Fate/Zero Redemption
.
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto dan Type Moon. Saya hanya meminjam karakter kepemilikan beliau tanpa berniat mendapatkan keuntungan materi sekalipun. Begitu pula dengan para karakter lain yang saya pinjam. Semua pemilik Owner-nya masing-masing.
Presented By : Red Saber-Mordred
Rating : M (For Safe)
Pair : Apa masih perlu dipertanyakan?
Genre : Action, Fantasy, Supernatural, Magic.
Warning : Typo, OOC, HumanNaru!, Bahasa tidak Baku, Alternative Reality, and Etc.
Inspirated By: Fate: Zero Hour Redux by Rein Hellfire
.
.
Summary
Titik awal, titik dimana cerita dimulai, Heaven's Feel keempat. Sebuah kisah tentang para master, para ksatria dan pahlawan. Kisah yang akan menjadi legenda, kisah sedih, yang akan berakhir dengan tragedi, tragedi baik atau buruk. Semuanya akan di tentukan dari jalannya peperangan.
.
.
Opening Theme : FUNKY MONKEY BABYS - Ato Hitotsu
.
.
Chapter 3 First Night: Servant yang penuh akan misteri
.
.
Kiritsugu memandang altar dengan mata terpejam, di samping pria dengan bola mata hitam gersang itu berdiri seorang wanita dengan rambut seputih salju, kulit pucat seputih susu dan mata merah layaknya buah delima.
Keduanya sedang memandang ke depan, tepat pada lingkaran pemanggilan yang terbuat dari timah dan juga perak serta sebuah altar dengan sebuah cawan bening berisi air di atasnya.
Kiritsugu, yang sedang mengenakan jas hitam lengkap memandang sedikit khawatir, berbeda dengan gadis salju, Irisviel, di sampingnya yang memandang lingkaran itu dengan lembut dan ceria.
Beberapa hari yang lalu, di katakan bahwa pihak Einzbern tak dapat menemukan sarung pedang raja Arthur di penggalian Cornwall. Hal itu di sebabkan karena sudah ada orang lain yang mendapatkannya, oleh karena itulah kepala keluarga Einzbern memberikan opsi lain untuk katalis yang kiritsugu gunakan. Yakni sebuah cawan bening dengan air.
Sebenarnya Kiritsugu tidak mengetahui mengapa hanya sebuah cawan bening itu yang menjadi katalisnya guna memanggil servant yang akan menunjang kemenangannya pada perang Cawan Suci ini. Ketika ia mencoba bertanya pada kepala Keluarga Einzbern, pak tua dengan rambut putih itu hanya menjawab ini adalah opsi terakhir yang bisa pak tua itu berikan. Pak tua itu juga mengatakan bahwa cawan bening ini merupakan harta terpenting yang mereka miliki, dan demi memenangkan heaven's feel keempat, dia rela memberikannya kepada Kiritsugu.
Di luar jendela, badai salju telah membekukan segalanya. Suatu malam di musim dingin dengan rasa dingin menusuk ke dalam kulit. Salju menggumpal menutupi tanah. Ruangan itu berada di sebuah kastil tua yang di bangun di atas tanah beku, namun rasa hangat tetap dapat di rasakan oleh api lembut yang menyala di perapian.
Kiritsugu menghela napas, mata hitam redupnya menatap mata merah Irisviel di sampingnya dengan lembut. "Sepertinya ini sudah mencapai waktu yang tepat, aku akan menyelesaikan ritual pemanggilan ini dulu." Kata pria itu, yang lalu berdiri dan menghampiri lingkaran itu.
Irisviel mengangguk lembut pada pria yang ia cintai ini. "Kiritsugu, di waktu seperti ini sepertinya Illya sudah tidur nyenyak," Wanita itu lalu tertawa pelan, sungguh elegan. "Lakukan, anata, buat impianmu itu menjadi nyata, impian dimana semua orang hanya tersenyum bahagia, dunia tanpa rasa sakit dan kesedihan. Itu adalah impian mu."
Mendengar nama anaknya di sebut tak ayal membuat Kiritsugu tersenyum tipis. Benar kata Irisviel, dia harus segera menyelesaikan ini kemudian segera menemani Illya tidur. "Mantera ritual pemanggilan ini tidak cukup rumit, aku kan segera menyelesaikannya."
Kiritsugu melantunkan nyanyian berupa mantera pemanggilan. Bersamaan dengan itu, sirkulasi syaraf yang mengaliri prana pada tubuh Kiritsugu menjadi menegang dan terasa berdenyut. Beberapa detik pun berlalu, dan Kiritsugu masih tetap pada posisinya, melantunkan mantera pemanggilan.
Setelah sudah sampai pada bait terakhir, ledakan energi tercipta dengan meninggalkan kepulan asap putih yang mengganggu mata. Kiritsugu dan Irisviel memandang penasaran, karena ritual ini ternyata berhasil.
Kabut masih tebal, sama seperti awan di siang hari. Namun tanda-tanda akan figur seseorang sudah nampak di mata, menampilkan figur seseorang berpostur cukup tinggi. Namun hanya itu yang terlihat, Kiritsugu masih menunggu sampai asap itu menghilang sepenuhnya.
Dua puluh detik berlalu, dan kini asap putih menghilang sepenuhnya. Sosok yang ada di sana berdiri dengan tegap, dia merupakan seorang pria. Dia memakai jubah biru gelap dengan lengan dan kakinya sebagian besar tetutupi oleh perban putih bersih. Bandana biru tua terpasang di kepala namun masih nampak jelas bahwa pria itu memiliki rambut berwarna hitam kelam. Masker hitam digunakan untuk menutupi wajahnya, namun iris mata merah menyala dengan tiga buah tanda layaknya koma [tomoe] yang di hubungkan oleh lingkaran garis hitam tipis, memandang Irisviel sejenak sebelum memandang Kiritsugu dengan tajam.
