Malam itu, ketika musim dingin yang sudah menyapa tak menghentikan Haruka untuk berlatih berenang. Tak banyak orang berenang di sana, atau bahkan hampir tak ada, hanya dia dan Makoto yang sedang membubarkan kelas renangnya.

Sambil berenang Haruka memperhatikan, punggung besar Makoto yang tengah berjongkok di depan anak-anak didiknya, ia bisa mendengar suara lembut khas pemuda itu memberi pengumuman pada bocah-bocah berbaju renang yang berisik kalau mereka akan libur musim dingin untuk sementara waktu. Bocah-bocah itu merengek, tak ingin libur, membuat Makoto tertawa kecil dan menceramahi mereka tentang istirahat adalah bagian dari latihan.

Sekilas tertangkap mata Haruka dibalik kacamata renang biru miliknya Makoto berjalan ke arah ruang ganti. Haruka memperlambat pergerakannya sambil mengernyit, biasanya Makoto akan menariknya keluar kolam sebelum berganti baju dan pergi ke ruang ganti bersama.

Haruka menepi, melepas topi dan kacamata renangnya lalu menatap dingin ke arah ruang ganti. Sepertinya tak ada gelagat Makoto kembali untuk menariknya keluar kolam. Ia menerka, apakah ia berbuat salah hari ini? Sepertinya hari ini seperti hari biasanya, tidak ada yang salah, tapi kenapa tidak sesuai skenario biasanya? Harusnya, Makoto menariknya keluar kolam, menceramahinya untuk mengurangi sedikit porsi latihan dan menjaga tubuh tetap hangat, memakaikan mantel tebal, syal dan topi walau hanya berjalan beberapa meter dari kolam ke apartemen Haruka, menggenggam tangannya menjaga agar tetap hangat dan mengantarnya sampai depan pintu apartemennya.

"Haru-chan, otsukare!" Makoto hanya menyapa ketika Haruka hanya berdiam diri di tepi kolam. Haruka mengernyit lagi, Makoto tidak menariknya keluar.

Buru-buru Haruka keluar dari kolam renang dan berjalan menuju ruang ganti, sementara Makoto berjalan ke arah pintu keluar sembari memainkan ponsel pintarnya. Langkah Haruka berhenti.

"Makoto," panggil Haruka datar seperti biasanya. Walau ada rasa tak terdefinisi kala ia memanggil nama Makoto. Makoto menghentikan langkahnya lantas tersenyum lembut pada Haruka.

"Ya, Haru?"

"Tunggu," ujar Haruka datar sambil bergegar. Makoto tertawa kecil, tanpa ucap ia menuruti permintaan Haruka untuk menunggunya.

Haruka berpikir memang ada yang salah. Skenario rutinitasnya berubah membuatnya bingung. Apakah ada jurnal yang harus Makoto kaji malam ini juga? Ada tugas pedagogik yang memusingkan, kah? Atau Makoto akan menemui seseorang tanpa sepengetahuan Haruka?

Tak butuh waktu lama sampai Haruka selesai berganti baju. Ia lihat Makoto masih sibuk dengan ponselnya, tak biasanya pemuda besar itu tak meggubris keberadaan Haruka. Ada yang salah, begitu pikir Haruka.

"Makoto," panggil Haruka lagi datar. Makoto mendongkak seraya melempar senyum malaikatnya.

"Ah, Haru, ayo pulang!" ajak Makoto sembari berdiri dari tempatnya duduk.

"Siapa?" tanya Haruka. Makoto menatap Haruka. Biru laut dan hutan musim panas bersibobrok hingga Haruka memutus kontak mata dengan menatap ponsel oranye milik Makoto. Ah, Makoto paham.

"Ah, Kisumi mengajakku untuk makan malam di apartemennya karena dia tahu aku tak begitu ahli memasak. Jadi, aku akan mampir ke apartemennya sebe-" pernyataan Makoto terpotong karena secara tiba-tiba Haruka menggenggam pergelangan tangannya erat. Biru laut itu berkilat serius, namun alih-alih takut, Makoto malah tergelitik ingin tertawa.

