsung turun dari mobilnya setelah Baekhyun mengatakan tidak bisa mampir kerumahnya. Namun ternyata Chanyeol masih betah untuk berdiam cukup lama di dalam mobil.

"Apa sekarang kau merasa lega, Bae?" tanya Chanyeol tiba-tiba.

Baekhyun mengerutkan dahinya, sedikit bingung untuk mencerna pertanyaan itu. Akan tetapi ia segera sadar kemana arah pembicaraan Chanyeol.

Baekhyun menarik nafas dan membuangnya pelan.

"Ne, aku sangat lega. Akhirnya semua hal menakutkan itu berakhir. Gomawo Chanyeol-ah." Baekhyun sungguh tidak bisa mengungkapkan kelegaannya dengan kata-kata. Ia bersyukur, sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Park Chanyeol. Ucapan terimakasihpun sepertinya tidak akan cukup.

Chanyeol menatap lekat kedalam dua bola mata hitam itu. Ia menemukan sebuah rasa kelegaan, kebahagiaan dan tidak ada lagi sorot ketakutan disana.

'Andai saja kau tahu Byun Baekhyun, jika semuanya akan dimulai dari sekarang.'

"Chanyeol.. waeyo? Kenapa kau menatapku seperti itu?" suara Baekhyun menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

"Ah, Tidak. Aku senang kau bisa kembali seperti dahulu Bae, bisa menjalani kehidupan normal tentunya." Chanyeol masih belum mengalihkan pandangannya dari sosok Baekhyun.

"Ne,. Semuanya karena bantuanmu Dobby, Terimakasih.."

Baekhyun berujar lembut dan memeluk Chanyeol. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi mengungkapkannya.

"Baiklah, sepertinya aku harus masuk. Kau hati-hati dijalan ne.." Chanyeol kemudian beranjak turun dari mobil Baekhyun dan berdiri di depan pintu masuk rumahnya.

Sementara itu Baekhyun membuka kaca mobil bagian kemudi untuk berpamitan kepada Chanyeol.

"Masuklah kau harus banyak istirahat supaya cepat sembuh! Aku pergi dulu, ne?" setelah mengatakan itu Baekhyun menjalankan mobilnya dan meninggalkan Chanyeol.

"Arraso... hati-hati!" Chanyeol berteriak nyaring sembari melambaikan tangannya ketika mobil Baekhyun sudah melaju menjauhi rumahnya.

Tepat saat mobil Baekhyun tidak terlihat, seringaian di bibir itu muncul. Aura iblis kental disekitar tubuh namja tinggi tersebut. Matanya berubah menunjukkan kilatan merah.

"Edith, lihat apa yang akan ku lakukan padamu setelah ini."

Seringaian itu makin lama makin lebar menghasilkan tawa yang mengerikan, disusul dengan hembusan angin yang meleburkan namja itu menjadi butiran-butiran debu hitam dan makin lama menjadi pusaran angin hitam yang pergi menuju kesuatu tempat.

.

.

.

.

.

Terhitung sudah 3 hari sejak kejadian ritual mengerikan itu dilakukan. Baekhyun memulai hidup normalnya dengan sangat mulus. Ia kembali melanjutkan aktivitas kuliahnya, mengikuti club kesenian dan menyiapkan pertunjukan akhir tahun dengan para sahabatnya Kai dan Chen seperti biasa, serta kehidupan normal lainnya yang biasa ia jalani. Lalu bagaimana dengan Chanyeol?

Chanyeol sudah sembuh dan memar-memar yang ada ditubuhnya mulai menghilang. Chanyeol seperti biasa, ia sesekali menjemput Baekhyun dimansionnya untuk sekedar berangkat bersama. Namun kali ini namja bernama Kris yang mengaku sebagai 'Mantan Pacar' Baekhyun membuat Chanyeol kesal. Pemuda itu sepertinya tengah menguji kesabaran Chanyeol. Biasanya Chanyeol akan berangkat berdua dengan Baekhyun, tapi setelah pemuda campuran itu datang ia seperti parasite yang mengikuti kemanapun Baekhyun pergi. Beruntung Baekhyun menolak keras untuk selalu diikuti. 'Si Kris itu nyatanya lebih menjengkelkan dari pada Kkamjong!'

Namun terlepas dari aksi perang imaginer antara Kris dan Chanyeol, Baekhyun merasa bagaikan terlahir kembali. Sungguh tidak ada beban dan ketakutan yang membayangi hidupnya saat ini. Semua sudah berakhir.

Walaupun sampai saat ini ia belum mendengar berita jika namja bernama Oh Sehun itu sudah ditemukan dengan keadaan bernyawa atau tidak, ia tidak peduli. Yang jelas dia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri jika iblis namja itu hancur menjadi debu dan menghilang.

