Summary: Cerita Aku no Meshitsukai series alias Servant of Evilnya Vocaloid, tapi dijadiin versi Naruto

Disclaimer: Naruto sama Vocaloidnya udah jelas bukan punya Saku!

.

Murasaki Sakura Presents:

AKU NO MESHITSUKAI

.


.

~oOo~

Kimi wa ojou, boku wa meshitsukai

Unmei wakatsu aware no futago

Kimi wa mamoru sono tame naraba

Boku wa aku ni datte natte yaru

~oOo~

.

Di sebuah negeri, hiduplah seorang putri bernama Ino dan pelayannya yang setia bernama Deidara. Mereka berdua sama-sama miliki rambut pirang dan mata biru langit. Juga memiliki senyum secerah sinar matahari dan keceriaan yang seperti tak ada habis-habisnya. Mengapa mereka begitu mirip? Padahal mereka adalah seorang putri dan seorang pelayan?

Ya, itu karena sebenarnya Ino dan Deidara adalah anak kembar. Namun sayang sekali jalan yang harus mereka tempuh adalah jalan yang benar-benar berbeda. Ino harus menjadi putri dan memerintah kerajaan, sedangkan Deidara harus menjadi pelayannya. Tapi meskipun begitu, Deidara tidak pernah merasa iri sedikitpun pada Ino. Deidara malah selalu melindungi dan menjaga Ino, karena dia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk itu.

.

~oOo~

Kimi wa mamoru sono tame naraba

Boku wa aku ni datte natte yaru

~oOo~

.

Ino sendiri bukanlah seorang pemimpin yang baik dan bijaksana. Karena umurnya yang masih belia, Ino masih belum mampu memimpin sebuah kerajaan dengan baik dan malah selalu bersikap egois. Para pelayan selain Deidara sudah benar-benar kesal dibuatnya, tapi Deidara selalu memenuhi permintaan Ino dengan sabar.

"Nona, cemilan hari ini adalah kentang goreng," kata Deidara dengan senyum mengembang. Ino menatap nampan yang dibawa saudara kembarnya dengan malas

"Huh! Aku kan sudah bilang, aku tidak suka kentang goreng! Aku mau brioche!" protes Ino

"Ehm, baiklah, akan saya ambilkan." kata Deidara sambil membungkuk sebelum meninggalkan Ino duduk di singgasananya. Ino hanya tersenyum melihat tanggapan saudara kembarnya.

.

~oOo~

.

Hari demi hari berlalu, namun perubahan tak kunjung datang pada sang putri. Ino masih juga bersikap egois dan sering memanfaatkan Deidara karena Deidara adalah saudara kembarnya.

"Deidara… Kau mau kan memenuhi semua permintaanku?" tanya Ino manja

"Ya, tentu saja." Deidara membungkuk

"Kalau begitu sekarang ambilkan aku minuman dan brioche," perintah Ino

"Baik," Deidara mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu.

Tak berapa lama kemudian, Deidara kembali dengan membawa nampan berisi segelas jus jeruk dan brioche kesukaan Ino. "Ini pesanan anda,"

"Waaah… Kau memang baik sekali, Deidara!" seru Ino sambil tersenyum manis pada Deidara. Deidara yang melihatnya hanya sedikit bersemu merah dan tersenyum.

"Ah, saya permisi dulu, Yang Mulia," kata Deidara sopan

"Eeeeh? Mau kemana? Temani aku dulu di sini! Kita kan kembar!" cegah Ino

"Baiklah, Yang Mulia. Tapi setelah itu saya harus segera menemui Tuan Shino." Deidara tersenyum

Deidara dan Ino pun berbincang-bincang ringan. Bila melihat hal ini, mereka akan terlihat seperti anak kembar pada umumnya, perbedaan mereka hanyalah pakaian mereka. Ino berpakaian mewah dan memakai mahkota di kepalanya, sedangkan Deidara hanya memakai pakaian sederhana dan mengantungi jam saku tua.

Setelah beberapa jam mengobrol dengan Ino, akhirnya Deidara diperbolehkan pergi. Setelah keluar dari ruangan Ino, Deidara segera berlari ke ruangan milik penasihat kerajaan, Shino. 'Semoga Tuan Shino tidak marah padaku,'

Sesampainya di depan pintu ruangan Shino, Deidara mengetuk pintunya beberapa kali. Setelah terdengar jawaban dari dalam, Deidara segera membuka pintunya.

Seorang pemuda berambut jabrik dan memakai kacamata hitam segera menyuruh Deidara duduk. Deidara berjalan di atas karpet beludru berwarna merah tua dan segera duduk di kursi mewah yang terbuat dari kayu maple kualitas terbaik. Deidara menatap lawan bicaranya, tapi sulit memprediksi apa yang akan dikatakan lawan bicaranya itu, pasalnya Shino selalu memakai kacamata hitam, pendiam, dan memang memiliki kepribadian yang tidak bisa ditebak. Jadi meskipun kau sudah mengenal Shino selama 10 tahun, kau masih akan sulit memprediksi apa yang akan dilakukan dan dikatakannya. Shino mengetukkan jari-jarinya ke meja dari kayu maplenya, lalu merapihkan jas hitam legamnya dan letak dasi kuning gelap yang dikenakannya. Shino menatap Deidara dengan santai, yang justru membuat bulu kuduk Deidara meremang. Pemuda berkacamata hitam itu melirik arloji perak yang dikenakannya.

