Double up! Di cek yah!

Session Talkshow di chapter selanjutnya!


Disclaimer:

Dunia Harry Potter adalah milik JK Rowling. Aku hanya menyisipkan OC dan menyumbang sebagian besar detail cerita disini secara nyeleneh.


ENTAH apa yang merasuki Hermione, dia sudah berada di kompartemen sangat awal.

Padahal sejak awal bereinkarnasi sebagai 'Hermione Nott', justru dia paling menantikan Hogwarts. Namun ternyata setelah jauh dari kedua orang tua barunya, Hermione cukup merindukan mereka.

Hermione sebenarnya tidak ingin mengakui ini, namun memiliki kedua orang tua magis sangat menyenangkan. Dia masih mencintai Richard dan Emma Granger, hanya saja Thoros dan Caitlyn Nott menempati tempat yang spesial juga di hatinya.

Sambil menunggu Aidos dkk, Hermione membaca beberapa buku mengenai reinkarnasi.

Reinkarnasi sering ditafsirkan sebagai kehidupan lain setelah mati. Dimana setiap orang menjalani kehidupan kedua yang biasanya sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Ada anggapan bila di kehidupan lalu dia sangat kaya, bisa saja di kehidupan saat ini dia sangat miskin.

Hermione mengangguk, cukup setuju dengan paragraf yang satu itu. Sebelumnya dia hidup sebagai muggleborn, dan sekarang dia hidup sebagai pureblood. Dua kasta yang sangat timpang di dunia sihir.

Tapi tetap saja ini tidak menjelaskan kenapa Hermione bukan hanya bereinkarnasi, namun juga bereinkarnasi ke waktu yang lebih lama dari kehidupannya yang sebelumnya.

Belum sempat Hermione lanjut membaca, terdengar suara ketukan.

Wajah Remus menyembul dari balik pintu kompartemen.

"Oh, halo, Remus," sapa Hermione cerah. Tangannya menyelipkan buku ke dalam lengan baju dengan lihai.

"Hai, Hermione," Remus masuk dan duduk di hadapan Hermione. Wajahnya terlihat sangat kuyu, seolah tidurnya beberapa hari ini sangat tidak tenang.

"Ada apa, Remus?" Hermione menatapnya prihatin, mendadak teringat bahwa seperti inilah tampilan Remus 'tua' di masa lalu.

Awalnya Remus terlihat agak ragu-ragu, namun akhirnya dia mengatakannya. "Aku masih belum yakin alasan aura aneh yang mengelilingi Mia. Namun, aku menduga beberapa hal."

Mata Hermione berkedip, merasa Remus sangat hebat karena mendapatkan solusi di situasi seperti ini.

"Akhir-akhir ini aku menghabiskan banyak waktu di Hutan Terlarang, dan mendapati di sana ada keberadaan makhluk yang tidak seharusnya berada di sana."

"Oh ya? Apa itu?" Hermione mencoba mengabaikan maksud implisit Remus dengan 'menghabiskan banyak waktu di Hutan Terlarang'.

"Itu vampir. Musuh bebuyutan manusia serigala sejak zaman nenek moyang."

"Aku tahu manusia serigala itu nyata—" Hermione mencoba mengabaikan sentakan Remus pada kata-kata itu dan melanjutkan, "—tapi aku tidak tahu kalau ternyata vampir bisa ditemukan disini?"

"Yah, tentu saja tidak. Kebanyakan vampir memilih bertempat tinggal di sekitar manusia karena mereka membenci rasa darah penyihir. Tapi, tentu saja ada beberapa vampir yang kebal dengan itu."

Hermione mulai merasa bahwa ini tidak sedangkal kelihatannya. Dia kembali memikirkan perkataan Violina soal Mia yang 'pulang ke asrama jauh setelah jam malam'.

"Mereka Vampir Darah Murni."

"...Apa?" Hermione cukup speechless karena ternyata tidak hanya penyihir yang memiliki sebutan 'Darah Murni'. "Lalu apa hubungannya hal tersebut dengan aura aneh Mia?"

"Aku merasa entah bagaimana Mia terkait dengan vampir itu. Entah mereka pernah bertemu atau bagaimana. Pokoknya aura Mia sangat berlawanan denganku. Namun, aku akan mencoba mencari tahu lebih lanjut saat ini."

"Baik. Terima kasih banyak, Remus," Hermione meremas pergelangan tangan Remus.

