Naruto (c) Masashi Kishimoto
This story (c) NominJJ
.
.
ME AFTER YOU
Sakura pikir kesialan terbesarnya hari ini adalah tersesat di sebuah hutan saat menjadi relawan, tapi ternyata ketidaksengajaannya melihat aktivitas Yakuza, akan merubah seluruh hidupnya/ "Turuti aku, atau peluru ini menembus kepalamu."
.
.
Warn : Weirdo, adult theme, bad chara, BDSM! Don't like don't read!
Sakura Haruno adalah nama gadis yang tengah menatap kosong ke arah plavon kamar. Ini sudah lebih dari satu jam sejak pembicaraan terakhirnya dengan seorang pria bernama Uchiha Sasuke.
'Istirahatlah, siapkan dirimu untuk malam ini.'
Satu kalimat yang diucapkan Sasuke sebelum meninggalkan ruangan kembali menghantui pikiran Sakura. Gila, ia bisa gila kalau begini terus. Apa yang harus ia lakukan? Ia sama sekali tidak memiliki pengalaman.
"Hwaa, bajingan sialan, shannaro!" Sakura mengumpat untuk entah yang keberapa kalinya, namun kali ini gadis itu terlihat bangun dari rebahnya, menatap sinis ke arah pintu, berharap malam nanti tidak ada siapapun yang muncul dari baliknya.
Tok! Tok! Tok!
Apa? Siapa itu? Sakura yang masih terduduk di atas ranjang memandang bingung. Apa itu Sasuke? Tapi sepertinya tidak mungkin. Jika itu memang Sasuke pasti pria itu akan langsung masuk.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu kembali terdengar. Menghela napas pelan, Sakura akhirnya bangkit dari duduknya dan melangkah untuk membuka pintu jati berwarna cokelat di depannya. Sedikit terkejut saat melihat sosok wanita cantik bersurai pirang yang tersenyum ke arahnya.
"Um, hai, Sakura Haruno kan? aku Yamanaka Ino, boleh aku masuk?" Wanita pirang itu bertanya, di tangannya terdapat banyak paperbag entah berisi apa.
Sakura mengangguk dan membuka pintu lebih lebar lagi agar wanita itu bisa masuk. Ino tersenyum dan mendudukkan diri di atas ranjang, meletakkan paperbag yang dibawanya di atas sana.
"Aku membawakan ini untukmu."
"Hum, apa itu?" Sakura bertanya, ikut mendudukkan diri di atas kasur tepat di hadapan Ino. Menatap bingung paperbag yang disodorkan ke arahnya.
"Karena kita sedang di kaki bukit, di sebuah desa kecil pinggiran kota, tidak ada mall di sini, jadi aku memberikan beberapa bajuku, ini masih baru dan belum kupakai kok," jelas Ino mengangkat salah satu dress dari dalam sebuah paperbag.
"Ah, terimakasih banyak, Ino-san," jawab Sakura, bingung juga harus merespon seperti apa, dalam sekejap kehidupannya terasa berubah.
Ino bergumam dan tersenyum, "Sakura, kalau kau butuh apa-apa, panggil saja aku, dan juga tak perlu terlalu formal, kau bisa memanggilku Ino. Dan, oh ya, ini paperbag untuk dalaman, semuanya tentu saja baru, mungkin ukurannya agak kurang cocok, tapi jika aku pergi ke kota, ayo kita membeli ukuran yang sesuai denganmu."
Sakura terkesiap, sebelum kemudian sedikit menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ahaha iya, terimakasih banyak ya."
"Hmm, apa kau memang tidak membawa ponsel?"
"Iya, aku tinggal ponselku di camp, karena sama sekali tak ada sinyal."
Ino mengangguk paham, "Baguslah, kalau begitu ini untukmu, ini ponsel khusus yang sudah di setting oleh Shikamaru, tidak akan terlacak. Dan juga koneksinya pribadi, kau bisa menggunakan internet juga."
