My Justice by Kang Nasgor.
Disclaimer : Naruto adalah kepunyaan Mr. Masashi Kishimoto.
Semua karakter memiliki pemiliknya masing-masing.
Summary : Baku hantam ajalah kita Summary!
Rate : M.
Genre : Advanture, Action, Fantasy, Supranatural.
Warning : Typo, OC, OCC, Bahasa Baku, Cerita dikarang oleh Kang Nasgor dari berbagai referensi.
"Naruto" Berbicara.
"Naruto" Batin.
["Naruto"] Magical Beast Berbicara.
["Naruto"] Batin Magical Beast.
[Naruto] Power/Magic.
.
.
.
Don't read if you don't like it!
.
.
.
Happy read if you like it
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
Drap Drap Drap
Suara derapan langkah kaki kuda yang sedang berlari bergema di dalam kawasan hutan rindang. Enam orang berjubah hitam yang sedang memacu kuda disusul oleh beberapa orang berompi hijau loreng yang juga mengendarai kuda di belakang mereka. Wajah keenam orang berjubah hitam itu, tampak tidak terlihat, karena hodie jubah yang menutupi kepala mereka.
"Kuso! Para bajingan itu cepat sekali!" gerutu salah satu pria berambut spike hitam dengan wajah tampan menatap enam orang berjubah hitam yang berada jauh di depannya. "Kerajaan Kumo beraliansi dengan Kerajaan Olympus menyerang Ibu Kota Kerajaan Konoha secara tiba-tiba, penyerangan itu membuat keadaan seluruh ibu kota kerajaan menjadi kacau sekarang." suara tangisan bayi menggema kencang dari salah satu orang berjubah hitam yang berada paling depan diantara kelima orang berjubah hitam lainnya. "Para bajingan ini memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk menculik salah satu putra dari Jendral Minato. TIDAK AKAN KU BIARKAN! TIDAK AKAN KUBIARKAN KALIAN MENGAMBIL PUTRA GURUKU!" mata hitam yang dimiliki oleh pria itu langsung berubah menjadi berwarna merah darah dengan tiga tomoe hitam yang berputar secara perlahan. "Aku tidak boleh gagal. KAMI TIDAK BO—"
Mata pria itu seketika melebar melihat salah satu orang berjubah hitam di depannya terjatuh dari kudanya, membuat kelompok yang dipimpin oleh pria berambut spike hitam itu melompatkan kuda mereka untuk menghindari pria tersebut. Pria bermata merah itu hanya melirikkan matanya melihat salah satu pria berjubah yang dikejarnya sedang terguling-guling di tanah.
"KAPTEN OBITO! BAGAI—"
"BIARKAN SAJA! TUJUAN KITA ADALAH MEREBUT KEMBALI PUTRA JENDRAL MINATO SECEPATNYA!" perintah pria yang bernama Obito itu memotong perkataan salah satu orang yang berada di belakangnya.
"BAIK, KAPTEN!" jawab semua orang yang mengendarai kuda di belakang Obito serempak. Sepertinya semua orang-orang yang mengikuti Obito adalah bawahannya. Terdengar dari bagaimana cara mereka memanggil pria tersebut dengan panggilan Kapten.
Pria berjubah hitam yang berada paling depan diantara kelima orang berjubah lainnya tampak menampilkan senyuman diwajahnya, setelah pria itu melirikkan matanya melihat para gerombolan pria berompi loreng yang masih mengejar dia dan kelompoknya. "Kena kalian." batinnya tersenyum jahat. Pria tersebut kemudian mengalihkan pandangan kearah salah satu pria berjubah lain di belakangnya lalu menganggukkan kepalanya pelan seperti memberi kode kepada pria itu. Setelah memberikan kode kepada pria di belakangnya, pria yang seperti memegang sesuatu di tangan kirinya, lalu semakin mempercepat laju kuda yang di tungganginya, meninggalkan keempat pria berjubah lainnya. Melihat salah satu teman mereka semakin menjauh, keempat pria berjubah lainnya lalu tampak seperti memelankan laju kuda yang mereka tunggangi sampai akhirnya berhenti.
Melihat keempat orang yang di kejarnya berhenti secara mendadak seperti menghalangi mereka membuat Obito dan orang-orang di belakangnya juga menghentikan laju kuda mereka sambil menatap keempat orang itu waspada. "Cih, mereka mau mengulur waktu ya?" batin Obito menatap kesal keempat orang yang sudah turun dari kuda yang mereka tunggangi.
