Summary: Cerita Aku no Meshitsukai series alias Servant of Evilnya Vocaloid, tapi dijadiin versi Naruto. Hinata's point of view.

Disclaimer: Naruto sama Vocaloidnya udah jelas bukan punya Saku!

.

Murasaki Sakura Presents:

SHIRO NO MUSUME: A MEETING

.


.

*flashback*

~oOo~

.

"Ikite ite gomennasai" itsu no ma ni ka kuchiguse

Yowane bakari haite ita tsumaranu dake no jinsei

Mura no hitotachi wa mina kirei na midori no kami

Nakama hazure no watashi hito to chigau shiroi kami

.

~oOo~

.

Seorang gadis berambut indigo sedang berjalan di sebuah hutan. Mata levendernya mencari buah-buahan yang bisa dia petik. Gadis itu memenuhi keranjang yang dibawanya dengan berbagai macam buah dengan berbagai warna dan ukuran. Dia tersenyum kecil ketika melihat keranjangnya hampir penuh. Terdengar suara gagak dari kejauhan. Gadis itu menatap potongan-potongan kecil langit yang berhasil menerobos rapatnya hutan itu. Berbagai warna terpancar di langit, ungu, merah, oranye, dan biru, semuanya membuat gradasi warna yang indah. Gadis itu pun kembali menyusuri jalan setapak yang dilewatinya tadi dengan langkah kecil, dia ingin cepat-cepat kembali ke rumahnya sebelum hari gelap.

Gadis itu bernama Hinata.

Tak berapa lama kemudian, gadis bermata lavender yang bernama Hinata itu sudah sampai tepat di depan pintu pondoknya. Dinding pondok itu terbuat dari batu bata yang kokoh dan atapnya terbuat dari kayu. Pagar kayu rendah yang membatasi pondok itu dicat berwarna putih, senada dengan dinding pondok dan kusen jendelanya. Sulur-sulur dan tanaman rambat tampak menghiasi beberapa bagian dari dinding pondok itu yang putih polos. Jalan setapak yang terbuat dari batu berwarna-warni tampak membelah petak-petak bunga mawar putih dan lavender yang terawat. Tak lupa sebatang pohon pinus menaungi atap pondok itu, menambah kesan teduh dari dumah itu. Meskipun tidak besar, pondok itu benar-benar indah. Bila dilihat dari luar, pondok itu terlihat sangat nyaman untuk ditempati. Hinata membuka pintu dan langsung masuk ke pondoknya.

Interior pondok itu sederhana. Mayoritas terbuat dari kayu. Hinata berjalan menuju dapur mungilnya dan meletakkan keranjang yang berisi buah-buahan di atas meja dapur yang bersebelahan dengan kompor. Gadis bermata lavender itu mengeluarkan seluruh isi keranjangnya dan menempatkan buah-buahan yang didapatkannya di dalam sebuah mangkuk besar yang berada di atas meja makan.

Kemudian gadis itu mengambil dua butir telur dan jamur dari lemarinya. Beberapa menit kemudian, gadis itu pun asyik memasak omelet jamur untuk makan malamnya.

.

Keesokan harinya, Hinata berjalan-jalan di desanya yang kecil. Dia selalu berpapasan dengan gadis-gadis cantik dengan rambut indah. Rambut mereka pasti berwarna merah, oranye, atau pink. Tak ada satupun diantara mereka yang memiliki rambut berwarna lavender seperti Hinata.

"Hei lavender, minggir kau!" bentak seorang gadis berkacamata yang memiliki rambut berwarna merah

"Aaa… M-maafkan aku…" kata Hinata sambil memberi jalan bagi gadis itu

"Cih, untuk apa juga dia di sini?" gumam gadis berkacamata itu kesal

"M-maafkan a-aku," Hinata membungkuk. Gadis berkacamata itu hanya melirik sedikit pada Hinata sebelum kembali berdecih. "Aku memang berbeda…" gumam Hinata lirih. 'Yang salah adalah aku yang terlahir ke dunia ini… Maafkan aku…' Tak henti-hentinya Hinata memikirkan kalimat gadis berkacamata itu. Dan hal itu membuatnya semakin mengutuki hidupnya yang bagai tak berguna.

.

~oOo~

.

Mori no oku de hisoka ni sobie tatsu sennenju

Watashi wa koko de hitori kami ni negai wo kaketa

Kodoku ni iki tsudzukeru koto sore wa totemo sabishii

Dare demo ii watashi no tomodachi ni natte hoshii

.

~oOo~

.

Hidup tanpa teman membuat Hinata kesepian. Hari-hari yang dilaluinya selalu sendirian. Penduduk desa itu tak pernah mau berteman dengan Hinata, karena warna rambut Hinata tidak sama seperti mereka.