Sakura kembali terkesiap, sudah dua minggu ia menjadi relawan dan selama dua minggu itu pula ia tidak menjumpai internet, "Terimakasih sekali lagi. Tapi ... siapa itu Shikamaru?" tanya Sakura menatap uluran handphone dari Ino.
Iris gioknya menatap benda persegi itu yang memang terhubung dengan sebuah sinyal wi-fi entah dari mana. Tidak ada yang spesial, hanya aplikasi bawaan tanpa tambahan apapun.
"Shikamaru itu salah satu anggota tim kami yang mengurusi bagian IT, dia seorang hacker profesional tapi hobinya tidur, hahaha." Ino tertawa renyah mencairkan suasana.
Sakura terdiam, bingung harus merespon apa, saat ini ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan, tapi ia sendiri tidak tahu harus mulai dari mana.
"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Ino sambil menatap penasaran ke arah Sakura.
"Entahlah, hanya ... uh, ada banyak hal yang ingin aku tahu, tapi aku sendiri bingung harus bagaimana, semuanya terlalu tiba-tiba."
Ino mengangguk paham, wanita cantik bersurai pirang itu merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan ponselnya sendiri. Jari-jarinya menari di atas keyboard entah mencari apa, "Hm, kurasa aku akan memulai dengan perkenalan tim terlebih dahulu."
"Eh?"
"Lihat, ini adalah lambang keluarga Uchiha, kau mengenalinya?"
Sakura mengangguk, ia tentu mengenalinya sebagai lambang dari perusahaan raksasa Uchiha Group.
"Jadi, kerajaan bisnis Uchiha memiliki banyak anak cabang di berbagai bidang, termasuk juga Yakuza dan tim-tim khusus untuk menangani suatu urusan yang sekiranya mengancam perusahaan," ujar Ino mulai menjelaskan.
Sakura mengangguk paham, tidak ada perusahaan besar yang seratus persen murni, pasti mereka memiliki backing yang kuat. Apalagi Uchiha Group adalah salah satu perusahaan raksasa yang sudah berdiri sejak lama dan kini menjadi salah satu tonggak perekonomian negara.
"Lalu, pemimpin perusahaan sekarang adalah Fugaku Uchiha, untuk penerus masih belum ditentukan, tapi sepertinya itu adalah Sasuke mengingat Itachi-nii lebih memilih turun ke dunia politik."
"Hum, ya, lalu, apa yang dimaksud Sasuke dengan 'timku', apa itu semacam tim khusus?"
Ino mengangguk, "Ada beberapa tim khusus yang bergerak di bidang yang berbeda, dan Sasuke sendiri juga memimpin salah satu tim elite, kode tim kami adalah 'Sanin 07', saat ini ada tujuh anggota termasuk Sasuke sendiri."
"Lalu ... tempat apa ini?"
"Ini seperti salah satu markas kami, dan kami sengaja memilih tempat terpencil agar mengurangi risiko. Dan juga, kami sudah saling mengenal sejak lama, ada yang dari kecil seperti Naruto dan juga yang terakhir bergabung adalah Sai saat kami satu sekolah di junior high school, kami selalu bersekolah di sekolah khusus yang berasrama, jadi karena terbiasa bersama, kami memutuskan untuk tinggal bersama di satu rumah khusus sebagai sebuah tim khusus."
"Kalau kalian semua sepantaran, berarti siapa pria-pria yang kulihat tadi? Maksudku, usia kita sepertinya seumuran, sekitar pertengahan dua puluh, tapi tadi ada sekitar empat pria yang terlihat lebih tua dari Sasuke, seperti pertengahan 30-an."
"Oh, mereka tim tambahan, salah satu anak buah Sasuke yang merupakan anggota fraksi Yakuza, aku tidak tahu pastinya ada berapa orang, jumlah mereka tergantung kebutuhan Sasuke. Mereka tidak tinggal di sini, tapi yang kutahu, selain markas utama, mereka juga punya markas tambahan di sekitar sini. Lagipula, hanya ada tujuh orang di rumah khusus ini, hanya para anggota tetap tim Sanin 07."
"Ah, jadi, kau juga salah satu anggota tim tetap kalau begitu?"