"Kau terlambat, Deidara." Shino menatap Deidara

"S-saya… um…"

"Putri Ino, kan?" tanya Shino tajam. Deidara menundukkan kepalanya dan mengangguk lemah.

"Hmm…" Shino menghembuskan nafas dan kembali bersandar ke sandaran kursinya

"Ada apa Tuan Shino memanggil saya?" tanya Deidara sopan

"Ini, antarlah ke Blue Kingdom," Shino menjawab singkat sambil menyimpan sebuah amplop besar berwarna cokelat di atas mejanya

"Apakah bisa saya lakukan besok?"

"Ya, pergilah besok. Dan pastikan kau pergi tidak lebih dari 7 hari, keberadaanmu sangat dibutuhkan di sini, Deidara."

"B-baik," janji Deidara. Shino menyerahkan amplop itu pada Deidara dan menyuruhnya keluar dari ruangannya.

'Tuan Shino memang tipe orang yang praktis dan tidak suka berbasa-basi,' pikir Deidara

.

.

Keesokan harinya Deidara pergi dengan menaiki seekor kuda berwarna cokelat tua dengan membawa sedikit uang dan makanan. Saat Deidara sampai di Blue Kingdom, orang-orang sedang sibuk berlalu-lalang. Karena sedikit kesusahan, Deidara menitipkan kudanya di sebuah penginapan, sedangkan dirinya langsung pergi ke Istana.

Hari itu benar-benar cerah tapi anginnya cukup besar. Meskipun jalanan tidak bisa dibilang sepi, Deidara tetap menikmati saat-saat itu dan berjalan dengan langkah-langkah ringan yang cepat ke Istana. Tiba-tiba saja angin bertiup kencang dan menerbangkan topi yang sedari tadi ia pakai untuk melindungi kepalanya dari panas matahari. Ternyata topi tersebut jatuh di kaki seorang anak perempuan berambut pink.

"Hei, apa ini milikmu?" tanya gadis itu dengan suara yang merdu

"Ah, terima kasih! Dari mana kau bisa tahu ini milikku?"

"Kalau kuperhatikan dari tadi, kau ini seperti sedang mencari sesuatu. Lalu tiba-tiba topi ini jatuh di kakiku. Jadi kupikir ini milikmu." jelas gadis berambut pink itu

"Hahaha i-iya, ini memang topiku." kata Deidara gugup sambil memakai topinya lagi

"Kalau begitu lain kali hati-hati ya!" kata gadis itu sambil mengedipkan sebelah matanya dan lalu mulai berjalan. Pipi Deidara bersemu merah dibuatnya.

"T-tunggu! Siapa namamu?"

"Aku? Namaku Sakura," gadis berambut pink itu memperkenalkan dirinya singkat sebelum berjalan lagi

"Aku Deidara." Deidara berkata. Sakura melihatnya sekilas dan tersenyum manis. Deidara tidak bisa berkata apa-apa dan wajahnya bersemu merah. "Sakura… Nama yang indah…" gumam Deidara dengan wajah merah padam.

.

Inikah cinta pada pandangan pertama?

.

~oOo~

Tonari no kuni e dekaketa toki ni

Machi ni mikaketa midori no ano ko

Sono yasashige na koe to egao ni

Hitome de boku wa koi ni ochimashita

~oOo~

.

"Jadi kau adalah utusan dari Yellow Kingdom… Deidara?" tanya seorang pemuda berambut seperti nanas. Matanya yang hitam menyiratkan kebosanan dan sedikit ketidakpercayaan, setelan jasnya sedikit berantakan, letak dasi biru tuanya sedikit miring, dan pemuda itu tak henti-hentinya menguap.

"Ya, saya Deidara utusan dari Yellow Kingdom." jawab Deidara mantap

"Meragukan…" gumam pemuda nanas itu

"Saya tahu umur saya masih sangat muda, tapi saya memang utusan dari Yellow Kingdom." Deidara berkata dengan sungguh-sungguh "Saya datang untuk menyerahkan ini," sambungnya cepat, lalu menyerahkan amplop cokelatnya pada pemuda itu

"Ya… ya…" pemuda nanas itu menyandarkan dirinya pada kursi empuknya sebelum membuka amplop dari Deidara dan membacanya isinya sambil sesekali menguap.

"Huh… Merepotkan… Sepertinya urusan kita belum akan selesai, Deidara." katanya malas

"Apa maksud Anda?" Deidara memandang pemuda nanas itu heran

"Tinggallah di sini sampai besok." pemuda nanas itu mengacuhkan pertanyaan Deidara. "Ngomong-ngomong namaku Shikamaru,"

"Ah, iya."

