Boboiboy AU
Hari ini adalah hari sial Halilintar. Jauh lebih sial daripada saat Taufan membangunkannya dengan cara melompat ke tubuhnya atau saat gempa mencoba resep baru untuk sarapan. Kepalanya pusing dan hidungnya sedikit tersumbat. Sial, ia terkena flu. Kalau Taufan tahu ia sakit karena nekat mandi hujan kemarin, Halilintar tahu ia tidak akan pernah bisa menghentikan ledekan dari Taufan. Ia benar-benar tidak bertenaga. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja sudah berat.
"Bang Hali? Udah bangun belum? Sarapan dah siap nih, tenang bukan bang Gempa kok yang masak" suara adik bungsunya terdengar dari balik pintu kayu kamarnya. Dan Halilintar hanya bisa mengerang pelan saat rasa sakit di kepalanya sekarang menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Bang?"
"Hng... Iya abang bentar lagi turun" suara Hali terdengar sumbang dan parau karena flu yang menyerang imun tubuhnya.
"Abang sakit? Mau aku panggilin bang Upan?" Nada khawatir kini mewarnai suara Ice yang biasanya datar, sedatar wajahnya itu.
"Ga, jangan si bangsat... Gempa aja"
"Bang Gempa udah ke Kedai sama Blaze, disini tinggal kita tiga aja... Ice panggilin bang Upan ya" lalu suara tapak kaki yang menjauh memasuki indera pendengaran Halilintar.
Sial.
"OY KAMPRET, KAMU BENERAN SAKIT? JIAHAHAHAHHAHA MAMPUS!" Teriakan Taufan dapat terdengar sampai ke kamarnya. Kan, benar. Taufan akan meledekinya habis-habisan. Ya Tuhan, kenapa Halilintar harus punya adik sejenis Taufan? Kenapa bukan Gempa aja yang ada di rumah?
Suara knop pintu yang diputar mengalihkan perhatian Hali dari segala skenario penyiksaan yang sudah ia siapkan untuk Taufan. Kini manik ruby nya beradu pandang dengan sosok biru langit si pembuat onar. Tangan kirinya memegang gagang pintu dan tangan kanannya membawa nampan berisikan bubur dan teh hangat. Sebuah senyum menyebalkan terpatri dibibir adiknya itu. Ah, sudahlah. Halilintar akan menerima takdirnya untuk dijaili sang adik. Kali ini.
"Dah dibilang juga jangan ujan-ujanan... Nekat sih, sakit kan. Aduh, kasihan" kalau misalnya ada lomba mengejek antar kampung, Halilintar yakin Taufan akan keluar sebagai pemenangnya.
"Diem, salah kamu juga"
"Maaf ya tuan muda Halilintar bin Amato yang terhormat, aku ga ada nyuruh kamu buat nerobos hujan" dengan berkacak pinggang Taufan memulai siraman rohaninya.
"Bangsat"
"Udah cek suhu?"
"Aku ga bisa bergerak anjir. Gimana mau cek suhu?"
"Duh, double kasihan"
"Ice mana? Biar dia aja yang ngurus aku. Kamu mending cabut sana, bantuin Gempa sama Blaze"
"Sori, Hal. Kamu ada dibawah pengawasanku sampe kamu sembuh ;)"
"Anjing"
"Babi"
"Nih termometernya cepet gigit" dengan dengusan kesal, Halilintar menerima termometer yang dibawakan adiknya.
"Hmm... 39 bentar aku ambilin bye bye fever dulu"
"Aku bukan anak kecil, kompres biasa ga bisa apa?"
"Iki bikin inik kicil, tapi minum obat mesti yang sirup. Dih malu-maluin. Muka aja sangar, tapi ga bisa minum obat pil"
"Kamu juga ga bisa ya bangsat. Kamu ga inget siapa yang nangis karena dipaksa Gempa minum obat pil"
"Dih ga ngaca si Tuan Muda, setidaknya aku ga se-Tsundere kamu"
Wajah Hali yang tadi merona karena sakit kini berubah menjadi merah padam karena menahan rasa kesal dan keinginan untuk memukul adik terbangsatnya itu. Halilintar lagi-lagi meratapi nasibnya yang harus punya adik sejenis Taufan.
"Cie merona, duh ga usah malu-malu gitu dirawat sama Babang Upan. Tenang aja Babang Upan ga bakal ngeracuni Tuan Muda Halilintar kok" kekehan kecil tak luput keluar dari bibir penuh dosa Taufan. Dan wajah Halilintar kini menyamai jaket merah kesukaannya. Dosa gak sih nendang adek durhaka sejenis Taufan?
"Sini yuk, Babang Upan bantu duduk. Abis itu nanti Babang Upan suapin buburnya, ya. Inget, harus diabisin loh. Capek tahu buat buburnya" senyum jail khas Taufan semakin melebar bersamaan dengan perempatan imajiner yang muncul di kepala Halilintar. Kalau bukan karena tubuhnya yang ga ada tenaga, mana sudi Halilintar disuapin sama makhluk didepannya itu. Mendingan ia jadi tester masakannya Gempa.
"Aaaaaa, ayo Hali buka mulutnya lebar-lebar, pesawat terbang datang... Ngiung"
Sialan. Taufan sialan. Awas saja nanti saat aku sembuh, akan ku jadikan kau samsak tinju baruku. Begitulah kira-kira batin Halilintar saat Taufan dengan kurang ajarnya menirukan suara kereta dan juga pesawat saat menyuapinya. Refund adek bisa gak sih?
"Nah, minum obatnya ya Hali-chan. Abis itu langsung tidur. Ga usah cerewet. Ia nanti kau bebas memukuliku saat kau sembuh"
'Sok perhatian si anying'
"Aku memang perhatian, Hali. Kamunya aja yang Tsundere akut"
"Diem, aku ga Tsundere"
"Iya iya, terserah Hali-chan aja. Dah tidur. Nanti aku bangunin waktu makan siang"
"Hmmm... Thanks Fan"
"Iya, sama-sama. Cepet sembuh ya goblok, ntar ga ada temenku berantem"
"Hm"
FIN
TAMAT