"Haru?"

"Makan malam di apartemenku," ujar Haruka datar. "Aku akan memasak untukmu," tambahnya.

"Sebaiknya kau istirahat, Haru. Aku akan makan malam di apartemen Kisumi sa-"

"Aku akan memasak untukmu," ujar Haruka sekali lagi. Genggaman tangannya pada pergelangan tangan Makoto semakin erat. Sakit, tapi Makoto malah makin dibuat menahan tawanya.

Lama mereka saling menatap. Biru laut yang indah, jendela hati Haruka yang Makoto hapal macam kilat yang menggambarkan perasaan pemuda itu. Kali ini sinyalnya berarti cemburu.

"Aku akan memasak kare," ujar Haruka. "Dan membuat cokelat panas," tambahnya.

Makoto menghela napas sembari tertawa kecil. Sebuah gerakan memutar pergelangan tangan pemuda itu lakukan untuk melepas cengkraman Haruka yang begitu kuat. Haruka berjengit terkejut bukan main, Makoto menahan tawa mengetahui pemuda dihadapannya sedang merasa tertolak. Dengan lembut tangan besar itu meraih mantel yang Haruka pegang dan memakaikannya pada Haruka, menarik resletingnya hingga menutupi leher Haruka, memasang kancingnya lantas menarik kupluknya menutupi surai hitam Haruka. Lantas Makoto menautkan tangannya yang tadi dicengkram kuat oleh Haruka pada tangan dingin Haruka, menariknya pelan memberi sinyal untuk segera beranjak.

"Ayo, sepertinya aku akan bilang pada Kisumi bahwa aku tak bisa makan malam dengannya," ujar Makoto.

Makoto menangkap suara hela napas lega, ia rasa Haruka menggenggam tangannya kuat sembari merapatkan diri padanya. Makoto tertawa ringan, gemas melihat ulah Haruka. Sementara Haruka lega setengah mati dan dia berharap Kisumi sesegera mungkin mendapat kekasih, lelaki atau perempuan, bebas, asal itu cukup untuk tak mengganggu lagi milik Haruka yang berharga.

Malam itu, Haruka tak membiarkan Makoto pulang ke apartemennya. Ia meringkuk dalam dekapan pemuda besar yang telah bersamanya lebih dari lima belas tahun ini. Memeluk dada bidang Makoto begitu erat hingga akhirnya ia tertidur. Makoto lagi-lagi dibuat tertawa.

Ah, melihat Haruka yang cemburu memang menyenangkan.

Dering ponsel Makoto tanda ada pesan masuk menyapa telinga. Makoto meraih ponselnya mendapati pesan masuk dari Kisumi.

'Selamat menikmati makan malam, Makoto' tulis Kisumi dengan emoticon bintang dan hati. Makoto tertawa hanya membalas singkat sebelum mendekap Haruka begitu erat hingga ia tertidur.


Halo fandom pertama yang membuatku jadi fujoshi, dan halo rekan-rekan MakoHaru Shipper dimana pun kalian berada. Sejak episode terakhir Eternal Summer sebenarnya sudah jarang mampir kemari . Sampai kemarin karena lockdown ini mulai membuat jenuh akhirnya mencoba re-watch Free dari season 1 hingga season 3, movie, short movie, ova, Episode 0 Dive to the Future dan akhirnya menggila lagi di OTP pertamaku seumur hidup ini... dan makin sayang sama Makoto karena aku pernah jadi asisten dosen mata kuliah Pedagogik (Ilmu Keguruan) dijurusannya Makoto kalau di Free wkwkwk... sudahlah abaikan saja

Terima kasih sudah membaca,

Salam hangat, Ziyawyouz

7 Mei 2020 -22.45 P.M

Cemburu - End