Remus tersenyum. "Tidak masalah, Hermione."

BRAK!

Suara pintu kompartemen terbuka membuat mereka berdua menoleh serempak untuk mendapati bahwa itu adalah Sirius, James, Peter, juga Lily dan Marlene.

"Oh, halo, Moony! Hai, Mione!" James dan Sirius menyapa serempak. Mereka dan juga Peter segera bergabung bersama Remus.

"Aku mencari-cari kalian dan ternyata kalian disini?!" Lily berkata, tidak habis pikir.

"Ini kompartemen terbesar untuk menampung kelompok kita," ucap Hermione seolah itu hal paling jelas. "Dimana Dorcas dan Alice?"

"Mereka pergi ke troli," Marlene meletakkan kopernya hati-hati. "Dimana kakak tampanmu?"

"Ew, Marlene," Hermione mendadak jijik membayangkan prospek Aidos yang telah bergulingan dengannya dalam satu tempat tidur bayi bersama dengan temannya.

Tapi benar juga, kemana Aidos? Ini sudah hampir jam keberangkatan kereta. Kakaknya yang perfeksionis sangat tidak mungkin terlambat bangun.

Marlene hanya terkikik sebagai balasan.

BRAK!

Suara kompartemen terbuka lagi-lagi membuat sekelompok anak tahun pertama tersebut salah fokus.

"Hermione! Kamu!" Aidos yang murka mendadak terdiam karena merasa mata seluruh kompartemen tertuju ke arahnya. Cowok itu buru-buru mengambil tempat di samping Hermione.

Evan di sebelahnya hanya tertawa dan membagi-bagikan permen yang didapatnya dari para gadis kepada orang-orang di kompartemen.

"Kemana teman barumu yang tidak tahu seni itu?" Evan bertanya karena merasa permen di tangannya masih sangat banyak padahal dia juga sudah menitipkan untuk Alice dan Dorcas kepada Lily. Dia sendiri tidak begitu menyukai makanan manis tapi sangat disayangkan bila permen-permen ini dibuang.

"Maksudmu Mia?"

"Yah, siapa lagi?"

"Dia pulang lebih dulu karena katanya ada urusan keluarga," Hermione masih khawatir memikirkan wajah Mia yang terlihat sangat pucat.

"Padahal aku bertemu dengannya di tangga," gumam Evan, yang sayangnya tidak diperhatikan siapapun.

Mengabaikan Evan yang mulai menghujat Mia terang-terangan, Hermione beralih pada saudaranya yang mencebik sejak tadi.

"Hei, ada apa?" Hermione menjawil pipi Aidos, main-main.

Aidos mendengus. "Siapa yang berjanji ke asramaku tadi malam untuk membantu mengemasi koperku?"

Semalam Aidos memang meminta dengan sangat rendah hati pada Hermione untuk membantunya mengemasi koper sebelum kepulangan. Penyebabnya adalah karena Aidos didapuk sebagai penanggungjawab pertemuan diskusi internal Klub Mantra selama tiga malam berturut-turut sebelum kepulangan sehingga tidak bisa absen sama sekali.

Hermione berkedip, ingatan mengenai kejadian semalam terputar dan dia meringis. "Maaf, Ai, aku melihat Lucius dan komplotannya dalam perjalanan ke sana sehingga aku lupa."

Mendengar itu, bukannya semakin marah, Aidos malah sibuk mengecek keadaan Hermione. "Kau tidak apa-apa?"

"Ya? Aku baik-baik saja, kok."

Aidos menghela napas lega. "Aku masih belum tahu tapi kurasa mereka merencanakan sesuatu. Ada baiknya kau tidak bertemu dengan mereka saat ini."

Untuk sementara, Hermione menimbang-nimbang apakah dia perlu memberi tahu hal yang dia dengar kemarin pada Aidos atau tidak, namun gadis itu hanya menjawab, "Wah, terima kasih, Kakak."

"Jangan berpikir aku akan memaafkanmu hanya karena kau memanggilku 'kakak'," dengus Aidos.

Hermione hanya tertawa geli dengan tanggapan Aidos. Sangat tahu bahwa cowok itu tidak bisa marah lama-lama padanya.

"Hermione..."

Tiba-tiba saja, James berada di hadapan si kembar. Sungguh mengagetkan karena baru saja Hermione melihatnya bertukar lelucon dengan anggota Marauders yang lain.