Pemuda nanas bernama Shikamaru itu menekan sebuah tombol di mejanya, dan beberapa menit kemudian datanglah seorang wanita muda berambut orange yang mengenakan pakaian maid.

"Anda memanggil saya, Tuan Shikamaru?" tanya wanita muda itu

"Antar dia ke kamar tamu, Tayuya," kata Shikamaru malas

"Baik," Tayuya mengangguk dan menatap Deidara dengan tatapan sedikit bingung, "Silahkan ikuti saya, Tuan," imbuhnya seraya keluar dari ruangan bernuansa biru-hijau itu dengan diikuti Deidara.

Deidara berjalan mengikuti Tayuya sambil memerhatikan interior Istana Blue Kingdom tersebut. Lantainya tertutup karpet beludru berwarna biru gelap, dindingnya dicat putih bersih, dan furniturnya terbuat dari kayu eboni. Dinding putih polosnya dihiasi dengan beberapa lukisan abstrak serta lukisan foto, di sudut-sudut lorongnya terdapat guci-guci tinggi yang sebagian besar berwarna putih atau abu-abu muda, dan beberapa tanaman hijau serta beberapa pot bunga menghiasi lorong bernuansa biru. Tak lupa chandelier kristal menggantung di langit-langit serta tempat-tempat lilin kristal yang diletakkan di meja-meja.

"Apa Anda tamu Tuan Sasuke?" tanya Tayuya pelan, ia membalikkan tubuhnya

"Sebenarnya aku sendiri tidak tahu. Aku hanya diminta untuk mengantarkan amplop dari Yellow Kingdom ke Blue Kingdom." jawab Deidara sambil mengangkat bahunya

"Oh, begitu… Maaf karena saya telah menanyakan hal seperti itu pada Tuan." Tayuya sedikit menundukkan kepalanya dan memutar kembali tubuhnya sehingga membelakangi Deidara lagi

"Hahaha jangan bersikap terlalu formal. Sebenarnya posisiku di Yellow Kingdom hampir sama denganmu. Aku hanya pelayan biasa. Lagipula kurasa aku lebih muda darimu." terang Deidara

"B-benarkah?" Tayuya membalikkan tubuh dan wajahnya menghadap Deidara, sehingga memperlihatkan matanya yang terbelalak. Deidara mengangguk, "Umurku baru 14 tahun."

Tayuya terlihat sedikit kaget mendengar pernyataan Deidara, karena harus dia akui bahwa tubuh Deidara yang lumayan jangkung membuatnya terlihat lebih tua dari umurnya.

"Oh iya, kita belum kenalan, kan? Namaku Deidara,"

"A-aku Tayuya."

"Salam kenal, Tayuya" Deidara dan Tayuya pun berjabatan tangan

"Mari, saya antar ke kamar Anda," ajak Tayuya

Tayuya dan Deidara pun melanjutkan perjalanan mereka ke kamar tamu.

Tayuya membuka sebuah pintu yang terbuat dari kayu eboni asli—yang adalah pintu kamar tamu, memperlihatkan isi kamar itu. Kamar yang bernuansa biru itu memiliki sebuah kasur yang cukup bersar untuk ditempati dua orang—atau malah lebih, furniture kayunya terbuat dari kayu eboni yang berwarna gelap, wallpapernya berwarna putih dan biru muda, karpetnya pun terbuat dari beluru berwarna biru muda.

"Ini dalah kamar tamu—kamar yang akan Anda tempati malam ini." Deidara mengangguk dan segera memasuki kamar itu. "Apa ada lagi yang Anda inginkan?" tanya Tayuya sopan

"Kurasa tidak." jawab Deidara cepat

"Kalaupun ada, silahkan tekan bel ini," kata Tayuya menunjuk sebuah tombol di dekat tempat tidur. Deidara mengangguk lagi, lalu Tayuya pun meninggalkan Deidara sendiri.

"Ya ampun, kamar ini benar-benar biru!" Deidara berdecak sambil memperhatikan ruangan besar itu.

Deidara berjalan ke sebuah pintu dan membukanya—kamar mandi. Deidara masuk ke kamar mandi yang juga bernuansa biru itu. Lantai keramiknya berwarna biru laut, begitu pula dengan keramik yang menempel di dindingnya. Deidara segera mandi dan kemudian setelah mengganti bajunya dengan piyama katun berwarna biru kotak-kotak yang telah disediakan, dia merebahkan tubuhnya di kasur.

"Bagaimana rasanya menjadi orang yang dihormati sepertimu, Ino?" bisik Deidara lirih. Berbagai pikiran tentang dirinya dan saudari kembarnya itu berkecamuk di pikiran Deidara, sebelum akhirnya dia terlalu lelah dan terbang ke alam mimpinya.

.

~oOo~

Kitai no naka bokura wa umareta

Shukufukusuru wa kyoukai no kane

Otona-tachi no katte na tsugou de

Bokura no mirai wa futatsu ni saketa

~oOo~

.