Baekhyun meyakini semuanya sudah selesai karena selama hampir 3 hari ini tidak terjadi sesuatu hal yang buruk kepada dirinya. Lagi pula bulan setengah yang di katakan Luhan sebagai saat dimana ritual kedua dilakukan sudah tidak tampak dari malam kemarin, jadi ia benar-benar yakin jika iblis itu sudah musnah.

Tunggu, Luhan? Ah benar, Baekhyun belum mengucapkan terima kasih kepada namja cantik itu.

.

.

.

Baekhyun kini berada di depan rumah klasik yang berada jauh terpencil. Rumah namja cantik yang beberapa waktu lalu ia datangi bersama Chanyeol untuk meminta bantuan. Ya benar, Baekhyun sedang berdiri didepan rumah Xi Luhan dengan memegang lonceng kecil yang dulu sempat digunakan sebagai bel. Baekhyun sudah beberapa kali membunyikan lonceng tersebut, tapi orang yang diharapkan tidak kunjung muncul.

Ia merasa bosan dan lelah. 'Kenapa tidak ada yang keluar? Apa tidak ada orang di dalam? Sepi sekali?' monolognya dalam batin.

Baekhyun akhirnya menyerah membunyikan lonceng yang sudah ia lakukan selama 30 menit. ia menggunakan metode lain yaitu—

"Xi LUHAN –SSI! APA KAU DIDALAM?! LUHAN- SSI! INI AKU BYUN BAEKHYUN!"

Dug..dug..dug...

Ya, Baekhyun berteriak sembari menggedor pintu mahoni itu dengan tidak sabaran.

"XI LUHAN-SSI!" Panggilnya lagi, namun tidak ada jawaban.

'Aishh,,, sebenarnya kemana dia? Apa Luhan sedang pergi?'

Setelah hampir 2 jam Baekhyun menunggu dan berusaha untuk mengetuk maupun berteriak seperti orang gila, orang yang ingin ditemuinya itu tidak menampakkan batang hidungnya. Maka dari itu Baekhyun terpaksa pulang, lagipula hari sudah sore.

'Hah, mungkin lain waktu saja aku kemari lagi untuk mengucapkan terima kasih, sepertinya memang tidak ada orang.' putusnya.

Baekhyun akhirnya menuju tempat parkir mobilnya dan beranjak pulang, tanpa tahu jika didalam rumah itu begitu berantakan. Apa yang terjadi?.

.

.

.

Baekhyun memutar kemudi mobilnya menuju Studio kafe yang tidak terlalu jauh dari mansionnya. Sepertinya mampir sebentar distudio kafe tempat sahabatnya Chen bekerja bukan ide yang buruk.

Klining—

Baekhyun baru saja masuk kedalam kafe bernuansa music tersebut, namun sudah disambut teriakan melengking milik Chen yang mengenakan sragam pelayanannya.

"Baekhyun-ah!"

Baekhyun hanya melambaikan tangan kanan dan tersenyum. Chen segera menghampiri Baekhyun.

"Woah.. Sudah lama kau tidak berkunjung kemari, kita tidak banyak bertemu kecuali di club." Chen, begitulah panggilan Kim Jongdae menepuk – nepuk punggung Baekhyun cukup keras dan memeluknya, menandakan begitu gembiranya dengan kedatangan pelanggan sekaligus sahabatnya ini.

"Yak Chen-ah, kau menepuk punggungku terlalu keras. Apa kau ingin membunuhku?" canda Baekhyun yang berusaha melepaskan pelukan erat Chen.

"Hahaha... kau ini. Ayo, duduklah.. akan ku buatkan pesananmu. Kau mau pesan apa?" tanya Chen antusias.

"Kau yang paling tahu apa yang selalu aku pesan Jongdae-ah~" ujar Baekhyun sedikit menggoda.

"Ck,, baiklah seperti biasa, Strawberry sunday, dengan sedikit cream. Benar?"

Baekhyun hanya mengangguk dan tersenyum.

"Arraso, ada yang lain?" Chen bertanya untuk pesanan lain.

"Tidak ada, cukup itu saja. aku hanya ingin menikmati Strawberry Sunday buatanmu." jawab Baekhyun masih dengan senyumnya

"Oke, tunggulah sebentar." Chen kemudian beranjak untuk membuat pesanan Baekhyun. Sementara Baekhyun duduk sendiri di tempat favoritnya.

.

.

.

.

.

Tidak lama Chen membawa pesanan ke meja tempat Baekhyun berada.

"Pesananmu, Strawberry Sunday dengan sedikit cream. Nikmatilah" Chen berujar dengan senyum yang menawan sembar meletakkan pesanan Baekhyun diatas meja.

"Gomawo Jongdae-ah".

"Ah, kenapa kau datang sendiri? Kemana namja bertelinga lebar yang selalu bersamamu itu?" Tanya Chen tiba-tiba, membuat terbentuknya kerutan di dahi Baekhyun.

"Eoh, Siapa?"

"Aish.. pemuda yang selalu mengekorimu Baek, siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol itu? Kemana dia?" Chen mengulang pertanyaan yang sama.

