BERTH

Chapter 06.

Keesokan harinya, Tetsuya mencoba mengingat-ingat kembali apakah dia pernah bertemu dengan keluarga Akashi atau Karma sebelumnya. Dia ingin bertanya pada ibunya namun jika dilihat dari reaksi ibunya saat dia bercerita tentang Karma, jelas ibunya belum pernah berjumpa.

Kakaknya?

Apalagi. Tetsuya hanya akan diceramahi jika menyebut-nyebut mimpi yang berkaitan dengan duo Akashi. Tak jelas alasannya apa, tapi yang jelas, kakaknya itu tidak suka dengan mereka. Meski kakaknya tsundere, tapi jika dihubungkan dengan Akashi, sikap itu sudah bukan sepenuhnya tsundere lagi.

Siapa mereka?

Tetsuya yakin bahwa dia bertemu Karma dan Akashi pertama kali setahun yang lalu. Sebelumnya dia tidak punya kenalan dengan ciri-ciri seperti mereka. Jika pun ini kebetulan, kebetulan apa dengan mimpi yang berulang-ulang datang?

Banyak yang bilang bahwa mereka yang kita lihat di mimpi adalah sosok-sosok yang kita jumpai di jalan dengan tidak sadar. Mungkin kita tidak ingat, namun tidak untuk otak. Otak bisa saja merekamnya dan menaruh di alam bawah sadar.

Namun Tetsuya tidak memimpikannya sekali dua kali. Dia bahkan sudah memimpikan ini bertahun-tahun yang lalu, sebelum mereka bertemu dan kembali lagi sekarang dengan intensitas yang semakin sering!

An Akakuro Fanfiction

Disclaimer :

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original story by Gigi

Warning :

Akakuro

Family, romance, drama.

Shounen ai, male pregnant.

Typo and out of character

Hari ini, Karma tidak datang. Karma sudah dia liburkan kemarin. Suasana cafe terasa sepi, tidak semarak karena tidak ada celoteh dan jeritan Karma seperti biasanya. Huh, Tetsuya menghela nafas. Baru sehari tapi sudah serindu ini.

Dia mencorat-coret catatannya dengan asal. Biasanya Karma akan menyuruh Tetsuya menggambar hal-hal absurd lalu mereka berdua akan tertawa.

Apakah ini tanda Tetsuya ingin berkeluarga?

Tapi entah mengapa, dia ingin Karma saja. Oke, Tetsuya benar-benar sudah gila. Karma punya orangtua lengkap, mengapa Tetsuya berpikir menjadikan Karma anaknya?

Kira-kira.. Karma sedang apa ya?

"Kau akan melubangi buku itu jika terus menusuknya dengan bolpenmu, Tetsuya."

"Shintaro-nii!" Tetsuya agak kaget mendengar suara kakaknya membuyarkan lamunan.

"Dimana bocah itu? Sudah tidak disini lagi?"

"Kau mencarinya?" Tanya Tetsuya yang melihat kakaknya sedikit tergagap.

"Tentu saja tidak! Syukurlah dia tidak disini lagi."

Tetsuya tahu bahwa kakaknya itu tsundere, yang dia katakan belum tentu dalam hatinya begitu, namun mendengar ucapan yang begitu membuat Tetsuya sebal.

"Karma hanya libur. Besok masuk lagi."

"Apa ayahnya tidak memberinya uang jajan sampai dia harus bekerja?"

Duh, kenapa kakaknya menyebalkan sekali sih hari ini? DAN KENAPA TETSUYA IKUTAN KESAL DISAAT DIA SENDIRI PERNAH MENGIRA HAL YANG SAMA?!

Tetsuya sungguh tidak mengerti. Dia tidak paham sama sekali! Daripada tidak jelas, Tetsuya memutuskan pergi.

"Takao-kun, titip kedai," Ucap Tetsuya yang disambut balasan 'roger' dari belakang. Tetsuya punya 3 pegawai, dan mereka semua sudah dia anggap saudara.

"Kau mau kemana?" Tanya Midorima.

