OUR LAST WISH
Part 01
Kisah tentang dua gadis yang bersahabat baik. Seorang yang cantik, pintar dan kaya raya, dan seorang yang miskin dan dikucilkan dalam kehidupan sosial. Hanya satu yang menyamakan mereka, keinginan mendalam untuk meraih 'kebahagiaan'.
SMP Hojou, kelas 2-C, setelah bel pulang…
Seorang gadis cantik berambut hitam panjang melintas di depan murid-murid lainnya. Tak hanya murid lelaki, para murid perempuan juga terpana melihatnya. Sosok yang begitu cantik dan nampak sempurna.
Gadis itu bernama Hinata Shiratori. Sang putri yang dipuja-puja semua orang. Cantik, pintar, serba bisa dan berasal dari keluarga berada. Ayahnya adalah seorang direktur perusahaan besar, dan ibunya adalah seorang yang memiliki mantan model terkenal. Kakak perempuannya, Koharu Shiratori, adalah seorang aktris terkenal. Tidak ada yang tidak mengenal sosok 'Hinata Shiratori'. Terpilih sebagai ketua OSIS di SMP Hojou, dan Queen Hojou tahun lalu. Kemungkinan besar, Hinata akan dinobatkan lagi sebagai Queen Hojou tahun ini. Tapi anehnya, Hinata selalu menyendiri.
Sementara itu, seorang gadis biasa memperhatikan Hinata dari kursinya. Seperti teman-teman sekelas yang lain, gadis itu terpana melihat Hinata yang berkilauan di matanya. Seorang anak perempuan biasa yang tidak menarik perhatian. Dia bernama Satoko Kuwashima. Tidak pintar, tapi juga tidak bodoh. Berasal dari keluarga miskin. Tidak memiliki ayah sejak lahir. Sementara ibunya bekerja sebagai pelacur yang jarang pulang kerumah. Sekalinya pulang, pasti membawa lelaki bersamanya. Karena itu Satoko dijauhi dan dibicarakan oleh teman-temannya di sekolah.
Saat Hinata duduk manis di kursinya, teman-teman sekelasnya segera melanjutkan kembali aktivitas mereka. Ada yang meneruskan obrolan, ada yang kembali sibuk bersiap pulang, ada juga yang masih terus memperhatikan Hinata. Diantara mereka, ada yang sengaja membicarakan Satoko di depan orangnya…
"Kuwashima itu nggak punya ayah, lho!"
"Eh? Kenapa? Sudah meninggal?"
"Yang benar saja! Nggak mungkin se-'bagus' itu! Ayahnya kabur begitu Kuwashima lahir! Itu semua karena ibunya adalah pelacur!"
"Kyaa! Pelacur?!"
"Iya! Aku pernah melihat ibunya masuk hotel bersama om-om, lho!"
"Ya ampun! Benar-benar, deh! Nggak heran anaknya jadi seperti sekarang!"
"Ayahnya pasti kabur karena mau cari pelacur lainnya, atau nggak tahan punya anak seperti Kuwashima, ya!"
"Hihihi, kejam sekali ucapanmu!"
"Bagus 'kan? Aku setuju dengan Akane! Pasti ayahnya hanya pejudi yang suka mabuk, sekarang sedang mencari pelacur lainnya!"
"Dan ibunya tak lebih dari pelacur nggak berharga!"
"Hihi, dari pasangan seperti itu, lho! Kuwashima memang sampah!"
Satoko tidak bisa berkata apa-apa. Semua yang dikatakan mereka memang benar. Ibunya seorang pelacur, sedangkan ayahnya kabur tanpa alasan jelas ketika ia baru lahir. Karena ibunya sangat membenci ayahnya, Satoko mengambil kesimpulan ayahnya memang seorang pejudi yang suka mabuk dan pencari pelacur. Satoko hanya bisa tetap diam dan menahan getar dalam hatinya. Antara kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Tak satupun dari perasaan itu yang menunjukkan 'amarah'.
BRAKK!
Tiba-tiba, seseorang memukul mejanya. Semua murid terdiam, lalu menoleh ke sumber suara. Sesosok yang sudah sangat mereka kenal, berdiri dari kursinya dengan tangan yang baru saja memukul keras mejanya.
"Shi-Shiratori-san…"
Air muka Hinata berubah. Tadinya tenang sekarang jadi terlihat begitu menyeramkan karena amarah. Lalu ia meraih tas dengan buku-buku yang sudah dirapikannya, dan berjalan ke meja Satoko. Tentu saja Satoko jadi terkejut dan gugup.
"Kuwashima-san, rapat OSIS hari ini batal. Bagaimana kalau kita pulang bersama?" ajaknya sambil tersenyum ramah. Ekspresinya yang menyeramkan seakan hanya ilusi sesaat. Wajah Satoko berubah jadi merah padam. Dia gugup dan tidak tahu harus berkata apa. Sebelum Satoko mengiyakan, …
"Tunggu dulu, Shiratori-san!" salah seorang dari para gadis yang tadi membicarakan Satoko berdiri dengan kekesalan.
"Ada apa, Kirihara-san?" tanya Hinata dengan senyum ramah yang dingin.
"Ukh…! Kuwashima itu hanya sampah tak berarti! Kenapa kau memilih dia?!" serunya. Satoko tertegun. Dia gemetaran. Hinata yang memperhatikannya semakin kesal.
"Itu bukan urusanmu, bukan? Aku mau bersama siapa tak ada hubungannya denganmu. Urusan keluarga Kuwashima-san juga bukan urusanmu! Jadi sebaiknya berhenti membicarakan hal privasi orang lain, Kirihara-san." Jawab Hinata tanpa ragu. Wajah Kirihara memerah karena merasa dipermalukan, tapi ia tak bisa membalas kata-kata Hinata. Hinata yang merasa kemenangan sudah ditangan, segera meraih tangan Satoko dan menarik gadis itu keluar kelas.
"Ayo, Kuwashima-san…" senyum Hinata. Wajah Satoko kembali memerah, matanya berair karena haru. Lalu ia tersenyum bahagia. "Iya…!" jawabnya.
Dalam perjalanan pulang, keduanya tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya terdiam dalam suasana yang hangat. Meski tidak mengeluarkan suara sama sekali, hati keduanya sudah saling terkait.
Ketika mereka mulai pisah jalan…
"Rumahku ke arah sini. Rumah Kuwashima-san lewat sana 'kan?" ujar Hinata sambil tersenyum.
"Ah, iya…" jawab Satoko.
"Kalau begitu, sudah ya. Sampai besok." Hinata melambaikan tangannya pada Satoko. Ketika Satoko hendak membalas lambaian tangan Hinata, dia memberanikan diri dan membungkuk dalam-dalam.
"Anu…! Terima kasih banyak yang di kelas tadi! Aku benar-benar senang!" seru Satoko dengan wajah memerah. Hinata terkaget-kaget. Tapi lalu tertawa kecil.
"Sama-sama. Besok pulang bareng lagi, ya?" jawab Hinata. Satoko mengangkat wajahnya, lalu tersenyum bahagia.
"Iya!" jawabnya.
A/N:
eem~ ini karya lamaku~ kalau ada yg kenal 24, mungkin pernah baca ini ^^"
wkt masih 24, karya ini blm sempet selesai. sekarang sih, udah selesai. jd mau kupost aja dr AkaHime13 :D
jelek-bagusnya silakan tentukan sendiri ._. review, pleasee~