[Fire Magic Combination : Giant Fireball]
Ketiga orang berjubah itu lalu menciptakan sebuah lingkaran sihir berwarna merah raksasa yang melontarkan sebuah bola api merah raksasa kearah Obito dan pasukannya.
"AOKI, KIMURA!"
"SIAP KAPTEN!"
[Water Magic : Water Curtain]
Dua dari pasukan Obito langsung menciptakan lingkaran sihir berwarna biru di tangan mereka, mengeluarkan sebuah gelombang air yang membentuk tirai air tebal di depan Obito dan pasukannya. Tirai air tebal itu langsung menahan bola api raksasa yang dilontarkan kearah mereka. Panas bola api itu beradu dengan tirai air sehingga menciptakan kabut asap tebal di kawasan hutan tempat mereka berada.
[Barier Magic]
Dua suara pria berbeda menggema di telinga Obito dan beberapa orang yang pimpinnya. Obito berusaha menatap kesekitar yang tengah dikelilingi kabut asap. Dengan mata merahnya, pria bernama Obito dapat menembus kepulan asap dan melihat sebuah barier sihir, barier sihir yang membentuk lingkaran dengan dua buah pilar di depan dan di belakang pasukan yang di komandonya telah dengan sempurna mengurung mereka. "Barier?" batin Obito terkejut. "Pilar sihir itu… dari pria yang sebelumnya." lanjut Obito melihat sebuah pilar sihir diarah belakang dia dan pasukannya.
"Sepertinya kita terkurung, Kapten Obito."
"Yeah. Dengarkan perintahku! Pertama-ta—"
Wush
Tiga sosok pria yang baru saja melontarkan sihir bola api raksasa kepada mereka tiba-tiba saja menembus kepulan asap, melesat mendekat dengan cepat kearah Obito dan pasukannya.
Sringgg
Mata merah Obito melebar melihat tubuh ketiga orang yang melesat kearahnya mengeluarkan aksara-aksara aneh. Obito yang merupakan salah seorang kapten di Divisi Pertahanan Kerajaan Konoha tentu saja mengetahui aksara-aksara aneh yang tercipta di tubuh ketiga orang itu. Salah satu sihir tingkat A, sihir yang digunakan oleh seseorang untuk menciptakan sihir ledakan dahsyat dengan mengorbankan nyawanya. Suicide Bombing Magic, sihir bom bunuh diri. "Sialan, Kami dijebak." gerutu Obito melompat kebelakang sambil menarik rompi dua orang pasukannya. Tiga tomoe hitam yang ada dikedua mata merahnya kemudian menyatu membentuk pola aneh. "Aku ceroboh."
[Mangekyo Sharinggan : Kamui]
DUARRR
.
.
.
Kang Nasgor Ganteng
.
.
.
Seorang pria tua beruban kekar, tengah berjalan pelan menyusuri hutan dengan pakaian kaos biru tua lengan pendek dan celana biru pendek beralaskan setta dikakinya, tidak lupa sebuah katana dengan sarung berwarna hitam terikat di pinggang kirinya. Di bahu pria tua itu terdapat seekor rusa berukuran sedang yang sudah mati, leher rusa tersebut terdapat sebuah sayatan pedang yang menganga lebar.
DUARRR
Pria tua itu kemudian menghentikan langkahnya karena mendengar suara ledakan yang tidak jauh dari tempatnya berada. "Apa yang terjadi?" gumam pria tersebut bingung sambil menatap asap tebal yang membumbung tinggi beberapa ratus meter di depannya. Sekilas mata hitam pria itu berkilat dengan warna merah. "Hooo… Penculikankah?"
Drap drap drap
Suara derapan langkah kaki kuda yang berlari disertai suara tangisan bayi terdengar di telinganya. Tampak seorang pria berjubah hitam sedang memacu kudanya dengan sehelai kain putih yang seperti membungkus sesuatu di tangan kirinya.
"Tidak salah bukan membantu bayi kecil yang belum bisa melindungi dirinya sendiri?" gumam pria tua tersebut entah pada siapa lalu menjatuhkan mayat rusa yang ada di bahunya ke tanah.
Pria berjubah yang sedang memacu kudanya cepat, mengangkat sebelah alis matanya melihat seorang pria tua beruban dengan sebuah bekas luka vertikal di mata kananya yang tangah berdiri puluhan meter di depannya. "Aku sekarang tidak memiliki banyak waktu. Aku harus cepat pergi dari hutan ini dan segera memberikan bayi ini kepada Tuanku." batin pria itu tetap melaju dengan kudanya. "MENYINGKIR DARI JALANKU, PAK TUA!"