"Ya, saat ini ada lima pria dan dua wanita, aku akan mengenalkanmu seiring berjalannya waktu, kau juga bagian dari tim kan? Aku senang akan ada anggota medis di antara kita, dan juga itu berarti akan ada tiga wanita sekarang!" Ino berujar riang.
Dan Sakura hampir tersedak air liurnya sendiri, ia bingung harus bereaksi bagaimana. Masak iya dirinya harus mengatakan kalau kontraknya berubah menjadi budak seks Sasuke Uchiha? Bisa gila ia membayangkan orang lain mengetahui hal itu.
"Hahaha iya." Akhirnya Sakura memilih tertawa canggung sebagai respon.
"Hum, apa ada hal lain lagi yang membuatmu penasaran?"
"Ah, itu ... apa benar ada orang yang mantan Anbu di sini?"
Ino terlihat terkejut sesaat, sebelum kemudian tersenyum hangat, "Ya, yang namanya Sai tadi, anggota yang terakhir bergabung dan juga dia kekasihku sekarang. Kau juga mantan Anbu kan? Tenang saja, kami pasti akan melindungimu."
Sakura mengangguk, "Hum, ya, terimakasih."
"Nanti, kalau Sai sudah selesai dari misinya, aku akan mempertemukan kalian, kau bisa menanyakan detail lengkapnya padanya, dan kurasa kalian memiliki visi yang sama untuk menghancurkan Danzo. Itu alasan kau bergabung kan? Tenang saja, kami akan membantu kalian. Selain itu, Danzo juga pihak yang sangat menyusahkan Uchiha, Sasuke akan senang hati menghancurkannya."
"Ah, aku mengerti, sekali lagi terimakasih banyak Ino."
"Hum, aku akan membimbingmu nanti, dan untuk sisa anggota lainnya aku akan mengenalkanmu juga, aku rasa besok mereka sudah pulang. Hanya ada aku, Sasuke, dan Shika sekarang. Sedangkan Naruto, Gaara, Sai, dan Karin sedang ada misi. Kau tenang saja, mereka ... err ... baik? Ahaha, kurasa kata baik agak kurang cocok dengan kami, yang jelas mereka cukup menyenangkan."
Sakura tersenyum mendengarkan ocehan panjang Ino, ia rasa mereka bisa sangat cocok kedepannya. "Oh ya Ino, apa kau keberatan untuk menjelaskan bagaimana Sasuke Uchiha itu?"
"Eung? Hmm, aku juga bingung bagaimana mendeskripsikannya, ia ... em ... pribadi yang keji? Entahlah walau sudah kenal lama, aku tetap tak yakin, sifatnya seperti Yakuza pada umumnya, ia dingin dan tidak berbelas kasih. Kau mungkin juga akan menganggapnya jahat, tapi asal tidak mencari masalah dengannya, dia cukup loyal terhadap timnya."
"Ah, ap-"
"Intinya, kau lihat saja seiring berjalannya waktu. Sasuke Uchiha itu seperti kompleks dalam kompleks, tidak ada yang bisa menebak pasti apa yang ia pikirkan."
Sakura mengernyit bingung, tapi mengingat bagaimana sikap Sasuke sejauh ini, kurang lebih ia paham bagaimana garis besarnya.
"Tapi, Sakura..."
"Hum?"
"Apa sebelumnya kau ini kenalan Sasuke atau semacamnya?"
"Hah?"
"Sasuke orang yang sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Jadi sebelum merekrutmu, ia pasti sudah memastikan kau tidak akan berbelot, aku hanya berspekulasi apa kalian sebelumnya seorang kenalan atau sebagainya mungkin?"
Sakura terlihat mengernyitkan dahi, bingung juga harus menjawab seperti apa, "Uh, tidak, aku sendiri juga bingung bagaimana menjelaskannya."
Ino mengangguk mengerti, "Oke, tak perlu menjelaskan jika kau belum siap, santai saja. Tapi kurasa, Sasuke tertarik padamu, hahaha."