Seorang lelaki paruh baya berambut pirang dikucir menggendong seorang bayi berambut pirang tipis. Lelaki itu menoleh, mendapati istrinya tengah terseyum bahagia sambil memandangi seorang bayi lain di pelukannya. Kedua bayi berambut pirang tipis itu tengah terlelap, mereka tak sadar betapa besar cinta yang terdapat di senyum orang yang menggendong mereka. Melihat kedua bayi itu tak terusik dari tidurnya, pasangan itu mengembangkan senyum bahagia mereka, memamerkannya pada semua orang yang hadir di sana.

Terdengarlah suara lonceng gereja menggema, disambut tangisan dari kedua bayi yang tiba-tiba saja terbangun. Senyum semakin mengembang di wajah pasangan berambut pirang itu. Mereka menepuk-nepuk punggung kedua bayi mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang untuk menenangkan mereka. Tak berapa lama kemudian, kedua bayi kembar itu menghentikan tangis mereka dan tertidur pulas kembali.

.

~oOo~

.

Deidara terbangun dari mimpinya dengan perasaan tidak enak,

"Kaa-san… Tou-san…" gumamnya

.

Deidara segera menuju kamar mandi dan mandi. Deidara mendapati bajunya telah dicuci dan diletakkan di atas kasurnya. Dengan segera, Deidara mengenakan bajunya dan berjalan dengan malas ke depan cermin. Deidara memandang pantulan dirinya yang memakai kemeja putih dan rompi cokelat lusuh juga celana hitam dari bahan katun. Dia mengucir rambutnya yang cukup panjang dengan cekatan, setelah itu menggulung lengan kemeja putihnya sampai dibawah siku. Dikenakannya topi cokelatnya. Setelah itu menatap pantulan dirinya di cermin itu sekali lagi. Anak laki-laki berambut pirang itu menganggukkan kepalanya sedikit dan berjalan ke arah pintu.

Tapi sebelum Deidara sempat memutar kenop pintunya, sudah ada orang yang mengetuk pintu tersebut dari sisi yang lain.

"Apakah Anda sudah bangun, Tuan Deidara?" tanya suara seorang wanita yang dikenal Deidara. Deidara tidak menjawab pertanyaan itu, tapi langsung membuka pintunya. Ternyata yang tadi mengetuk pintu itu adalah Tayuya.

"Ada apa?"

"Tuan Shikamaru memanggil Anda," kata Tayuya sambil sedikit membungkuk

"Un… Sudah kubilang kan? Tidak perlu membungkuk. Kita ini sama-sama pelayan."

"T-tapi Anda adalah tamu Tuan Sasuke."

"Hahaha tidak juga." Deidara tertawa, "Tapi terserah kau lah, Tayuya," Tayuya memalingkan wajahnya dan segera berkata, "Ikuti saya,"

Deidara kembali sampai di ruangan bernuansa biru-hijau yang adalah ruangan pribadi Shikamaru. Segera setelah itu Tayuya keluar dari ruangan itu, dan Shikamaru mempersilahkan Deidara untuk duduk.

"Ini, bawalah ini ke Yellow Kingdom," kata Shikamaiu. Dia menyerahkan sebuah amplop bersegel biru pada Deidara

"Baik,"

"Sekarang, bersegeralah," kata Shikamaru malas

"Baik," Deidara berjalan kea rah pintu keluar dan membukanya. Namun belum sempat ia keluar, Shikamaru sudah menghentikan langkahnya.

"Hei, Deidara!"

"Ya?"

"Berhati-hatilah," Shikamaru melemparkan senyum. Deidara membalasnya dengan anggukan, "Baik,"

"Anak ingusan sepertinya jadi kurir? Aneh-aneh saja Putri Yellow Kingdom itu!" gumam Shikamaru

.

.

Dua hari kemudian, Shino meminta Deidara kembali mengantarkan surat ke Blue Kingdom. Deidara dengan senang hati menerima tawaran itu, karena dia berharap bisa bertemu dengan anak perempuan bernama Sakura di Blue Kingdom. Namun, kali ini Ino memaksa untuk ikut ke Blue Kingdom, entah apa alasannya. Awalnya Deidara menolak keras permintaan Ino, tapi apa boleh buat, akhirnya dia mengabulkan permintaan saudari kembarnya itu.

Ino yang merasa kegirangan segera berganti pakaian. Gaun berwarna kuning-hitam yang semula dikenakannya, dia tukar dengan kemeja putih berlengan panjang dan overall cokelat, dan ditanggalkannya mahkota emas yang semula bertengger manis di kepalanya. Rambut pirang Ino yang semula tergerai indah pun kini diikat tinggi.

"Bagaimana penampilanku?" tanya Ino sambil memutar-mutarkan badannya di depan Deidara. Deidara hanya tersenyum menatap saudari kembarnya. Ino membalas senyumannya dan menggenggam tangan Deidara, "Ayo!"

"Tunggu dulu,"

"Ada apa Dei?" tanya Ino. Deidara melepaskan topi yang sedari tadi ia pakai dan memakaikannya ke kepala Ino

"Pakai saja topiku," Deidara mengembangkan senyumnya dan Ino membalasnya. "Ayo,"

.