Pada kenyataanya Kiritsugu terkejut dengan wujud itu, apalagi ketika dia merasakan kekuatan yang luar biasa dari pria itu.
Sosok itu berjalan menghampiri Kiritsugu, dan dengan beberapa langkah yang terdengar, servant misterius itu memberikan ucapan pertamanya.
"Saya bertanya ... Apakah anda yang menjadi master saya?"
.
.
.
Jalanan terlihat sangat sepi. Tiada sesiapapun di sini, hanya sapuan angin malam yang cukup menyengat kulit. Tidak biasanya jam segini kota menjadi sangat sepi. Namun sepertinya malam ini adalah pengecualian. Bahkan langit pun juga ikut sepi, tiada cahaya bintang yang terlihat, hanya gumpalan awan malam dengan bulan yang menampakkan dirinya malu-malu.
Dan diantara jalanan raya yang sedang sepi itu terdapat dua orang berambut pirang yang sedang berjalan santai. Sang pria mengenakan pakaian kameja putih dengan celana jeans hitam, sedangkan sang wanita mengenakan jubah hitam tanpa hodie.
"Jadi Saber, apa kau sudah memaafkanku atas kejadian kemarin?"
Arthuria memberikan tatapan sinis pada Naruto, sebelum menggeleng dan mengalihkan perhatiannya. "Tidak, andai saja bisa dan kau bukanlah masterku. Maka akan aku pastikan, aku kan memberikan siksaan berat padamu, Naruto."
Naruto menghela napas. Sepertinya memasak makanan enak untuk Arthuria masih belum bisa mengubah moodnya. Dan itu membuat kepala Naruto menjadi sedikit pusing, bagaimana lagi caranya merayu Arthuria?
Suasana kembali diam, sampai suatu ingatan masuk ke dalam kepala kuning Naruto. Membuat pemuda itu memegang bahu Arthuria yang sedikit mengejutkan servant itu.
"Naruto, apa yang ..."
"Aku merasakannya. Salah satu dari klon ku melihat sebuah pertarungan di dermaga, dan di antaranya adalah pria menyebalkan itu, Kayneth El-Melloi Archibald." Tukas cepat Naruto memotong perkataan Arthuria.
Mata hijau Arthuria bersinar dengan cepat, memperlihatkan kilatan bening yang menunjukan keberanian dari Ksatria. "Sebuah pertarungan, kah? Apa kita harus terlibat di dalamnya?" tanya Arthuria yang di jawab gelengan kecil oleh Naruto.
"Tidak, kita hanya akan mengobservasi saja. Ada kalanya informasi akan menjadi sangat berguna." Ucap Naruto membalas. Dia lalu tersenyum tipis sebelum melanjutkan. "Namun, jika ada hal yang tak terduga, mungkin kita bisa sedikit menunjukan kekuatan tempur kita."
Arthuria mengangguk kecil, namun sedikit senyum juga terlukis di wajahnya. Jarang-jarang Masternya ini bersikap bijak seperti tadi. Hmm ... sepertinya ia harus menulis ke diary nya mengenai hal tersebut.
"Kau benar, Naruto. Jika kita terlibat berarti kita hanya akan menganggu dan menghalangi duel terhormat antar servant. Aku tak ingin menganggu duel terhormat seperti itu." Tukas Arthuria. Dia lalu melepaskan jubahnya, jubah hitam yang menutup pakaian beserta armor tempur lengkap yang terpasang di setiap sisi tubuhnya. Sedikit armor minimalis pada lutut dan siku bersinar di terpa cahaya lampu jalan.
Melihat hal ini, membuat Naruto menatap bingung dengan kedua bahu terangkat. "Aaa, Saber. Mengapa kamu melepaskan jubahmu?" tanya magus pirang itu. Sedangkan Arthuria hanya memberikan helaan napas ringan.
"Jubah itu membuatku sedikit panas, dan hanya akan menjadi pengganggu ku saja." Jawab Arthuria dengan agak cuek.
Naruto memiringkan kepalanya. Sungguh perubahan yang terjadi pada servant ini sangatlah besar, karena dulu pada saat masih awal di panggil, Arthuria merupakan sosok servant yang sangat dingin dan sedikit berbicara. Namun kini berubah menjadi servant yang sedikit cerewet jika di bilang. Naruto bertanya dalam hati, apa yang terjadi pada Saber?
"Saber, kau sudah terlihat berbeda sekarang."
"Ha?! Maksudmu?"
Naruto tersenyum dengan mata terpejam, dia menyukai perubahan ini. Entah mengapa, namun itulah kenyataannya. "Tak ada, hanya sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berubah." Kata Naruto lembut, dan kelembutan itu membuat Arthuria bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah perubahan itu mengenai ... Sudahlah, menurut Arthuria master bodoh itu tak mungkin menyadarinya.
Mendesah pelan dalam malam, Arthuria memulai langkah kakinya. Satu langkah di depan Naruto. "Jika hanya untuk mengobservasi, maka kita membutuhkan tempat yang cocok. Jadi, menurutmu di mana tempat itu?"
Naruto memegang keningnya, mencoba mengingat setiap informasi yang klonnya berikan. Dan bingo, dia tahu dimana tempat itu, tempat yang sangat cocok untuk mengawasi setiap sisi dan sudut kota ini.
"Bagaimana dengan jembatan fuyuki, ideal bukan? Karena tempatnya yang lumayan dekat dengan dermaga dan juga memiliki tinggi yang lumayan."
