p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"strongspan lang="IN"DISCLAIMERbr /span/strongstrongspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Berserk is belong to Kentarou Miura/span/strong/p
p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"strongspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"THE WAR, LOVE, FATE/spanspan lang="IN"br /span/strongstrongspan lang="IN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"©/spanspan lang="IN"Longlive Author/span/strong/p
p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"strongspan lang="IN"An Alternative Canon/span/strong/p
p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"strongspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Chapter 3 : Fragile Fragments/span/strong/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Maka dengan bergabungnya Morgan di kapal, mereka berlayar menuju Falconia. Sedangkan di ibukota Falconia, tepatnya di istana utama kerajaan. Para pelayan tengah bergosip di ruang kebutuhan, beberapa pelayan sedang membalut luka cakaran di tangan mereka. Mereka mengeluh tentang perempuan yang dibawa oleh Lord Griffith. Perempuan itu terkadang tenang seperti orang normal, namun disaat-saat tertentu ia mengamuk luar biasa. Menurut rumor yang tersebar, dia adalah mantan wakil Lord Griffith di pasukannya yang dulu. Ia memiliki tenaga yang besar. Satu orang pelayan harus dibawa ke bangsal setelah kena tendang wanita itu. Maka dari itu, mereka harus meminta bantuan penjaga setiap mereka merawat wanita itu. /span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Kenapa Lord Griffith membawa wanita itu ya?" keluh seorang pelayan yang tengah membalut luka cakaran. Ia meringis kesakitan ketika tak sengaja menekan lukanya terlalu erat./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Entahlah, kalian tahu, semenjak wanita itu datan Puteri Charlotte jadi sangat jarang menemui Lord Griffith." Ujar pelayan lainnya yang sedang menumpuk roti di lemari./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Sebenarnya aku sangat takut jika sudah saatnya wanita itu makan atau membersihkan diri. Dia selalu mengamuk tiba-tiba, kemudian tidur tanpa rasa bersalah. Apa menurutmu wanita itu sudah gila?" Kata si pelayan yang tadi. Tidak ada jawaban./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Piper?" Si pelayan itu menoleh dan mendapati, wanita yang dipanggil Piper itu tengah menunduk. Kemudian si pelayan menengok ke arah pintu dan mendapati Lord Griffith dengan pakaian malam nya tengah berdiri menghadap mereka./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Lord Griffith, maafkan kelancanganku." Ujar pelayan itu menundukan kepalanya sangat dalam. Pipinya memerah menahan malu. Ia menggigit bibirnya takut Lord Griffith memarahi mereka./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Ini sudah malam. Jika tidak ada lagi yang kalian kerjakan, lebih baik kalian istirahat. Udara sedang dingin sekali akhir-akhir ini. Aku tidak ingin kalau kalian sakit." Ujar Lord Griffith lembut, namun aura dingin di suaranya bahkan melebihi dinginnya udara malam di Falconia./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Baik Tuanku." Ujar para pelayan dan mereka membubarkan diri./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Griffith saat itu sedang dalam perjalanannya menuju ruangan Casca yang tak jauh dari sana. Ruangan Casca berada di bagian menara istana, lebih tinggi dari ruang tidur manapun disana. Para pelayan menduga Lord Griffith sengaja menempatkannya diruangan itu agar Casca tidak bisa kabur karena hanya ada pintu masuk disana, dan tak mungkin untuk dia kabur melewati jendela karena jelas ia terlalu tinggi./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Griffith membuka pintu kayu tebal itu dan mendapati seorang wanita berkulit kecokelatan itu tengah berdiri di sisi jendela sambil menerawang jauh kebawah sana. Kasur berlapis sutra yang lembut dan mewah itu tampak berantakan dan bulu-bulu angsa dari bantalannya berserakan kemana-mana. Bekas tumpahan makanan yang baru saja dibersihkan juga masih belum kering. Wanita itu menoleh, ia tidak tahu harus bereaksi apa, karena otaknya kini tidak bekerja secepat dulu. Namun wajah itu seketika berubah menjadi nanar ketakutan. Casca, wanita itu melihat Griffith seperti berpapasan dengan seekor harimau buas di hutan. Namun tatapan itu lebih dari itu, siapapun bisa melihat ke horroran yang tercermin di mata Casca. Para ahli sihir akan bilang kalau itu adalah tatapan dari orang yang telah melihat neraka./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Tolong jangan mendekat! Aku mohon jangan mendekat." Cicit wanita itu bak tikus. Ia berlutut menekan punggungnya ke tembok di antara tirai keperakan berharap dinding dingin itu menelannya dan menghilangkannya dari pandangan Griffith. Casca sadar dia tidak gila, dan dia tahu kalau ia memiliki reaksi yang