—*—
Siang ini, semua terasa biasa-biasa saja bagi Taehyung. Di umurnya yang ke delapan belas, dia baru saja lulus sekolah dan sudah siap mendaftar ke Universitas yang dia mau. Taehyung memiliki keinginan untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional. Tidak tahu saja, bahwa keinginannya itu tidak akan terwujud setelah kejadian yang akan terjadi sebentar lagi.
"Bu, aku pergi ke mini market dekat persimpangan dulu, ya?" kata Taehyung sambil memakai sepatu kets warna abu-abunya.
"Oke, hati-hati. Oh, ibu titip satu karton susu." kata Ibu Kim yang menghampiri sang anak.
Ibu Kim adalah wanita di pertengahan empat puluh tahun dengan rambut hitam ikal dan kacamata kucing serta memiliki senyum kotak manis yang diwariskan kepada anaknya.
"Baik." jawab Taehyung simpel kemudian mengambil kunci mobil dan mulai mengendarai mobilnya menuju mini market.
Jalanan kota Boston terlihat seramai biasanya. Banyak orang hilir mudik berjalan, beberapa menaiki skateboard di trotoar. Namun saat sudah hampir sampai, tiba-tiba terlihat asap mengepul dari atas jembatan Longfellow. Hal itu menyebabkan kemacetan, dan Taehyung terjebak disana.
"Kebakaran?" tanya Taehyung heran.
Sudah hampir lima belas menit terjebak, Taehyung akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil dan berjalan saja ke mini market. Toh dia hanya ingin membeli beberapa makanan, jadi dia pikir tidak akan lama. Namun baru saja Taehyung berjalan, tiba-tiba dia mendengar suara jeritan dan matanya membelalak. Di pinggir jembatan Longfellow terlihat seorang ibu menggendong bayinya hampir dilahap sebuah lava berwarna oranye yang menggelegak panas.
Taehyung mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan apakah dia berhalusinasi atau itu betulan lava. Kemudian dia mendengar teriakan beberapa suara panik.
"Kebakaran! Terjadi kebakaran!"
Kemudian lava tersebut bergerak keatas dan membentuk sebuah... apa itu? Sebuah tubuh raksasa?
Terdengar jeritan lagi saat si ibu terkena sedikit lava di kakinya, anak di gendongannya semakin menangis. Taehyung berlari dan berusaha menyelamatkan ibu itu.
"Maam, apa kah anda bisa keluar dari sana?" teriaknya.
Si ibu masih menangis, "Kakiku, kakiku terkilir dan aku tidak bisa jalan."
"Sial." Taehyung berdecak.
Kemudian entah jiwa heroik darimana, dia menghampiri si ibu dan memapahnya berjalan menjauhi lava. Saat dia pikir semuanya akan baik-baik saja, tiba-tiba terdengar suara rendah yang hampir menyerupai geraman.
"Kau pikir kau bisa kabur begitu saja, Putra Petir?"
Taehyung membeku untuk beberapa saat, kemudian dia menengok ke belakang dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, berdiri di hadapannya adalah sesosok raksasa yang terbuat dari lava oranye, berdiri menjulang dari sungai sampai keatas jembatan Longfellow, di atas kepalanya terdapat benda seperti tanduk.
Kemudian Taehyung melihat raksasa itu mengayunkan sebuah pedang besar panjang sewarna tubuhnya dan mengarahkannya pada si ibu tadi.
Taehyung langsung saja menggendong si ibu dengan bridal style dan berlari sekuat tenaga. Damn, kakinya terasa sangat sakit karena maaf saja, menggendong seorang ibu-ibu yang juga menggendong bayinya tidaklah ringan.
Taehyung melihat acak beberapa mobil dan dengan tergesa membuka salah satu mobil merk Volvo hitam dan memasukan ibu serta bayinya ke dalam.
"Hey apa-apaan, orang gila?" seru si pemilik mobil terkejut.
"Diam saja di mobil dan jaga dia!" bentak Taehyung dan kemudian berlari menuju mobilnya.
Baru saja dia berlari, tiba-tiba dia melihat raksasa api itu berjalan dan mendekat ke arah mobil Volvo.
Taehyung entah dapat ide darimana, berusaha menarik perhatian si raksasa api.
"Kejar aku, raksasa jelek!" katanya dan saat si raksasa menengok ke arahnya, Taehyung menyesal.
Kenapa dia bukannya kabur saja, sih? Kenapa sok pahlawan begitu?
Taehyung terus berlari dan beberapa kali jatuh serta menabrak beberapa orang yang panik dan mengatakan bahwa api kebakaran semakin membesar. Tidak ada satupun yang melihat raksasa itu.
Dan saat Taehyung berlari, tiba-tiba dia merasa badannya seperti dibakar. Taehyung berteriak, sakit sekali. Semua tulangnya meleleh. Kepalanya sakit. Perutnya mual. Matanya kunang-kunang.
Ya sudah, aku mati, pikir Taehyung.
"Sampai bertemu lagi, putra petir sialan." kata si raksasa api sebelum Taehyung jatuh ke dalam kegelapan dan mati.
Terdengar suara burung berkicau saling bersahutan. Aroma bunga dan beberapa tanaman tercium begitu harum dan segar. Bahkan samar-samar terdengar suara gelak tawa. Taehyung pikir apakah ini surga? Tapi Taehyung bahkan ragu dia bisa masuk surga.
Dia membuka mata dan langsung diberi pemandangan langit kamar yang terlihat seperti langit sungguhan berwarna biru dengan gumpalan awan putih. Matanya mengerjap dan Taehyung terduduk tegap.
Dia berada di sebuah kamar hotel mewah yang interiornya didominasi warna abu-abu dan putih. Dimana dia?
Belum sempat berdiri, tiba-tiba pintu kamar menjeblak terbuka secara kasar. Taehyung terlonjak dan memegang dadanya terkejut.
Berdiri di depan pintu, seorang pria manis berambut blonde lumayan panjang dengan mata hijau menatapnya penuh kritik. Dia memakai kemeja putih dan celana hitam panjang.
"Oh, kau sudah bangun." katanya terkejut.
"Ya." jawab Taehyung serak, kemudian berdeham, "Dimana aku?"
Si pria blonde masih menatapnya dengan pandangan menilai, dan jujur itu cukup membuat Taehyung kikuk. Kemudian pandangan menilai itu berubah menjadi sorot tidak suka yang kentara sekali.
"Selamat datang di Valhalla." katanya dan berjalan kembali keluar tanpa menutup pintu.
Sahut-sahut Taehyung mendengar suara lain.
"Jangan begitu, Jungkook. Dia anak baru."
"Huh, aku sudah menebak siapa orang tua dewanya." kata si pirang sambil mendengus.
Kepala Taehyung berputar. Anak baru? Dewa?
What the hell just happened?
]
To be continued