Arthuria berpikir sejenak, mencoba memikirkan gagasan dari masternya. Mengingat akan bentuk jembatan panjang itu membuat Arthuria bergumam sambil mangguk-mangguk kecil. Tempat yang tinggi merupakan tempat yang bagus dalam mengawasi medan perang, sama seperti benteng, jembatan Fuyuki merupakan tempat yang sangat ideal, benar kata Naruto.
"Baiklah, itu gagasan yang bagus. Kita akan ke sana sekarang."
-Dan dengan angin malam yang bertiup kuat di atas taman di daerah Shinto di samping kiri. Naruto dan Arthuria berangkat menuju jembatan Fuyuki, tempat dimana suatu kejutan akan datang pada mereka. Laksana sebuah gelapnya misteri.
Dan ... Gelapnya misteri kejahatan bisa di bongkar ilmu pengetahuan. Forensik dapat menjelaskan yang buram, mengangkat bukti-bukti yang karam. Di tengah pusaran kegelapan, kejahatan kerap dimaklumi sebagai kewajaran. Dan apakah perang ini bisa di golongkan sebagai kejahatan? Tak ada yang tahu, namun satu yang pasti, jalannya peperangan akan menghadirkan berbagai misteri baru yang entah baik atau buruk, namun akan sangat berpengaruh besar pada perubahan dunia.
.
.
.
"Saber, sepertinya kita sedikit terlambat." Naruto berdiri pada ujung tiang lampu jalan, menatap sedikit tajam ke arah bagian atas dari jembatan Fuyuki. Tepat di sana dia bisa melihat dua sosok, satu siluet pria tinggi besar bagai raksasa, satunya pria muda yang Naruto ketahui namanya sebagai Waver Velvet.
Naruto sedikit terkejut ketika mengetahui servant yang di panggil oleh anak kurang berpengalaman itu terlihat cukup kuat, bahkan dari tampangnya sudah terlihat seperti seorang yang buas layaknya singa jantan. 'Ini akan menjadi sangat menarik.' Ungkap Naruto dalam hati.
Arthuria menggeleng kecil, Masternya ini benar-benar bisa dikatakan sebagai manusia abnormal, atau berbeda dari kebanyakan manusia lainnya. Kemampuan dapat mengeluarkan klon, berjalan di atas air, berjalan dengan santai pada bidang lurus ke atas, dan bahkan berpijak pada langit-langit rumah. Itu benar-benar masuk ke dalam kategori tak mungkin untuk para magus, bahkan untuk sekelas magus tingkat [S] sekalipun. Arthuria memang mengetahui bahwa masternya bukan berasal dari dunia ini, namun melihat kemampuan masternya, Arthuria tak yakin apa masih ada yang jauh lebih kuat dan lebih hebat lagi di luar sana.
Arthuria sama seperti Naruto, berdiri pada tiang lampu layaknya burung gagak pada dahan pohon. Menatap arah yang sama, namun dengan kilatan mata berbeda.
"Jadi, bagaimana, Naruto? Apa kita harus membereskannya?" Arthuria bertanya, dengan pertanyaan itu, dia bisa merasakan darahnya mulai mendidih untuk kembali bertarung. Sebagai seorang ksatria, itu adalah hal yang lumrah. Terlebih servant berotot besar itu terlihat kuat dari fisiknya yang tinggi besar.
Naruto menghela napas, mendesah lelah walaupun sebenarnya dia tak lelah sih. "Dibandingkan mencari perkara, lebih baik kita menghindar saja, Saber." Arthuria mendesah pelan mendengarnya, seharusnya dia sudah tahu akan ini. "Lagipula kita masih belum tahu bagaimana kekuatan penuh dari Rider." Lanjut Naruto, namun Arthuria sedikit terkejut mendengarnya.
"N-Naruto, darimana kau tahu bahwa yang duduk di atas sana adalah Rider? Kau belum pernah bertemu dengannya kan?"
Tanya Arthuria bingung, diam karena terkejut kalau Naruto tahu akan klasifikasi dari servant itu. Ini adalah kemampuan prediksi yang luar biasa jika terbukti benar.
"Ini hanya sebatas asumsiku, karena satu klon yang mengawasi sementara pertarungan di dermaga sana memberikan informasi bahwa Kayneth memiliki servant dengan class Lancer, sedangkan yang satunya dari pihak Einzbern yang masih misterius akan identitasnya."
"Sudah kuduga, biasanya kemampuan menebakmu itu tingkat kebenarannya sangat tinggi, Naruto." Gadis pirang bermata hijau berkata dengan puas. "Sekarang, apa kita kan mengawasinya dari tempat klon mu berada itu saja?"
Naruto mengangguk, menyetujui apa yang di katakan oleh Arthuria. "Sepertinya bisa. Tempatnya berada di dek kapal di bagian tenggara dari tempat pertarungan, cukup dekat sih." Kata pemuda pirang itu, dia lalu berkata pada Arthuria, meelanjutkan yang tadinya tertunda. "Aku bisa langsung menteleportasi kita ke sana sekarang."
Arthuria mengangguk, keduanya lalu melompat ke tanah, saling berdekatan, saling menghampiri. Gadis pirang bermata hijau itu kemudian berpegangan erat pada Naruto. Memberikan senyuman tipis yang tak Naruto perhatikan, namun terlihat tulus. Hingga semuanya hanya tinggal kilatan kuning emas yang menyambar, kedua pirang itu hilang dalam malam yang kelabu.
.
.
.
Di sana, tepat di atas dermaga, duah figur baru saja menyelesaikan beberapa bentrokan, saling berhadapan. Yang mana satunya memegang dua buah tombak iblis, sedangkan yang lainnya hanya dengan tangan kosong. Dan ini untuk yang kedua kalinya Naruto dan Arthuria melihat dan mengamati pertarungan antar servant.