"Jalan-jalan sebentar, Shintaro-nii disini saja. Takao-kun sudah tahu kesukaanmu kan,"

"Aku tidak mau dia."

"Terserah Shintaro-nii." Tetsuya tak menanggapi lagi, dia butuh menjernihkan pikiran juga hati.

Langkahnya berjalan tidak terarah. Dia melangkah kemanapun kaki membawanya pergi. Kemanapun hati ingin. Tetsuya tidak memperhatikan daerah dimana dia sekarang. Dan ketika dia sadar, dia sudah berada disekolah SD yang begitu familiar di telinga.

Tempat sekolah Karma.

Bahkan disaat beginipun, langkah yang dia tuju tetap berhubungan dengannya. Semua ini begitu rumit untuk Tetsuya.

Apa normal dia menyukai seorang anak yang notabenenya bukan keluarga sampai sebegininya?

Tetsuya memang suka anak-anak, namun tidak begini. Tidak separah ini sampai terngiang-ngiang padahal baru tidak bertemu sehari.

Jadi kenapa? Apa yang terjadi?

Ketika Tetsuya menatap SD itu lagi, terlihat siswa-siswi dengan seragam yang lucu berhamburan keluar. Tangannya menatap jam tangan, memang waktu sudah menunjukan saat anak sekolah pulang.

Beragam jemputan pun datang. Ada seorang ayah atau ibu, atau keduanya, juga tak jarang melihat pelayan menjemput anak tuannya. Sekolah yang begitu elit memang.

Tetsuya penasaran, siapa yang kali ini menjemput Karma?

Biasanya saat kekedai, dia diantar oleh seorang supir. Namun karena Karma tidak ke kedai, siapa yang menjemputnya? Ataukah Akashi? Atau..

Belum selesai Tetsuya berpikir, dia melihat Karma berjalan ceria.. dengan digandeng seorang wanita.

Wanita itu begitu cantik, memiliki surai merah muda yang panjang dan tergerai.

Itukah ibu Karma?

Itukah wanita yang sudah melahirkan Karma?

Tetsuya merasakan sebuah perasaan bergejolak yang aneh secara tiba-tiba. Ada rasa sesak yang meraung didada, juga kepalanya yang tiba-tiba pusing luar biasa. Dan dari itu semua, hal yang paling aneh adalah.. mengalirnya air mata Tetsuya.

Besoknya, pada jam pulang sekolah Karma seperti biasa, anak itu kembali datang. Membawa ranselnya yang berwarna hitam juga ponsel anak yang menggantung dilehernya.

"Karma, selamat datang!" Sambut Tetsuya antusias.

"Tadaima, Tetsuya-san!" Balasnya dengan intonasi ceria.

Setelah Karma menaruh ranselnya, Tetsuya menyusul dengan membawa beberapa camilan, juga es susu strawberry kesukaan Karma. Kemudian mereka bertukar cerita, atau Karma yang berceloteh, seperti biasanya.

"Karma," Tanya Tetsuya yang duduk disamping Karma di meja kasir, "Apa boleh tanya?"

"Tetsu-san boleh tanya apa aja sama Karma."

Tetsuya menimang kata, dia tidak boleh menyinggung Karma meski sebenarnya pertanyaan ini mengandung privasi, "Ayah Karma kan sering kesini, lalu kenapa ibu Karma tidak diajak?"

"Ibu Karma?" Kepalanya meneleng, sungguh menggemaskan sekali, "Mama Karma tinggal jauh dari sini."

"Oh, ibu Karma kerja jauh?"

"Mama Karma nggak tinggal sama ayah."

Tidak tinggal bersama? Tidak mungkin kan jika cerai? Kalau iya, kasihan sekali. Karma masihlah kecil. Butuh bimbingan dan perhatian penuh dari kedua orangtuanya.

Oh, pasti long distance relationship. Iya, pasti itu, pikir Tetsuya meski agak aneh karena biasanya anak lebih ingin tinggal dekat dengan ibunya. Dan dia dengar kalau Karma baru saja pindah kesini. Ah, tapi bukan ranah Tetsuya untuk bertanya lebih dalam.