Mendengar penuturan Ino, Sakura berjengit dari tempatnya, hell, sama sekali tidak terlihat seperti itu, "Ah, kau bicara apa sih, hahaha."
"Yah, Sasuke sama sekali tidak pernah berkencan sih, ia hanya menghabiskan one night stand jika memang sedang ingin bersenang-senang. Hanya saja..."
"Hum?" Sakura menatap penasaran, medesak Ino melanjutkan perkataannya.
"Hanya saja, kurasa dia tertarik padamu, jika tidak, mana mungkin kau dibiarkan berada di kamarnya, padahal masih ada satu kamar kosong lagi di rumah ini. Aku jadi bertanya-tanya, mungkin saja kalian sedang mencoba berkencan juga sekarang, hum?"
Sakura terkesiap, jadi ini kamar Sasuke? Pantas mewah sekali, dan juga terlihat simple sebagaimana kamar pria ada umumnya. Tapi, yang jadi masalah saat ini, bagaimana ia harus menjawab Ino? Kalau ia tidak menjawab 'iya', pasti Ino mencurigai jika saja nanti malam mereka melakukan itu. Uh, memikirkannya, otak Sakura jadi memanas seketika.
"Eh? Kau tak apa, Sakura?"
"Hahaha, aku tak apa. Aku hanya bingung, kami ... err ... terikat suatu hubu ... ngan? Em, tapi itu bukan kencan atau hubungan romantisme, maksudku itu seperti ... argh, aku bisa gila."
Ino memandang bingung sebelum kemudian menatap geli dan sedikit terkikik, "Hahaha, tak masalah, aku juga bingung bagaimana harus mengatakannya dalam kalimat yang sopan, tapi apa maksudmu kau ini anggota baru tim sekaligus wanitanya Sasuke?"
"Yah, kurasa seperti itu, atau mungkin juga tidak. Tapi kurang lebih seperti itu ... argh, ini membuatku frustasi, aku tidak bisa menjawabmu sekarang, ada hal yang harus kupastikan dulu."
"Oke, tak masalah, hahaha. Aku siap mendengarmu kapan saja."
Sakura mengangguk dan tersenyum, "Terimakasih atas pengertiannya."
"Hm, sudah lewat jam makan malam, aku akan menyiapkan makan malam, mau makan bersama? Sepertinya Sasuke akan pulang agak larut."
"Boleh, aku juga lapar, tapi sejujurnya aku tidak pandai masak."
"Huh, tak masalah, ayo kita turun!"
.
.
.
Malam sudah mulai larut, putaran waktu menunjukkan pukul sepuluh. Dan saat ini, Sakura yang baru saja menyelesaikan makan malam tengah berbaring santai di atas ranjang. Tapi pikirannya tertuju pada pembicaraannya dengan Ino Yamanaka beberapa saat yang lalu.
Sampai sore tadi, ia masih gadis biasa yang tengah menjadi relawan dan terikat oleh organisasi sialan bernama Anbu. Ketidaksengajaan yang ia lakukan tadi sore pastilah sebuah takdir. Hanya saja, apakah ini pilihan yang tepat?
Setelah sekian lama, Sakura akhirnya menemukan cara balas dendam, hanya saja ia tak pernah menduga kalau itu harus dengan menjadi budak seks Sasuke Uchiha. Ia tidak tahu lagi apakah ini pantas dipertaruhkan atau tidak.
Cklek!
Sakura terkesiap mendengar suara pintu dibuka. Terlihat Sasuke berjalan memasuki ruangan dengan tatapan menajam dan sebuah map entah apa. Pria itu kemudian mendudukkan dirinya di atas ranjang tepat di samping Sakura.
"Hn, aku lupa menyuruh Ino untuk memberikanmu lingerie saja sebagai baju tidur."
Sakura melotot horor, "Gila, kau benar-benar serius?!"
"Tentu." Sasuke menjawab santai sambil menyerahkan map dan sebuah bolpoin di tangannya.
Iris emerald Sakura menatap satu persatu kalimat demi kalimat yang tertera di atas kertas putih yang tengah digenggamnya, surat kontrak antara master dan slave dalam, BDSM. Sial, pria gila yang keji dengan kink anehnya yang juga keji.
