1 Januari 2017

Salju di awal tahun turun dengan sangat lebat, suhu udara bahkan sampai mencapai minus 5 derajat celcius. Kebanyakan penduduk asli Korea Selatan saat ini sedang berencana untuk berlibur ke luar negeri, hanya untuk mencari udara yang sedikit lebih hangat. Sebaliknya, banyak turis mancanegara yang justru ingin berlibur ke Korea Selatan hanya untuk menikmati udara musim dingin, khususnya dari negara di bagian Asia Tenggara.

Ah! Bicara tentang Asia Tenggara, aku adalah salah satu penduduk negara yang berasal dari kawasan itu. Namaku Yaya, aku berasal dari Kuala Lumpur, Malaysia. Usiaku 20 tahun, dan aku adalah seorang mahasiswi di Seoul National University.

Ya, awalnya aku sangat menolak untuk melanjutkan pendidikanku di negeri orang. Tapi apa boleh buat, orang tuaku bersikeras menyuruhku berkuliah di Negeri Ginseng ini. Lama-kelamaan aku mulai merasa nyaman dan terbiasa dengan kehidupanku di sini. Tentu saja aku tidak sendiri, teman kelasku saat di Malaysia High School dulu berkuliah juga di sini. Namanya Ying.

Aku dan Ying adalah teman satu apartemen. Kami menyewa sebuah apartemen yang berada di kawasan cukup elite. Hidup berdua dan jauh sekali dengan orang tua memang sulit. Tapi aku dan Ying menikmatinya, hitung-hitung sekalian belajar hidup mandiri, kan?

"Ugh! Harusnya Ying saja yang pergi membeli ini." Gerutuku menatap bingkisan keresek di tanganku yang berisi beberapa macam ramyeon dan minuman kaleng.

Sahabatku yang baik namun sangat menyebalkan itu dengan seenaknya menyuruhku pergi ke minimarket membeli beberapa bungkus ramyeon untuknya. Aku tahu, ini adalah hukuman untukku dari Ying karena semalam kami merayakan malam pergantian tahun dengan bermain sebuah game. Dan yang kalah harus menuruti perintah dari yang menang. Kalian tentu tahu, siapa yang kalah dalam game itu.

Tapi sungguh, aku sangat ingin marah sekali pada Ying. Karena dirinya, sudah hampir setengah jam aku terjebak di minimarket ini. Salju masih turun dengan cukup lebat, dan aku sama sekali tidak membawa payung, sial! Aku merutuki diriku sendiri yang selalu saja lupa untuk membawa payung saat musim dingin tiba.

Drrttt! Drrttt! Drrttt!

Aku segera merogoh saku mantelku saat merasa ponsel yang aku simpan di sana bergetar. Lalu saat aku melihat layar ponselku, nama sahabatku tertera dengan sangat jelas. Anak ini! Kenapa baru sekarang dia meneleponku, huh?!

"Apa?!" Ucapku sedikit bersungut-sungut.

("Yaya, kau di mana?")

"Masih di minimarket!" Ketusku.

("Astaga!") Aku mendengar Ying memekik, sepertinya dia sudah mulai merasa bersalah padaku karena menyuruhku keluar apartemen dalam keadaan cuaca seperti ini.

("Syukurlah kau masih ada di sana! Aku titip pembalut yaa, aku lupa ternyata stock pembalutku sudah habis.")

Aku menahan diriku untuk tidak berteriak pada Ying, "Apa?!"

("Baiklah, itu saja. Cepat pulang yaa~ Aku ingin segera memasak ramyeonku. Kalau begitu aku matikan teleponnya.")

"Apa? Ying! Ta-tapi itu aku, a-aku..."

Tut Tut Tut

Panggilan telepon dimatikan sepihak oleh Ying. Aku benar-benar akan menghajarnya saat aku sudah sampai di apartemen nanti!

YING! AWAS SAJA KAU!


Sudah pukul 4 sore, dan aku benar-benar sudah terjebak di minimarket ini selama 1 jam. Hujan salju sudah mulai mereda, tapi aku tidak sebodoh itu untuk berlari menerobos hujan salju ini. Tidak, tidak. Terakhir kali aku menerobos hujan salju karena lupa tidak membawa payung, aku berakhir jatuh sakit selama kurang lebih tiga hari. Dan aku tidak ingin itu terjadi lagi.

KRIET!

Aku menoleh ke belakang saat mendengar suara kursi yang ditarik dan mendapati seorang lelaki tengah berdiri, seperti hendak beranjak pergi dari sana. Lelaki itu mengangkat kepalanya dan tanpa sengaja kami saling bertatapan.

"Eh? Boboiboy Sunbae?"

