Naruto (c) Masashi Kishimoto
This story (c) NominJJ
.
.
ME AFTER YOU
Sakura pikir kesialan terbesarnya hari ini adalah tersesat di sebuah hutan saat menjadi relawan, tapi ternyata ketidaksengajaannya melihat aktivitas Yakuza, akan merubah seluruh hidupnya/ "Turuti aku, atau peluru ini menembus kepalamu."
.
.
Warn : Weirdo, adult theme, bad chara, BDSM! Don't like don't read!
Mentari sore bersinar cukup hangat, menembus celah dedaunan dan barisan pepohonan yang berimbun. Menerangi jalan setapak yang hanya berupa tanah kosong dengan rumput liar di sekitarnya.
Dan di sanalah seorang gadis dengan surai merah muda senada bunga khas musim semi mengerang kesal saat ia terus saja berputar-putar di dalam hutan sejak beberapa jam yang lalu, bahkan sepertinya ia malah semakin masuk ke dalam.
Namanya adalah Sakura Haruno, seorang dokter muda yang tengah berpartisipasi dalam tim relawan di sebuah pedesaan terpencil yang tengah dalam masa sengketa, namun baru-baru ini wilayah itu terkena longsor yang membuat tim relawan dari tenaga medis dan juga para teknisi dikirim untuk membantu.
Dan sialnya, saat pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar karena alat sterilisasi mereka rusak --yang mana itu berarti mereka harus sterilisasi manual, Sakura tanpa sengaja terpisah dari rombongan dan berakhirlah ia dalam kondisi saat ini.
"Arghh!"
Suara erangan yang terdengar samar membuat Sakura terkesiap, apa itu? Apa ada seseorang yang sedang tersesat juga seperti dirinya lalu terluka? Batin Sakura menduga apa penyebab suara erangan barusan.
Dengan langkah yang mengendap pelan, Sakura berjalan mendekati asal suara, berharap itu mungkin salah satu penduduk di sekitar kaki bukit ini, dengan begitu ia bisa menanyai jalan pulang.
Namun, apa yang dilihatnya dari balik celah ranting yang menutupinya saat ini adalah hal yang tidak pernah diduganya. Di sana, beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini, terdapat seorang pria berusia pertengahan dua puluh bersurai cokelat tengah babak belur dengan sebuah revolver yang siap menembak di dahinya.
Sakura tidak tahu apa yang terjadi, selain pria yang sedang babak belur itu ada sekitar lima pria bertubuh tinggi dan tegap di sana. Sial, ia tidak bisa meminta bantuan di tempat seperti ini, dan juga walau ia bisa bela diri, melawan orang-orang yang terlihat bisa berkelahi itu dengan kondisi tubuhnya saat ini adalah hal yang mustahil, dan jangan lupakan senjata api yang siap menembus kulitmu.
'Kau bisa mati jika terlalu banyak ikut campur,' batin Sakura memperingati dirinya sendiri, namun saat ia mau akan berbalik, dewi fortuna benar-benar tidak berpihak padanya, bisa-bisanya ia malah menginjak ranting kerin dan membuat suara patahan yang tidak bisa dibilang pelan.
"Siapa di sana?!" Satu suara entah dari siapa menyalak tinggi.
Sakura baru akan berniat lari jika saja tidak ada sebuah suara berat yang saat ini tengah mengancamnya dari balik punggungnya.
"Satu langkah lagi, peluru ini menembus jantungmu." Entah siapa yang mengatakan itu, jantung Sakura langsung berdegup cukup kencang.
Berusaha menata napasnya agar stabil, ia terkejut saat berbalik dan mendapati seorang pria bertubuh tinggi tengah menatpnya tajam dan hanya berjarak beberapa langkah saja.
Sakura untuk sesaat terpaku di tempatnya berdiri, netra gioknya tak bisa percaya jika ada pria yang bisa memiliki wajah setampan ini, kulitnya putih bersih, rambutnya berwarna hitam kelam, terlihat rapi namun entah kenapa juga berantakan di saat bersamaan, dahinya terukur dengan sempurna, tidak terlalu sempit atau lebar, alisnya berwarna sehitam rambutnya dan terukir dengan simetris, noktis hidungnya tegap dan terlihat mancung, membuat T-zone wajahnya terlihat tajam dan mengintimidasi, dan jangan lupakan pipi tirusnya yang bersih dan juga bibir tipis yang terpahat sempurna.
Benar-benar sangat tampan, terutama daya tarik utamanya yang terletak pada netra hitam pekat yang menusuk tajam dan juga rahang kokoh yang terpahat tidak kalah sempurna dari detail wajahnya yang lain. Membuat Sakura jadi berpikir, jika ini memang ajalnya, sepertinya ia mendapat malaikat maut yang rupawan.
