Laki-laki berambut nanas masih senantiasa melihat CCTV keamanan Negara ber-adidaya Nuklir itu dengan seksama. Nara Shikamaru sudah berada tempat teraman pengungsian. Ruang bawah tanah yang dibuat khusus untuk orang-orang penting. Hanya orang-orang berpolitik tinggi yang bisa masuk kesini.
Shikamaru ditugaskan bagian informasi apapun yang di dapat dan laporkan. Sebagian orang mengetahui pemuda nanas ini memiliki kecerdasan ber-IQ 200.
"Shikamaru"
"Sakura? Kau selamat ternyata"
"Aku baru saja tiba. Sasuke-kun yang mengantarkan ku sampai kesini, tapi seperti yang kau tau. Kita tidak santai begitu saja" Haruno Sakura menguncir rambut panjang pinknya. jubah putih yang biasa ia kenakan sudah melekat di tubuhnya.
"Apa Naruto bisa di hubungi?"
"Aku sudah menghubungi telepon rumahnya, tapi yang mengangkat Hinata. Sampai detik ini aku masih menunggu sie bodoh itu"
"Dasar Naruto. Padahal aku memerlukan bantuannya" Shikamaru menganggukkan kepala tanda ia mengerti situasi genting saat ini.
"Akan aku coba lagi, semoga saja ia belum mati"
"Kau akan keruang operasi?" Sambung Shikamaru.
"Tentu saja, bersama kak Shizune yang akan memimpin operasi makhluk itu. Kami akan mencari tau penyebabnya"
"Begitukah, aku sangat mengandalkanmu bagian disana. Sakura" Sakura mengangguk percaya diri tentu saja ia tidak akan mengecewakan bidang ahli pembedahan.
"Laporkan apapun padaku setelah kau menelitinya, Sakura"
"Siap kapten"
"Omong-omong, aku dengar percobaan M-107 menghilang ya? Apa itu benar Shikamaru?"
"Ya, sebelum kekacauan ini terjadi. M-107 sudah dinyatakan menghilang"
"Naruto tau soal ini?" Shikamaru menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Sakura. "Maka dari itu aku akan berusaha menghubunginya lagi dan memberitahukannya"
"Kalau begitu ku serahkan bagian itu untukmu. Aku pergi dulu ya" Sakura menepuk pundak Shikamaru sebagai tanda semangat sebagai rekan kerja. Meski bidang mereka berbeda. Suatu hal wajar bukan memberi semangat satu sama lain.
Trapped
Story by Chimunk-
Disclaimer : All Character Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing : Naruto & Hinata
Rate : Mature
Ganre : Suspend, Crime, Action, Zombie
Sumpah serapa pun tidak luput diucapkan Uzumaki Naruto dalam keadaan terdesak seperti ini. Sebanyak tujuh kali tembakan ia daratkan makhluk menjijikan di depannya. Karena akibat suara tembakannya makhluk itu berdatangan bergerombol sebanyak lima orang menyerang rumahnya.
Rumah yang tadinya aman dan damai itu berubah menjadi kumpulan darah makhluk-makhluk itu. Hinata tetap di belakang punggung suaminya melihat kengerian semua itu.
Yang di ucapkan suaminya benar. Mereka sedang tidak berhadapan manusia. Melihat bagaimana Naruto menembak mereka seolah tidak ada habisnya, terus berdatangan. Kali ini tiga orang datang.
"Naruto-kun, tembak lah kepalanya" Hinata memberitahu. Ia mengamati selama di balik punggung Naruto, Naruto selalu menembak bagian badan atau kaki untuk menghentikan makhluk itu. Tapi bukannya mati makhluk itu masih tetap bergerak selain di kepala mereka. Hinata menyimpulkan kelemahan mereka ada di bagian kepala.
Mengikuti instruksi istrinya ketiga makhluk itu langsung tumbang tak sadarkan diri. Hanya 3 peluru terpakai itu akan menghemat amunisinya.
Naruto bernafas lega makhluk itu tidak ada yang datang lagi. "Kita aman untuk sekarang ini" Itu berarti kesempatan mereka untuk lari disini terbuka lebar.
"Naruto-kun tunggu, aku tau ini tidak penting tapi sebelum ini terjadi. Shikamaru-kun menelpon menanyakan keadaanmu"
"Apa?"
"Dia menelpon tergesa-gesa dan panik. Aku merasa Shikamaru mengkhawatirkan mu"
Otak Naruto berfikir apakah Shikamaru mengetahui sesuatu sedang terjadi? Termasuk keadaan sekarang ini? Naruto mengambil ponselnya dan mengaktifkannya, sial ia lupa sedang mengisi daya ponselnya ternyata sudah penuh dan lupa menyalakan benda persegi panjang itu.
Naruto melihat banyak notifikasi chat dari beberapa rekan kerjanya serta panggilan tak terjawab Shikamaru Sepuluh kali. Ada 1 pesan yang sangat membuatnya terkejut.
Kurama melarikan diri.
Karin―
"Sial"
"Ada apa, Naruto-kun? " Hinata bertanya. Sebelum Naruto menjawab pertanyaan istrinya benda persegi panjang yang di pegang Naruto mendapat panggilan masuk.
