"Bona!"

"Na...ru...to" Tangan kiri Bona berusaha menggapai Naruto yang baru saja tiba. Darah Bona keluar semakin deras setiap gigi tajam Boni mengoyak-oyakan habis tubuhnya ditambah kesadaran wanita itu sudah di ujung tanduk.

Naruto dengan pandangan tak percaya bahwa Boni memakan saudara kandungnya sendiri didepan matanya. Apakah mungkin mereka bertengkar begini parahnya? Tidak mungkin! Naruto melihat sekitar rumah ini sudah hancur. Entah apapun bentuknya tidak bisa di sebut rumah, rumah ini penuh noda darah di mana-mana. Belum lagi tergeletak nya seekor anjing, kepala dan badannya sudah terpisah dan separuh badan anjing itu sudah tidak berbentuk.

Merasa terganggung makan malamnya, Boni melirikan mata kearah Naruto. Seolah alarm bahaya mendatangi Naruto, ia pun bersikap waspada terhadap laki-laki berparas abu-abu itu.

"Boni, apa yang kau lakukan terhadap adikmu" Ucap Naruto berusaha menyadarkan Boni apa yang baru saja diperbuat.

Gghhrrrr―

Seolah tuli, Boni tidak memperdulikan ucapan Naruto. Malah siap menyerang Naruto yang ada di depan matanya.

Terjangan tangan berbentuk cakar serta gigi tajam siap menghampiri Naruto. sadar dirinya diserang oleh Boni, Naruto menahan tubuh Boni menggunakan tangan kirinya serta tangan kanannya sudah ia luncurkan di wajah Boni.

Bbuugghh

Pukulannya kena telak tapi tidak cukup kuat, sekali lagi Boni mendorong Naruto lebih kuat membuat keduanya jatuh. Naruto menggunakan kedua tangannya menahan serangan gigitan Boni berusaha mencapai apapun yang bisa di gigit. Naruto terjepit tidak punya pilihan lain selain menendang selangkangan Boni dan meninju kuat pipi kirinya membuat laki-laki itu terpental.

'Sangat kuat' pikir Naruto, apa yang membuatnya kuat seperti ini. Boni sekali lagi berdiri perlahan, Naruto sadar akan diserang lagi mengambil kursi kayu yang ada di dapur menghantam seluruh tubuh Boni, membuat laki-laki itu terpental jauh sampai kursi kayu itu hancur berkeping-keping.

Tidak ada pergerakan dari Boni, membuat Naruto bernafas lega. Karena Naruto tidak dapat serangan lagi. berfikir Boni sudah mati, ia rasa akan aman. Tapi pandangannya jatuh kearah wanita tergeletak disana. Melihat darah diseluruh tubuh dan keadaannya sangat tidak memungkinkan Bona masih hidup, jantungnya tidak bekerja serta nafasnya berhenti. Tindakan Naruto selanjutnya adalah menghubungi polisi. Keputusan yang tepat, Naruto Sadar mendengar sirine polisi menggema sekitar membuat Naruto bernafas lega sekali lagi. Hanya seperkian detik suara sirine itu menjauh seolah mobil polisi itu berjalan sangat cepat meninggalkan perumahan.

Naruto melihat ke jendela ada banyak mobil polisi berlalu lalang dengan kecepatan penuh entah kemana tujuannya. padahal disini terjadi pembrutalan sang kakak rumah ini.

Naruto ingin kembali kerumah. tapi bola mata shappirenya tidak percaya apa yang dilihatnya, yang membuat Naruto terkejut. Boni yang ia kira sudah mati dengan tinju dan terjangan nya bangun kembali siap menerjang Naruto lagi.

"Brengsek, apa yang sedang terjadi disini"


Trapped

Story by Chimunk-

Disclaimer : All Character Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing : Naruto & Hinata

Rate : Mature

Ganre : Suspend, Crime, Action, Zombie


Hinata menyadari teman tidurnya tidak ada di sampingnya. Terbuka mata kecubung pucat itu dan mencari suaminya.

"Naruto-kun?" Panggil Hinata

Terbangun ditengah malam bukan hal pertama kali ia rasakan saat mengandung. Berjalan pelan memeriksa kamar mandi di dalam kamar mereka.

"Anata?" Tidak ada jawaban.

Kembali berjalan keluar kamarnya memeriksa ruang kerja Naruto yang berada disamping kamar mereka, tidak ada. turun ke lantai 1 ke dapur. Kosong tidak menemukan Naruto juga.

Kemana suaminya pergi? Merasa kering tenggorokannya Hinata pun segera mengambil air minum untuk melegakan dahaganya.

Tring~ Tring~ tring~

Hinata yang mendengar suaratelpon segera mengangkatnya.

"Ya, Uzumaki Fam-"

"Hinata!? Naruto ada di rumah!? Kenapa ponselnya tidak aktif?" Pertanyaan beruntun beserta suara panik dari sang penelpon. Hinata segera mengenali suara ini.

