OUR LAST WISH

Part 06


"Segera lepaskan tanganmu, anakku." Ujar wanita cantik yang berdiri tegap diantara beberapa pria besar yang bersamanya itu pada Hinata. Hinata terdiam, keringat dingin bercucuran. Satoko juga hanya diam dan bingung.

"Hinata, jangan buat aku mengulangi kata-kataku!" tegas ibu Hinata. Akhirnya Hinata melepas pelukannya dari Satoko. Tapi kemudian dia segera membentangkan tangannya dan melindungi Satoko.

"Jangan sakiti Satoko!" seru Hinata lantang. Satoko yang bingung dan khawatir hanya bisa diam dilindungi Hinata. Ibu Hinata tertawa kecil.

"Jangan konyol, Nak… buat apa aku menyakiti dia? Hanya membuat kotor tanganku saja!" ucapnya di sela-sela tawanya. Hinata menyipitkan matanya, kesal.

"Ibu kenapa ada disini?" tanya Hinata, memaksakan bicara dengan tenggorokan seperti tercekat. "Perlukah ditanyakan? Sudah jelas untuk menjemputmu. Sudah malam, jangan terus main. Ayo pulang!" Hinata mundur beberapa langkah. "Tidak! Aku tidak mau pulang! Aku mau bersama Satoko!" serunya. "Kau bercanda kan? Sudah lah Hinata, mau sampai kapan kau mempermainkan anak ini? Kasihan dia… ibu tahu kau bersama dia hanya karena kau kebosanan. Ayo pulang…" ujar Ibu Hinata.

Satoko sempat tertegun, dia termakan ucapan Ibu Hinata. Hinata yang menyadarinya langsung menggenggam tangan Satoko dan tersenyum padanya, lalu berbalik ke ibunya dan berkata: "aku serius dengan Satoko. Aku sudah muak di dalam rumah itu." Tiba-tiba ibunya tidak bergeming, lalu berjalan perlahan mendekati mereka. Hinata dan Satoko mundur menghindari.


"Anak ini…kau..mirip suamiku…kenapa? Kenapa bisa? Tunggu dulu…siapa nama keluargamu?" tanya Ibu Hinata. Hinata dan Satoko menelan ludah.

"Ka…Kawashima…" jawab Satoko. Ibu Hinata shock sesaat lalu tertawa setelahnya. "Kawashima? KAWASHIMA? Kau anak dari pelacur itu?! Hinata! Bagus! Kau telah menjebak anak pelacur itu! Bagus sekali nak! Kau memang anakku! Sekarang serahkan dia padaku! Ayo Hinata ayoo ayooo!" seru Ibu Hinata, dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Satoko yang ketakutan mulai gemetaran di balik Hinata.

"Tidak! Aku akan melindungi Satoko! Jangan coba-coba menyentuh Satoko seujung jari pun!" seru Hinata. Ibu Hinata terdiam, dia kaget melihat reaksi Hinata, lalu tertawa lagi.

"Kau bercanda 'kan? Hinata-ku tersayang. Anakku, darah dagingku… bicara apa kau? Penyebab hancurnya kelurga kita…. dia ada di balik punggungmu! Sekarang, serahkan pada Ibu! Biar Ibu… menghukumnya." Ibu Hinata menyeringai. Hinata semakin tak ingin menyerahkan Satoko padanya.

"TIDAK! Sampai matipun, tidak akan kuserahkan Satoko pada Ibu!" geram Hinata. Ibu Hinata bengong sesaat, lalu mendecakkan lidah. Dia menyeringai, lalu menjentikkan jarinya. Pria-pria besar dan menyeramkan yang sejak tadi diam saja di belakang Ibu Hinata langsung bergerak dan mencengkeram lengan Satoko.

"HENTIKAN! JANGAN! SATOKO!" jerit Hinata. Ia juga dijaga dengan ketat, dipaksa berpisah oleh pria-pria itu. Satoko juga menjeritkan nama Hinata berkali-kali, dan meringis kesakitan karena lengannya dicengkeram dengan sangat kuat.

"Hinata, anakku… kamu kenapa? Tak seharusnya kamu begini…" Ibu Hinata berjalan mendekati anaknya. Hinata menatap Ibunya dengan tajam, dan penuh sinar kebencian. Ibu Hinata mendesah, lalu mencium pipi anaknya.

"Nak, kalau saja… kalau saja kau tidak berbuat bodoh seperti ini…" Ibu Hinata mengelus pipi anaknya, lalu menamparnya keras-keras. Satoko shock dan menjerit. "…Ibu tak perlu menghukummu seperti ini." Hinata tak menjawab. Dia membalas tatapan Ibunya dengan tajam. Ibu Hinata hanya menyeringai, lalu memunggungi anaknya, dan berjalan menuju Satoko.

"Kau… anak pelacur itu… kucing garong itu… yang merebut suamiku, cintaku… keharmonisan keluargaku…" Ibu Hinata tersenyum lembut, dan mengelus-elus kepala Satoko. Tapi Satoko gemetaran karena takut. Hinata meronta-ronta, dan terus memaki pria-pria dan Ibunya. Tapi mereka tak menghiraukan Hinata.

"Kau… anak dari suamiku dan penyihir itu… wajah yang… sama… dengan suamiku…" Ibu Hinata mendekatkan wajahnya dengan wajah Satoko, matanya terlihat sedih. Lalu tiba-tiba, rambut Satoko dijambak dengan sangat kencang. Satoko menjerit kesakitan. Hinata semakin meronta dan meneriakkan nama Satoko.

"Kau… memiliki sepasang mata, yang sama seperti wanita itu… wanita… jalang… perebut suami orang!" Ibu Hinata menekankan kata-katanya, lalu menampar wajah Satoko dengan sangat keras. Lebih keras daripada ke Hinata. Satoko gemetar, tapi tidak menangis. Lalu ia mengangkat wajahnya.

