.

-daytime, Paulownia Mall-

Aku dan Minato sedang duduk di sebuah bangku yang ada di dekat air mancur di Paulownia Mall. Minato sedang asik memainkan rubix yang masih setia berada di tangannya sedangkan aku hanya sedang memerhatikan sosok-sosok yang lalu-lalang sambil mencari kalau-kalau ada sosok yang kukenal. Kami sudah menunggu sekitar lima belas menitan, tapi belum juga bertemu dengan salah satu teman kami. Kulirik Minato yang masih berkonsentrasi pada rubix di tangannya.

"Minato, janjiannya benar di sini kan?" tanyaku

"Hn?" dia menoleh dan memandangku dengan sorot matanya yang malas

"Janjiannya benar di sini kan?" ulangku

"Ya," dia menganggukkan kepalanya, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke rubixnya

Baru saja aku hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba sebuah suara cempreng milik orang yang dikenalnya, "Minako-chaan! Minato-kun!"

Aku menoleh, kulihat Yukari sedang berlari ke arah kami.

"Yukari-chan!" panggilku sambil melambaikan tanganku padanya

Yukari menambah kecepatan larinya dan akhirnya sampai di depan kami dengan nafas yang terengah-engah.

"Maaf *hosh* aku *hosh* terlambat," katanya sambil menyeka keringat yang ada di dahinya

"Tidak apa-apa kok. Toh kami baru sampai 15 menit yang lalu." kataku

Lalu dia pun tersenyum dan duduk di sebelahku. "Maaf, tadi aku telat bangun."

"Hahaha tidak apa-apa kok," kataku

Yukari melirik ke arah Minato. "Aaa Minato-kun,"

Minato mengangkat sebelah alisnya, lalu mengalihkan pandangan dari rubixnya yang hamipir selesai, "Hn?"

"Tidak jadi." kata Yukari cepat sambil menggelengkan kepalanya. Sedangkan aku hanya mengangkat bahuku

Semenit kemudian, aku dan Yukari sudah mengobrol tentang berbagai topik ringan, meninggalkan Minato sendiri dengan rubix di tangannya. Tak terasa lima menit pun berlalu, datanglah Ryoji, Junpei, dan Kenji. Lalu kami mengobrol tentang berbagai hal sambil menunggu Rio. Sedangkan Minato, dia hanya mengalihkan pandangannya dari rubix di tangannya hanya saat ditanya saja. Setelah menunggu beberapa menit, Rio datang sambil berlari-lari. "Maaf aku terlambat!" katanya. Kemudian, kami berdiri dan mulai berjalan.

.

"Jadi kita mau kemana nih?" tanya Rio

Aku mengangkat bahuku, "Aku sih terserah. Lagi pula aku masih belum tahu banyak tentang Iwatodai."

"Kalau gitu, gimana kalau kita karaoke?" usul Junpei dengan semangat 45 sambil menunjuk papan bertuliskan 'Mandragora Karaoke'

"Ga mood! Tempat lain aja deh!" sahut Rio malas

"Nonton Film?" usul Yukari

"Boleh juga tuh. Eh emang ada film rame?" sahut Ryoji

"Ga tau. Tapi mungkin ada. Kita kan bisa lihat dulu." kata Yukari sambil menaikkan kedua bahunya

"Kalau ternyata ga ada film rame gimana?" tanya Junpei

"Yaa aku kan hanya memberi usul," kata Yukari

"Gimana kalau ke Game Panic?" usul Kenji dengan semangat

"Whoa! Setuju tuh!" sahut Ryoji dengan semangat yang tak kalah dari Kenji

"Ogah ah! Ga asik banget!" kata Yukari sambil melipat tangannya di depan dadanya

"Kalau gitu kita kemana dong?" tanya Rio

"Kalau gitu kenapa kita ga berpencar aja. Yang mau ke karaoke, ya ke karaoke. Yang mau ke Game Panic ya ke Game Panic. Yang mau ke bioskop ya ke bioskop." kata Minato cuek

"Kalau gitu sih sama aja jalan-jalan sendiri dong." sahut Rio

"Dari pada lama?" kata Minato lagi

Yang lain terlihat sedikit ragu. Lalu mengangguk perlahan.

"Ya sudah, kalau gitu kita pakai usulnya Minato. Aku mau ke Game Panic!" kata Kenji

"Aku ikut!" kata Ryoji dan Junpei berbarengan. Lalu mereka bertiga pun berjalan ke arah kanan kami sambil mengobrolkan sesuatu dengan heboh. Junpei menoleh ke arah kami. "Kau ikut, Minato?"