"Oh, Chanyeol.. entahlah, mungkin dia sedang bersenang – senang dengan yeoja barunya. Aku tidak perduli." jawab Baekhyun malas yang tiba-tiba saja perasaannya menjadi kesal. Sensitif sekali?

Ya, hari ini Chanyeol bahkan tidak menjemput kemansion seperti biasa saat berangkat kuliah tadi pagi. Namja itu beralasan tidak bisa menjemputnya karena bangun kesiangan, tapi nyatanya Baekhyun melihat seorang yeoja turun dari mobil besar milik pemuda caplang itu tadi pagi. Chanyeol memang menjelaskan jika ia tidak sengaja menyerempet yeoja yang ia ketahui merupakan adik tingkat mereka bernama Rose tersebut saat ia terburu-buru mengendari mobil kekampus tadi. Biasanya Baekhyun tidak sekesal ini mengingat kegemaran Chanyeol bergonta-ganti kekasih. Tapi kali ini entah mengapa melihat Chanyeol tertawa lepas sembari menatap kagum yeoja tersebut saat di kantin kampus tadi membuat Baekhyun merasa sesuatu yang tidak biasa. Oh dude, are you jelouse Baekhyun-ah?

"Hahaha, sepertinya kau merasa kesal ne?"goda Chen yang melihat raut tidak mengenakkan dari cara bicara Baekhyun.

"Aniya! Siapa yang kesal? Aku tidak kesal. Untuk apa aku kesal?"sanggah Baekhyun cepat.

"Ya karena Chanyeol terlalu sibuk bersama orang lain sekarang. Bukan begitu?" tebak Chen yang membuat Baekhyun menghentikan aktivitasnya menikmati strawberry suday didepannya.

"Aniya, aku tidak—"

"Aigoo, kau masih sama saja Baek. Dari dahulu saat Chanyeol sibuk mengencani yeoja-yeoja itu kau akan datang sendirian kemari dan hanya menikmati secangkir Strawberry sunde. Kau mengatakan tidak kesal, namun bahasa tubuh serta nada bicaramu mengatakan sebaliknya. Apa kau mKyungsooai Chanyeol?" pertanyaan Chen sukses membuat Baekhyun terbelalak.

"Mwo, a-aniya. I-itu tidak mungkin, apa kau bercanda Dae-ah? A-aku namja dan Chanyeol juga namja. Aku saja menolak Kris hyung karena aku masih normal." Baekhyun menyangkal dengan keras. Namun entah mengapa hatinya terasa tercubit. Perasaan aneh itupun muncul, seperti mengutuk dirinya sendiri akan jawaban yang baru saja ia lontarkan. Baekhyun menjadi serba salah.

"Ckck, kenapa tidak? Haih, yasudahlah.. aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Aku harus melayani pengunjung lain jika tidak ingin menerima setengah gaji. Hehehe.. Kau nikmati saja suasana di kafe ini."

Chen beranjak dari meja Baekhyun untuk kembali melayani pengunjung lain. Sementara itu Baekhyun hanya bisa terdiam dan berdialog dengan perasaannya sendiri.

'Apa benar aku mKyungsooai Chanyeol? Mungkinkah? Tapi, bagaimana dengan Chanyeol? Dia namja normal, dan aku pun— ah entahlah aku bisa menyebut diriku normal lagi atau tidak sekarang.' Baekhyun kembali menyeruput strawberry sundenya diiringi alunan musik di kafe tersebut.

.

.

.

.

Suara langkah terdengar memasuki ruang tengah mansion cukup mewah itu dari arah pintu depan.

"Eoh, kau sudah pulang Baekby? Bagaimana kuliahmu?" Kris yang sedang menonton siaran televisi bertanya kepada Baekhyun yang baru memasuki mansion.

"Hmm... seperti biasa." Baekhyun hanya menanggapi seadanya dan tetap melajukan langkahnya menuju tangga atas. Ia lelah dan ingin berendam air hangat.

"Ah Bae,, tadi ada yang menelfon kemari menanyakanmu!" teriak Kris ketika ia teringat akan orang yang menelfon ke mansion.

Baekhyun kemudian berhenti di tengah tangga dan berbalik. Baekhyun menautkan alis.

"Siapa hyung?"

"Dia bernama Kim Jong In, katanya kau susah di hubungi Bae." jawab Kris.

"Oh, itu karena ponselku kehabisan baterai dan mati hyung."

"Aku bilang kau belum pulang kuliah dan dia berpesan agar kau menelfonnya." adu Kris menyampaikan pesan dari orang bernama Kim Jong In.

"Ah, arraso.. baiklah, aku akan menelfonnya nanti setelah mandi dan makan malam." Baekhyun bergumam dan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar miliknya.

.

.

.

.

Malam beranjak semakin sunyi. Setelah makan malam, Baekhyun bergegas menuju kekamarnya dan menelfon Kai, sedangkan Kris kembali ke ruang tengah untuk menonton film action favoritnya. Ia terlalu asyik menonton sehingga tidak sadar jam telah menunjukkan 23.40 hampir tengah malam.

