Warning: AU, OOC, Shikamaru's and Temari's death scene.
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Ketika Tenten membuka matanya, sinar matahari sudah menembus kaca jendela, menyilaukan matanya.
Tenten mencoba duduk. Ia memandang ke sekeliling ruangan
Kamarku. Jadi aku bukan di tempat yang kemarin lagi?
Kemudian matanya beralih pada senampan penuh makanan. Ada sebuah kertas yang diletakkan disana.
Dari Neji?
Tenten,
Sudah baikan? Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Maaf, tadi aku berangkat tanpa bilang-bilang padamu.
Kau tidak usah masuk. Tadi aku sudah mengizinkanmu. Aku juga sudah meminta Hinata datang menemanimu.
Tadi malam, kuputuskan untuk membawamu pulang. Kau tidak keberatan, 'kan?
Neji.
PS: Akan kuberitahu perkembangan kasus hilangnya Shikamaru dan Temari nanti.
Tenten tersenyum kecut, kemudian memutuskan untuk melahap sarapannya.
Setelah mandi dan menyelesaikan pekerjaan rumah, Tenten memilih menonton TV. Namun..
"T-Tenten nee-chan!"
Tenten tersentak. Ia berlari ke pintu depan dan membuka pintu.
Hinata, berdiri di depan pintu. Ia terengah. Sebelah tangan Hinata mendekap notebook-nya dan di bahunya tersampir tasnya. Tangannya yang sebelah lagi memegang beberapa buku.
"Biar kubantu," Tenten meraih buku-buku dari tangan Hinata, kemudian melangkah ke dalam. Hinata mengikutinya.
Setelah menaruh buku-buku Hinata di atas meja tamu, keduanya duduk di atas sofa.
"Ah, terima kasih sudah datang, Hinata," Tenten tersenyum pada Hinata.
"D-daijoubu, Nee-chan. A-aku juga tidak ada k-kesibukan," Hinata balas tersenyum.
"Kau benar tidak sibuk? Sampai membawa barang sebegini banyak," kata Tenten sambil menunjuk buku-buku Hinata dan notebook-nya.
Hinata tertawa pelan, "A-aku masih harus m-menyelesaikan novelku. J-jadi kuputuskan u-untuk mengerjakannya s-sambil menemani N-Nee-chan,"
"Oh, maaf kalau merepotkanmu," ujar Tenten, merasa sedikit tak enak hati.
Hinata tertawa pelan, "Daijoubu, N-Nee-chan,"
"Tenten n-nee-chan, aku pulang dulu," kata Hinata sambil membereskan bawaanya.
"Kenapa buru-buru?" tanya Tenten.
"Na-Naruto-kun bilang, ia mau pulang c-cepat. Lagipula ini sudah sore," Hinata tersenyum.
"Ah, baiklah. Terima kasih. Maaf ya, merepotkan," Tenten balas tersenyum.
"D-Daijoubu, Nee-chan. Y-yang harusnya minta maaf i-itu aku. Maaf ya, N-Nee-chan jadi sendirian," ucap Hinata.
Tenten menggeleng, kemudian tersenyum, "Kalau begitu, jaa, Hinata,"
"J-Jaa ne, Nee-chan," Hinata membuka pintu. Sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, Hinata membungkuk dan melambai pada Tenten. Tenten balas tersenyum dan melambai.
Sore berubah senja. Dan senja sudah berubah menjadi malam. Bulan mengintip dari balik pepohonan yang melambai dari balik jendela. Tenten menghela nafas.
Neji belum pulang.
Ia memutuskan untuk menonton TV sambil menunggu Neji pulang. Tapi, sesaat kemudian, terdengar suara pintu dibuka.
"Tadaima," suara bariton seseorang menyentaknya. Tenten buru-buru berlari ke depan.
Neji.
"Okaerinasai," Tenten menjawab, kemudian menatap Neji ,"Neji, Shikamaru dan Te –"
Neji menunduk, "Maafkan aku, Tenten,"
Tangis Tenten meledak. Ia sudah tahu jawabannya.
"Neji, jelaskan padaku semuanya," tuntut Tenten.
Neji menatap Tenten, tajam.
"Kau benar-benar yakin ingin tahu?" tanya Neji. Tenten mengangguk kuat-kuat.
Neji menghela nafas, "Baiklah. Saksi mata bilang…"
Flashback
Chiyo melangkahkan kakinya ke rumah besar itu.
"Siapa tahu Shikamaru dan Temari sudah ditemukan dan sudah kembali ke rumah," kata wanita tua itu mengutarakan alasan saat ditanyai oleh adiknya, Ebizou.
Kriet!
Pintu besar itu berayun terbuka saat Chiyo memutar kenopnya.
"Lho? Tidak terkunci?" ucapnya bingung.
Rumah besar itu gelap, tak ada cahaya sedikitpun yang meneranginya.
Chiyo menyipitkan mata, berusaha memperjelas pandangannya. Percuma saja, matanya sudah mulai rabun karena umur.
Tapi pemandangan yang kemudian tertangkap oleh matanya terlihat sangat jelas.
Dua tubuh yang mungkin sudah tak bernyawa dilumuri darah terbujur di lantai. Sebuah –tidak, dua buah pisau bahkan belasan atau mungkin puluhan pisau menancap di tubuh keduanya. Tapi ada seseorang berbaju hitam dan memakai topeng tengah menusuki dua tubuh itu dengan pisau lainnya. Semakin banyak darah yang mengalir.
Orang bertopeng itu tertawa keji.
Chiyo terbelalak, kaget.
"Sampaikan pada mereka, inilah balasannya!" orang bertopeng itu tertawa terbahak-bahak.
Sudah jelas kini siapa mayat pria berambut hitam dan mayat wanita berambut pirang yang terbaring tak berdaya di lantai dan dilumuri darah merah itu.
Shikamaru dan Temari.
Tubuh wanita tua itu berdebam di lantai.
End of Flashback
Tenten terbelalak, sangat kaget. Betapa mengenaskannya nasib Shikamaru dan Temari. Sudah beberapa hari hilang tak tahu rimbanya, giliran ditemukan malah mati dengan cara yang sangat keji.
Neji menghela nafas.
"Dan ada kasus lagi," Neji menunduk.
Tenten terbelalak. Kasus apa lagi kali ini?
TSUZUKU
Chapter 3 update, minna-sama! Maaf banget kalo telat, soalnya saya lagi banyak tugas… -nangis nista- chapter ini saya sempetin ketik pas lagi nganggur, sampe ditegur guru. =.= dan makasih reviewnya!
Oh, iya, tau Ebizou jii-sama kan? Itu… yang adiknya Chiyo baa-sama! Yang pas episode Penyelamatan Gaara, kakek-kakek yang suka nguntit Chiyo baa-sama dan manggil Chiyo baa-sama dengan sebutan "Nee-chan" ? ya udah deh kalo gak tau.. –sweatdropped- *ditendang*
Ada yang masih bingung setting dan tempat dan waktunya? Kalo ada yang bingung, sudah saya jelaskan di deksripsi di tiap chapter. Kalo chapter 2, karena gak ada deksripsinya, saya kasih tau: di rumah sakit. *ditabok*
Dan rumah tempat tinggal mereka itu sama kayak rumahnya Suneo di Doraemon. *dikeplak*
Review and no flame, please!