'Ini benar-benar surat perbudakan, dia benar-benar diuntungkan, shannaro!' teriak batin Sakura menyumpahi Sasuke dan segala isi kontraknya.
"Aku tidak menerima bantahan, tanda tangani saja." Suara intimidasi milik Sasuke mengudara.
"Apa kau sedang mabuk saat membuat kontrak ini? Satu-satunya keuntunganku hanyalah seluruh kebutuhanku ditanggung. Sialan, kalau itu aku juga bisa menanggung biaya kebutuhanku sendiri."
"Kau lupa kesepakatan kita tadi?"
"Hahh, tidak bisakah ini lebih dipermudah?" Sakura menghela napas pasrah.
"Isi kontrak BDSM memang begitu, semua di tangan dominant bukan submissive."
"Uh, tidak bisakah aku yang menjadi dominant lalu kau submissive-nya?"
Sasuke mendelik horor, "Kau gila?"
"Ck, iya, iya, hanya bercanda," dengus Sakura kesal.
"Cepat tanda tangani," titah Sasuke terdengar arogan dan memaksa.
"Aku ingin mengajukan dua syarat."
"Hn?"
"Pertama, tidak ada binatang apapun, entah buas atau tidak, apalagi ular."
"Deal." Sasuke menjawab tanpa berpikir dua kali.
"Kedua ... eng, bisakah aku mendapat dua kontrak?"
"Hn?" Sasuke menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Maksudku, kontrak pertama tadi yang kau ingin merekrutku sebagai anggota medis di timmu, aku menyetujuinya."
"Hn, aku lebih tertarik menjadikanmu slave-ku."
"Uh, iya, iya, aku tetap akan menjadi submissive-mu, hanya saja, bisakah kontrak BDSM ini hanya diketahui antara kau dan aku? Maksudku, di depan timmu yang lain, aku ingin mereka menganggapku bergabung karena kontrak sebagai anggota baru tim bukan sebagai budak seksmu!"
Wajah Sakura memerah, ia tidak bisa membayangkan harga dirinya jika orang memandangnya sebagai budak seks semata.
"Hn, deal."
Sakura terkesiap, sedikit terkejut Sasuke menyetujuinya, "Benarkah?"
"Hn, cepat tanda tangani itu."
"Uh, sebenarnya ada satu lagi."
"Apa?"
"Mereka pasti akan curiga karena aku tinggal di kamarmu, kan? Apa kau keberatan kalau mengatakan kita berkencan? Maksudku, bilang saja kita sedang coba-coba kencan karena merasa tertarik. Tenang saja, aku tidak akan mengekangmu kalau seandainya kau ingin tidur dengan wanita lain. Ini hanya status pura-pura saja."
"Hn, kau naif juga. Deal." Sasuke kembali menyeringai.
Sakura sejujurnya cukup terkejut Sasuke kembali menyetujuinya, tapi setidaknya ia bisa bernapas lega. Dan dalam satu tarikan napas, ia akhirnya membubuhkan tanda tangan di atas kontrak itu.
Sasuke kembali menyeringai lebih lebar, ditariknya map itu dari tangan Sakura dan memasukkannya ke laci. Setelahnya ia kembali mendudukkan diri di atas ranjang. Menatap ke arah gadis cantik bersurai bak gulali yang tengah membuang muka.
"A- apa harus malam ini?"
"Ya."
"Uh, aku belum siap."
"Aku tidak peduli," jawab Sasuke acuh lalu menarik paksa Sakura dalam satu ciuman panas.
Menindih tubuh mungil gadis itu di bawahnya dan memberinya sensasi membakar dari sebuah pagutan liar. Bibir tipsinya melumat bibir Sakura yang terlihat masih kaku, tapi ia justru menyukainya, dan juga jangan lupakan rasa manis yang terasa alami dari kedua belah bibir yang tengah diisapnya saat ini.
"Uhh!"