.

Deidara dan Ino akhirnya sampai di Blue Kingdom. Dengan cepat mereka berjalan ke arah istana. Saat itu matahari bersinar sangat terik, membuat para penduduk Blue Kingdom sedikit enggan meninggalkan tempat teduh. Tapi tetap saja jalan utama di sana cukup padat.

Saat sedang menggandeng tangan Ino, Deidara melihat rambut pink yang mirip dengan rambut Sakura diantara kerumunan orang yang berlalu-lalang. Awalnya Deidara tidak memercayai penglihatannya dan memandang gadis itu lekat-lekat, tapi saat gadis itu sedikit menoleh, dapat dilihatnya mata hijau Sakura dan senyum hangatnya. Baju terusan Sakura yang berwarna hijau berkibar-kibar karena tertiup angin, membuatnya tampak lebih manis di mata Deidara. Deidara langsung mengembangkan senyumnya. Untuk sesaat dia lupa akan Ino. Tapi saat hendak disapanya gadis berambut pink itu, hati Deidara terasa sangat pedih melihat seorang pemuda yang lebih tua sedikit dari dirinya menghampiri Sakura dan menggenggam tangan Sakura.

Deidara menghentikan langkahnya dan sedikit menunduk. Tapi dengan cepat dia mengangkat kepalanya lagi dan mencari-cari kedua sosok itu. Deidara sedikit memerhatikan pemuda yang berjalan berdampingan dengan Sakura. Rambutnya berwarna biru gelap, modelnya seperti pantat ayam, matanya berwarna sehitam batu onyx, dan dia mengenakan syal biru tua yang berkibar-kibar karena tertiup angin.

Pemuda itu memandang wajah bahagia Sakura dan tersenyum simpul. Dia menggandeng tangan Sakura dan mengajaknya keluar dari keramaian. Deidara yang melihatnya langsung merasa sangat sedih. Ino mengeratkan genggaman tangannya pada Deidara. Deidara sedikit kaget, lalu dia menoleh pada Ino. Dilihatnya Ino yang sudah berurai air mata.

"Ino, ada apa?" tanya Deidara lembut. Ino tidak menjawab pertanyaan kembarannya, tapi hanya menggeleng sambil menyeka air matanya. Deidara mengeluarkan sapu tangannya dan ikut menyeka air mata Ino.

"Sudahlah, Ino. Jangan menangis." Deidara merangkul kembarannya dan menenangkannya

"Hiks, i-iya, hiks." kata Ino masih terisak

"Nah, sekarang ayo kita ke istana Blue Kingdom." ajak Deidara. Ino mengangguk. Mereka berdua pun berjalan ke arah istana.

Sesampainya di istana, Ino menunggu di luar, sedangkan Deidara masuk ke dalam untuk kembali menemui Shikamaru. Shikamaru kembali memberi sebuah amplop sambil berkata, "Sepertinya ini akan jadi surat yang terakhir. Jadi kau sudah tidak perlu bolak-balik ke sini lagi. Merepotkan…" Deidara hanya mengangguk dan meninggalkan Shikamaru di ruang kerjanya sendirian.

.

~oOo~

Dakedo oujo ga ano ko no koto

Keshite hoshii to negau nara

Boku wa sore ni kotae you

~oOo~

.

Beberapa hari berlalu semenjak hari saat dirinya dan Ino pergi ke Blue Kingdom. Ino tampak lebih sedih dan sering melamun. Deidara yang mengkhawatirkannya langsung bertanya pada Ino, "Apa yang kau pikirkan?" Ino yang sedari tadi sedang melamun langsung membuyarkan lamunannya dan kembali pada kenyataan. Gadis cilik itu memandangi mata biru sapphire saudara kembarnya itu.

"Ada apa Dei?"

"Lagi-lagi Yang Mulia melamun," kata Deidara pelan

"M-maaf, tadi kau bilang apa?" tanya Ino gugup

"Aku bilang, apa yang kau pikirkan?" ulang Deidara

"B-bukan apa-apa kok! Hanya saja…" Ino menggumamkan dua kata terakhirnya, tapi cukup keras untuk bisa didengar Deidara

"Hanya saja?" Deidara menaikkan sebelah alisnya

"Aku punya sebuah permintaan," Ino menundukkan wajahnya

"Apa itu?"

"Aku… ingin…"

"Ya?"

"Aku ingin kau membunuh semua perempuan berambut pink di negeri ini." kata Ino dengan suara kecil

"A-apa?" Deidara memastikan pendengarannya

"Ya, aku ingin semua perempuan berambut pink di negeri ini mati." ulang Ino dengan suara yang lebih jelas dan lantang

"T-tapi, apa alasannya?"

"Pokoknya aku ingin mereka semua MATI!" kata Ino tajam

"Yang Mulia, kurasa itu bukan alasan yang bagus…" Deidara ragu. Dia mengingat anak perempuan berambut pink yang dia temui di Blue Kingdom, Sakura. Deidara tidak ingin Sakura mati.