Kris mulai menguap, tanda alarm dalam tubuhnya meminta untuk tidur. Kris merenggangkan sendi-sendinya dan melirik jam klasik yang berada di ruangan tersebut.

'Eoh, sudah jam sebelas lebih ternyata. Pantas saja mataku mengantuk' monolognya. Ia kemudian mematikan televisi yang menayangkan tulisan 'The end' tanda film sudah berakhir.

Kris menggerakkan tubuh dan kepalanya yang kaku ke kanan dan kekiri.

Wush—

Angin tiba-tiba berhembus menyapa kulit pucatnya. Entah mengapa Kris merasa malam ini begitu dingin.

Ia kemudian mengusap tengkuknya dan beranjak untuk menuju kamar tidur disamping kamar Baekhyun. Tepat ketika ia baru beberapa langkah menuju tangga—

Teng...teng..

"OH MY!" Kris berjengit kaget mendengar suara dentingan jam klasik yang cukup memekkan telinga itu.

"Mother Fuck! Mengagetkan saja." dengus Kris yang reflek mengusap-usap dadanya untuk menenangkan jantung yang sempat berdetak kencang.

Kris kembali melanjutkan langkahnya dan saat jam itu berhenti berdenting, terdengar suara gaduh dari arah kamar Baekhyun.

PRANNGG..! Brakkk!

Kris kembali menghentikan langkahnya di anak tangga kedua. Ia berusaha menajamkan pendengaran.

'Apa yang sedang Baekhyun lakukan? Kenapa terdengar seperti benda jatuh? Dan lagi suara apa itu? Apa terjadi sesuatu? Jangan-jangan— pencuri?'

Kris sudah berfikiran macam-macam setelah mendengar suara berisik dari arah kamar Baekhyun. Ia menaiki tangga dengan mengendap – endap, sedangkan tangannya membawa pemukul baseball yang tergeetak di bawah tangga untuk melindungi diri.

Ia dengan perasaan was-was dan siaga tingkat satu menuju ambang pintu kamar Baekhyun. Kris mengernyit ketika tidak terdengar lagi suara gaduh seperti pintu yang terdobrak tadi, dirinya menjadi khawatir dengan nasib Baekhyun yang berada di dalam sehingga dengan keberanian yang dipaksakan Kris perlahan membuka kamar Baekhyun yang memang tak pernah di kunci tanpa mengetuknya terlebih dahulu dengan sikap waspada kalau-kalau pencuri itu membawa senjata.

Namun Kris meneguk ludah susah payah ketika mendapati kamar Baekhyun yang remang dengan hanya diterangi cahaya dari luar balkon yang masuk dari pintu yang terbuka.

Tunggu, pintu yang terbuka? Jangan-jangan —

Kris semakin erat memegang pemukul baseball dengan kedua tangannya. Sengaja pintu kamar Baekhyun ia buka untuk memudahkannya berlari keluar dan meminta bantuan jika memang benar ada pencuri.

Ia mengedarkan pandangannya kearah ranjang Baekhyun, mencari dimana keberadaan adik sepupunya itu. Namun, ia belum bisa melihat dengan jelas dari posisinya berdiri. Akhirnya Kris lebih memberanikan diri untuk melangkah dan berbisik memanggil Baekhyun.

"B-Baek, Baekhyun.."

Tepat ketika Kris dekat dengan ranjang Baekhyun, angin berhembus menyingkap tirai transparan yang menutup pintu kearah balkon.

Trak—

Pukulan baseball yang dipegang Kris lolos dari tangannya dan terjatuh.

Deg— ia tercekat, jantung Kris memburu tak terkendali, sementara tubuhnya tak dipungkiri terasa gemetar. Dengan bantuan sinar bulan, Matanya terbelalak menangkap pemandangan horror didepan sana.

Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Baekhyun berada digendongan sosok hitam dengan mata merah semerah darah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Kris bersumpah jika makhluk mengerikan itu menampakan seringaian dari wajah yang menonjolkan urat saraf tersebut. ia juga berani bertaruh jika ia melihat darah berwarna merah kehitaman keluar dari seringaian itu.

'What the hell! Makhluk apa yang berada didepannya ini?'

"S-SIAPA KAU!"

Kris bertanya lantang dan mencoba memberanikan diri menggerakkan tubuhnya yang kelu untuk maju menyongsong tubuh tak sadarkan diri Baekhyun. Nafas Krispun semakin memburu kala bersitatap dengan kedua manik merah itu.

Namun, baru saja Kris melangkahkan kakinya 3 jengkal, ia dibuat terkejut ketika pusaran angin seperti beliung membawa tubuh makhluk itu dan Baekhyun pergi. Ia sempat mengejar makhluk itu menuju pintu balkon dan berteriak memanggil nama Baekhyun.

"Tunggu! BAEKHYUN-AH!"

