Chapter 4 update! Chapter yang paling gak penting… menurut saya. Hwah, tinggal satu chapter lagi ini fic bakalan tamat! HOREE! *loncat kegirangan gaje*. Saya gak bakalan punya utang nulis new chapter lagii! Hore! *tampared* tapi rekor saya menurun, gara-gara maksain ngetik chapter 4 abis chapter 3 di-update jadi 3 hari lagi! Hiksu.. *pundung*

Warning: OOC, gaje, AU, dll

Disclaimer: Sampai kapanpun, Naruto and Friends gak bakalan jadi milik saya… *pundung di pojokan*


"Jadi kau yang menculik Hanabi, Sasuke?" Neji menatap Sasuke sinis. Hanabi berlari ke arahnya.

"…" Sasuke terdiam.

"Apa alasanmu, hah?!" tanya Neji, emosi.

"Huh! Pura-pura peduli!" cemooh Sasuke.

"Aku bukan tipe orang seperti itu, kau tahu!" teriak Neji.

"Neji nii-san berbeda denganmu, ayam!" seru Hanabi. Kemudian Hanabi berteriak pada Neji, "Nii-san, aku mau pulaangg!"

Neji mengangkat tangan, memberi isyarat pada anak buah Fumi untuk membawa Hanabi pergi.

"Hai, Neji-sama," mereka membungkukan badan dengan hormat, kemudian membawa Hanabi pergi. (A/N: anak buah Fumi yang bawa Hanabi pulang cuma sebagian. Yang sebagian lagi sama Neji)

"Nii-san! Cepat pulang ya!" sayup-sayup terdengar suara Hanabi berteriak.

Neji tersenyum sinis menatap Sasuke, "Sekarang, ayo selesaikan urusan kita!"


"Ma-maaf, Tenten-san. Bukankah itu Hanabi-sama?" Fumi menunjuk sesosok anak perempuan yang berlari diikuti beberapa laki-laki dan perempuan dewasa.

"Ya, kau benar." Tenten tersenyum.

"TENTEN NEE-SAN!" teriak Hanabi. Tenten langsung berdiri. Hanabi berlari, menubruk Tenten. Tenten memeluknya erat.

"Nee-san.." Hanabi menangis di pelukan Tenten.

"Ungh…" Hinata yang masih pingsan terbangun.

"Hi-Hinata?" Tenten menoleh. Tangannya masih mendekap Hanabi.

"Hinata nee-chan!" Hanabi yang melihat kakaknya terbangun, melepaskan pelukan Tenten, ganti memeluk Hinata.

"H-Hanabi-chan.. ka-kami mengkhawatirkanmu.." Hinata terisak. Hanabi ikut menangis.

"A-aku takut sekali, Nee-chan.. Sasuke nii-san jahat!" Hanabi menangis. Ia menggertakan gigi.

"Apa? Jadi yang menculikmu itu Sasuke, Hanabi?" tanya Tenten. Hanabi mengangguk.

Rahang Tenten mengeras, "Dasar ayam licik!"


"Apa maksudmu menculik Hanabi?" tanya Neji dingin.

"Karena kau! Kau tidak mau mendengarkan ucapanku! Sudah kubilang, kau tidak usah ikut lomba ini! Tapi kau memaksa! Inilah akibatnya!" jawab Sasuke ketus. (A/N: Sasuke pernah bilang gini ke Neji waktu chapter 2. Masi inget? Kalo lupa, baca lagi chapter 2)

"Hanya karena itu?" Neji mengernyitkan dahi.

"Ya!" jawab Sasuke dingin.

"Huh, jadi kau ingin membuat kami panik? Tidak semudah itu!" dengus Neji.

"Bohong! Aku yakin kau pasti panik ketika mendengar kabar itu!" sahut Karin, ketus.

"Karin! Diam kau! Ini bukan urusanmu!" bentak Sasuke. Karin cemberut.

"Neji-sama, apakah itu salah satu komplotannya?" tanya salah satu anak buah Fumi setengah berbisik pada Neji.

"Bukan! Itu kaki tangannya!" timpal yang lain.

"Sama saja, baka!" anak buah Fumi yang bertanya itu menjitak temannya.

"Ya. Itu komplotannya," jawab Neji tenang.

"Tuh kan! Aku benar!" mereka bertengkar lagi.

"Ini benar-benar sudah keterlaluan. Mereka menculik Hanabi untuk membuat kami panik, sehingga saat lomba aku tidak dapat berkonsentrasi! Cerdas juga mereka!" batin Neji.

"Apa yang harus aku lakukan?" batin Neji lagi. Pikirannya kalut.

"Ah!" Neji tersenyum mantap. Ia dapat ide!


"Otou-samaa!" Hanabi berteriak begitu mereka semua sampai di rumah Klan Hyuuga.

"H-Hanabi-sama?!" teriak salah seorang pelayan. Hanabi nyengir.

"Hiashi-sama! Hizashi-sama! Hanabi-sama sudah kembali!" teriak pelayan itu sambil menggeser pintu, mempersilahkan mereka semua masuk, kemudian berlari ke dalam.

"Hanabi?"