Lancer dan servant yang cukup misterius.
Naruto tak dapat melihat dengan jelas akan seperti apa wajah dari servant berjubah hitam dengan bandana hitam itu, namun dia dapat merasakan kekuatan yang cukup kuat dan terasa bergejolak membara yang berasal dari sana. Sedangkan yang satunya lagi merupakan figur pria yang cukup tampan, dengan mengenakan pakaian dark teal, dan dua tombak yang di bungkus di perban layaknya mumi, satu merah darah dan satunya kuning keemasan.
Dari tempat mengobservasi, di atas dek kapal, Naruto dan Arthuria menatap dengan minat pada duel ini.
"Wajah mistik, dengan wajah dan tahi lalat itu. Dia memiliki wajah yang bisa menarik para gadis, ini merupakan kemampuan mistis." Gumam Arthuria, sedangkan Naruto yang mendengarkan hanya mengangguk kecil.
"Begitu, menarik. Tapi sepertinya masternya sedang bersembunyi. Sama seperti cacing yang bersembunyi dalam tanah heeh."
Naruto lalu mengalihkan pandangannya pada yang satunya, yang hanya bisa ia lihat bagian belakangnya saja. Dan sedikit di belakang servant misterius itu adalah wanita yang Naruto temui kemarin malam, wanita yang sebenarnya merupakan Homonculus Einzbern. Di ciptakan langsung melalui sihir dan penelitian forensik dari keluarga Einzbern.
Sebagai salah satu dari tiga keluarga pendiri, Einzbern tidak dapat di remehkan begitu saja.
.
.
.
"Kau cukup teliti ternyata, dan sepertinya aku harus memujimu." Ksatria bertombak dengan armor minimalis hijau teal bergumam dengan senyum. "Kau bahkan bisa menghindari semua serangan cepatku tanpa tersentuh sedikitpun." Lanjut pria tersebut.
Namun pria berjubah hitam di hadapannya hanya diam, dan itu membuat Lancer sedikit jengkel mengingat diam tanpa membalas ucapan sama saja meruntuhkan harga dirinya sebagai Ksatria. Apalagi sekarang mereka dalam keadaan berduel, dan servant di hadapannya ini sama sekali belum menunjukan kemampuannya, dari tadi hanya dapat menghindar dan mengelak saja layaknya seorang pengecut.
"Lancer, kau sudah cukup bersenang-senang. Sekarang, akhiri pertarungan ini dengan cepat. Kau ku izinkan menggunakan harta mulia mu."
Suara yang entah darimana asalnya, terdengar memerintah dengan keras. Dan setelah itu, Servant Lancer mengangguk dengan mantap, lalu tersenyum misterius pada servant berjubah hitam.
"Saya mengerti, master." Tukas Lancer singkat.
Lancer lalu melemparkan tombak emasnya ke tanah, meninggalkan tombak merah yang memiliki panjang lumayan pada tangannya.
Dan bersamaan dengan itu, ikatan dan lilitan pada tombaknya terbuka, terlepas, dan lenyap. Membuat aura merah yang haus akan darah memancar dan mengoar dari tombak itu. Aura iblis yang membara, bergelora dalam lingkupan udara.
Lancer menatap tajam pada pria berjubah, tepat pada mata merah menyala. "Aku akan membunuhmu sekarang. Setidaknya, bisa kah kau mengatakan nama dan kelasmu. Aku memintanya dengan jalan ksatria yang ku pegang."
Pria berjubah menyiapkan sebuah segel tangan. Dia hanya diam, tidak tertawa ataupun bicara. Hanya bersiap akan serangan yang akan datang padanya. Hingga akhirnya dia pun bersuara, suara yang tak berat namun juga tak halus, suara layaknya seorang pria dua puluh tahunan. "Tak ada yang perlu kamu ketahui mengenai diriku, tak akan ada gunanya untukmu."
Bersamaan dengan suara hembusan angin yang bertiup tegang. Percikan listrik terbentuk pada kedua tangan pria berjubah, semakin memanjang hingga membentuk sebuah pedang listrik dengan suara gemuruh petir layaknya kicauan burung.
Di sisi lain tempat dimana Naruto dan Arthuria berada, Naruto menjadi terkejut setelah melihat kemampuan dari servant pria berjubah ini. Ini aneh karena ia mengenali teknik ini.
Lancer menggertakkan giginya geram, seorang servant yang bahkan tak mengetahui apa itu jalan seorang ksatria. Sungguh memalukan dan memuakkan baginya. "Baiklah, pahlawan yang tak di kenal. Aku memang tak mengetahui siapa dirimu, namun satu yang aku tahu ... Kau akan mati malam ini."
Satu hentakan kaki pada aspal di atas tanah tempat berpijak. Keduanya kembali berhadapan, bersamaan dengan teriakan perang.
Lancer dengan tombak merah darah memancarkan aura kematian yang menjanjikan terlebih dahulu mencoba menusuk pria berjubah menggunakan tombaknya. Gagal, di karenakan pria berjubah itu terlebih dahulu merunduk sedetik sebelum tombak itu menusuknya dan memberikan serangan balasan menggunakan pedang listrik di tangan kanan, mencoba memberikan tebasan diagonal bawah ke samping kiri atas.
*Tap*
*Wush*
Lompatan kebelakang di lakukan Lancer setelah merasakan aura kematian yang siap menebas tubuhnya. Lancer lalu menatap tajam, pria ini, pria di hadapannya ini memiliki kekuatan listrik yang bisa memotong dan menyengatnya kapan saja. Dia harus berhat-hati akan itu.