Tetapi sedetik kemudian tiba-tiba angin besar merangsek masuk keruangan tersebut dan—

Wushhhh—JJDUAGGKK...

"AARRRGGGGGGHHHH"

BRUUKKK...

Tubuh Kris terhempas dan terbanting menghantam dinding kamar. Tulang belakangnya terasa remuk, kepala belakangnya yang menghantam dinding terasa pening sehingga tidak lama kegelapan menyapa dirinya.

.

.

.

.

.

Dua orang namja terlihat sedang berdiri di depan pintu mansion milik Baekhyun. Salah seorang dari mereka yaitu namja berkulit tan sedari tadi sibuk untuk memencet bel mansion itu, namun tidak ada siapapun yang keluar untuk membukakan pintu. Sedangkan namja lainnya yang lebih mungil asyik mengedarkan pandangannya kesekitar mansion yang terhitung cukup mewah tersebut. Ia berdecak kagum dengan gaya arsitektur bergaya Jerman Barat yang tercetak pada bangunan di depannya.

Namja berambut mungil tersebut kemudian mengedarkan pandangannya kearah namja lain yang masih gigih memencet bel bahkan sampai berseru memanggil nama si tuan rumah.

"Apa kau yakin Baekhyun di mansionnya? Sepertinya tidak ada orang disini Kai." namja mungil itu bertanya memastikan kepada namja yang ia panggil dengan Kai disampingnya.

"Aku yakin dia ada dimansionnya hari ini, semalam kita sempat berbincang di telfon dan lagipula aku sudah mengatakan kepadanya jika kita akan kemari Soo-ya.." namja yang ternyata adalah Kim Jong In aka Kai tersebut memberi keyakinan pada kekasihnya yang mulai menampakkan wajah bosan.

"Kau sudah menghubungi ponselnya?" tanya Kyungsoo lagi.

"Sudah chagi, tapi tidak ada jawaban." Jawab Kai sembari mengeluarkan Smartphonenya untuk kembali menelfon Baekhyun.

Kyungsoo berolling eyes malas. Tentu saja ia merasa bosan , bayangkan saja mereka hampir lebih dari 15 menit berdiri didepan pintu mansion keluarga Byun dan sang empunya rumah tidak kunjung muncul.

Kyungsoo yang tidak sabaran kemudian mencoba keberuntungan dengan membuka pintu mahoni berukiran didepannya. Siapa tahu tidak terkunci.

Ckrek—

Binggo! Pintu tidak terkunci.

"Kai-ah, Kai,,, Ck, Yak Kim Jong In!" teriak Kyungsoo yang panggilannya tidak diindahkan oleh Kai akibat sibuk dengan panggilannya kepada Baekhyun.

"Wae?! Aku sedang menelfon Baekhyun, Soo-ie.." sungut Kai tak terima diteriaki.

"Aish, lihat ini." tunjuk Kyungsoo pada pintu mansion yang sudah terbuka.

Kai menautkan alis untuk meminta penjelasan Kyunsoo.

"Bukankah kau bilang Baekhyun ada di dalam? Ku rasa tidak apa-apa jika kita langsung masuk saja, otte? Mungkin saja ia sedang di kamar mandi atau tidur." usul Kyungsoo dengan deduksinya.

Kai berfikir sebentar sebelum dia mengangkat bahunya dan bilang 'Baiklah'.

.

.

.

Kai dan Kyungsoo sudah berada di ruang tengah mansion Baekhyun.

"Baekhyun-ah, yak Byun Baekhyun! aku dan Kyungsoo sudah datang. Kau dimana?!" Kai berteriak dari arah ruang tengah sembari mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok pemilik mansion tersebut.

Begitu pula dengan Kyungsoo, ia pun mencoba memanggil Baekhyun.

"Baekhyun-ah,, Aku Kyungsoo, ayolah keluar! Kau tidak berniat menemui kami? Hellow,, Baekhyunnie!"

Namun tetap saja tidak ada sahutan. Kesunyian masih menjadi dominan, sepertinya tidak ada siapun di mansion ini.

"Kemana semua orang? Biasanya Ahjumma Jung sudah ada di mansion pada jam-jam sekarang." Gumam Kai merasa heran dengan kondisi mansion Baekhyun yang sepi senyap.

"Cari saja kekamarnya, mungkin saja Baekhyun sedang tidur." Ujar Kyungsoo memberi saran.

"Hmm, kita keatas."

Kai kemudian berjalan kearah tangga di ikuti oleh Kyungsoo yang mengekor dibelakannya untuk menuju kamar Baekhyun berada.

Dari tangga Kai tampak mengerutkan keningnya ketika pintu kamar Baekhyun nampak terbuka. Ia kemudian sedikit mempercepat langkahnya untuk sampai dikamar tersebut.

Kyungsoo tetap mengekori Kai di belakang.

Kai sedikit membuka pintu tersebut sembari memanggil nama Baekhyun.

"Baek..."