Melihat kuda yang dikendarai oleh pria berjubah hitam di depannya melaju cepat dan mendengar teriakan kencang pria tersebut untuk menyuruhnya untuk menyingkir, pria tua beruban itu lalu memundurkan dirinya selangkah ke belakang untuk membuka jalan pria berjubah hitam itu lewat sambil tersenyum tipis.
Pria berjubah hitam itu melewati pria tua itu sambil melirikkan matanya sinis. "Bersyukurlah karena aku sedang buru-buru. Jika tidak kau sudah ma—"
Mata kehijauan milik pria berjubah hitam itu melebar karena merasakan sesuatu hilang dari tangannya.
Kain putih yang membungkus seorang bayi di tangan kirinya sudah tiada.
Pria berjubah itu kemudian melirikkan matanya kebelakang, melihat pria tua beruban yang seperti memegang sesuatu di tangan kirinya.
Dengan sigapnya pria itu menarik tali kekang kuda yang dikendarainya untuk menghentikan laju kudanya. Pria berjubah itu lalu melompat dari kudanya sambil membukakan hodie jubah hitam yang dikenakannya. Rambut putih sebahu dengan kulit putih, pria itu menampilkan wajah penuh amarah melihat kearah pria tua yang baru saja dilewatinya.
"HOI, PAK TUA! KEMBALIKAN BAYI YANG ADA DI TANGANMU ITU KEPADAKU!" teriaknya marah berjalan kearah pria tua itu. "Bagaimana cara tua bangka ini mengambil bayi itu dariku?"
Pria tua itu tampak mengabaikan teriakan marah oleh pria yang seperti masih berumur tiga puluhan tahun tersebut dan lebih memfokuskan pandangannya kearah bayi yang ada didekapan tangan kirinya. Rambut pirang dengan kulit kuning langsat, kedua bola mata berwarna sapphire, pipi cubby yang menambah kesan imut di wajah bayi tersebut. "Bayi laki-laki ini mungkin berumur lima atau enam bulan lebih sekarang. Bayi yang sangat sehat." batin pria tua itu sambil menatap bayi yang tengah menangis ditangannya. "Kau itu laki-laki, hentikan tangisanmu itu!" ujarnya jenaka sambil menekan-nekan hidung bayi pirang tersebut dengan telunjuk tangan kanannya. "Heee…" gumamnya sedikit terkejut melihat bayi yang ada di tangan kirinya tersebut menghentikan tangisan kencangnya, malah bayi tersebut menampilkan senyuman manis dimana dia memperlihatkan dua gigi seri depan yang baru tumbuh sambil memegang telunjuk pria tua itu dengan kedua tangan mungilnya.
"JANGAN MENGABAIKANKU, PAK TUA!" teriak pria berambut putih sebahu tersebut kesal karena pria tua yang ada di depannya malah mangabaikannya. Kedua tangannya terkepal kuat, karena dia sekilas mengingat kenapa dia sekarang ada di sini.
"Mizuki… aku ada misi khusus untukmu. Kau pergi ke Kerajaan Konoha sekarang, culik salah satu anak dari Jendral Minato dan bawa anak tersebut kepadaku segera!"
"Ta-tapi tuanku… penjagaan Kerajaan Konoha sangat susah untuk dilewati. Aku ti—"
"Kau tenang saja. Besok kerajaan Kumo dan Kerajaan Olympus akan menyerang Kerajaan Konoha secara bersamaan. Kau ambil kesempatan itu untuk menerobos penjagaan Kerajaan Konoha dan pergi ke kediaman Jendral Minato berada. Culik salah satu anaknya yang baru lahir beberapa bulan lalu dan bawa anak itu kepadaku! Jika kau berhasil, aku akan mengabulkan segala permintaanmu nantinya."
"A-apapun, Tuanku?"
"Hm."
"Baiklah, Tuan. Aku akan menjalankan misi yang kau berikan ini. Aku akan segera bersiap-siap."
"Tunggu Mizuki! Bawalah para Homunculus ini pergi bersamamu. Gunakanlah mereka sebaik mungkin. Mereka akan mendengarkan apapun perintah yang akan kau berikan nantinya."
"Baik, Tuan."