"Pokoknya aku INGIN mereka mati! Itu PERINTAH!" teriak Ino

Deidara yang melihat sorot mata Ino tidak mampu lagi menolak, dengan berat hati dia ucapkan sebuah kata, "Baik,"

Deidara berjalan di lorong Istana Yellow Kingdom yang megah dengan perasaan galau. Di satu sisi dia ingin membuat kembarannya bahagia, tapi di sisi yang lain dia tidak ingin gadis yang dicintainya mati. Tanpa disadari bulir-bulir air mata mengalir di pipi Deidara. Dia tidak mengetahui alasannya untuk menangis, dan malah bingung karena air matanya. Disekanya air matanya, berharap air mata itu berhenti mengalir, tapi alih-alih berhenti, air matanya justru terus mengalir deras.

~oOo~

Doushite?

Namida ga tomaranai

~oOo~

.

Beberapa hari kemudian, perintah sang putri telah diselesaikan. Keinginannya untuk membunuh semua perempuan berambut pink telah terkabul. Meskipun begitu, rencana itu dijalankan secara sembunyi-sembunyi. Sang putri tak ingin melibatkan namanya, maka dia memerintahkan beberapa orang kepercayaannya.

Mengetahui kemenangannya, senyuman kembali merekah di wajahnya dan keceriaan pun telah kembali menjadi bagian dari dirinya. Sedangkan Deidara? Dia hanya berpura-pura senang untuk menutupi perasaannya sendiri.

.

~oOo~

Kimi wa oujo, boku wa meshitsukai

Unmei wakatsu kuruoshiki futago

"Kyou no o-yatsu BURIOSSHU da yo"

Kimi wa warau, mujaki ni warau

~oOo~

.

"Yang Mulia, snack hari ini adalah brioche," kata Deidara sambil membawa nampan yang terisi penuh dengan brioche dan teh. Ino langsung menoleh dan tersenyum pada Deidara.

"Terima kasih!"

Deidara hanya bisa terdiam melihat senyum manis kembarannya itu.

Tapi, meskipun merasa sedih, Deidara terus mencoba mencari alasan yang selama ini Ino sembunyikan darinya. Namun hasilnya nihil. Tak seorang pun mengetahui alasan sang putri. Sampai suatu hari pencarian Deidara membuahkan hasil setelah beberapa minggu kemudian. Ternyata alasan Ino memintanya untuk membunuh semua perempuan berambut pink adalah karena Ino ingin melenyapkan saingan terbesarnya dalam merebut hati Pangeran Sasuke dari Blue Kingdom. Deidara hanya bisa menggeleng sedih mengetahui hal itu. Sedangkan Ino, dia mencoba seribu satu cara untuk memikat hati pangeran muda itu. Tapi sayangnya selalu membuahkan hasil yang buruk. Penolakan terang-terangan.

.

~oOo~

Mou sugu no kuniwa owaru darou

Ikareru kokumin-tachi no te de

Kore ga mukui da to iu no naraba

Boku wa aete sore ni sakarou

~oOo~

.

Suatu hari, mulailah terjadi pemberontakan di berbagai sudut Yellow Kingdom, terutama perbatasan Yellow Kingdom dengan Blue Kingdom. Aksi-aksi pemberontakan secara terang-terangan membuat warga Yellow Kingdom dan Blue Kingdom semakin resah, terutama anak-anak dan manulanya. Tapi lama kelamaan warga yang bergabung ke dalam kelompok pemberontak itu mulai bertambah, dari yang masih anak-anak, remaja, dewasa, dan tak ketinggalan manula. Kabar burung mengatakan bahwa mereka akan mengadakan kudeta.

Ino yang takut akan hal ini tidak mau keluar dari ruang singgasana dan kamarnya. Pasalnya, Ino sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang bela diri apapun. Pengetahuan politik yang dimilikinya pun sangat minim—yang dikarenakan usianya yang baru menginjak 14 tahun.

.

.

Pada suatu siang, kedua pimpinan kelompok pemberontak itu—pemuda berambut raven dengan model rambut pantat ayam yang dikenal sebagai pangeran dari Blue Kingdom, Pangeran Sasuke; dan seorang wanita muda yang berbakat dalam bertempur, terutama bermain pedang, Tenten—mengadakan demo besar-besaran di depan gerbang istana. Ino yang ketakutan hanya bisa mamndangi mereka dari jendela ruang singgasananya dengan mata ketakutan. Deidara sedang sibuk mencari Shino, tapi dia tidak bisa menemukan laki-laki berkacamata hitam itu.

Dengan segera, Deidara berlari ke ruang singgasana untuk menemui Ino. Sesampainya di sana, Deidara mencoba untuk menenangkan saudari kembarnya yang ketakutan setengah mati.

"Tenanglah…" Deidara merangkul Ino

"D-dei… Mereka…" Ino masih gemetar di pelukan Deidara

"Sshh… tenanglah…" Deidara menepuk-nepuk punggung saudari kembarnya dengan lembut

.

~oOo~

Tatoe sekai no subete ga

Kimi no teki ni narou tomo

Boku ga kimi o mamoru kara

Kimi wa dokoka de waratte ite

.

