do re mi

by blackbear ft. gucci mane

baestellation © 2020

All Harry Potter characters are owned by J.K.Rowling

warning; sex mentioned briefly, ooc

happy reading!


Draco Malfoy bertemu lagi dengannya setelah perang 5 tahun yang lalu di tempat yang tidak pernah ia sangka. Siapa yang akan menyangka bahwa Harry Potter, lelaki yang melawan Kematian, akan minum-minum di sebuah bar Muggle di pinggiran kota London, parahnya lagi, Potter sepertinya mabuk berat dan dikelilingi banyak orang yang berusaha menyentuhnya. Draco menggertakan giginya, tidak tahan melihat Potter yang malah tertawa terbahak dan merangkul perempuan terdekat lalu menciumnya―demi Merlin, Draco bersumpah ia melihat lidah Potter menyusup ke mulut perempuan itu. Setidaknya Draco bisa memilih untuk pura-pura tidak melihat Potter, sialnya, si Bocah Emas sepertinya melihat Draco.

"Oi, Malfoy!"

Shit.

Draco mencoba pura-pura tidak mendengar panggilan tersebut, bukan hal yang sulit. Lagu di bar itu cukup memekakan telinga. Setidaknya, itu rencana sempurna yang Draco bayangkan, sayangnya, Harry Potter mempunyai rencana lain. Draco merasakan kemejanya ditarik dari belakang, rangkulan di bahu dan napas berbau alkohol langsung menyambut hidungnya. "Fancy seeing you here, Malfoy."

Tengkuk Draco langsung merinding mendengar bisikan di telinganya. "Apa maumu, Potter?" tanya Draco sinis sambil menepis lengan Harry yang merangkulnya. Ia berbalik memandang Harry sambil bersedekap.

Harry mengangkat tangannya, memberikan Draco senyum usil. "Tenang, Malfoy. Kupikir kau kesepian dan tanpa sadar aku sudah berjalan kesini."

Draco medengus, "listen, Potter, aku kesini untuk mencari hiburan, bukan untuk melayanimu yang," ia mengangkat alisnya memandang wajah Harry yang, ternyata, tidak mabuk walaupun sudah meminum banyak alkohol, "sedang bersenang-senang." Tangan Draco melambai ke arah kerumunan yang sedang menatap mereka dengan penasaran, para perempuan―dan sepertinya ada laki-laki juga―itu menatap Draco dengan ingin tahu.

"Apa?" Harry melayangkan tatapannya ke arah kerumunan itu. "Oh," ia kembali menatap Draco, "tidak juga. Aku mulai bosan disana."

"Tidak mencoba mencari perhatian lagi, Potter?"

Sekarang giliran Harry yang bersedekap. "Malfoy, kurasa kita sudah melewati masa puber. Tidak kusangka kau masih suka mencari masalah," ia menaikkan salah satu alisnya.

Draco mendengus lagi, memilih untuk memanggil bartender daripada melayani Santo Potter yang suci.

"Kau tahu, Malfoy,"

Draco mengutuk dalam hati saat merasakan Potter duduk di sebelahnya.

"Kurasa aku akan menemanimu minum," ujar Harry sambil menyeringai. Lalu ia memanggil bartender dan meminta minuman yang sama dengan Draco.

Draco menggerutu, sialan kau Potter.

*do re mi*

Setelah pertemuan tidak sengaja itu, entah kenapa ia dan Potter sering berpapasan. Demi Merlin, bahkan lantai departemen mereka berbeda! Tetapi karena pertemuan itulah Draco bisa berada disini sekarang. Berciuman dengan Potter dan bercinta di atas kasur miliknya.

Terakhir kali mereka melakukan ini di rumah Potter, Weasley dan Granger―atau Weasley juga karena mereka sudah menikah―hampir menangkap basah mereka, bukan sesuatu yang Draco inginkan tentu saja. Karenanya, setelah kejadian itu, Draco dan Harry memutuskan untuk pergi ke rumah Draco jika mereka ingin bercinta.

"Hey, Draco,"

Draco mengangkat kepalanya dari pekerjaannya, menatap Harry yang sedang bersantai di sofa. Lelaki pirang itu menyadari bahwa Harry mengenakan kemejanya.

"Hari ini aku tidak akan pulang. Mungkin sampai beberapa hari ke depan."

Draco mengangguk mengerti. Sesudah berhubungan dengan Harry selama beberapa bulan ini, Draco menyadari bahwa pekerjaan Auror menyebalkan. "Auror?"

Harry mengangguk.

"Okay. Kabari aku kalau kau akan pulang."

"Baiklah."

Pandangan Draco kembali teralihkan pada pekerjaannya. Terlambat menyadari tatapan yang Harry layangkan padanya.