Kriet—

Tepat ketika ia membuka lebih lebar pintu tersebut Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan begitu pula dengan Kyungsoo untuk mencari Baekhyun, namun—

Deg—

Mata mereka berdua sama-sama terbelalak ketika melihat seseorang tergeletak tak sadarkan diri tak jauh dari dinding pintu disebelah kanan ranjang.

"Ommo! Ya tuhan.." Kyungsoo reflek menghampiri tubuh namja tinggi tersebut untuk melihat kondisinya diikuti oleh Kai.

.

.

.

.

.

Kris mengeliat resah dengan mata yang masih tertutup namun bola matanya bergerak kesana – kemari dibalik kelopak mata itu. Kai dan Kyungsoo sudah mengangkat tubuhnya dan meletakkan Kris keatas ranjang Baekhyun.

"Baekhyun-ah.. Tidak... Jangan membawanya pergi, Arrrggg... BAEKHYUN!" teriak Kris histeris membuka matanya spontan dan terperanjat terduduk.

"Hei, ada apa? Tenanglah..." bujuk Kyungsoo seraya mencoba memegang bahu gemetar milik Kris.

Kris megedarkan pandangan dan tiba-tiba terbelalak melihat dua orang asing yang kini berada di depannya. Reflek dia mendorong tubuh kecil Kyungsoo hingga terjerembab jatuh kebawah tempat tidur.

BRUG!

"AAW!"

Kai terbelalak. Ia segera menghampiri kekasihnya itu untuk menolong dan memastikan kondisi namja mungil yang kini terduduk di lantai.

"Kyungsoo-ah.. Gwenchana?" Kai bertanya khawatir seraya membantu Kyungsoo berdiri. "YAK! APA YANG KAU LAKUKAN!" Kai menatap tajam Kris yang kini tengah menatap waspada pada mereka dengan nafas memburu.

"Aku yang seharusnya bertanya, Siapa kalian?! Apa yang kalian lakukan disini!"

"Kami kemari untuk menemui Baekhyun. Kami adalah temannya, Lalu kau sendiri siapa? Dimana Baekhyun? Mengapa ruangan ini sangat berantakan?" Kai memberondong Kris dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Kris mulai kehilangan focus dan menjambak rambut berantakan miliknya setelah mendengar nama Baekhyun serta teringat kejadian yang ia alami malam tadi "B-Baekhyun.. Baekhyun, Dia─ Makhluk itu─ Makhluk bermata merah itu─ Dia membawa Baekhyun pergi.. aku harus mencari Baekhyun." Kris menggeleng dan meracau hebat sembari menuruni ranjang dengan tatapan kosong.

"Hei, Tunggu.. Tenanglah!" Kai berusaha menghalangi tubuh tinggi Kris yang tampak limbung serta kalut.

"Minggir! Aku harus mencari Baekhyun! BAEKHYUN! ARGH!" Kai dan Kyungsoo benar-benar tidak tahu lagi cara menenangkan namja tinggi bersurai emas yang mereka temukan, sampai—

"Kai, Kyungsoo-ah, Kris kalian─" seseorang memanggil mereka satu persatu dari arah pintu.

Secara bersamaan Kai dan Kyungsoo mengedarkan pandangannya kearah pintu diikuti oleh Kris.

Chanyeol segera menghampiri ke tiga namja yang berada diatas ranjang Baekhyun sembari menatap bingung pada mereka.

"Ada apa ini? apa yang kalian lakukan disini?!" Chanyeol bertanya menyelidik yang ia tujukan kepada Kai dan Kyungsoo secara bergantian.

Sedangkan Kris menatap tidak suka kepada namja tinggi yang baru saja datang.

"Aku dan Baekhyun sudah ada janji untuk membahas kegiatan club kami sekaligus membahas perkamen yang akan ia serahkan ke perpustakaan kampus. Lagi pula aku sudah mengatakan kepada Baekhyun jika akan kemari." Jelas Kai yang sudah melepaskan cekalannya pada Kris saat pemuda itu berangsur lebih tenang.

"Lalu apa yang terjadi pada dia?" tanya Chanyeol lagi kali ini melirik sinis Kris dengan nada bicara yang kurang ramah.

"Kami juga tidak tahu. Namja ini kami temukan tak sadarkan diri ketika kami sedang mencari Baekhyun." Kali ini Kyungsoo yang menjelaskan.

Kris yang merasa terganggu dengan kehadiran Chanyeol menyela tak kalah ketus. Pemuda itu sudah tampak bisa mengendalikan emosi dan kembali pada kewarasannya "Kau sendiri? kenapa kau tiba-tiba datang kesini?! Apa yang kau lakukan?!"

"Tentu saja aku kemari untuk menjemput Baekhyun seperti biasa. Kami ada jadwal tambahan kelas pagi hari ini." jawab Chanyeol datar sembari menyilangkan tangannya didepan dada.