Serius? Orang yang sedang berdiri di belakangku adalah Boboiboy? Astaga! Ini benar-benar sebuah keberuntungan.

Lelaki itu adalah seniorku di kampus. Dia juga sama-sama berasal dari Kuala Lumpur seperti aku dan Ying. Kalian harus tahu, banyak orang yang sangat mengagumi Boboiboy. Karena yaa... Aku akui dia memiliki wajah yang sangat tampan. Selain karena wajahnya yang tampan, Boboiboy juga dikenal sebagai mahasiswa yang sangat aktif dan pandai dalam pelajaran.

Tapi sayangnya dia adalah tipe manusia es. Kalau diibaratkan, aku yakin sikap Boboiboy bahkan lebih dingin dari suhu udara sekarang. Kelewat dingin, sampai-sampai aku dan semua mahasiswa di kampusku tidak pernah melihatnya menunjukan senyuman, bahkan sedikitpun!

"Boboiboy Sunbae!" Teriakku saat melihat seniorku itu hendak berjalan pergi dengan memakai payung. Astaga! Apa-apaan kau ini Yaya! Orang itu tidak akan mungkin mendengarkanmu.

Tapi, ajaib! Langkah Boboiboy berhenti saat aku meneriaki namanya.

"A-anu... Bolehkah aku ikut menumpang pada payungmu?" Ugh! Mulut bodoh! Mana mungkin orang sedingin kutub utara itu akan menolongmu.

Boboiboy menoleh ke belakang dan menatapku. Satu menit berlalu, kemudian aku melihat dia sedikit menggerakan kepalanya, memberi isyarat bahwa dia mengizinkanku untuk menumpang pada payungnya.

"Sungguh?! Terima kasih banyak, Sunbae!" Pekik ku senang, lalu berjalan ke arahnya dan berdiri di samping manusia es itu.

Kami berdua lalu melangkah perlahan meninggalkan minimarket itu. Di bawah guyuran hujan es yang tidak terlalu lebat, dengan menggunakan satu payung berdua, terlebih lagi bersama Boboiboy. Astaga, rasanya aku sedikit berdebar.

"Maaf merepotkanmu. Tapi aku benar-benar harus segera pulang dan menghajar sahabatku saat di apartemen nanti." Ucapku berusaha mencairkan suasana yang canggung ini.

Hening. Tidak ada tanggapan dari seseorang yang sedang berjalan di sampingku. Aku sedikit merengut kesal karena sepertinya Boboiboy tidak mendengarkanku.

"Oh ya, Sunbae! Apa yang kau lakukan di minimarket tadi? Aku sama sekali tidak sadar kalau orang yang duduk di belakangku adalah dirimu." Sekali lagi aku mencoba berbicara dengannya.

Tetap saja, orang itu tidak menjawab pertanyaanku. Menyebalkan. Aku kembali merengut kesal.

"Memperhatikanmu."

Aku segera menoleh ke arah samping saat mendengar orang yang sedang berjalan di sampingku bersuara.

"Huh?!" Aku menatap kaget ke arah Boboiboy.

Dia kemudian menoleh ke arahku, "Kedua pipimu memerah. Menggemaskan sekali." Ucapnya sambil memajukan wajahnya hingga jarak wajah kami sangat dekat.

Aku segera menangkup kedua pipiku. Memalukan! Kedua pipiku memang selalu memerah setiap kali aku merasa malu dan terkejut.

Aku menatap kesal ke arah seniorku itu, lalu untuk pertama kalinya aku melihat Boboiboy tersenyum. Hey! Dia sedang tersenyum ke arahku sambil mengusap-usap kepalaku. Astaga! Katakan jika aku sedang bermimpi!

"Ka-kau tersenyum?" Ucapku masih tidak percaya.

"Ya." Jawabnya lalu terkekeh kecil.

HUWAAAAA! Dia benar-benar tersenyum! Bahkan sampai tertawa kecil di depan diriku. Apa aku adalah orang beruntung yang menyaksikan kejadian langka ini?

Januari, bulan pertama di awal tahun 2017. Terjebak selama 1 jam di minimarket saat cuaca salju begini, aku rasa tidak terlalu buruk. Karena dengan itu, aku bisa melihat seorang lelaki bergelar manusia es menunjukan senyumannya padaku.

Terima kasih, Ying! Ini semua berkat dirimu. Aku tarik kembali ucapanku tadi, aku tidak akan menghajarmu saat aku tiba di apartemen nanti hehehe.

END

Note : Sunbae dalam bahasa Korea berarti senior.

Saya berikan cerita bergenre romance, karena saya memang menyukai cerita-cerita bergenre manis

Silahkan berikan tanggapan kalian di kolom komentar!

Okay, see u

Salam hangat, Chococip