sama pada Guts. Namun, ia belum bisa melihat Guts secara langsung karena ia di makan oleh rasa malu dan kesedihan yang luar biasa. Guts harus melihatnya di telanjangi dan di perkosa oleh Griffith yang telah berubah menjadi emFemto/em. Casca lebih baik mati di cabik-cabik menjadi makanan anjing daripada Guts melihatnya seperti itu./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Tapi ketika ia melihat Griffith, ia sudah tidak bisa lagi melihat komandan yang banggakan dulu. Ia hanya melihat iblis dengan baju zirah hitam layaknya utusan neraka. Setiap mengingat Griffith, yang ia ingat hanyalah kegelapan dari gerhana matahari dan bau darah dari teman-teman seperjuangannya. Jika neraka itu ada, ia yakin bahwa ia telah di gusur ke neraka dan di kunci di dalamnya selama beratahun-tahun./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Aku mohon, jangan dekati aku." Ujarnya lagi. Casca tidak berani melihat wajah Griffith. Ia hanya berani melihat kaki Griffith yang melangkah ke arahnya. Air mata sudah membasahi wajah Casca. Ia gemetar ketakutan melihat sosok Griffith mendekat./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Casca, ini aku, Griffith." Tangan Griffith dengan perlahan menyentuh tangan Casca./span/p
p class="MsoNormal"strongemspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""ARRRGGGHHHHHH! ARRRGGGHHHHHH!"/span/em/strongspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;" Casca menjerit membabi buta. Jeritannya bergema sepanjang lorong menara. Beberapa penjaga kuda diluar sana bahkan sampai menoleh kearah menara karena jeritan itu begitu mencekam./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Casca!" Tukas Griffith. Tapi Casca kehilangan pikirannya, ia tidak mau berhenti berteriak./span/p
p class="MsoNormal"strongspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""GRIFFITH SUDAH MATIII! DIA SUDAH MATII! KAU BUKAN GRIFFITH! GRIFFITH SUDAH MATI!"/span/strong/p
p class="MsoNormal"strongemspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Drap…Drap…Drap!/span/em/strong/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Terdengar beberapa langkah kaki mendekati mereka menaiki tangga menara. Beberapa pelayan dan dua orang penjaga merangsek masuk melewati pintu./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Tuanku?!" Ujar para pelayan dan penjaga itu. Mereka berhenti di ambang pintu sambil menunduk memberi hormat./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Maaf jika kami lancang, Tuanku. Kami barusan mendengar jeritan. Apa ada sesuatu Tuanku?" Tanya si penjaga./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Tanpa sadar pegangan Griffith pada Casca telah terlepas. Wanita itu meringkuk di balik tirai sambil menangis dan menutup kedua matanya. Griffith melihat telapak tangannya yang kosong. Sesuatu menyengat dada Griffith begitu perih. Selama bertahun-tahun sejak ia em'terlahir kembali'/em ia baru kali ini merasakan sengatan seperti ini di dadanya. Ada apa dengan dia akhir-akhir ini? Pertama ia berubah wujud menjadi seorang anak kecil setiap bulan purnama, dan yang kedua ini. Bukankah seharunya dia terlahir kembali menjadi sosok dewa yang emsempurna?/em/span/p
p class="MsoNormal"emspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Sial!" /span/emspan lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Umpatnya pelan./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Ia berdiri dan mengepalkan tangannya./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Biarkan Casca beristirahat, kalian kembalilah ke pos masing-masing!" Ujarnya sambil berlalu melewati para penjaga./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Sementara itu jauh dari Falconia, Guts duduk di geladak sendirian menikmati angin dingin. Berbeda dengan teman-temanya yang beristirahat di dalam sambil dikelilingi oleh lampu-lampu obor. Isidro, Puck, dan Ivalera berputar putar mengelilingi Schierke sambil bernyanyi. Kru lainnya yang sedang senggang ikut menghentak-hentakan kaki menyanyikan lagu-lagu pelaut. Mereka tampak menikmati suasana. Namun tidak dengan Guts, sesuatu yang menyenangkan tidak membuatnya terlalu nyaman, itu sebabnya di mengasingkan diri ke geladak./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Nyanyian-nyanyian itu, meski berbeda, dulu Guts pernah menyanyikannya. Kini orang-orang yang dulu bernyanyi bersamanya telah mati. Di waktu-waktu tertentu, Guts selalu merasa kalau ia tidak cocok berteman dengan siapapun. Karena sejak ia kecil yang mengikuti dirinya hanyalah kesengsaraan dan kematian. Pernah sekali ia merasa begitu sangat nyaman, adalah ketika ia bergabung dengan pasukan Griffith. Setelah mereka memenangkan pertempuran, mereka akan bernyanyi mengelilingi api unggun sambil bernyanyi dan makan malam. Rasanya dunia tidak pernah lebih lebar dari perkemahan mereka. Dulu bahkan Griffith ikut bernyanyi bersama mereka. Namun sejak saat itu, setiap