Sakura mengerang saat pasokan oksigennya menipis, membuat Sasuke akhirnya menarik diri. Benang saliva pun terlihat menjejak di antara mereka.
"Kaku sekali, jangan bilang ini ciuman pertamamu, hum?"
"Memangnya kenapa? Aku sudah bilang kan aku belum siap!"
"Aku justru menyukainya, aku akan mengajarimu salah satu kenikmatan dunia."
Sakura menelah ludah kasar saat Sasuke menarik tubuhnya mundur dengan sebuah seringai yang entah mengapa terlihat begitu kejam di mata Sakura.
Pria Uchiha itu berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan sebuah koper hitam kecil dari dalamnya. Hal yang sukses membuat detak jantung Sakura seperti akan meledak saat pria itu mengeluarkan beberapa alat yang akan menemani malam panas mereka.
"Ini baru akan dimulai, Sayang." Satu seringai berbahaya penuh arti dilayangkan Sasuke saat ia berjalan mendekat dengan beberapa alat di tangannya.
Sial, aku harus apa?! Batin Sakura tercekat begitu saja. Sasuke mendudukkan diri di atas ranjang dan memutar posisi Sakura untuk duduk di atasnya. Lalu, menarik tengkuk gadis gulali itu, kembali menghujaminya dengan pagutan liar yang panas dan kasar.
Napas Sakura memendek, ia merasa gugup luar biasa, ini yang pertama untuknya, tapi ia sudah harus menghadapi tipe seks kasar yang akan menantinya malam ini. Dan juga, saat ini tangan Sasuke sudah mulai menelusup di balik piyamanya, kemudian bergerak meremas area pinggangnya sensual.
Ciuman mereke terlepas, bibir Sasuke bergerak ke area leher, mencium, menjilat, dan menggigit, membuat Sakura buru-buru menahan bibirnya untuk menahan desahan yang akan keluar.
Ctik!
Sakura terkesiap saat merasakan pengait branya yang terlepas, membuat cup itu tidak lagi menyangga area dadanya. Tangan besar Sasuke sontak saja langsung meremasnya kasar, dengan jari-jari panjangnya yang memilin puting Sakura yang mulai menegak.
Cukup, ini benar-benar gila, Sakura menggigit bibirnya keras untuk tidak mendesah, ia benar-benar merasa malu saat ini.
"Jangan tahan desahanmu," ucap Sasuke di antara ciumannya pada area leher Sakura, remasannya pada payudara Sakura pun semakin menguat, menaikkan intensitas serangan seksual pada gadis di pangkuannya yang sebentar lagi akan diubahnya menjadi wanita seutuhnya.
"Emm..." Sakura mengerang tertahan, ia masih merasa malu untuk melepas desahannya, walau sejujurnya ia mulai merasakan perasaan aneh yang menjalar ke area bawahnya, bahkan putingnya sudah menegang dengan sempurna saat ini. Sial, memalukan, bisa-bisanya ia malah ikut terangsang.
Ctas!
Tiba-tiba, satu suara cambukan yang cukup keras mengudara. Membuat punggung Sakura menegang, dan tak lama kemudian rasa sakit pun mulai menjalari area belakangnya yang bersentuhan dengan sebuah ikat pinggang di tangan Sasuke, ia rasa punggungnya saat ini pasti sedang memerah.
Sasuke menghentikan rangsangan seksualnya dan memandang tajam ke arah Sakura yang tengah terkesiap, "Kau membaca kontraknya kan? Semua perintah dominant adalah mutlak."
Sakura tertegun, sial, ini akan menjadi malam yang sulit.
.
.
TBC
Yah, sepertinya cerita ini ga terlalu menarik ya? Menimbang antusias yang biasa saja, gw paham si, cerita ini emang ga jelas wkwk. Cuma grgr lihat zodiak leo-sadisctic dan aries-masochist nekat buat fict, lol.
Jadi kalau emang gak menarik bilang aja, biar gw discontinue aja dulu ini fict, terus fokus ke cerita lain, hehe.
P.s. perkiraan umur mereka 24-an.
Jadi, bagaimana pendapat kalian tentang chapter ini?