Minato memasukkan rubixnya ke saku jaketnya lalu berjalan mengikuti Kenji, Ryoji, dan Junpei.

"Jadi, kita kemana?" tanyaku pada Rio dan Yukari

"Makan dulu? Aku belum makan tadi." jawab Rio sambil memegangi perutnya

"Chagall Café?" tanya Yukari. Rio menggelengkan kepalanya

"Wild Duck's Burger," katanya

"Kurasa di sekitar sini tidak ada toko burger." kataku, karena sejauh pengematanku, aku sama sekali tidak menemukan toko burger di Paulownia Mall.

"Memang bukan di sini. Tapi di dekat Stasiun Iwatodai." kata Rio santai

"Haah? Berarti kita harus naik kereta dong? Tau gitu sih tadi aku menunggu di sana saja deh sekalian…" keluhku

"Anggap saja jalan-jalan untuk lebih mengenal Iwatodai." kata Yukari sambil menepuk pundakku

"Terserahlah,"

.

-daytime, Port Island Station-

"Hei, hei! Lihat! Film yang itu sepertinya seru ya! Nanti kita nonton yuk!" seru Yukari sambil menunjuk sebuah poster film yang terpampang di depan gedung bioskop. Aku dan Rio pun menoleh ke arah yang ditunjuk Yukari.

Aku melihat poster film itu. Seorang aktor berambut pirang sedang memeluk seorang aktris berambut cokelat tembaga dari belakang. Si aktor mengenakan baju setelan jas, sedangkan si aktris mengenakan tank top berwarna merah dan rok orange bermotif bunga kuning yang berkibar-kibar. Kemudian kuangkat sebelah alisku.

"Quiet Summer Romance?" tanya Rio

"Iya! Yang itu!" Yukari mengangguk-anggukkan kepalanya

"Ga deh, makasih. Mending kita ga usah nonton aja." kata Rio

"Eeh? Tapi film itu kan sepertinya rame banget! Iya kan, Minako?" Tanya Yukari sambil menyikutku

"Ha? Aku setuju dengan Rio deh." jawabku

"Yaaah… Ya sudah kalau gitu…" Yukari melipat kedua tangannya di depan dadanya dan mengerucutkan bibirnya. Lalu Kami bertiga pun berjalan menjauhi bioskop tanpa mengungkit-ungkit tentang film bernuansa romantis itu.

.

-daytime, Iwatodai Station-

Setelah menaiki kereta selama beberapa menit, kami turun di Stasiun Iwatodai. Di sana cukup banyak orang yang berlalu-lalang (meskipun tidak sebanyak di Paulownia Mall.) Yah, maklumlah hari ini hari Minggu sih… Kami berjalan keluar dari stasiun dan menyeberangi jalan, melewati sepeda-sepeda yang diparkir berjajar di dekat stasiun dan sopir-sopir taksi yang sibuk mengobrol sambil menunggu penumpang.

.

-daytime, Iwatodai Strip Mall-

"Ini Iwatodai Strip Mall," kata Rio, "Di sini banyak yang menjual makanan dan buku. Makanan yang dijual di sini semuanya enak-enak. Ada Wild Duck's Burger, Takoyaki Octopia, Ramen Hagakure, Sweet Shop, Beef Bowl Restaurant, dan Wakatsu." lanjutnya

"Wah Rio, tak kusangka kau berbakat jadi Tour Guide!" kata Yukari sambil cekikikan

"Sayangnya aku tidak berminat," tanggap Rio. Yukari hanya menjawabnya dengan tawa

"Kita mau kemana? Wild Duck's?" tanyaku sambil menunjuk papan nama bertuliskan 'Wild Duck's Burger' yang berwarna orange cerah

"Yeah, ayo!" Rio menggamit tanganku dan berjalan Wild Duck's Burger.

.

"Beef burgernya 1 dan cheese burgernya 2 ya, mbak." kata Rio pada salah satu pelayan di restoran fast food ini

"Minumnya, mbak?"

"Cola?" tanya Yukari. Aku mengangguk

"Colanya 3, mbak," kata Yukari

"Baik, pesanannya saya ulangi, Beef burget 1, cheese burger 2, dan minumnya cola 3. Ada tambahan lain? Mungkin Anda mau coba salad, sup, atau es krim kami?" tanya pelayan itu *emang Wild Duck's Burger ngejual salad, sup, sama es krim ya? -_-*

"Itu aja cukup," kata Rio, "Kalian cari tempat duduk aja. Ini biar aku yang bayar," sambungnya

"Waaa makasih ya, Rio! Tau aja kamu kalau hari ini aku ga bawa terlalu banyak uang!" seru Yukari sambil cengar-cengir

"Ya, sama-sama."