"Shikamaru-kun? Ya, Naruto-kun sudah pulang. Apa terjadi sesuatu?"

"Waktuku tidak banyak Hinata, sambungkan aku pada Naruto sekarang" Kalaupun Hinata tau ia akan meneriakan suaminya saat ini. Ia pun tidak tau Naruto ada dimana, padahal Hinata yakin Naruto sudah pulang dan tidur disampingnya, apakah Naruto pergi lagi ke laboratorium ditengah malam seperti ini.

"Baiklah kalau begitu, akan ku telepon kembali ya" Hinata menutup teleponnya. Ia akan mencari suaminya sekali lagi. Hinata yang menyadari suara-suara sirine polisi bersautan diluar rumahnya. Melihat mobil-mobil polisi berlalu lalang kencang serta suara teriakan-teriakan kiri dan kanan tetangganya. Kenapa malam ini berisik sekali. Gurutu Hinata.

Melihat pintu halaman samping rumahnya terbuka lebar menarik perhatian Hinata. Seingatnya ia sudah mengunci pintu kaca itu. Hinata Berjalan pelan, memastikan pintu kaca itu di kunci kembali. Muncul secara tiba-tiba siluet berambut kuning dan baju tidur berwarna orange berlari kencang kedalam rumahnya, menutup pintu tidak lupa menguncinya.

Manik kecubung pucat itu membola saking kagetnya, melihat keadaan suaminya yang bisa di bilang tidak baik-baik saja. seluruh tubuhnya terbaluri darah segar, bahkan baju tidur yang seingatnya bersih dan rapi ikut terkena darah.

"Astaga, Naruto-kun. Apa yang terjadi? Darah siapa ini"

Sementara Naruto membuang nafasnya tergesa-gesa seolah ia di kejar sesuatu.

"Hi..natah...hah...hah...boni...hah...dia...sakit"

"Apa yang terjadi dengan Boni?"

"Bona sudah mati, yang membunuh kakaknya sendiri" Masih dengan nafas yang tergesa-gesa Naruto menjelaskan apa yang terjadi.

Dengan panik Naruto berlari kedalam dapur membuka rak yang berisi pistol Revolver, ia menyediakan ini untuk berjaga-jaga apapun itu yang mengancam keluarganya. Naruto sedang bersiaga.

"Minggir dari sana, Hinata" Naruto memperingati istrinya.

Gghrrraawww―

"Kyyaaa"

"Kemari" Naruto segera menarik lengan istrinya dan berlindung di belakang punggung Naruto.

Hal pertama yang Hinata lihat sangat mengerikan, keadaan Boni tetangganya itu seluruh mulut, gigi tajam, jari-jari tangan dan mata sepenuhnya berwarna merah.

"Padahal aku sudah menusuk jantungnya. Bagaimana keparat ini masih hidup" Gumam Naruto tidak percaya.

Suara dobrakan pintu kaca yang terkunci masih senantiasa terpasang, sebelum pintu kaca itu rusak, Naruto dengan berani maju sekaligus menodongkan senjata yang ia pegang untuk menembak Boni.

Dorr―

Tembakan itu tepat kena kening Boni, menghentikan gerakan brutalnya dan jatuh ke tanah.

ini adalah pilihan terbaiknya sebelum ia mengalami sama seperti Bona di makan hidup-hidup.

"Naruto-kun, kau membunuhnya?" Hinata menatap tidak percaya, bahwa Naruto membunuh manusia tidak bersalah.

"dia sakit, Hinata. aku...aku... tidak tau apa yang sebenernya terjadi, dia terlihat seperti manusia hewan brutal kebal terhadap apapun" Naruto berusaha menjelaskan.

"apa kau terluka?"

Naruto menggeleng "hanya saja sangat melelahkan" Naruto berfikir ia baru melawan satu, apa jadinya kalau ia diserang secara bergerombolan.

"tunggu disini, aku akan memeriksanya" Naruto harus pastikan kalau Boni tidak hidup lagi setalah ia tembak bagian kepalanya. Naruto takut makhluk ini menyerang istrinya yang sedang hamil.

membuka pintu kaca yang hampir roboh secara perlahan, memerhatikan sekitar memastikan dirinya aman. menggunakan kaki kirinya menendang tubuh mayat Boni, sambil menodokan pistol kearah mayat itu memastikan tidak ada pergerakan sama sekali. sekali lagi Naruto bernafas lega

"Naruto-kun awas!" suara peringatan Hinata. seorang wanita berprawakan rambut abu-abu menyerang Naruto.

Dorr―

sekali lagi Naruto tembak bagian kepala wanita itu.

itu adalah Bona yang tadinya Naruto kira sudah mati dimakan Boni, hidup kembali layaknya mayat hidup.

'What the f*ck' batin Naruto berteriak tidak percaya.

"Hinata kita harus pergi dari sini secepatnya"

To Be Countinue