"Ada apa, Potter?" Malah Aidos yang menyahut.

"Er, sebenarnya ibuku mengundangmu."

"Ibumu mengundang Aidos?!"

"Untuk apa ibumu mengundang saudariku?!"

Si kembar menjawab bersamaan.

"Maksudku, ibuku mengundang kalian, bukan hanya Hermione, untuk mampir ke Potter Manor jika ada waktu saat liburan nanti. Kalian juga dipersilahkan membawa orangtua kalian."

Aidos masih mengernyit curiga, sementara Hermione justru membalas dengan ceria. "Oh, terima kasih! Ibuku pasti senang mendengarnya. Aku akan mengabarimu untuk pengaturan lebih lanjut."

James tersenyum dengan tanggapan positif Hermione dan berbalik kembali menuju Sirius yang sedang mencoba membodohi Peter dan Remus yang menyimak dengan polos.

"Kau menerima begitu saja?!" Aidos berbisik julid, tak habis pikir.

"Lalu?" Hermione menaikkan alis. Lalu menggoda Aidos dengan, "Kupikir kau sedang marah padaku."

"Bodoh," dengus Aidos, mencoba mengabaikan Hermione dan memulai percakapan dengan Evan yang saat ini bisa-bisanya meladeni godaan Marlene.

Tak lama kemudian, Alice dan Dorcas yang masuk hanya ternganga melihat banyaknya permen yang disodorkan Evan pada mereka, padahal sebenarnya mereka sendiri masuk sambil membawa cukup permen untuk satu kompartemen.

Tak perlu dikatakan, Hermione sangat gumoh melihat permen sebanyak itu dalam satu waktu.


Pertemuan keluarga Nott di Stasiun King's Cross cukup datar. Tentu saja itu semua karena Thoros Nott sangat mementingkan reputasi publik.

Namun begitu sampai dirumah, si kembar Nott diserbu pelukan ibu mereka.

"Aku merindukan kalian, sayang," ucap Caitlyn sambil mengelus rambut mereka.

"Kami juga, Mum," balas si kembar.

Thoros sendiri mengambil bagian dalam memeluk Hermione cukup lama tanpa berkata-kata, sebelum kemudian memelototi putranya.

"Aku tidak akan memelukmu."

Sebenarnya Hermione agak bingung karena biasanya ayahnya lebih memilih melontarkan sindiran classy atau lelucon (tidak) lucu pada Aidos, daripada secara terang-terangan melakukan konfrontasi semacam ini. Entah mengapa dia merasa hari ini ayahnya sedang dalam suasana hati yang jelek.

Ucapan Thoros dibalas Aidos dengan ejekan, "Aku tidak mengharapkannya, tuh. Lagipula aku juga tidak merindukanmu."

Thoros terlihat speechless sesaat sebelum kemudian berkata jengkel, "Kau terlihat semakin jelek."

Aidos bukanlah Evan yang cukup peduli tentang tanggapan orang lain mengenai parasnya, namun tentu saja dia tidak terima dibilang begitu oleh ayahnya. Jadi bocah laki-laki itu membalas, "Setidaknya aku masih muda. Kau tua dan jelek."

"Hohoho, setidaknya aku sudah mempunyai pasangan. Sementara kau? Hah!"

Aidos sangat geram dengan tingkah tidak tahu malu ayahnya. Dia merengek pada ibunya, "Mum!"

"Sejujurnya, kalian sebenarnya sangat mirip di mataku."

Ucapan Caitlyn direspos dengan mosi tidak percaya dari dua orang itu.

Hermione tersenyum menatap keluarga barunya.

Akhirnya, aku pulang.


Setelah makan malam, Caitlyn bersikeras mereka menghabiskan waktu dengan tea time sekeluarga sebelum tidur.

"Omong-omong, kau tidak tahu betapa terkejutnya aku dan ayahmu pagi ini, Hermione," ucap Caitlyn sambil menuangkan chamomile tea ke masing-masing cangkir.

Hermione menerima cangkir dari ibunya dengan senyum. "Apakah nilai akhirku begitu mengejutkan untuk kalian? Aku yakin aku lebih unggul dari Pewaris Nott disini."