"Siapa kau?" Pria yang tidak Sakura ketahui namanya itu bertanya sekali lagi dengan pandangan tajam dan menilai, juga jangan lupakan sebuah revolver yang teracung lurus di depan area jantung gadis gulali itu.
"Aku? Uh, aku hanya seorang tenaga medis biasa yang menjadi relawan dan saat ini aku sedang tersesat. Aku akan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, jadi bisa tunjukkan aku jalan pulang dan biarkan aku pergi, Tuan?" Sakura bertanya dengan kedua tangannya yang membuka di samping tubuh, menunjukkan kalau ia menyerah dan tidak akan melakukan perlawanan.
Pria itu, Sasuke Uchiha, terdiam beberapa saat sebelum kemudian menyeringai keji, "Tidak bisa, sengaja atau tidak, kau harus dilenyapkan."
Sakura menganga tak percaya, yang benar saja pria ini, "Uh, aku tidak akan mengatakan apapun pada siapapun, tak bisakah aku dilepaskan, aku bersumpah atas nama Tuhan dan namaku sendiri, aku tidak akan mengatakan apapun."
"Tetap tidak bisa," jawab pria itu dengan wajah datar.
Sakura menggeram rendah, ia tidak punya pilihan lain selain memaksa melarikan diri, tapi jika ia langsung lari maka tentu saja pistol itu akan menembus jantungnya, jadi mau tidak mau ia harus melumpuhkan pria ini untuk sesaat.
Maka diambilnya langkah mundur sedikit sebelum kemudian berusaha melayangkan serangan pada pelipis pria di depannya, namun sayangnya serangannya bisa di tahan dengan mudah. Apa boleh buat, ia terpaksa menarik diri mundur dan melakukan salah satu serangan mematikan dalam taekwondo, atau biasa disebut dwi chagi pada area rahang, dan sebelumnya tidak ada satupun lawan yang tidak bisa Sakura robohnya dengan teknik ini.
Namun, lagi dan lagi Sakura hanya bisa menghadapi kenyataan mengejutkan bahwa serangannya di tangkap dan dibalikkan ke arahnya, membuat gadis gulali itu harus tesungkur ke tanah dengan luka yang cukup menyakitkan.
"Hn, aku tidak suka pemberontak," ujar Sasuke datar lalu menarik rahang Sakura dan memaksanya berdiri, masih tidak melepaskan cengkeraman kuatnya pada leher gadis itu.
"U- uh..." Sakura mengerang pelan saat merasakan tubuhnya perlahan terangkat dari tanah, iris gioknya memandang tajam ke arah pria yang masih belum ia ketahui namanya itu, pria yang kini menyeringai ke arahnya sambil melayangkan satu pukulan kuat di area perut, membuat satu muntahan singkat terpaksa ia keluarkan.
"Ohok ... huk ... argh!"
"Aku berniat langsung menembakmu mati, tapi kau yang mempersulit ini Nona," ujar Sasuke santai masih dengan seringai keji di wajahnya, satu pukulan lagi ia layangkan ke arah tulang rusuk, membuat Sakura mengerang cukup kencang.
"Ohok ... kkhhh ... pria gila!" desis Sakura pelan, memegangi area tulang rusuknya yang untung saja tidak sampai patah.
Sasuke masih bertahan pada seringai kejinya, "Sekarang ulu hati, tahan napasmu jika tidak ingin pingsan, setidaknya kau bisa mengucapkan kalimat terakhir sebelum mati."
Sakura mendelik horor, pukulan di ulu hati memang bisa menyebabkan pingsan jika dalam kondisi tidak siap, maka untuk menghindarinya adalah dengan menarik napas dan membuat dindingnya lebih keras sehingga tidak akan terlalu mencederai saat terkena pukulan.
Buagh!
Dan tepat saja, sesuai perkataan pria itu, satu pukulan ulu hati dilayangkan, membuat Sakura kembali tersungkur dan terbatuk. Sasuke melangkah mendekat, berjongkok di depan gadis gulali itu dengan revolver yang siap ditembakkan, sama sekali tidak ada raut belas kasihan di sana, hanya ada seringai keji yang sudah tak sabar untung menghabisi mangsanya.
"Akhh!" Sakura berteriak pelan saat merasakan helai merah mudanya yang sepanjang pertengah punggung tengah dijambak dengan kasar, memaksanya untuk mendongak dan beradu tatap dengan sang pria.
Untuk sesaat Sakura terdiam, ia tidak pernah melihat sorot ingin membunuh yang begitu yakin seperti itu, hah, sepertinya ini memang ajalnya, apa boleh buat, hidupnya juga tidak berjalan baik, sekalian saja diakhiri mumpung ada kesempatan.
Grep!
Sasuke sedikit terkejut saat melihat gadis gulali di hadapannya ini malah menarik moncong revolver agar semakin mendekat ke arah gadis itu sendiri.