Kyungsoo yang melihat pertengkaran kedua namja didepannya tanpa pemperdulikan hilangnya Baekhyun itu mulai geram.

"Yak kenapa kalian malah bertengkar, eoh?! Behenti membuat suasana menjadi keruh, sekarang kita harus mencari dimana Baekhyun berada." omel Kyungsoo kepada Kris dan Chanyeol yang masih memasang tampang siap perang. Sementara Kai hanya diam menyaksikan pertengkaran kekanakan dari kedua namja sama-sama tinggi didepannya.

"Hey kau, siapa namamu?" Kyungsoo kembali berucap, kali ini bertanya menunjuk Kris yang sedang meredam emosinya untuk lebih berpikir jernih.

"Kris, Kakak sepupu Baekhyun." Jawab Kris singkat.

"Oke, Kris.. sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Baekhyun?" tuntut Kyungsoo yang diamini oleh tatapan meminta penjelasan dari Kai juga Chanyeol.

Kris kemudian mendudukkan diri pada tepi ranjang Baekhyun dan mengatur nafas untuk menyusun rangkaian kata akan apa yang ia alami semalam.

"Semalam, a-aku menemukan Baekhyun didalam gendongan sesosok makhluk mengerikan. Aku tidak tahu apa sebenarnya makhluk itu. Dia seperti bayangan hitam dengan urat-urat pada muka yang menonjol. Dikepalanya terdapat dua tanduk dan matanya berpendar merah. Makhluk mengerikan itu telah membawa Baekhyun pergi. A-aku, aku tidak sempat menolongnya.. a-aku— Errmm" Kris menjelaskan dengan susah payah diiringi geraman tertahan karena merasa bersalah dan tidak berguna. Ia kemudian menangkup wajahnya gusar dengan kedua tangan ketika mengingat kembali kejadian yang dialaminya semalam.

Kening ke tiga namja bernama Kai, Chanyeol dan Kyungsoo tersebut berkerut. 'Makhluk? Mengerikan? Bertanduk? Bermata merah? Jangan-jangan—"

Kai, Kyungsoo dan Chanyeol saling melempar pandang. Sementara Kris hanya mampu mengerut bingung tanpa bisa menyela untuk melontarkan pertanyaan yang saat ini bersarang di kepalanya. 'Sebenarnya ada ini? Apa hubungan Baekhyun dengan makhluk itu? Mengapa orang-orang didepannya ini seolah bisa menebak apa yang terjadi dengan Baekhyun sementara dirinya tidak tahu apapun.'

"Apa kalian memikirkan hal yang sama denganku?" Kyungsoo melontarkan pertanyaan ambigu.

"Mungkinkah? Tapi semalam Baekhyun sempat bercerita jika iblis itu telah musnah, bukan begitu Park Chanyeol?!" kali ini Kai memicingkan matanya pada Chanyeol karena dari cerita yang ia dengar dari Baekhyun bahwa Chanyeol juga ikut ritual pemusnahan iblis itu.

"Ne, saat itu kami memang mengadakan ritual pemusnahan iblis dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri jika iblis itu berubah menjadi debu dan menghilang." Chanyeol menjelaskan dengan santai.

"Lalu bagaimana bisa? Aish,, Bagaimana kita menemukan Baekhyun sekarang?!" tanya Kai lagi.

Chanyeol menudian mengedarkan pandangannya kepada Kyungsoo.

"Kau tentu lebih tahu akan hal semacam ini Kyungsoo-ah?" ujar Chanyeol datar.

Kyungsoo berfikir sejenak. ia diam beberapa saat.

"Aku tidak yakin, tapi jika iblis itu berniat mengadakan ritual kedua maka kita bisa menemukan Baekhyun ditempat pertama kali perkamen itu ditemukan." jelas Kyungsoo seperti yang ia ketahui dari buku yang ia baca.

"Itu berarti Hutan Bloody Wood, Westseven?"

Pertanyaan Chanyeol dijawab anggukan oleh Kyungsoo.

"Baiklah, sudah di putuskan aku dan Kai akan kesana mencari Baekhyun. Dan kau Kris, kau tetap disini bersama Kyungsoo." putus Chanyeol tanpa memperdulikan tatapan protes dari Kris.

"Tunggu─ Tunggu, Apa maksudmu? Aku akan ikut mencari Baekhyun! Walaupun aku tidak mengerti apa yang tengah kalian bicarakan disini tetapi Baekhyun adalah adik sepupuku!"

"Dengar, Kau tetap disini dengan Kyungsoo." Chanyeol masih teguh pada keputusannya.

"Tapi─"

"Tidak ada tapi-tapian Kris, kau dalam kondisi kalut sekarang. Lagipula bagaimana nanti jika Iblis itu dan Baekhyun kembali kerumah sementara kita bertiga mencarinya? Kau ingin Kyungsoo sendirian menghadapinya?" alasan Chanyeol cukup masuk akal dan didukung oleh Kai.

"Chanyeol benar Kris-ssi, sebaiknya kau tetap disini bersama Kyungsoo."