"Memang benar, aku anak mereka. Benar, aku anak dari wanita perebut suami orang, dari seorang pelacur, dan seorang pria tak bertanggung-jawab. Tapi kenapa kau melampiaskan segalanya padaku?! Aku bukan mereka! Aku juga…. KORBAN!" seru Satoko lantang. Baru kali ini ia bicara membela dirinya dengan keras begitu. Hinata tertegun.

"Karena kau… karena kau merebut anakku. Setelah ibumu merebut suamiku, kini kau merebut buah hatiku. Keluargamu… tak pernah puas ya? Merebut segala yang kumiliki. Dasar PENCURI!" Ibu Hinata menampar Satoko lagi. Kali ini keluar darah dari sisi kanan mulut Satoko.

"SATOKO! Hentikan, Ibu! Kumohon, hentikan!" seru Hinata, hampir menangis. Hinata tidak tahan melihat Ibunya menyiksa Satoko. Tapi Ibunya tidak peduli, menoleh pun tidak. Satoko tidak bergeming.

"Aku… tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku takut, tapi aku akan baik-baik saja. Karena aku tidak sendiri." Kata Satoko tiba-tiba. "karena aku, bersama Hinata-san…" ujarnya, dengan tatapan lurus ke Ibu Hinata. Hinata mengangkat wajahnya, lalu setitik air mata keluar dari sisi matanya.

"Berani sekali kau. Lancangnya bicara begitu. Menyebut-nyebut nama anakku segala. Tikus kotor. Tikus kecil yang harus dibasmi." Sepasang mata Ibu Hinata menyiratkan kebencian yang mendalam. Lalu Ibu Hinata mengisyaratkan sesuatu pada anak buahnya. Salah satu dari mereka memberikan pisau padanya. Hinata terbelalak kaget.

"Untuk membasmi tikus-tikus kecil yang kotor dan mengganggu, harus dimulai dari yang paling kecil. Lalu baru gembongnya. Kali ini, aku yang akan jadi kucing." Ibu Hinata menyeringai. Hinata menjerit-jerit, menyuruh Ibunya berhenti. "Berisik… Hinata. Anakku, putriku tersayang, diamlah sebentar." Kali ini ia mengisyaratkan untuk menutup mulut Hinata.

Lalu, ujung pisau itu sampai di pipi Satoko yang putih dan halus, membuat garis kecil dan mengeluarkan darah. Tapi pandangan Satoko masih tetap lurus dan serius. Membuat Ibu Hinata semakin kesal.

Sebelum sempat melakukan lebih jauh pada Satoko, Hinata berhasil melepaskan diri, lalu berlari dan memeluk Satoko. Mereka lari sampai di pinggir danau. Ibu Hinata dan anak-anak buahnya mengelilingi mereka dengan wajah penuh kemenangan.

"Mau kemana lagi, sayang? Kita sudahi saja yuk, permainan kucing-kucingannya." Ucap Ibu Hinata lembut. Hinata dan Satoko tidak menjawab. Mereka saling berpandangan, lalu bergandengan.


"Tidak akan kuserahkan." Ucap Hinata. "Ibu, ini adalah permintaan pertama dan terakhirku…" Hinata menoleh ke Satoko sambil tersenyum. Satoko membalas senyumannya. "…tolong izinkan kami untuk bersama selamanya."

Lalu tanpa mendengar jawaban Ibu Hinata, mereka berdua menjatuhkan diri bersama ke danau. Ibu Hinata dan anak-anak buahnya terbelalak tak percaya. Ibu Hinata shock sesaat, lalu memerintahkan mereka agar segera turun dan mencari anaknya.

Tapi nyatanya, tubuh kedua anak itu menghilang entah kemana. Seperti dilindungi oleh danau itu, dan dibawa ke langit melalui cahaya bulan. Hinata dan Satoko menghilang begitu saja. Dan cinta mereka tetap terlindungi.

Untuk selamanya, bahkan di alam lain, mereka akan terus bersama..


Bertahun-tahun berlalu, Ibu Hinata menjadi gila karena mengalami shock berat setelah kehilangan Hinata. Suaminya bangkrut, perusahaannya ditutup dan kini ia jadi pemabuk. Sementara itu, Ibu Satoko sukses menjadi aktris panggung teater. Di setiap pentasnya, dia mencium foto Satoko yang ia tempel di ruang riasnya. Dan dia selalu mengucapkan "special thanks to my lovely daughters, Satoko and Hinata, in heaven. Mommy, will always pray for you" di akhir pementasannya.

Sejak dulu, Ibu Satoko sangat mencintai Satoko, tapi ia merasa bersalah karena Satoko adalah anak haram, dan membuatnya dibenci teman-teman sekolahnya. Karena itu ia menghindari Satoko, dan menciptakan kesan bahwa ia membencinya. Setelah Satoko meninggal, Ibu Satoko sempat stress, tapi lalu bangkit kembali dan bersinar menjadi aktris. Pria yang sejak dulu menjadi 'pacar'-nya sebenarnya adalah pencari bakat yang membantu Ibu Satoko merintis karir.

Sementara itu, Satoko dan Hinata… masih terus mengawasi orang tua mereka dari jauh. Bersama…

FIN


A/N:

yak, ini adalah ending dr our last wish. PASTI KALIAN KECEWA. YA KAAAN? ceritanya gajelas. maaf. aku tau, aku author ga becus ;_;

*bner2 pesimis ==*

hahahahahaha~ silakan review utk marah-marah ke saya, dan tunggu fanfic dr saya yg selanjutnya 8D

please keep on supporting me! sankyuu~ m(_ _)m