"Seperti yang ku duga, kau memiliki kemampuan yang sangat baik." Lancer menyeringai, rasanya prana dalam tubuhnya benar-benar berdesir kuat setelah mendapatkan lawan yang cukup menarik.
"..."
Pria berjubah tak membalas ucapan Lancer. Dia hanya diam dengan menyiapkan kuda-kuda bertarungnya; Kedua tangan yang di rentangkan ke samping yang mengeluarkan suara gemuruh petir dengan listrik yang menyala-nyala.
Lancer yang memutar-mutar memainkan tombak merah pada tangannya kini berinisiatif menyerang terlebih dahulu. Lagipula di bandingkan dengan menyerang, ini lebih tepat di katakan sebagai mengobservasi kemampuan lawan guna mencari titik buta ataupun celah dari teknik yang di gunakan.
*Slashh*
Suara nyanyian kematian menjadi simfoni ketika logam-logam melewati udara dan mengincar titik vital dari pria berjubah. Namun beberapa kali pun, pria berjubah itu mampu menghindari serangan cepat dari Lancer dengan sangat mudah. Dan sesekali memberikan serangan balik yang cukup mematikan juga.
Meskipun serangan cepat berupa tusukan-tusukan di lakukan oleh Lancer, heroic spirits tak di kenal itu dapat dengan mudah melihat celah dan menghindarinya. Tombak memiliki keterbatasan, karena memiliki ukuran yang panjang, sebuah celah besar akan terlihat di antara dua serangan berikutnya. Itulah yang di manfaatkan oleh lawan guna menyerang balik yang bahkan langsung mengarah ke bagian vital dari Lancer.
"Tch ..." Lancer mendengus kesal. Dia heran, mengapa servant itu hanya menghindari serangannya, bukannya menangkis menggunakan pedang petirnya. Dia mengambil jarak cukup jauh dari servant berjubah hitam, mencoba memikirkan bagaimana serangan selanjutnya.
"Kau pasti bingung, mengapa aku tidak menangkis serangan tombakmu menggunakan teknik ku, bukan?"
Lancer tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Namun sebagai seorang ksatria, dia mencoba untuk tetap tenang. Menyingkirkan sedikit pemikiran tak rasional dalam kepalanya, yang mengatakan darimana dia mengetahuinya.
"Instingmu cukup akurat." Lancer menyeringai sebelum mengambil beberapa langkah ke depan. "Aku memang penasaran, mengapa kamu tidak menangkis serangan dariku." Kata Ksatria teal tersebut.
Menyikapi perkataan dari Lancer, servant misterius itu menyeringai di balik masker. "Tombak merah yang bisa mematahkan segala sihir, dan tombak emas yang bisa menyebabkan luka abadi yang tak bisa di sembuhkan ... Tahi lalat di bawah mata kanan. Bagaimana aku tak mengenal dirimu, Ksatria Fianna, Diarmuid Ua Duibhne."
Tak ada yang dapat menutupi rasa terkejutnya ketika servant misterius itu mengatakan hal demikian. Hal yang menjadi fakta mengenai identitas asli dari Lancer. Ksatria yang memegang tombak merah crimson [Gae Dearg] dan tombak emas berkilauan [Gae Buidhe], Ksatria dari Fianna yang terkenal sangat loyal dan menawan, Diarmuid.
Di sisi lain dengan wajah yang mengeras di balik bayang-bayang malam, Kayneth menggertakkan giginya kuat.
"Keparat!"
Sementara itu, di tempat yang lain ...
Sensasinya tak berubah sama sekali. Seratus meter ke depan merupakan pertarungan yang menarik antar dua heroic spirits, meninggalkan indikasi laksana sebuah provokasi bagi kedua pirang yang berada di atas dek kapal di atas air pelabuhan Fuyuki.
"Apa?! Dia mengetahuinya, servant misterius itu mengetahui identitas asli dari Lancer." Ucap terkejut dari Naruto.
Servant misterius yang tahu akan jati diri servant lainnya. Siapa yang tidak terkejut akan itu. Naruto Saja yang sejak tadi mengobservasi pertarungan tidak mengetahui identitas dari Lancer. Ini sangat berbahaya, bisa saja dia juga mengetahui identitas dari Arthuria, maka Naruto mengasumsikan bahwa peranng ini menjadi sangat berat.
Einzbern dengan servant superior miliknya akan menjadi momok menakutkan bagi Naruto.
Arthuria yang sebelumnya juga terkejut berdehem sebentar, mencoba untuk tetap tenang. "Oke, sekarang yang menjadi masalah kita sepertinya servant misterius itu." Arthuria lalu menatap tajam ke arah dermaga, tepat pada servant berjubah hitam. "Naruto, aku bahkan tak dapat melihat statistik-nya, dia benar-benar servant tingkat tinggi. Jadi menurutmu dia memiliki kelas apa?"
Naruto mengangguk, lalu mencoba melihat dengan intens ke arah servant yang sama. "Kau benar, Saber. Statistiknya seperti tertutup oleh sesuatu yang sangat kuat. Dan jika aku berpendapat, sepertinya Caster merupakan kelas yang cocok untuknya." Ucap magus pirang itu seraya memijit pelan pada dagunya.
"Caster?" Arthuria bergumam heran. "Apa kau yakin? Dengan gaya bertarung layaknya seorang ksatria seperti tadi?"
"Hmm ..." Naruto bergumam, lalu mengangkat kedua bahunya seraya berkata. "Lalu apa lagi, kita sudah tahu beberpa identitas dari para servant lainnya, Archer, Lancer, Rider dan Assassins. Dan jika dia adalah seorang Berserker, maka tak mungkin dia bisa berbicara dengan fasih seperti itu."