Wush
Mizuki yang mengingat perintah tuannya tempo haripun, melesat cepat kearah pria tua di depannya. "Aku tidak punya banyak waktu. Ku bunuh kau, Tua Bangka!" batinnya menatap pria tersebut tajam sambil meningkatkan kekuatan fisik tubuhnya dengan mana.
Melihat pria di depan melesat cepat kearahnya, pria tersebut hanya tersenyum sambil melirikkan matanya. Mata kehitaman pria tua tersebut bertatapan dengan mata kehijauan Mizuki.
Mizuki tiba-tiba berhenti.
Mata kehijauannya tampak bergetar setelah bertatapan dengan mata hitam pria tua di depannya.
Aura yang dikeluarkan oleh pria itu, tatapan mata itu, hasrat membunuh yang keluar dalam sekejap dan ditujukan padanya.
Semua hal itu… membuat Mizuki terdiam dengan tubuh bergetar.
Dia takut.
Jika dia bergerak sekarang, dia bisa ma—
"Ada apa anak muda? Apa kau takut dengan pria tua ini?" perkataan pria tua di depannya membuat Mizuki kembali sadar.
"B-BRENGSEK! K-KAU PIKIR AKU TA-TAKUT PADAMU?!" teriak Mizuki terbata-bata.
"Hooo… kalau begitu kemarilah, Bocah!" ujar pria tua itu santai sambil mengarahkan katana yang masih disarungkan kearah Mizuki. "itupun kalau kau berani."
Mendengar perkataan pria tua di depannya, sungguh membuat Mizuki naik pitam. Dengan cepat Mizuki melesat kearah pria tua di depannya sambil mengalirkan mana ke kedua pergelangan tangannya.
[BEAST TRANSFORMATION : TIGER CLAW]
"Beast Transformation Magic ya." batin pria tua yang sedang menahan bayi pirang di tangan kirinya, setelah dia melihat kuku tangan pria yang melesat kearahnya memanjang disertai bulu-bulu hewan berwarna orange mulai menutupi tangannya.
"JANGAN MEREMEHKANKU, BAJINGAN!" teriak Mizuki menyerang dengan kedua tangannya. Tapi, pria tua di depannya dengan mudah menghindari semua serangan cakaran darinya sambil tersenyum. "APA KAU CUMA BISA MENGHINDA— GUAHHH."
DUSH DUAGH
Teriakan Mizuki terpotong karena dia dengan kuatnya terlempar lalu menghantam sebuah batang pohon. "Sa-sakitnya…" batin Mizuki bersandar pada batang pohon yang baru saja dihantamnya. Pakaian yang menutupi area perut Mizuki tampak robek, memperlihatkan otot-otot perutnya yang telah membiru. "S-siapa pria tua ini? Dia dapat dengan mudah menembus mana sihir yang melindungi tubuhku."
Ujung sarung katana yang ada di tangan pria tua di depan Mizuki tampak mengeluarkan asap setelah benda itu ditusukkan kearah bagian perut Mizuki barusan.
"Lupakan bayi ini dan pergilah sekarang dari hadapanku, Anak Muda. Kau masih muda, berhentilah melakukan tindakan seperti i—"
"DIAM KAU, PAK TUA! KAU TIDAK TAU APA-APA TENTANGKU." teriak Mizuki memotong perkataan pria tua yang berdiri beberapa meter di depannya. Mizuki tidak boleh gagal sekarang. Ini adalah satu-satunya kesempatan emas yang didapatkannya. Jika dia berhasil mengalahkan pria tua di depannya ini, maka semua keinginannya dapat terkabul. Sekilas Mizuki teringat dengan sesosok wanita cantik berambut cokelat panjang yang digeraikan tengah menangis tersedu-sedu. Dia mengingat kenapa dia melakukan semua ini. Demi wanita yang di cintainya, demi dirinya, demi kebahagiaan mereka berdua kelak, dia rela melakukan apa saja. Pekerjaan kotor ataupun keji akan dia lakukan agar dapat menikahi wanita yang sangat di cintainya itu. Walaupun nyawanya sendiri sebagai taruhannya kelak.
[BEAST TRANSFORMATION : DEADLY TIGER]
Teriak Mizuki dengan kencangnya. Mana sihir berwarna hijau dengan ganas keluar dari tubuhnya. Warna bola matanya berubah menjadi kuning cerah dengan sebuah vertikal hitam di tengahnya.
Sret Gret Srat
Suara dari seluruh pakaian yang di kenakan Mizuki robek, karena tubuh pria tersebut tiba-tiba saja membesar dengan bulu-bulu yang menutupi seluruh kulitnya.