"Naruto!"
"Ini aku, Shikamaru"
"Syukurlah, kau masih hidup"
"Yeah, untuk saat ini aku dan Hinata baik-baik saja" Naruto melirik Hinata memberitahu kondisinya di serang makhluk tidak di ketahui identitasnya. Layaknya seperti dalam film horor aksi zombie yang biasa ia saksikan bersama istrinya. Tapi apakah mereka benar sama?
"Laporanmu sama seperti kepolisian. Bergigi tajam, mata merah dan cakaran tajam layaknya hewan buas"
"Tapi Naruto, aku ingin memastikan. bisakah kau memeriksakan tubuh mereka seperti mendapat gigitan?"
"Gigitan?" Beo Naruto.
"Ini hanya firasat ku saja. Berdasarkan informasi baru yang aku dapat hari ini. Kepolisian memberi tau tubuh mereka seperti tergigit"
"Akan ku periksa"
Segera saja Naruto memeriksa beberapa mayat terkapar dalam rumahnya. Naruto meneliti tubuh mereka secara singkat melihat tubuh tak bernyawa itu dengan datar.
"Kau benar Shikamaru, mereka memiliki bekas gigitan" Naruto mengingat apa yang terjadi pada Bona dan Boni. Sebelum Boni memakan saudara kembarnya, Boni mengigit bagian pergelengan Bona.
"Aku hanya menyarankan kau jangan sampai tergigit oleh mereka, Naruto."
"Yeah, aku tau. Dan kelehaman mereka ada bagian kepala"
"Kepala?" Naruto menjelaskan singkat kepada Shikamaru yang tidak diketahuinya. Dengan memegang persenjataan menembak bagian kepalanya maka makhluk brutal yang di hadapannya ini mati secara total.
"Terima kasih informasinya, Naruto. Aku akan mengirimkan lokasi tempat pengungsian untukmu, semoga kau sampai selamat. Kawan"
"Yeah tentu, Terima kasih bantuanmu Shikamaru."
"Ah satu lagi. Ini soal Kurama―"
"Aku sudah tau, Shikamaru. Kau tidak perlu mengucap apapun lagi" Naruto memejamkan matanya. Mengakhiri percakapan dengan Shikamaru.
"Sayang" Hinata mengusap bahu Naruto, mengkhawatirkan suaminya yang tiba-tiba saja terdiam. Naruto yang melihat istrinya mengiring tangan Hinata dikecup lembut. "Shikamaru memberikan lokasi tempat perlindungan yang aman, Kita harus pergi dari sini. Naik lah ke mobil" Hanya anggukan singkat dari Hinata.
Naruto segera mengambil kunci mobil yang berada dikamar mereka. Mereka tidak membawa apapun selain pakaian yang mereka kenakan karena situasi genting ini. Hanya jaket dan pistol pertahanan mereka saat ini. Saat semuanya sudah siap naik mobil dan meninggalkan rumahnya.
tanpa Naruto sadari mobilnya tertabrak oleh mobil polisi yang sedang melintas dengan kecepatan penuh. Dengan beruntungnya alat keselamatan yang terpasang dimobilnya memunculkan efek bantal sehingga menerima benturan ringan akibat tabrakan cepat itu. Sama-sama hancur bagian depan kedua mobil.
"Sial!" Naruto geram membenturkan tangannya stir kemudi.
"Hinata, kau baik-baik saja?" Naruto lebih mengkhawatirkan istri dan anaknya setelah mendapat tabrakan keras tadi.
"Yeah, tidak apa-apa. Hanya terbentur ringan" Hinata mensyukuri keamanan airbag mobil Naruto berfungsi dengan semestinya. Sehingga dirinya tidak menerima benturan keras di perut buncitnya akibat tabrakan tadi.
"Aargghhg" Naruto dan Hinata sama-sama menolehkan wajah mereka mendengar suara teriakan yang ada di depannya. Menyaksikan polisi yang mengemudi itu dimakan hidup-hidup oleh makhluk itu secara brutal. Makhluk itu sepertinya sudah masuk kedalam mobil polisi itu dan memakannya saat polisi sedang mengemudi.
"Sial, sial, sial. Kenapa di situasi ini semakin tidak terkendali" Naruto berusaha menghidupkan kembali mobilnya yang tidak kunjung menyala mesinnya.
"Naruto-kun tunggu, jangan di nyalakan lagi. Kau tidak mendengar?"
"Aku tidak mendengar apapun. Jadi biarkan aku fokus menyalakan mobil sialan ini" Naruto semakin panik Hinata mengambil kunci mobilnya secara paksa dan menghentikan Naruto.
"Hinata―"
"Dengar" Hinata menutup rapat mulut Naruto hendak teriak. Tapi Hinata memaksanya sekaligus menenangkan Naruto.
Seperti Suara rembesan air terus mengalir. Mungkin kah itu? Bensin serta oli mobilnya bocor akibat insiden tabrakan kencang tadi. Berbagai kemalangan muncul belum hilang mobil polisi itu tiba-tiba saja mengeluarkan api kecil pada bagian depan mesin mobil.
Dan.
DDUUAAARRR―
.
.
.
To Be Continue