Benar kata Naruto. Servant pada umumnya di bagi menjadi tujuh kelas; Tiga Ksatria utama, Saber, Lancer dan Archer. Lalu di ikuti oleh empat servant mid-low class; Rider, Berserker, Caster dan Assassins. Dan ada beberapa hal yang mempengaruhi class dari servant ini, terutama Legenda dari heroic spirits itu, [Mad Enhancement] yang biasanya hanya ada pada Berserker.
Arthuria mengangguk setuju. "Kau benar, Naruto. Namun ini masih membuatku bingung."
Mendengar ucapan Arthuria membuat Naruto terkekeh kecil. "Khehe ... Kau tahu, Saber. Aku pun juga sedang bingung." Lalu Naruto melihat sebuah kereta terbang yang sedang melaju menuju medan pertarungan, dengan segera Naruto memberi tahu Arthuria akan itu. "Saber, sepertinya Rider dan juga master kecilnya sudah memulai debutnya."
"Yah ... Mengganggu duel terhormat antar ksatria, sungguh tindakan yang bodoh sekali." Tukas Arthuria, dia lalu menyiapkan peralatannya, bersiap untuk bertempur dalam perang.
Naruto juga sama, dia memeriksa beberapa peralatannya yang ada pada kantung kecil di belakang. Sepertinya, sudah saatnya bagi dia dan Arthuria untuk menunjukan kemampuan.
"Keadaan mulai memanas, sepertinya kita harus segera bertindak, Saber." Dia lalu menyentuh bahu Arthuria, membuat figur gadis pirang itu menoleh padanya. "Ingat perkataanku, Saber. Bagimanapun keadaannya, bagaimanapun kekuatan tempur yang di miliki musuh. Jangan diremehkan, burung tanpa sayap tak bisa lagi disebut sebagai burung, ksatria tanpa hormat tak bisa lagi di sebut sebagai ksatria."
Naruto dan Arthuria sama-sama tersenyum, sebelum bersama-sama mengatakan kalimat yang sama.
"Kendarai sepi, rajai mimpi. Simpan api untuk esok yang lebih besar."
.
.
.
Ketika Lancer yang mulai sadar dari keterkejutan besarnya, bersiap untuk mengeluarkan suara. Sebuah suara gemuruh petir terdengar nyaring menggetarkan telinga. Sebuah objek terbang bergerak lurus melintasi langit malam menuju lokasi mereka, menumbahkan semburan petir bunga api ungu pada jalan yang di laluinya. Suara yang tak di ragukan lagi, suara yang di ciptakan oleh objek itu
"R-Rider?!" Irisviel tertegun saat dia mengatakan dengan shock.
Gemuruh suara petir mengelilingi kereta yang di tarik oleh dua ekor lembu jantan dengan interior bangsawan. Memercikkan petir ungu yang menyebar seperti jaring, menggulung di atas langit dengan suara yang memekakkan telinga.
Dan tanpa rasa ragu sedikit pun, seorang master dan servant baru, memasuki medan peperangan dan mengganggu duel dari dua servant di hadapannya. Berhenti tepat di tengah-tengah antara Lancer dan The Mysterious Servant.
Dan di atas kereta tersebut, di kemudikan oleh seorang pria besar dengan jubah merah dan baju besi perunggu dengan potongan sedikit kayu di bagian kedua sisi tubuh yang membuat bagian tangan berototnya terbuka dan terekspos jelas. Sedangkan di sampingnya merupakan figur pria kecil, dengan rambut hitam kehijauan yang memiliki panjang sebahu, mata hitam dan juga sebagian rambut yang membingkai wajahnya.
"Kalian berdua, tahan setiap tebasan tombak dan pedang kalian di hadapan seorang Raja."
Suara yang di keluarkannya nyaris sama dengan kerasanya suara halilintar yang di pancarkan saat dia mengendarai kereta di udara. Tatapan percaya diri yang menyala-nyala, membuat Lancer mengeluarkan sedikit keringat dingin di pelipis.
"Petir? Seorang dewa dari Olympus kah?" Di tempat yang lain, di tempat yang tersembunyi, seorang pria yang memegang sebuah senjata api berjenis [Steyr AUG], Emiya Kiritsugu, mengatakan dengan khawatir. Dalam bayangannya, jika memang benar orang itu adalah The God of Thunder, Zeus, maka ini akan menjadi perang yang sangat menakutkan. Namun, ini hanyalah spekulasinya saja.
Kembali pada medan perang, yang mana saat ini Lancer masih shock dan sedikit terkejut. Disamping itu, Heroic Spirits tak di kenal hanya memandang dengan datar dengan mata merahnya. Dia tidak tertarik sama sekali dengan kehadiran servant baru ini.
"Namaku adalah Iskandar, King of Conquerors! Aku berpartisipasi dalam perang cawan suci ini dan menerima kelas sebagai Rider!"
Dan dalam keheningan yang cukup lama itu, semua figur yang ada mendadak sweatdroped. Dalam perang cawan suci [Heaven's Feel], seharusnya seorang servant jangan sampai mengatakan identitas aslinya, karena itu bisa menjadi kunci utama dalam mengatur strategi dalam pertarungan.
Mendengar pernyataan dari servant yang dia miliki, Waver Velvet, remaja yang di rundung kegelisahan ini berteriak pada servantnya. Dia menarik-narik mantel merah yang dikenakan sang raja penakhluk.
"Apa yang kamu lakukan! Bodoh!"
Hanya sebuah sentilan pada dahi yang pria kecil itu terima, dan seketika dia terdiam berhenti berteriak. Rider lalu melihat dengan bergantian menuju dua heroic spirits di hadapannya.