"GOARGHHH!" Mizuki berteriak kencang layaknya binatang buas. Mizuki tampak berubah menjadi manusia harimau kekar berotot.
"Perubahan yang sangat menarik, Anak Muda. Tapi, itu tidak akan mengubah apapun." ujar pria tua tersebut masih mempertahankan senyum di wajah rentanya. "Ini peringatan terakhir dariku. Lupakan bayi ini dan pergilah sekarang dari hadapanku, atau tidak… nyawamu akan melayang olehku."
"GRRR…"
Alis mata kanan pria tua tersebut sedikit terangkat melihat sosok pria di depannya malah menggeram dan menatapnya tajam. "Apa ini? Jangan bilang, kalau kau masih belum bisa mengontrol mode sihir—"
WUSH DUAR
Mizuki dalam bentuk harimaunya tiba-tiba saja menerjang pria tua di depannya, namun pria tua itu dapat dengan mudahnya menghindari serangan dadakan Mizuki tersebut.
"GRRR…" Mizuki yang ada berdiri di tengah-tengah cekungan tanah itu kemudian berbalik sambil membuka mulutnya lebar. Gigi-giginya yang sudah berubah menjadi gigi harimau kemudian mulai memanjang di sertai air liur yang mengalir melewati bibirnya menetes ke tanah.
"Jangan salahkan aku, Anak Muda. Salahkan nasib yang membawamu kepadaku." ujar pria tua tersebut pelan sambil menarik nafas dalam setelah dia melihat pria harimau di depannya sudah melompat cepat hendak menerkamnya. Pria tua itu kemudian melemparkan bayi pirang yang ada di tangannya keatas.
Semua berlalu dengan sekejap.
Mata Mizuki tampak kembali seperti semula, di pandangannya matanya, tubuh harimaunya sudah jatuh berlutut dengan simbah darah keluar deras dari bagian leher tubuhnya. "A-apa yang—"
Perkataannya terhenti setelah dia merasakan kepalanya beberapa kali terhampas di tanah lalu berguling secara perlahan. Mizuki telah mendapatkan kesadarannya kembali. Dia sadar, kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya.
"Kau masih bisa berbicara setelah aku menebas kepalamu? Keras kepala juga kau."
Mendengar suara pria tua yang menjadi lawannya, membuat Mizuki berusaha melirikkan matanya ke samping kanan. Pria tua tersebut berdiri beberapa meter di belakang tubuh harimaunya yang sudah telungkup di atas tanah. Pria tua tersebut tampak mengangkat tangan kirinya keatas dengan telapak tangannya yang terbuka.
Grep
Bayi yang diselimuti oleh kain jatuh tepat di telapak tangan pria tua tersebut. Pria tua itu kemudian berbalik menatap kepala Mizuki yang tergeletak di atas tanah.
Mizuki yang masih sadar, walaupun sekarang kepalanya sudah terpenggal dan tergeletak di atas tanah, dia tampak mencoba menggerakkan mulutnya sambil menatap pria tua yang sedang berjalan kearahnya. "Si-siapa k-kau se-sebenarnya?"
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh pria yang hendak menghembuskan nafas terakhirnya itu membuat pria tua tersebut menghentikan langkahnya. "Rayleigh."
"Ray-Rayleigh k-katamu... hahaha, malang sekali nasibku. B-bertemu dengan mantan tangan kanan Ra-raja Iblis." batin Mizuki dengan kedua mata yang perlahan mulai terpejam. "Ma-maafkan aku, Syila-chan."
Pria tua yang bernama Rayleigh itu hanya menatap kepala manusia yang tergeletak di atas tanah itu diam. "Baiklah… waktunya mengembalikan bayi in—" mata pria tua itu seketika melebar melihat sebuah lingkaran sihir berwarna ungu yang tercipta di bawah mayat Mizuki di depannya. "Sihir peledak!" batin Rayleigh terkejut sambil memeluk erat bayi yang ada ditangan kirinya.
Pria tua itu langsung melompat kebelakang sambil mengarahkan katana yang ada ditangan kanannya kedepan. Bayangan hitam keluar dari katana yang masih di sarungkan tersebut, membentuk 3 sosok manusia yang masing-masing memegang sebuah katana ditangan mereka. Dua sosok manusia bayangan tersebut dengan gesitnya bergerak kearah sebuah pohon besar lalu menebas pohon itu secara bersamaan dengan mudahnya. Bayangan manusia yang satunya lagi langsung bergerak kebelakang Rayleigh, lalu memegang bagian belakang baju pria tua itu dan langsung melemparnya dengan kuatnya ke arah belakang.