Kris tidak mampu berargumen lagi. Ia kemudian menghembuskan nafas kasar dan mengalah.

"Baiklah, aku akan tinggal. Pergilah dan tolong temukan Baekhyun."

"Yosh! kajja kita berangkat sekarang Chanyeol-ah.. kita harus cepat." Kaipun beranjak melangkahkan kakinya meningglkan kamar Baekhyun, setelah sebelumnya berpamitan dengan Kyungsoo dan sempat mencuri ciuman singkat dari bibir namja penggila pisang itu.

Chanyeol yang melihat adegan cheesy itu hanya bisa berolling eyes ria dan kemudian mengekori Kai dari belakang setelah sebelumnya ia juga berpamitan dengan Kyungsoo.

.

.

.

.

Hutan lebat Bloody Wood tampak remang walaupun saat Chanyeol dan Kai masuk ke mulut hutan suasana masih terhitung sore. Namun ketika mereka sampai di dalam hutan hanya sedikit cahaya matahari yang mampu menembus lebatnya hutan ini. Hal ini yang menambah sisi keangkeran dari hutan yang berada di daerah Westseven tersebut.

Chanyeol dan Kai mencari gua dimana perkamen itu ditemukan berbekal peta dan kompas yang kini berada ditangan Chanyeol.

"Kau yakin ini jalannya Chanyeol? Kita sudah hampir 2 jam memasuki hutan ini, aku lelah... bisakah kita beristirahat?" tanya Kai yang sudah kelelahan mengikuti Chanyeol yang berpedoman pada arah kemana peta itu membawa mereka pergi.

Chanyeol melirik jam yang ada di pergelangan tangannya 17.25, itu artinya sebentar lagi petang.

"Jika kau ingin istirahat, istirahat saja sendiri. Biar aku sendiri saja yang mencari Baekhyun. Kita tidak punya waktu banyak Kai. Sebentar lagi petang, itu berarti kita harus menemukan Baekhyun sebelum petang." ujar Chanyeol datar dan beranjak pergi meninggalkan Kai yang duduk bersender pasrah dibawah pohon.

"Aish.. Yak Park Caplang! Tunggu!"

.

.

.

.

Sementara itu tak jauh dari posisi mereka sekarang, seorang namja tengah tertatih mencoba berjalan tanpa alas kaki dengan susah payah. Sesekali ia menengok kebelakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Kedua bola mata itu menampakkan ketakutan yang luar biasa. Penampilannya mengenaskan dengan hanya mengenakan piyama atasan saja. Untung saja piyama itu sedikit longgar sehingga menutupi daerah pribadinya sampai ke paha.

Nafas namja itu memburu. Dadanya naik turun tidak beraturan. Keringat dingin mebanjiri pelipisnya. Sesekali ia meringis menahan sakit yang luar biasa mendera perutnya. Perutnya terasa seperti tertusuk ribuan jarum dan panas ketika ia memaksakan diri untuk berjalan lebih cepat. Tak jarang ia menjadikan pohon sebagai tumpuannya berpegangan untuk berdiri.

Satu yang namja manis itu inginkan, mempertahankan kesadarannya dan keluar dari hutan terkutuk itu.

Srakk.. Brukkk...

"AHHKKK..." Ia kembali terjatuh ketika tak sengaja terantuk akar pohon.

Namja itu berusaha sekuat tenaga untuk berdiri, namun badannya sudah diambang batas. Ia lagi-lagi terjatuh lemah. Sungguh ia ingin menangis dan menyerah saat ini, namun suara seseorang yang di kenalnya membuat ia seolah memiliki harapan baru.

.

.

.

"Baekhyun...! Byun Baekhyun! Dimana Kau Bae!" teriak Chanyeol yang menerobos kesemak-semak hutan.

Kai tertinggal dibelakangnya, namun tidak cukup jauh.

Srakkk—

Bunyi daun kering yang diseret membuat Chanyeol menjadi waspada. Ia menajamkan penglihatan dan pendengarannya. sampai—

"Chanyeol..."

Suara panggilan lemah itu membuat Chanyeol mengedarkan pandangannya kesegala arah.

Terlihat didepan sana Baekhyun berjalan tertatih ingin menghampiri dirinya dengan tangan kanan bertumpu pada pohon dan tangan kiri memegang perutnya. Wajahnya pucat pasi dengan mata yang sayu serta ringisan kesakitan yang keluar dari bibirnya.

Selain itu jika dilihat kebawah─ Oh tuhan! Apa yang terjadi dengan dirinya? Ia hanya mengenaikan atasan piyama tidur dan—

Apa itu? Darah pekat terlihat menuruni selangkangan Baekhyun mengalir disepanjang kaki mulus itu.

Baekhyun hampir menggapai Chanyeol sampai—

BRUUKKKKK...

"Baekhyun!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

Leave comment…

See you soon in the next Chapter…

Thankyuuu…

Salam 614 & 137…