"Takdirlah yang mempertemukan kita untuk bertarung demi memperebutkan Cawan suci. Namun, sebelum pertumpahan darah terjadi, aku akan memberikan sebuah tawaran kepada kalian. Bagaimana kalau ..." Pria besar itu tersenyum, memperlihatkan setiap gigi besarnya yang tersusun rapi. "Kalian serahkan saja Cawan Suci padaku, dan menjadi bagian dari pasukanku?!"
Lancer berkedip, dan servant lainnya masih menatap datar.
Iskandar [King of Conquerors]. Dia memang roh pahlawan yang luar biasa pada masa kejayaannya. Tidak ada manusia lain yang sama seperti dia dalam sejarah manapun, begitu penuh ambisi dan keinginan tinggi untuk menakhlukan dunia.
Namun, saran dari Rider sepertinya tidaklah cukup baik untuk di terima. Dia tiba-tiba datang mengganggu duel terhormat, dan dengan bangga pula mengungkapkan jati dirinya lalu menuntut orang lain untuk menghormatinya sebelum ia mengeluarkan kemampuannya dalam pertempuran.
Lancer terlebih dahulu mengeluarkan suaranya. Dia menggelengkan kepalanya pelan dengan sebuah senyum pahit di wajah. "Aku mengakui keberanianmu untuk menyatakan identitasmu itu, namun ... Aku menolaknya, kesetiaanku terletak pada masterku, bukan kepada mu."
Servant yang lain memilih untuk mengeluarkan suaranya juga. Namun, sedikit seringai tipis dia keluarkan di balik maskernya. "Tujuanku bukanlah tujuanmu, apa yang akan ku lakukan tidak ada kaitannya sama sekali denganmu, aku menolaknya."
Iskandar menghela napas, tak lupa juga dia memijit kening mengkerutnya menggunakan jari-jari tangannya yang besar. "Sepertinya negosiasi ku gagal ..." Ucap Iskandar dengan lelah, meskipun dia tetap mempertahankan sikapnya yang bisa di bilang agung.
Hening cukup lama dengan Lancer yang memberikan tatapan permusuhan pada Iskandar dan si jubah hitam, Irisviel yang hanya memandang takjub para roh pahlawan di hadapannya dan Waver yang menarik-narik mantel Iskandar dengan menggerutu.
Namun ... Sebuah suara yang sama dengan suara yang memerintahkan Lancer sebelumnya muncul kembali. Suara yang tak di ketahui darimana asalnya, dan suara yang membuat Waver ketakutan karena ia kenal siapa pemilik suara ini.
"Jadi kaulah orangnya, Waver Velvet. Orang yang telah mencuri katalisku."
Iskandar memandang ke sekitarnya, memandang jika saja ia bisa menemukan darimana asal suara itu. Sedangkan Waver masih ketakutan dengan mata membola, melihat kesana-kemari dengan keringat dingin membanjiri tubuh.
"Waver Velvet ... Kegilaan apa yang membuatmu sampai berani untuk mencuri relik miliku. Aku tak menyangka, ternyata dirimu ikut serta dalam perang cawan suci ini."
Waver mendengar seseorang memanggil namanya dengan penuh kebencian, dan itu membuat dirinya menjadi takut ... Takut akan setiap suara yang di keluarkan oleh orang yang merupakan gurunya tersebut, Kayneth El-Melloi Archibald.
Semuanya tetap berlanjut, Kayneth yang tetap memberikan ucapan yang menimbulkan ketakutan pada Waver. Begitu mengiris, menghancurkan, menusuk mental seorang Waver Velvet. Sehingga remaja itu harus menutup telinganya dengan keras dan berusaha untuk mengalahkan ketakutannya sendiri.
Sampai ketika suara itu hilang, Iskandar membuatkan pernyataan yang bisa membuat konfrontasi di antara dia dan masternya yang sebenarnya.
"Sepertinya, master-ku yang sebenarnya bukanlah bocah ini, melainkan kau." Iskandar lalu menyeringai, dan mengeluarkan gemuruh suaranya yang bahkan bisa mengalahkan suara gemuruh petir. "Sungguh menyebalkan, kau tidak akan pernah bisa menjadi master-ku. Hanya orang yang berani naik bersamaku ke medan tempurlah yang memiliki hak untuk itu. Bukannya seseorang pengecut yang hanya bisa bersembunyi seperti tikus dalam tanah."
Diam ... Sampai akhirnya hanya gemuruh suara kemarahan yang penuh akan emosi dari Kayneth El-Melloi Archibald. Mendidih bagaikan air yang baru di panaskan di dalam kompor. "Beraninya kau! Keparat."
Iskandar mengabaikannya, dan lebih memilih untuk mengungkapkan pernyataan yang bisa membentuk sebuah konfrontasi baru. Dia tertawa lepas menuju langit malam yang kelam, tawa mengaum yang aumannya bahkan lebih agung di bandingkan auman seekor singa.
"Keluarlah kalian semua yang bersembunyi di balik bayang-bayang malam. Roh pahlawan yang di panggil dalam perang cawan suci, berkumpul dan tunjukan keagungan kalian di sini! Untuk para pengecut yang takut menampilkan wajah mereka. Aku, Iskandar, sang Raja Penakhluk, aku ingin kau menunjukan wajahmu segera."
Pernyataan dari Iskandar [Rider] dapat di dengar dengan jelas oleh Naruto yang berada di pelabuhan tak jauh dari sana, tepat di atas dek kapal yang memberikan tatapan serius untuk itu.
"Dia menarik, namun juga sedikit bodoh."