ia mengingat Griffith, komandan nya yang dulu, ia selalu merasa bahwa Griffith telah mati bersama pasukan lainnya ketika emeclipse/em berlangsung. Mungkin jauh di dalam sana, Guts masih belum bisa menerima bahwa Griffith tidak mati, tapi ia bertansformasi menjadi iblis./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Kau sendirian?" Tanya seseorang, menghentakan lamunannya. Guts mendongak. Wanita berambut hitam itu. Morgan./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Aku kepanasan di dalam." Jawab Guts. Morgan melihat pedang besar milik Guts berdiri disisinya./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Kau tidak pernah lengah ya?" Ujar Morgan. "Jika tidak ada pedang dan baju zirah itu apa menurutmu kau akan mati?" Tanya Morgan lagi./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Aku tidak terlahir dengan pedang dan baju zirah ini. Keduanya aku dapatkan dari orang lain." Jawab Guts santai./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Morgan berdiri membelakanginya menghadap lautan yang gelap. Ia menegadah ke atas melihat langit yang cerah tanpa awan. Mereka bisa melihat bintang-bintang dengan jelas, setidaknya itu yang dilihat orang-orang, namun di mata Morgan sulur-sulur dari cabang emWorld Tree/em terlihat jelas seperti batang pohon./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Langit berada di pihak kita, kita bisa melihat bintang dengan jelas. Roderick tidak akan tersesat." Jawab Morgan./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Baguslah." Balas Guts pelan. Angin berhembus meniup rambut Morgan yang panjang. Pantulan sinar dari dalam menyinari sedikit wajahnya. Mata Guts membulat, untuk sekilas ia melihat Casca tengah berdiri di hadapannya. Ia berkedip beberapa kali, dan sadar kalau yang berada di depan nya adalah Morga bukan Casca./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Ada apa?" Tanya Morgan./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Tidak—" jawab Guts buru-buru. "Ku lihat kau sudah akrab dengan yang lainnya." Ujar Guts./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Aku tidak punya masalah dengan mereka. Mereka memang sudah akrab, aku bisa bergabung dengan mudah." Jawab Morgan./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Gadis penyihir itu, bilang padaku untuk segera berpisah dengan dengan kalian begitu kita sampai di Falconia. Ia bilang sesuatu hal yang buruk akan terjadi." Ujar Morgan tiba-tiba./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Lebih baik kau ikuti sarannya." Balas Guts./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Apa kau akan membunuh seseorang? Apa kau akan membunuh Komandan Girffith?" Tanya Morgan lagi. Pertanyaan itu, jujur saja sedikit mengejutkan Guts./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Kalian bergosip di belakangku ya?" tanya Guts./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Tidak, pertama kali aku berbicara dengan kalian di pub dan juga di penginapan. Kau selalu memalingkan wajah ketika membicarakan Komadan Griffith. Dia alasanmu pergi ke Falconia kan?" Tanya Morgan. Air wajah wanita itu berubah serius. Angin yang berhembus tiba-tiba menjadi lebih dingin. Begitu dingin hingga Guts merasa paru-parunya membeku./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Apa kau akan membunuh Griffith?" Tanya Morgan lagi. Guts terdiam seolah-olah otaknya berhenti bekerja untuk sesaat. Dia tenggelam dalam keheningan dan gelapnya mata obsidian Morgan yang menatap lurus ke arahnya. /span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Orang-orang mulai menyebutnya sebagai seorang nabi, tangan Tuhan. Apa yang akan kau lakukan untuk membunuh seseorang yang panggil tangan Tuhan. Apa kau pikir baju zirah dan pedang besar mu cukup untuk mengalahkannya." Tanya Morgan. Suaranya pelan, hampir berbisik./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Tiba-tiba Guts merasa sesuatu menyengat di dadanya. emApanya yang tangan Tuhan?/emspan style="mso-spacerun: yes;" /spanBagi Guts, dia adalah manusia paling menjijikan di dunia. Apapun akan ia lakukan untuk mengirim membalas dendam pada Griffith. Tangan Guts mengepal diliputi amarah./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Aku akan tetap membunuhnya meski aku hanya tinggal mempunyai satu tangan dan satu kaki. Jika masih tidak bisa, akan aku tawarkan jiwaku pada dewa atau iblis manapun untuk membunuhnya. Meskipun aku harus di bakar di neraka selamanya." Jawab Guts menggeratakan gigi./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"Untuk sepersekian detik sebuah lengkungan tipis tercipta di bibir Morgan./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Apa tujuan mu pergi ke Falconia?" tanya Guts tiba-tiba. Morgan berbalik dan Kembali menatap langit yang cerah./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;""Aku hanya datang kesana untuk memastikan sesuatu." Jawab Morgan./span/p