Sringgg DUMNNN
Cahaya ungu yang berasal dari lingkaran sihir tersebut semakin bersinar terang bersamaan dengan tumbangnya pohon besar yang dengan tepatnya menghantam bagian tengah lingkaran sihir tersebut.
DUARRR
Ledakan dahsyat terjadi lagi di kawasan hutan tersebut.
Rayleigh yang sudah berada jauh dari tempat ledakan tersebut, tampak berdiri di atas dahan pohon. "Sial. Rusa yang aku buru juga kena ledakan itu." gumam Pria tua tersebut, setelah dia meletakkan kembali katananya di pinggang. Rayleigh kemudian mengalihkan pandangannya kearah bayi pirang yang ada di pelukannya. "Kau beruntung karena bertemu denganku." ujarnya sambil menekan-nekan pipi cubby bayi tersebut.
Bayi tersebut hanya tertawa karena tindakan yang dilakukan oleh Rayleigh.
Rayleigh kemudian tersenyum sadis sambil mengeluarkan hawa membunuhnya, berniat untuk membuat bayi yang ada di dekapannya itu menangis. Namun, betapa terkejutnya dia, melihat bayi yang ada di pelukannya itu malah semakin memperkencang suara tawanya. Dengan perlahan bayi pirang yang ada ditangannya itu mengangkat kedua tangaannya kearah wajah tua Rayleigh. Rayleigh yang melihat itu kemudian tanpa sadar, dengan perlahan dia mendekatkan bayi itu kewajahnya. Kedua telapak tangan mungil tampak mengelus wajah tua renta Rayleigh.
Tes
Sebulir air mata keluar dari kelopak mata Rayleigh. "A-aaa…" suara Rayleigh tercekat setelah dia menyentuh linangan air matanya. "A-aku menangis…" ujar Rayleigh pelan melihat bulir air mata yang ada di telunjuknya. Pria tua itu kemudian mengalihkan pandangannya kearah bayi pirang yang di selimuti oleh kain putih. Mata hitam Rayleigh menyipit melihat sebuah jahitan hitam yang membentuk sebuah nama di kain tersebut. "Naru—"
DUAR DOOMMM BOOOMMMM DUARRRR
Suara ledakan beruntun membuat Rayleigh menghentikan perkataannya. Ratusan meter dari tempatnya berdiri, asap hitam tampak membumbung tinggi di sertai ledakan-ledakan dahsyat. Dia dapat merasakannya, puluhan orang sedang bertarung di sana. Berbagai macam jenis mana sihir sedang berbenturan. Rayleigh kemudian beberapa kali mengenduskan hidungnya, mencoba menghirup sesuatu. "Aku mencium bau amarah yang sangat kental dari sana. Jika aku pergi kesana, bisa- bisa bayi ini…"
"Yosh… aku akan membesarkanmu, akan kubuat kau menjadi pria sejati. Mulai sekarang aku akan menjadi kakekmu sekaligus gurumu…,"
Bayi kecil itu hanya menepuk-nepukkan kedua tangannya melihat Rayleigh yang menatapnya teduh.
"Bersiap-siaplah…,"
"Naruto."
.
.
.
Continue
.
.
.
TBC
Nasgor/N : YOHOHOHO YO HOHO HOOO YOHOHOHO YO HOHO HOOOOO
Yo! Apa kabar kalian, wahai reader sekalian? Semoga kabar kalian baik-baik saja ya. Amin
Oke… kali ini kang nasgor kembali lagi dengan sebuah cerita baru bertema… tema fic ini apa ya? hahaha ane kagak tau, karena ane asal buat.
Bagaimana menurut kalian chapter 1 fic ini? Apakah layak untuk di lanjutkan? Silahkan review ya. biar ane tau, gimana pendapat kalian.
Semua penjelasan akan ane buat di chapter 2. Jadi, stay on aje cuy.
Btw, ada review yang tanya kepanjangan FCI. FCI = Fanfic Community Indonesia, Grup WA tempat ane sekarang bernaung.
Next Chapter 2 : Didikan keras… tehnik bernafas… Serigala Petir… AMANAT TERAKHIR KAKEK.
Bye-bye minna-san. Jangan sering-sering makan nasgor. Nanti BB cepat bertambah. Wahahaha (bukan body shamming njay)
.
.
.
Sekian.
.
.
.
Stay Safe and Peace ;)