Setelah itu Aku dan Yukari pun mencari tempat duduk yang kosong. Tempat ini belum didatangi banyak pengunjung, mungkin karena masih pagi. Jadi kami tidak perlu terlalu lama mencari tempat duduk karena justru banyak tempat duduk yang kosong. Kami memilih tempat duduk dengan dua kursi panjang yang letaknya di dekat kaca, kemudian duduk di sana. Tak lama kemudian Rio datang sambil membawa nampan berwarna cokelat dari plastik yang berisi pesanan kami.

"Yummy!" kata Yukari sesaat setelah Rio duduk di sebelahku

"Itadakimasu," gumamku, kemudian aku mulai menggigit cheese burger pesananku

"Jadi, kita kemana nih?" tanyaku

"Karaoke?" usul Yukari

"Ada usul lain?" tanya Rio malas

"Bioskop?" usul Yukari lagi

"Yang lain?" tanyaku

"Chagall Café?" lagi-lagi usul dari Yukari

"Kita kan sedang makan di Wild Duck's, buat apa juga nanti kita ke Chagall Café?" tanya Rio

"Benar juga ya…" gumam Yukari

"Umm boleh aku ke toko buku?" tanyaku

"Toko buku?"

"Ya. Tadi kulihat di sebelah Wild Duck's ada toko buku." jelasku

"Bookworms? Tentu saja," Rio mengangguk

"Baiklah, kurasa kita ke toko buku," timpal Yukari tanpa semangat

.

Setelah kami semua selesai makan, kami berjalan ke toko buku yang berada tepat di sebelah Wild Duck's, Bookworms. Kalau dilihat dari luar, toko itu cukup kecil dan sedikit tua. Kacanya terlihat berdebu dan cat temboknya yang berwarna abu-abu memancarkan kesan suram. Menurutku, satu-satunya yang tidak berkesan suram dari tampilan luar toko buku itu hanyalah papan namanya yang berwarna hijau dengan tulisan 'Bookworms' berwarna putih. Tapi toko buku tetaplah toko buku. Sesuram apapun kesan tempatnya, tidak menutup kemungkinan buku yang dijual di sana bagus-bagus. Jadi kami tetap berjalan ke sana. Saat kami sampai di depan pintunya, kami melihat sebuah papan kecil bertuliskan 'Closed'.

"Yaaah tutup…" kataku kecewa

"Ah, aku lupa kalau Bookworms tutup di hari Minggu! Maaf ya, Minako," kata Rio

"Tidak apa-apa kok. Toh aku masih bisa ke sini lain waktu," aku tersenyum, "Kalau gitu kita kemana dong?" sambungku

"Book-On?" usul Rio. "Di sini ada dua toko buku. Bookworms dan Book-On. Kau mau kesana?" tanya Rio

"Boleh juga," aku menganggukkan kepalaku

"Ayo kita kesana!" ajak Yukari. Lalu kami pun menaiki tangga yang berada tepat di samping Bookworms sampai ke lantai 3.

Begitu kami menjejakkan kaki di anak tangga terakhir, aku dapat melihat sebuah papan nama berwarna biru cerah dengan tulisan dari lampu neon, Book-On. Lalu kami semua masuk ke sana.

Di sana kami dapat melihat komik-komik berjejalan memenuhi rak-rak setinggi langit-langit. Selain itu komik-komik juga tertumpuk di meja-meja dengan berbagai tulisan, 'Baru', 'Diskon', 'Edisi Spesial', dan lain-lain. Singkat kata, toko buku ini dipenuhi berbagai macam komik dengan berbagai genre dan pengarang. Ada yang bergenre horror, misteri, komedi, romance, fantasi, dan sebagainya. Mataku langsung tertuju pada sedert komik berwarna hitam yang ada di rak bertuliskan B-09.

"Black Cat!" seruku girang ketika membaca tulisan berwarna emas di punggung komik itu

"Black Cat?" tanya Yukari yang tiba-tiba sudah berada di belakangku

"Ya. Manga buatan Yabuki Kentaro yang ceritanya seru bangeet!" aku mengangguk-angguk senang

"Ceritanya tentang apa?"