"Hora boku no fuku o kashite ageru"

"Kore o kite sugu o-nige nasai"

"Daijoubu, bokura wa futago da yo"

"Kitto dare ni mo wakaranai sa"

~oOo~

.

Tiba-tiba Deidara melepaskan kemeja luaran dan rompi yang dipakainya dan langsung menyerahkannya pada Ino, "Ini, pakailah pakaianku,"

Setelah itu Deidara langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Ino. Ino hanya bisa melongo sambil menatap baju milik Deidara yang sudah ada di tangannya. "T-tapi, Dei, kau pakai apa?"

"Kita tukar pakaian," Ino mengangguk dan dengan segera melepaskan gaunnya, lalu menyerahkan gaun itu pada Deidara.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah bertukar pakaian. Ino menggunakan kemeja, rompi, dan celana panjang lusuh milik Deidara dan mengikat rambutnya ke atas, sedangkan Deidara menggunakan gaun terusan Ino dan mahkota emasnya, juga menggerai rambut pirangnya sehingga menyerupai Ino. Ino memandangnya lekat-lekat. Deidara mengambil sebuah ubah berwarna cokelat tua dan jam saku tuanya, setelah itu diberikannya pada Ino.

"Sekarang cepatlah kabur dari sini."

"T-tapi Dei! B-bagaimana kalau mereka sadar?"

"Tidak apa-apa. Kita kan kembar, mereka pasti tidak akan sadar." Deidara tersenyum tulus. Ino tertegun melihatnya dan matanya mulai berkaca-kaca.

Tiba-tiba terdengar pintu digedor dari luar. Rupanya para pemberontak telah sampai di depan pintu ruang singgasana. Dengan cepat Deidara mendorong Ino ke sebuah pintu dan menutup pintu itu.

.

~oOo~

Boku wa oujo, kimi wa toubousha

Unmei wakatsu kanashiki futago

Kimi o aku dato iu no naraba

Boku datte onaji chi ga nagareteru

~oOo~

.

Bersamaan dengan menutupnya pintu itu, pemimpin para pemberontak sudah memasuki ruang singgasana dan mulai berjalan ke arah Deidara.

"Rupanya ini dia Putri Ino berhati busuk yang kita puja-puja," ejek Tenten. Deidara memerhatikan wanita muda yang berdiri di depannya itu. Rambut cokelatnya bermodel cepol dua, matanya yang cokelat menyiratkan kebencian, baju zirahnya yang berwarnya merah rubi terlihat masih bagus, dan pedang yang bertengger di tangannya terlihat sangat tajam dan menyeramkan.

"Sepertinya dia ketakutan karena ditinggal para pelayan setianya!" tambah Sasuke. Pemuda racen ini menggunakan baju zirah berwarna biru tua, pedangnya berkilat tajam, tak lupa dikenakannya syal biru tua kesayangannya.

Deidara tidak membalas kata-kata mereka dan menundukkan kepalanya.

"Apa-apan kau ini? Bisa-bisanya menunduk! Bersikaplah sopan sebagai seorang putri!" hardik Tenten sambil mengarahkan pedangnya ke leher Deidara. Deidara sedikit mengangkat kepalanya dan tersenyum sinis.

"Bisa-bisanya kau tersenyum?" seru Sasuke. "Ayo kita bawa dia ke penjara!" imbuhnya pada para pemberontak. Terdengar seruan-seruan setuju dari para pemberontak itu. Dan tak lama kemudian, Deidara sudah mendekam di salah satu sel penjara bawah tanah di istana Yellow Kingdom.

.

~oOo~

Mukashi mukashi aru tokoro ni

Akugyaku hidou no oukaku ni

Chouten ni kunrinshiteta

Totemo kawaii boku no kyoudai

~oOo~

.

Alih-alih merasa menyesal, Deidara malah merasa senang. Dia senang karena telah menolong saudari kembarnya, meskipun nyawanya sendiri sebagai tebusan.

Saat Deidara sedang memikirkan nasib Ino, tiba-tiba Tenten dan Sasuke datang ke sel Deidara. "Hari hukumanmu sudah ditetapkan." kata Sasuke dingin. Deidara mengengadahkan wajahnya untuk menatap lawan bicaranya.

"Besok, pukul 3 sore." tambah Tenten

Mereka berdua menatap Deidara untuk melihat reaksinya. Tapi karena tak melihat reaksi apapun dari Deidara, Tenten dan Sasuke pun pergi.

Setelah mereka berdua pergi, Deidara tersenyum, "Sudah ditentukan ya…"

Malam itu Deidara tak henti-hentinya memikirkan nasib dan keadaan saudari kembarnya tercinta, Ino. Meskipun tertidur, Ino selalu muncul di mimpinya. Satu-satunya hal yang muncul selain Ino adalah wajah sedih Sakura. Kedua hal itu terus membuat Deidara tak bisa tertidur nyenyak, sampai akhirnya Deidara bisa tertidur lelap tanpa mimpi.

.