*do re mi*

Saat melihat Harry di bar Muggle dekat Kementrian, Draco tidak bisa mempercayai apa yang dilihat matanya.

Harry―Harry-nyasedang berciuman dengan seorang pria. Bukan cuma berciuman, tubuh mereka terlalu dekat satu sama lain, Draco yakin mereka sedang merasakan satu sama lain di bawah sana.

Bukan, itu bukan Harry. Harry Potter tidak mungkin melakukan hal itu.

Draco berusaha memaksa otaknya untuk percaya. Harry mengatakan kalau ia sedang pergi ke daerah pinggiran Irlandia, menangkap beberapa pengacau di daerah itu. Jadi tidak mungkin 'kan, Harry-nya berada disini, di bar Muggle di London?

'Kau hanya merindukan Harry, get a grip, Draco!' katanya dalam hati.

Pansy yang ada di sebelahnya menatap Draco bingung, lalu mencari arah pandang sahabatnya itu dan menarik napas tajam. "Draco, bukankah itu Harry?" katanya sambil menunjuk ke arah 2 lelaki yang masih berciuman itu.

"Bukan, Pans. Harry sedang pergi ke Irlandia bersama Weasley, mana mungkin dia ada disini," ujar Draco dengan nada bosan, walaupun hatinya mencelos saat menyadari perkataannya barusan. Jelas-jelas tadi Weasley ada di Kementrian, sedangkan Harry sudah pergi dari 3 hari yang lalu.

Pansy mengerutkan hidungnya, "tidak mungkin, Dray. Tadi aku melihat Weasley pulang bersama Granger."

Draco menggertakan giginya. "Aku tahu." Setelahnya ia berjalan dengan langkah yang lebar dan menarik tangan lelaki-yang-mirip-Harry. Dan ia mengutuk dalam hati, ini memang Harry-nya.

Harry menghentakan tangan Draco dengan kesal, belum menyadari siapa yang menariknya. "Apa yang kau lakukan?! Tidak bisa menunggu giliran ya?" desisnya dengan kesal. Dan matanya melebar saat melihat wajah Draco.

"Oh, jadi sekarang mencium kekasihku pun harus mengambil nomor antrian? Maaf, aku bukan lelaki penyabar, sepertinya aku harus membatalkannya," ujar Draco dengan tenang. Senyum mengejeknya tidak selaras dengan tatapan matanya yang terluka.

Harry menatapnya, pandangannya sulit diartikan. "Baiklah."

Draco menatap Harry, bingung bercampur terluka membuat otaknya sulit untuk memproses jawaban kekasihnya. "Apa maksudmu?"

Harry menatapnya dengan santai, mengangkat bahunya. "Kau tidak mau mengantri dan mau membatalkannya? Baiklah, sampai disini saja," jawabnya, nadanya terlalu tenang, bahkan ia menyeringai.

Draco menatapnya tidak percaya, "a- kau serius?"

Harry membalas pertanyaannya dengan, sekali lagi, mengangkat bahunya. "Tadi kau sendiri yang mau membatalkannya, 'kan?"

Pansy―yang daritadi Draco lupakan keberadaannya―mengangkat tongkatnya, siap memberikan kutukan bagi Potter. "Aku tidak peduli kau penyelamat atau apa lah, kau tidak berhak memperlakukan Draco seperti itu, Potter!"

Sebelum terjadi kerusuhan di bar Muggle itu, Draco langsung menahan lengan Pansy dan menggelengkan kepalanya.

"What?! Kau masih mau membelanya, Dray?"

Draco menggelengkan kepalanya, "no. But it's not worth it. Aku mantan Pelahap Maut, Pans, dan kau dulu ingin menyerahkan Potter pada Voldemort. Kita tidak bisa melakukan hal-hal yang berisiko."

Pansy menggertakan giginya. Ia menurunkan tongkatnya perlahan dan langsung menarik Draco keluar dari bar tersebut.

Rasanya kembali ada lubang di hatinya. Harry bahkan tidak mengejarnya, Merlin, si brengsek itu bahkan tidak mencoba menjelaskan situasinya. Seakan-akan selama ini Draco hanyalah mainan baru yang masih seru dimainkan, mainan yang sekarang sudah tidak ada gunanya. Pertemuan kembali yang selama ini Draco syukuri malah memberinya lubang yang lebih dalam.

"If I could go back to that day we met
I probably would just stay in bed
You run your mouth all over town
And this one goes out to the sound"

*do re mi*


a/n.

Hai! Iya maaf ini OOC huhu. Idenya muncul pas dengerin lagu do re mi ini, mungkin sambil dengerin lagunya bisa lebih dapet feelnya hehe (lagunya explicit).

mind to review?