"Gimana ya… Pokoknya tentang Sweeper gitu deh! Rame buanget!"

"Ooh… Sepertinya ini juga rame," kata Yukari sambil mengambil sebuah komik berwarna ungu muda dan soft pink. Baby Love, itu tulisannya

"Err… Mungkin?" aku menaikkan bahuku

"Hei lihat! Shonen Star edisi 10! Wah, aku harus beli! Hanya tinggal edisi ini yang belum aku punya!" kata Rio

"Waaah Cherry edisi 29!" seru Yukari kegirangan

"Hei, itu kan Junkyard Magnetic jilid terakhir?" kataku sebelum mengambil sebuah komik lain

Kami pun sibuk mencari-cari komik dan membacanya sekilas. Yukari dan Rio sudah duluan membayar komik-komik yang mereka beli, sedangkan aku masih berkutat di rak yang paling ujung, sedang mencari komik yang mungkin seru. Tiba-tiba seorang anak lelaki menyenggolku dan membuat kedua komik yang berada di tanganku jatuh ke lantai. "Aduh!"

"Maaf, kak!" kata anak itu sambil membungkuk untuk memunguti komik yang akan kubeli

"Ah, ya tidak apa-apa. Aku hanya kaget," kataku. Dia menyerahkan komikku yang tadi terjatuh dan tersenyum sekilas. Entah kenapa senyumnya mengingatkanku pada seseorang, tapi entah siapa.

"Kau… mirip dengan seseorang…" kataku tanpa sadar

"Oh ya?" tanyanya ringan. Aku mengangguk

Kuperhatikan anak itu, matanya sebiru sapphire, rambutnya berwarna hitam, kulitnya seputih porselen, dan dia memiliki tahi lalat di bawah mata kirinya. Baju yang dikenakannya cukup aneh untuk dipakai keluar rumah, karena dia mengenakan piyama bergaris-garis hitam-putih. Jujur saja menurutku piyamanya itu mirip dengan baju tahanan penjara. Dan dia juga mengenakan sendal jepit berwarna hitam.

"Berarti kakak kenal dengan orang yang mirip denganku dong?" tanyanya lagi

"Entahlah, kurasa," jawabku asal

"Kalau begitu maukah kakak menemaniku bermain hari ini? Karena besok aku harus kembali ke rumah sakit," kata anak itu sambil tersenyum. Tapi meskipun tersenyum aku masih dapat mendengar kegetiran dalam suaranya

'Yah, kurasa tidak ada salahnya juga kan menemani anak ini?' batinku

"Baiklah, aku akan menemanimu." kataku

"Waaah terimakasih kak! Ngomong-ngomong nama kakak siapa?"

"Aku Arisato Minako, kau?"

"Pharos," dia tersenyum

'Pharos? Nama yang aneh untuk ukuran orang Jepang. Kurasa mungkin anak ini orang asing?' pikirku

"Hahaha… Aneh ya?" imbuhnya

"T-tidak kok! Kurasa namamu unik. Aku menyukainya."

"Benarkah? Terimakasih, kak Minako," anak itu tersenyum lagi

Kemudian kami keluar dari Book-On setelah membayar komik-komik yang kubeli. Aku melihat Yukari dan Rio sedang mengobrol. "Apa sudah selesai, Minako?" tanya Rio

"Sudah," aku mengangguk

"Hei, siapa itu?" Yukari menunjuk Pharos yang berdiri di sebelahku

"Dia Pharos. Maaf ya, sepertinya jalan-jalannya lain waktu aja. Aku harus menemani anak ini dulu," kataku sambil menepuk pundak Pharos

"Ah, ya, silahkan saja," sahut Rio

"Terimakasih," aku tersenyum pada mereka, "Ayo, Pharos," aku menggandeng tangan Pharos dan berjalan ke stasiun Iwatodai.

.

.


to be continued…

.

Ah,kayanya Saku ngupdatenya kelamaan ya? Hahaha (tawa garing) gomen… Abis entah kenapa ide buat Red Meets Blue rasanya udah ga ngalir selancar dulu. Jadi Saku mau minta maaf kalau mungkin chapter depan juga bakal agak lama diupdate. Satu lagi! Saku mau minta maaf juga kalau chapter ini terkesan maksa dan aneh…

.

Terakhir, special thanks to: Deal Fallen, Fuyugami Ryo, NeeNao, Hayato Arisato Wisel Infinity, Masaru-nii yang tanpa sengaja ngasih ide, dan buat Kira-nee yang udah ga bawel lagi! ^o^