Tahun ini sangat memuaskan. Dengan pengecualian Peter dan Marlene, sebagian besar circle-nya berada dalam peringkat 10 besar di angkatan. Terutama Hermione dan Lily yang memiliki jumlah nilai yang sama sehingga mereka berdua solid di peringkat pertama. Aidos sendiri menyusul tidak jauh di belakang sebagai pemilik jumlah nilai terbesar kedua.

"Hei!" Aidos memprotes. "Aku hanya berbeda beberapa poin darimu di Sejarah Sihir, ya. Lagipula nilai PTIH-ku jauh lebih tinggi."

"Yayaya," Hermione memutar matanya.

"Sungguh bagus jika kau memang mengalahkan anak jelek itu," ucap Thoros, jelas mengabaikan protes Aidos. "Tapi sayangnya, kita berbicara hal yang sama sekali berbeda."

"Apa maksudmu, Ayah?" Hermione mengernyit, bingung.

Wajah Thoros kelihatan jengkel, tapi kemudian pria itu berkata, "Tadi pagi aku menerima kontrak pertunangan dari Keluarga Malfoy untukmu, Putri."

Aidos dan Hermione saling berpandangan kaget.

"Tidak mungkin! Lucius?! Kupikir kita teman!" Aidos bereaksi dramatis.

"Ya, Lucius Malfoy si pirang bajingan itu berusaha merebut gadis kita," Cara Thoros mengatakannya entah bagaimana seperti mengumandangkan peperangan.

"Bajingan pirang," Aidos mendengus, sepenuhnya setuju. "Kita tidak bisa diam saja, Ayah."

"Benar," Thoros menyesap tehnya untuk mengendalikan amarahnya yanh bahkan terasa sampai ke ubun-ubun. "Tapi pertama-tama, kita harus mendengar respons dari saudarimu."

Sementara itu, Hermione benar-benar speechless mendengar ucapan Thoros.

"Ibu—"

"Itu benar, sayang," Caitlyn tersenyum simpatik pada anak gadisnya.

"Dunia sudah gila," Hermione menghela napas, lelah.

"Jangan katakan kau akan menerima bajingan itu?" Aidos menyipitkan mata.

"Oh ayolah, kakak, dia sebenarnya tidak seburuk itu," Hermione memutar matanya. "Namun sayangnya, aku tidak menganggapnya lebih dari teman. Jadi, apa aku boleh menolaknya?"

"Tentu saja," Thoros menjawab terlalu cepat. Namun begitu tersadar, dia berdeham dan melanjutkan, "Lagipula kau masih sangat muda. Aku akan mengurus ini dengan cepat."

"Terima kasih, Ibu, Ayah," Hermione berkata manis.

"Ya."

"Sama-sama, Hermione," Caitlyn menyaksikan dengan geli jawaban singkat dari Thoros. Padahal beberapa jam yang lalu, suaminya itu bereaksi super dramatis hanya karena sebuah kontrak pertunangan. "Apa kalian berdua punya rencana untuk liburan ini?"

"Potter mengajak kita sekeluarga untuk berkunjung ke rumahnya, tentu saja jika kita punya waktu," jawab Aidos.

"Oh, sungguh manis. Aku akan mengatur waktunya bersama Dorea. Lalu, apa kau tidak ingin pergi ke suatu tempat, Hermione?"

"Aku tidak tahu apakah aku boleh mengatakannya."

"Katakan saja, sayang," dorong Caitlyn pada anak gadisnya.

"Bisakah... Bisakah kita pergi ke pusat perbelanjaan muggle?"

"Apa?" Wajah Thoros menyiratkan seperti dia merasa terkhianati.

"Aku melihat-lihat majalah muggle bersama Lily dan tertarik dengan style pakaian muggle. Bisakah kita kesana, Mum, Dad?" Hermione mengerahkan jurus puppy eyes nya. Alasan terbesar lain dia ingin ke sana adalah karena dia merindukan kawasan muggle. Sudah cukup sebelas tahun dia tidak berinteraksi sama sekali dengan kawasan muggle.

"Untuk apa kita kesana? Norak sekali," Aidos menguap bosan. Walaupun telah menganggap muggleborn tidak lebih rendah dari Darah Murni, tetap saja Aidos ingin menjaga jarak dari apapun yang terkait dengannya demi reputasi keluarga.

Begitu pun Thoros yang tanpa basa-basi langsung mengatakan, "Terlalu berbahaya."

"Aku berjanji akan hati-hati," cebik Hermione. "Ayolah, Ibu, Ayah? Aku hanya akan memintanya kali ini saja!"

