disclaimer bukan punya saya
warnings! alur aneh dan gaje, ooc, typo? ga sesuai kbbi, eyd, maupun puebi, penulisannya pun berantakan bikin mata sakit dan masih banyak lagi kesalahan kesalahan lainnya...
chapter tidak terduga
pagi hari
di trotoar jalanan, tampak sepasang gadis mengenakan seragam kuoh sedang berjalan beriringan. mereka sona dan rias.
"ne, sona"
"ada apa?"
"apa kau yakin?"
"iya,aku yakin"
"serius?"
"dua rius malahan
"..."
rias mendadak diam.
"tunggu...kita sedang membicarakan apa?"
sona pun menoleh dan menatap rias dengan wajah datar sedatar datarnya.
"ehehe..." rias tertawa kikuk, melambai lambaikan tangannya.. rias beralih. menatap sebuah kertas di tangannya.
"tapi seriusan, sona. apa kau yakin ini alamatnya? dari mana kau mendapatkannya?"
"aku yakin itu alamatnya, rias. jika kau bertanya dari mana aku dapat, aku mendapatkannya dari paman minato" jawab sona tanpa melihat ke atah rias.
"kau mengerti dengan itu kan, rias?"
rias tampak terkejut.
"kau menelepon paman minato?"
"iya" jawab sona.
pembicaraan pun terhenti. rias dan sona berjalan dengan hening.
beberapa menit setelahnya. mereka pun sampai di tempat tujuan. mereka saat ini berdiri di depan sebuah rumah yang cukup besar yang tampak cukup untuk ditinggali beberapa orang.
"ini rumahnya?" tanya rias
sona tidak menjawab. dia mulai berjalan masuk.
rias mengikuti dari belakang.
sampai di pintu depan rumah, sona memencet bel di sampingnya, dibarengi suara 'teng nong' bel yang khas.
tak lama kemudian, pintu terbuka dan keluar seorang gadis berambut hitam mengenakan pakaian maid. "haik, ada yang bisa saya bantu?" kata gadisl itu lalu menatap sona dan rias.
"..."
krik...
krik...
entah kenapa tiba tiba suasananya berubah hening...
sona dan rias terdiam menatap gadis maid di depan mereka. begitu juga dengan gadis maid itu, dia menatap kedua tamu di depannya dengan wajah datar.
"eh?" rias yang pertama kali sadar.
"dia kan..." rias menunjuk gadis di depannya.
sedangkan sona, matanya langsung berkilat tajam menatap gadis di depannya. "dia... bukankah dia queennya? kalau begitu itu berarti dia ada di sini"
"haku" panggil sona
"di mana ,naruto?"
gadis yang dipanggil haku tidak menjawab. dia diam saja ditatap tajam oleh sona.
namun, dengan gerakan cepat gadis berambut hitam itu langsung membanting pintu dengan sangat keras.
brak!
"eh?"
rias dan sona sama sama terhenyak.
"maaf" ucap haku.
"saat ini pemilik rumah sedang tidak ada di rumah. silakan kalian tinggalkan pesan setelah kalian mendengar bunyi 'biiip'" ucap haku datar sambil memahan pintunya.
"etto..."
rias tampak kebingungan mau bicara apa. sedangkan sona, dia tampak teringat oleh sesuatu...
"tunggu itu kan..."
flashback
malam hari di rumah sona.
tampak sona sedang berbaring di tempat tidur sambil menghadap langit langit. "apa yang dikatakan akeno tadi sore benar ya? kalau dia ada di sini" tanya sona pada dirinya sendiri.
dia teringat dengan kata-kata akeno tadi sore yang mengatakan kalau sahabat kecilnya ada di sini.
"tapi, untuk apa dia ke dunia atas?" tanya sona. "apa dia sudah bosan di dunia bawah lalu bersekolah di sini? tapi kurasa tidak mungkin" karena seingat sona, teman masa kecilnya itu, pemalas. sekolah adalah hal yang sulit sona percayai dari teman masa kecilnya
"apa mungkin dia sedang melakukan sesuatu di dunia atas? tapi...apa?" sona pun menyerah karena tidak menemukan jawabannya.
"sepertinya aku harus menanyakannya sendiri pada naruto" ucap sona bangun dari tempat tidurnya lalu berjalan ke ruang tengah. sesampai di ruang tengah, sona mengambil telepon dan memutar nomor tujuan. nomor sahabatnya. sona pun menunggu sampai teleponnya diangkat.
ceklek!
"ha-halo, naruto? i-ini aku...so-sona. aku ingin menanyakan sesuatu padamu" ujar sona dengan suara agak terbata bata. sudah lama ia tidak berbicara dengan teman masa kecilnya itu membuat sona gugup.
tidak ada sahutan dari temannya, membuat sona makin gugup. "emm...na-naruto?"
"maaf"
"eh?" sona terhenyak saat mendengar suara sahutan perempuan bukan laki-laki.
"orang yang anda ajak bicara saat ini tidak bisa diajak bicara. silakan tinggalkan pesan setelah mendengar bunyi 'biip'" setelah itu telepon pun ditutup.
sona terdiam lalu memandang teleponnya. apa naruto sudah bertransformasi jadi perempuan? sona menggeleng. itu tidak mungkin terjadi. sona pun kembali mencoba menelepon kembali. tentu ia memutar nomornya dengan pelan.
namun, entah kenapa hal yang sama terjadi kembali. dijawab oleh seorang perempuan sambil berkata,
"maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, silakan tunggu beberapa saat lagi"
...atau
"nomor yang anda tuju sedang sibuk, silakan coba lagi"
sona tidak tahu telepon di underworld sekarang ada sistem operatornya
sona pun mencoba untuk terakhir kalinya. dan untuk yang terakhir ini membuat alis sona sedikit berkedut kesal. pasalnya,
"maaf, nomor yang anda putar salah. silakan putar nomor yang benar, dan jika tetap salah itu berarti mata anda sedang katarak"
oke fix, sona berhenti menelepon nomor itu. sona lalu menelepon nomor orang yang bisa ia tanyai tentang naruto, yakni ayahnya, minato yuki.
flashback selesai
"huh"
sona menghela napas, setelah mengetahui siapa operator gadungan yang membuatnya kesal kemarin malam.
rias di sebelah sona tidak tahu harus berkata apa melihat sahabatnya yang sedang kesal.
"jadi, bagaimana, sona?" tanya rias.
"kita pergi ke sekolah saja. kita akan menemuinya di sana" ujar sona.
"eh, tapi bagaimana kalau yang dikatakan oleh akeno itu salah? kita belum melihat dia bagaimana kita bisa yakin kalau itu naruto"
sona membetulkan letak kacamatanya yang melorot. "tenang saja. aku yakin itu dia. mengingat siapa yang memberi alamat rumah ini"
rias tampak tersentak mendengar perkataan sona. benar ayah sahabat masa kecilnya.
sona menambahkan "apalagi queennya ada di sini. sudah pasti dia ada di sini" rias mengangguk menbenarkan penjelasan dari sahabatnya itu.
sona dan rias pun berjalan menuju ke sekolah.
tbc.
a/n
konbanwa...
aku melanjutkan cerita ini. hehehe...
ingin kumasukan unsur humor, tapi entah kenapa aku ga punya selera humor lagi.
jadi, maap kalau membosankan ...dan juga berantakan. susah sekali ngembangin alur di chapter ini. ini juga alasan aku ga update.
enggak ingin ngomong apa apa lagi...
dan untuk penulisannya... tetap seperti ini. seperti yang kubilang di chapter awal. aku suka dengan penulisan seperti ini...