~oOo~

Tsui ni sono toki wa yatte kite

Owari o tsugeru kane ga naru

Minshuu nado ni wa me mo kurazu

Kimi wa watashi no kuchiguse o iu

~oOo~

.

Lonceng telah bertentang untuk ketiga kalinya, menandakan datangnya pukul tiga sore. Deidara telah bersiap untuk menyongsong kematiannya. Semua orang yang menyaksikan detik-detik terakhir kematian Deidara bersorak sorai dan bergembira, namun ada satu orang yang hanya diam dan menatap sosok berambut pirang yang didakwa sebagai Putri Ino. Ya, dialah Ino yang asli dalam pakaian Deidara. Ino ingin menyaksikan Deidara untuk terakhir kalinya, tapi ada sebagian hatinya yang menangis meraung-raung saat mengetahui akan melihat Deidara mati karena dirinya. Tapi Ino hanya menatap kembarannya itu dalam diam. Sedangkan tangannya sedang mencengkram jam saku pemberian Deidara erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Deidara berjalan ke tempatnya akan melaksanakan hukuman pancung. Dia mengedarkan pandangan ke arah para penduduk yang berkumpul di sana. Deidara sedikit tertegun mendapati sosok berambut pirang yang dikenalnya, Ino. Deidara tersenyum tulus pada saudari kembarnya.

.

"Seandainya kita bisa terlahir kembali, aku ingin saat itu kita bisa bermain kembali…"

.

Sesaat setelah Deidara mengucapkan kata terakhirnya, nyawanya meninggalkan tubuhnya. Kerumunan orang bersorak-sorai dan bertepuk tangan, sedangkan Ino, hanya berdiri mematung dengan mata yang berkaca-kaca. Dia sempat mendengar kata-kata terakhir Deidara, dan itulah yang justru membuat hatinya hancur.

Dia berlari menjauhi kerumunan orang itu. Tiba-tiba gadis itu terjatuh, jam saku pemberian terakhir dari Deidara meluncur dengan mulus dari genggaman tangannya. Saat Ino hendak bangkit, sebuah tangan terulur untuk membantunya. Ino menegadahkan kepalanya untuk melihat sang pemilik tangan. Alangkah terkejutnya ia saat mendapati bahwa tangan itu adalah milik Pangeran Sasuke.

"Apa jam ini milikmu?" tanya sebuah suara

Dengan cepat Ino menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya Tenten sedang mengulurkan jam saku tuanya. Ino mengangguk cepat dan mengambil jam itu dari tangan Tenten, lalu gadis pirang dengan cepat berlari meninggalkan dua orang yang saling pandang dengan tatapan bingung itu. Tapi Ino tak berhenti.

Ino menghentikan langkahnya di sebuah pantai. Suara ombak yang memukul batu karang membuatnya sedikit lebih tenang. Dia menatap jam saku tua pemberian Deidara dan melangkah ke air. Dia menengadahkan wajahnya ke langit, lalu tersenyum simpul.

.

~oOo~

Moshi mo umarekawaru naraba

Sono toki wa mada asonde ne

~oOo~

.

.


.

THE END or TO BE CONTINUED?

.

Waaaaaaahh… akhirnya fic (atau mungkin chapter) ini selesai jugaaa! Ancur ya? Gaje ya? Aneh ya? Kacau ya? Gomen ne… Saku emang masih pemula kok -_-v

Jujur aja Saku dapet ide buat nulis fic ini secara ga sengaja. *curhat MODE: ON*

Waktu itu Saku tuh lagi dengerin lagu Aku no Meshitsukai sambil liat videonya, terus waktu yang kesekian kalinya diulang, tiba-tiba aja kepikiran kalo warna rambut Ino tuh mirip sama Rin. Ya udah langsung Saku coba ketik ficnya. Tapi awalnya yang jadi Lennya tuh Naruto, bukan Deidara. Tapi lama-lama kalau Saku pikir Ino dan Naruto tuh ga terlalu mirip (miripnya cuma di bagian warna rambut sama warna mata doang). Jadi Saku coba cari tokoh Naruto yang mirip sama Ino, tapi ga ketemu (waktu itu sama sekali ga kepikiran Deidara). Terus waktu Saku lagi milih-milih tokoh buat Kaito, tiba-tiba kepikiran Sasori, terus Saku pikir 'Sasori mah merah! Bukan biru!'. Tiba-tiba Saku keingetan Deidara, udah gitu dengan begonya Saku nulisin Deidara sebagai Kaito. Tapi tiba-tiba Saku inget kalau Deidara itu cowo dan mirip sama Ino. DAN AKHIRNYA TERPILIHLAH DEIDARA SEBAGAI LEN! :D

Saku juga mau minta maaf… Sebenernya di lagunya kan yang harusnya di sukai Len itu Miku yang punya rambut hijau (makanya di lagunya disebut 'midori no ano ko') tapi di sini Mikunya malah jadi Sakura yang warna rambutnya pink… -_-

Oke, Saku rasa bacotan Saku udah (lebih dari) cukup. Jadi… REVIEW YAAAA! :D