"Bisa dengarkan permintaanku?"
"Hn?"
"Aku tidak takut mati, tidak ada sesuatu yang ingin kuperjuangkan, jika kau memang ingin menembakku ya sudah, mau bagaimana lagi. Awalnya aku berharap aku akan mati di tempat yang indah setelah menjalani kehidupan yang busuk, karena itulah aku kabur dan menolak untuk mati di tempat antah berantah seperti ini, lagipula siapa yang menjamin kalian akan mengurus mayatku, kemungkinan besar aku hanya akan dibuang ke jurang dan membusuk. Jika mau membunuhku, tembak saja silahkan, tapi bisakah aku dikremasi? Jika kau tak punya uang, ambil saja di bank Konoha atas namaku, Haruno Sakura, sandinya 032703, bahkan aku tidak peduli jika kau mengambil semua uangku setelahnya. Ini permintaan terakhir orang yang akan mati, aku mohon."
Sasuke terdiam di tempat, bingung juga harus bereaksi bagaimana mendengar ocehan panjang gadis yang mengaku bernama Haruno Sakura ini, ia tidak pernah bertemu seseorang yang sama sekali tidak memandang takut ke arahnya seperti yang gadis ini lakukan.
Onyx Sasuke menatap tajam dan dalam ke arah wajah manis yang tidak memiliki getar ragu sedikit pun dalam ekspresinya, anehnya seolah tembakan peluru Sasuke adalah hal yang gadis itu tunggu. Walau ia kembali berusaha menajamkan pandangan untuk memberikan intimidasi, tapi netra langka itu masih tetap sama, tidak bergeming atau menunjukkan rasa takut.
Justru perhatian Sasuke yang malah teralihkan pada leher jenjang Sakura. Sasuke terdiam dengan pandangan meneliti pada bekas luka bakar yang terlihat samar-samar di area tulang selangka sang gadis gulali yang nampak dari kaosnya yang sedikit tersingkap. Entah kenapa itu mengingatkannya pada sesuatu.
"Hei? Kenapa diam? Kuanggap setuju ya, dan juga beri aku waktu berdoa sebentar, aku mau memohon pada Tuhan agar di kehidupan selanjutnya aku dijauhkan dari orang-orang brengsek itu, dan ju-"
"Luka ini...," sela Sasuke memotong ocehan Sakura.
"Hah?"
"Luka ini kau dapat darimana?" tanya Sasuke dengan jempolnya yang menekan bekas luka bakar berwarna putih samar itu agar lebih jelas terlihat.
Sakura yang merasa risih karena disentuh seperti itu hanya bisa mengendikkan bahu agar tangan Sasuke menjauhi area tulang selangkanya, "Apa sih, kenapa aku harus memberitahumu? Itu tidak penting, ya sudahlah, pokok ingat pesanku, dan cepat tembak sebelum aku berubah pi-"
"Aku bilang kau dapat darimana?" bentak Sasuke pada Sakura, tangan besarnya menarik rahang gadis itu, menekannya kuat dan memaksanya untuk menjawab.
"Uh, aku tidak ingat, mungkin saat kebakaran di suatu tempat, aku tidak terlalu ingat masa kecilku, dan apa pedulinya kau dengan itu, kau jadi menembakku atau tidak sih?" sewot Sakura di antara rahangnya yang tertekan jemari panjang pria bernetra tajam di hadapannya ini.
Sasuke terdiam sejenak sebelum kemudian menghela napas, menatap lekat-lekat ke arah gadis di hadapannya dengan pandangan entah apa.
"Aku tidak akan membunuhmu."
"Hah? Kau akan melepaskanku? Kenapa tiba-tiba? Sial, aku sudah memberitahumu password reke-"
"Aku hanya bilang tidak membunuhmu, bukan melepaskan," potong Sasuke cepat.
Sakura mengernyit bingung, "Hah? Apa maksudmu? Kau mau menahanku?"
"Hn."
"Aku tidak mau!"
"Aku tidak peduli, mulai sekarang kau tahananku, budakku."
"Hah? Pria gila!" Sakura memekik kencang saat Sasuke tiba-tiba mengarahkan satu pukulan ke tengkuknya, dan setelahnya ia tidak bisa merasakan apa-apa selain tubuhnya yang samar-samar mulai terangkat.
Shannaro! Awas saja kau nanti!
.
.
TBC
Sebenernya uda ditulis dari lama, tapi ga pede haha. Yang protes Sasu kok kasar dll. Ya emg sengaja dibuat jahat, bukan jahat yang abal-abal, tapi beneran jahat gitu, nanti seiring berjalan cerita barulah dibuat chara developmentnya.
Dan rating fict ini dewasa yang bahkan memuat BDSM, harap bijak menyikapi.
Yang berharap ini lanjut, silahkan tinggalkan review, terimakasih.