"Otou-sama! Oji-sama!" Hanabi berteriak senang. Rupanya itu Hiashi, ayahnya, dan Hizashi, pamannya. (A/N: berhubung ini ficnya AU, jadi bunke dan souke gak ada disini, trus orang dari bunke gak bakal manggil orang souke dengan embel-embel –sama. Maafin saya kalo bener-bener jadi keluar dari cerita Naruto yang sebenarnya!)

Hiashi merentangkan tangan. Hanabi berlari memeluknya. Hinata, Tenten, dan Fumi tersenyum.

"Terima kasih, Tenten, Hinata, Fumi." kata Hizashi pelan. (A/N: ngewakilin Hiashi, kan Hiashi lagi sama Hanabi)

"Eh?" Tenten tertegun. Hinata tersenyum malu. Sedangkan Fumi membungkukan badan. "Suatu kewajiban bagi saya, Hizashi-sama. Saya permisi dulu."

Hizashi mengangguk, sementara Fumi beranjak pergi, Hinata mendekati adik dan ayahnya, ikut larut dalam kebahagiaan.

"Terima kasih sekali lagi, Tenten. Kau telah ikut membantu menyelamatkan Hanabi," ucap Hizashi sekali lagi.

"Ah, saya tidak melakukan apapun, Hizashi-sama. Saya hanya menemani Neji dan Hinata. Itu saja, tidak lebih." kilah Tenten.

"Bagiku, itu sudah cukup." kata Hizashi tenang. "Kau sudah membantu klan ini."

"Suatu kehormatan bagi saya, Hizashi-sama." Tenten menbungkukan badannya.

"Maukah.. bila kau menjadi pendamping Neji suatu hari nanti?" tanya Hizashi. (Uhuk! uhuk! *batuk*)

Wajah Tenten memerah, semerah apel. Hinata, Hanabi, dan Hiashi menatapnya.

"Benar, Tenten nee-san! Pasti seru kalau kau disini, setelah kau menikah dengan Neji nii-san! Aku akan punya Nee-san lagi! Yatta!" seru Hanabi girang. Hizashi dan Hiashi tersenyum. Wajah Tenten makin merah.

"Ka-kau berpikir terlalu jauh, Ha-Hanabi-chan.. maafkan dia ya, Tenten-san.." ucap Hinata malu-malu. Tenten mengangguk, wajahnya masih merona.


"Baiklah, kumaafkan kau! Asal kau tidak mengulanginya lagi!" seru Neji lantang.

Sasuke melotot, "Aku tidak minta maaf padamu, dan aku tidak butuh dimaafkan!"

"Baiklah, pilih kau minta maaf, atau aku yang akan menculik salah seorang anggota keluargamu supaya kau tidak bisa ikut lomba?" Neji menatap Sasuke dengan tatapan melecehkan.

"Huh!" Sasuke mencibir, kemudian berlalu.

Neji tersenyum tipis. Idenya berhasil!

"Baiklah, ayo kita pulang!" kata Neji sedikit lega.

"Hai, Neji-sama!"


"Tadaima," kata Neji pelan.

"Okaerinasai, Neji!" Neji menoleh. Dilihatnya Tenten sedang tersenyum manis padanya.

"Tenten? Kukira kau sudah pulang," Neji duduk diatas tatami. Tenten mengikutinya.

"Jadi kau tidak senang aku ada disini?" sindir Tenten.

"T-tidak, bukan itu maksudku." Neji tergagap. Tenten tertawa kecil.

"Ung.. Neji, tadi ayahmu bilang.." Tenten tertunduk.

"Hn?" Neji menatap Tenten.

"Eto.. katanya tadi..a-apakah kau mau menjadi pendamping Neji suatu hari nanti? Begitu katanya.." Wajah Tenten bersemu.

"Lalu? Kau jawab apa?" tanya Neji.

"A-aku belum jawab.." kata Tenten gugup.

"Hn. Bagaimana kalau sekarang aku yang bertanya seperti itu?" tanya Neji lagi. Tenten menatap wajah Neji lagi, sedikit tak percaya.

"Bagaimana?" tanya Neji lagi. Tenten mengangguk pelan, pelan sekali. Neji tertawa.

Di balik pintu, Hizashi melihat mereka berdua sambil tersenyum.

TBC…


AAARRGGHHH! Makin kesini, makin gajeeeeeeee! TIDAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKK!

KOK SAYA BISA BUAT FIC SEGAJE INI?!

Uhuk! Fic ini belum selesai! Satu chapter lagi, dan fic ini akan tamat! Ya!

Uhuk! *masih batuk* saya kok bisa buat yang kayak gini..?!

Uhuk! Maafkan ke-gaje-an saya! Saya gak bisa buat romens! Gak bakat buat romance! *nangis gaje di pojok*

Uhuk! (Readers: batuk mulu! Berisiiik..!) Chapter 5 bakalan ada romancenya (lagi), tapi dikit..

Maaf kalo gaje! *sembah sujud*, sekali lagi.. saya gak bakat buat romance! Terus, berhubung romancenya cuma di 2 chapter aja (chapter ini, sama chapter depan) genre tetep general/friendship!

Terus soal rate juga… gak bakal di ubah.. tetep K+…. Soalnya kalo T, saya belum bisa.. eh, ngomong-ngomong fic ini cocoknya rate apa ya? Mohon bantuannya, lewat review! Dan jangan di-flame!

And now..

Mind to review?