Arthuria bergumam pelan, dan hanya di jawab anggukan kecil oleh Naruto.
"Yah ... Orang bodoh yang menakhlukkan dunia, benar-benar orang yang menarik." Sambut Naruto menanggapi perkataan Arthuria.
Kembali ke medan pertempuran, Diarmuid [Lancer] memberikan tatapan heran pada sikap aneh Rider, sebelum ia memutuskan untuk bertanya dengan suara ringan. "Siapa yang kau ajak bicara, Rider?"
Rider hanya memberikan sebuah senyuman lebar, pria besar yang memiliki otot mengagumkan itu lalu menatap ke arah beberapa tempat yang di curigainya memiliki aura prana yang meyakinkan.
"Sungguh memalukan, sungguh memalukan ... Setelah apa yang kalian dua perlihatkan, dan dengan berkumpulnya para roh agung di kota fuyuki, sudah menjadi hal yang lazim prana yang kalian keluargkan untuk mengundang beberapa peserta lainnya."
Dan dengan pernyataan itu, sejumlah titik emas yang menyebar layaknya debu membentuk menjadi sebuah bentuk humanoid dengan figur seorang Raja yang di penuhi oleh kilauan emas menyilaukan, yang memberikan kegemparan pada malam pertama peperangan.
Dan di dalam kegelapan yang lain, berada di antara bayang-bayang bangunan dermaga. Kayneth yang sebelumnya sedikit kesal kini menjadi tercengang. "Itu adalah servant yang membunuh Assassins."
Semua sosok yang ada di dermaga memberikan tatapan khawatir, menatap figur dari sosok yang di penuhi oleh kilauan emas sebagi lambang seorang Raja sejati.
Archer, semenjak pria berperawakan rambut ppirang menyala layaknya api ini hadir, dia memberikan tatapan sinis menuju orang yang mengaku sebagai Raja penakhluk, Iskandar. "Aku tidak menyangka akan ada orang bodoh yang memiliki kesombongan dan mengaku sebagai seorang Raja, padahal hanya ada satu Raja yang berhak memimpin di dunia ini, yaitu adalah aku."
Untuk kata-kata pertamanya, Roh Pahlawan emas tampak sangat tidak senang, mencemooh dari atas tiang jalan pada tiga servant dengan sorotan mata sinis. Bahkan kesombongan dalam intonasinya sebanding dengan kesombongan Rider, tetapi lebih bersifat murni dan tak di buat-buat.
"Aku adalah Iskandar, orang yang terkenal di seluruh penjuru dunia. Seluruh dunia mengenalku dengan nama, Raja Penakhluk."
Namun Roh pahlawan emas memberikan pernyataan dengan intonasi lebih sombong lagi. "Bodoh. Hanya ada satu pahlawan dari Surga yang kekal dan Bumi yang fana, yang menjadi Raja sejati yang berhak memimpin dunia, itu adalah aku. Sisanya adalah kumpulan cacing yang hanya bisa menggeliat di dalam tanah."
Namun, ketika kedua pria itu beradu dalam argumen akan siapa sosok Raja yang sebenarnya. Mereka di kejutkan dengan tiga sosok yang hadir dalam pembicaraan mereka. Dua dengan kilatan emas yang menyala-nyala mengutuk tanah entah berantah, memperlihatkan dua sosok yang mana satu adalah seorang pemuda pirang runcing dengan poni membingkai sisi wajah dan yang lainnya adalah sosok wanita pirang dengan aura agung yang namanya di nyanyikan di seluruh penjujuru dunia. Naruto dan Arthuria hadir meramaikan perang.
"Saa ... Sekarang, mari kita tunjukan kekuatan tempur kita. Masa bodoh dengan siapa yang menjadi Raja, karena seseorang pemimpin takkan pernah menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain."
"Kau benar, Naruto."
Sedangkan di lanskap yang lain, secercah kegelapan murni yang menyala-nyala melenyapkan cahaya suci dari elemen yang agung. Ditutupi oleh aura hitam dan di selimuti oleh kegelapan yang hadir dalam malam yang kelam. Dia bukanlah kebaikan, keagungan, dan kehormatan. Melainkan semua yang jahat, gelap, dingin, dan mencekam hadir setiap ia melangkah tanah menjadi layu, seakan ikut mati oleh nya.
"Rooooaaar!"
Naruto, Saber dan Berserker hadir meramaikan malam ini.
AND CUT...
A/N:
Sebelumnya izinkan saya membungkuk berterima kasih atas respon positifnya senpai. Terima kasih untuk reviewnya. Sungguh, itu memberikan setitik semangat dalam menulis. Cerita yang lain akan update kok, selanjutnya adalah Fate: True King of Heroes.
Fic ini terinspirasi dari Fic milik Rein Hellfire – senpai. Jadi kalau ada sedikit kesamaan di awal dan prolog, mohon maaf. Namun di bagian ini sampai bagian akhir cerita akan punya alur sendiri. Dan untuk Rider, saya lebih nyaman memanggilnya dengan nama Iskandar dibandingkan Alexander.
Jika senpai penasaran bagaimana sosok servant milik Kiritsugu, coba search deh di mbah google [Mystogan]. Yups, untuk penampilannya saya terinspirasi oleh Mistogan dari Anime Fairy Tail ... Siapa kah dia, dan mengapa dia memiliki Sharingan, dan juga apa kelasnya? Hahaha, sesuai jalannya cerita akan terungkap kok.
Sampai sini saja dulu, akan ada lebih banyak action dan pertarungan di chapter depan. Saa ... Tunggu kelanjutannya yah. Maaf jika banyak Typo.
Thanks, Danke, Merci, Srigatou, Xie-xie dan trims..
Mordred, Out..