Beberapa menit kemudian Hermione habiskan dengan mengoceh soal keamanan dirinya dan juga tindakan apa saja yang bisa diambil untuk menjamin keselamatan mereka sekeluarga.

Melihat adiknya begitu menginginkan ini, Aidos akhirnya ikut turun tangan. "Turuti saja, Ibu, Ayah. Jarang-jarang kan, Hermione meminta sesuatu."

Thoros menatap tajam istrinya, namun sayangnya Caitlyn malah berkata, "Baik, aku akan mencoba mengatur waktunya."

Tak perlu dibayangkan betapa pahitnya wajah Thoros saat ini karena dikhianati satu keluarga.

"Wah! Terima kasih, Ibu, Ayah!" Hermione sangat senang dan berdiri untuk memeluk ayah dan ibunya.

Thoros masih enggan, namun melihat anak gadisnya sangat senang, dia akhirnya mengalah.

Kemudian diputuskan bahwa mereka akan mengunjungi pusat perbelanjaan muggle lusa nanti.


"Semuanya sudah siap?" Caitlyn bertanya sembari memperhatikan penampilan keluarganya.

Thoros yang masih tampan di usia 40-an mengenakan jas kasual muggle, entah kenapa Caitlyn merasa suaminya terlihat sepuluh tahun lebih muda saat memakai pakaian sederhana seperti ini. Sementara kedua anaknya mengenakan pakaian remaja muggle dengan tone warna yang serasi, membuat mereka terlihat semakin manis dan benar-benar tampak seperti anak kembar.

"Kita sudah mengecek untuk yang kesepuluh kalinya, Ca," Thoros mengernyit, entah kenapa merasa istrinya ikut excited dengan keberangkatan pertama mereka ke dunia muggle.

Sementara itu, Hermione diam-diam menahan kekehan geli karena baru kali ini mendengar Thoros memanggil ibunya dengan 'Ca' dan bukan 'Istriku'.

"Hanya berjaga-jaga, Sayang," Caitlyn tersenyum simpul. Dia secara refleks mengamit tangan Aidos, tahu jelas bahwa suaminya akan memilih membawa Hermione daripada putranya.

Benar saja, disaat yang bersamaan, Thoros menarik tangan Hermione.

Mereka telah sepakat untuk mampir ke salah satu pub yang berada di Diagon Alley dan pergi ke dunia muggle melalui portal di sana.

Ternyata portal mereka mendarat di salah satu pusat perbelanjaan besar di Muggle Inggris.

"Ukh, terlalu ramai," Aidos mengernyit, dengan angkuh mencoba menghindari orang-orang yang menabraknya dari segala arah. Di saat yang bersamaan, dia memegang erat tangan Hermione, satu-satunya penghubung antara Aidos dengan pundi uangnya (baca; Thoros).

"Apakah selalu seramai ini?" Alih-alih mengeluh, Caitlyn terdengar lumayan bersemangat. Dibesarkan sebagai gadis kelahiran berdarah murni tak pernah meredupkan jiwa muda Caitlyn.

Hermione takjub dengan sikap positif ibunya, sangat berbeda jauh dari Thoros yang bahkan tidak segan menampilkan wajah jijiknya karena harus berada di situasi yang menurutnya serampangan seperti ini.

"Kita bisa menaiki eskalator menuju ke toko paling atas, biasanya lebih sedikit orang di sana karena toko-toko di sana adalah toko premium," Hermione mencoba mengarahkan keluarganya untuk mencari eskalator.

"Apa itu eskalator?" tanya Aidos bingung.

Hermione mengulum senyum mendengar pertanyaan simpel kakak kembarnya, lalu tertawa sangat keras dengan tampang bodoh Aidos saat menaiki eskalator.

Benar saja. Lantai paling atas sangat sepi. Keluarga Nott akhirnya bisa menghela napas leluasa dan belanja dengan tenang.

Lebih tepatnya, tentu saja Hermione dan Caitlyn yang berbelanja, sementara Aidos dan Thoros secara mendadak cosplay menjadi pengamat fashion.

Kira-kira seperti ini percakapan yang terjadi:

"Suamiku, bagaimana menurutmu?" (Caitlyn)

"Sama saja dengan sebelumnya." (Thoros)

"Maksudmu?! Ini jelas gaun yang berbe—" (Caitlyn)

"Maksudku, semuanya sama-sama cantik untukmu. Jadi, sama saja." (Thoros)

"..." (Caitlyn)

Berbeda dengan Thoros dan Caitlyn yang ber-lovey dovey dalam kesempatan rekreasi kali ini, si kembar Nott mengalami perselisihan kecil.