Hanya saja Tetsuya masih punya banyak penasaran pada Karma. Salah satunya adalah alasan Karma bekerja!

Toh, meski Karma tidak bekerja, Tetsuya dengan senang hati memberi uang jajan padanya, karena dia sudah jatuh sayang.

Dan sekali lagi, jelas sekali Karma tidak kekurangan uang jajan! Barang-barang branded-nya, juga lokasi sekolah Karma sudah berbicara itu semua.

"Kazu-chan! Ada yang beli." Tutur Karma memanggil Takao. Karma memang memanggil semua orang disana dengan nama kecilnya, dekat atau tidak dekat. Bahkan kakaknya yang dikenal susah dijangkau, Karma dengan antengnya memanggilnya paman.

"Halo, Tetsuya." Sesosok laki-laki dengan penampilan yang familiar masuk kedalam.

"Kazu-chan, ada pengganggu! Usir keluar!" Teriak Karma yang dibalas jeweran di pipi gembilnya, "Ayah!"

Tetsuya tertawa dengan tingkah mereka berdua, "Apa Akashi-kun tidak bekerja?"

"Aku menengok anakku yang sepertinya rajin sekali bekerja,"

"Bukankah lebih baik Akashi-kun meniru Karma?"

"Wah wah, aku belum pernah kau puji dan kau sudah memujinya, Tetsuya?"

"Karma memang pantas dipuji," Ucap Tetsuya yang disambut dengan anggukan bangga Karma.

"Karma emang terbaik," Sahutnya lucu, dibalas cubitan gemas Akashi.

"Err.. Akashi-kun," Tiba-tiba, rasa ingin tahu tentang ibu Karma kembali mencuat ke permukaan. Tetsuya tahu itu bukan ranahnya, itu terlalu lancang dan menembus batas privasi, tapi.. Tetsuya tetap ingin tahu bagaimana seorang ibu dari bocah kecil yang membuat Tetsuya jatuh sayang padanya, "Boleh aku tanya?"

"Tanya apa?"

"Kenapa- kenapa Akashi-kun tidak pernah mengajak ibu Karma kesini juga?" Pikirannya melayang pada wanita yang kemarin Tetsuya lihat.

Karma bilang mereka LDR. Jika wanita itu ada disini, kenapa tidak diajak sekalian?

Lelaki itu terdiam sambil memandangnya, membuat Tetsuya berpikir, apa dirinya sudah sangat keterlaluan? Yah, meskipun Tetsuya juga sadar bahwa apa yang dia tanyakan terdengar tidak sopan untuk pertanyaan kepada seorang pelanggan.

"Kau ingin mengenalnya?"

Meski ragu, Tetsuya mengangguk, "Kalau boleh,"

"Tentu saja boleh," Lelaki itu tersenyum, "Tetsuya boleh mengetahuinya."

Jantung Tetsuya tiba-tiba berdetak lebih kencang, senyum itu.. senyum itu terlalu familiar.

"Bagaimana ibu Karma?" Tanya Tetsuya mencoba mengenyahkan perasaan yang berkecamuk dalam dada tanpa dia tahu kenapa.

"Dia.. cantik. Sangat cantik." Mata yang biasa terlihat arogan, dingin dan tajam itu sungguh menunjukkan suatu kekaguman, "Indah dan menawan."

Wanita yang Tetsuya lihat kemarin memang cantik dan menawan. Tetsuya paham jika wajar seorang suami memuji istrinya sendiri, namun kenapa dia tidak nyaman? Mengapa dia seakan ingin menolak apa yang Akashi ucapkan?

"Lalu kenapa tidak diajak?" Tanya Tetsuya menenangkan perasaan.

Mengapa hatinya.. seakan patah?

To be continue.

AN:

Happy Malming bagi yang merayakan, yang enggak, ayo nyari undur-undur di pojokan T.T

Terimakasih bagi yang meninggalkan jejaknya, saya tunggu kembali, dan terimakasih sudah membaca!

Sign,

Gigi.