"Bagaimana dengan ini?" (Hermione)

"Oh, bagus. Bukankah ini baju yang sama dengan sebelumnya?" (Aidos)

"Duh, sebelumnya adalah koleksi musim panas sementara yang ini koleksi musim gugur. Lagipula, corak jahitan di bagian pinggang dan dada jelas berbeda. Pergunakan matamu dengan baik, Kakak." (Hermione)

"..." (Aidos)

"Kalau yang ini, bagaimana?" (Hermione)

"Tidak." (Aidos)

"Hm?" (Hermione)

"Jangan meminjam mataku karena aku tidak bisa menggunakannya dengan baik." (Aidos)

"..." (Hermione)

Setelah usai berbelanja, mereka sekeluarga pergi menuju objek rekreasi muggle di sekitar pusat perbelanjaan tersebut. Salah satu tujuan Hermione adalah museum kuno yang hanya perlu melewati satu distrik lagi untuk sampai ke sana.

Aidos melirik julid saat melihat ayahnya dengan cepat menggandeng Caitlyn begitu mereka keluar dari pusat perbelanjaan muggle.

"Aku dan ibumu akan berjalan-jalan sebentar, kita akan bertemu di museum kuno nanti dalam satu jam," ucap Thoros setelah memberikan dua black card pada setiap anaknya.

"Dasar tua," decih Aidos. Setelahnya, dia pasrah mengikuti Hermione melewati distrik untuk menuju museum kuno.

Mata Hermione berbinar ketika melihat banyak jajanan jadul yang dijual sepanjang jalan. Tak butuh waktu lama, Aidos pasrah dipaksa antri oleh Hermione.

Sambil menunggu Aidos, Hermione duduk-duduk dan mengamati sekitar dengan tertarik. Gadis itu mengernyit mendapati seorang gadis yang terlihat benar-benar mirip Mia melewati gang di ujung sana.

Sial, ada apa ini?

Hermione jujur benar-benar ingin berteman dengan Mia Carlisle. Namun, banyaknya misteri di sekitar teman barunya itu membuat Hermione mau tidak mau menjadi sedikit waspada.

Sambil berancang-ancang menyiapkan mantra untuk kebutuhan darurat, Hermione menyusul menuju gang.

Gelap.

Hermione refleks ingin mengucapkan lumos, namun baru sadar ini adalah lingkungan muggle. Jadi, dia meraba-raba perlahan.

Alam bawah sadarnya berdenging keras dengan kegelapan yang tidak biasa, namun Hermione bersikeras mengikuti sosok yang mirip Mia barusan.

Ini adalah kehidupan kedua-nya. Setidaknya, dia lebih baik mati saat mencoba mencari tahu kebenaran daripada tetap hidup di tengah ketenangan sebelum badai.

Hermione mendadak panik saat ada yang mencoba menarik tas tangan kecilnya yang berisi black card pemberian Thoros. Alhasil, mereka tarik-menarik dalam kegelapan.

Akhirnya, Hermione menang. Namun dia terlempar ke belakang, bagian belakang kepalanya terantuk tembok batu. Belum sempat Hermione pulih dari pusingnya, sebuah benda menghujam perutnya.

Sial, ini pisau.

Hermione tidak lagi mempedulikan tas tangannya yang kini diambil. Dia menendang buta dalam kegelapan, dan bergegas pergi ke tempat dia datang sebelumnya.

Ketika melihat seberkas cahaya, Hermione semakin bersemangat dan meningkatkan kecepatannya.

BRUK!

Seseorang menendangnya dari belakang, membuat Hermione yang tidak siap, jatuh terseret ke depan.

Ketika Hermione merasa rambutnya ditarik keras ke belakang, dia mendadak melihat sosok Aidos yang terbelalak.

"HERMIONE!"

Aidos berteriak histeris. Suara yang biasanya tenang dan sarat dengan keagungan kini terdengar murka.

Saat Aidos mendekat dengan kecepatan super ke arahnya, Hermione hanya memikirkan satu hal.

Ah, ternyata ini belum saatnya aku mati lagi.

Lalu semuanya menggelap.


- to be continue -