Pada saat-saat tertentu, Hinata selalu mendatangi pohon yang paling besar dan paling tua di hutan yang mengelilingi desa mereka. Pohon yang usianya mungkin sudah mencapai seribu tahun. Gadis itu selalu pergi ke sana untuk berdoa agar dirinya bisa mendapatkan seorang teman. Tapi, sampai sejauh ini sepertinya doa gadis itu belum terkabul. Meskipun begitu, Hinata tak pernah bosan untuk mendatangi pohon itu dan berdoa di sana, karena menurutnya, pohon itu membuat hatinya menjadi lebih tenang.

'Kumohon… Aku menginkan seorang teman… Tidak peduli seperti apapun dia. Aku hanya membutuhkan seorang teman untuk mengisi kekosongan hari-hariku…'

.

~oOo~

.

Kanojo to deatta no wa sennenju

Nosugusoba

Taorete ita kanojo wo tasuketa no ga hajimari

.

~oOo~

.

Pada akhirnya permintaan tulus dari gadis itu pun terkabul.

.

"Hinata!" terdengar suara yang familiar di telinganya memanggilnya dibarengi dengan suara derap langkah kuda. Sang pemilik nama menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya seorang gadis berambut pink sedang menunggangi kuda berwarna cokelat terang. Gadis itu melambai-lambaikan tangannya. Sedangkan gadis bernama Hinata itu hanya tersenyum kecil menatap temannya itu.

Tak lama kemudian gadis berambut pink yang menunggang kuda itu sudah sampai tepat di depan Hinata. Dengan gesit gadis itu turun dari punggung kudanya dan terseyum pada Hinata. "Hai Hinata!"

"H-hai Sakura," Hinata tersenyum malu-malu pada gadis bernama Sakura.

"Boleh aku masuk?" tanya Sakura

"T-tentu saja," gadis bernama Hinata itu sedikit tergagap. Memang pada dasarnya gadis berambut indigo itu memang penggugup dan pemalu, jadi wajarlah kalau bicaranya sering kali gagap. "S-silahkan masuk, S-sakura…"

"Terimakasih, Hinata." Sakura tersenyum

.

Dua gadis itu sudah berada di dalam pondok milik Hinata yang nyaman dan bersih meskipun ukurannya cukup kecil. Sakura duduk di sebuah sofa berwarna cokelat tanah yang berada di ruang tengah sedangkan Hinata berada di dapur untuk mengambilkan Sakura minum. Hinata masuk ke ruang tengah saat Sakura sedang memerhatikan gambar-gambar yang tertempel di dinding pondok Hinata. "Silahkan, tehnya," kata Hinata dengan suara kecil

"Terimakasih," Sakura kembali mengembangkan senyuman manisnya. Sakura mengambil gelas berisi teh yang tadi diletakkan Hinata di meja, lalu menyeruputnya. Hinata pun melakukan hal yang sama setelah dia mengambil tempat duduk di depan Sakura.

"A-ada apa, Sakura?" tanya Hinata

"Apa maksudmu?" Sakura bertanya balik

"A-ada apa Sakura k-kemari?" Hinata memain-mainkan kedua jari telunjuknya

"Hahaha tidak ada apa-apa kok! Aku hanya ingin mengunjungimu saja." jawab Sakura

"Begitu…" gumam Hinata. Sakura menganggukkan kepalanya

"Ng-ngomong-ngomong b-bagaimana keadaan pamanmu?" tanya Hinata

"Paman Kakashi? Menurut Dokter Tsunade, keadaan paman stabil akhir-akhir ini." Sakura kembali menyeruput tehnya

"Ooh…" sahut Hinata

Mereka berdua mengobrol tentang berbagai hal ditemani segelas teh hangat. Tanpa terasa malam sudah semakin larut.

"Wah, kurasa aku harus pulang sekarang. Kalau tidak bisa-bisa Matsuri lapor ke Paman Kakashi atau ke Iruka kalau aku belum pulang. Hhh… Kalau sampai Iruka tahu… Aku bisa dimarahi…" jelas Sakura

"K-kalau b-begitu, lebih baik k-kau pulang saja." kata Hinata. Sakura mengangguk

"Kalau begitu, aku pulang dulu ya, Hinata!"

"Ya," Hinata tersenyum pada sahabatnya itu

.

~oOo~

.

Itsu no ma ni ka futari wa totemo nakayokunatta

Dakedo watashi to kanojo nani mo kamo ga chigatta

Mura no naka no dare yori kirei na midori no kami

Sono yasashii koe to egao dare karamu ai sareta

.

~oOo~

.

Jika kalian bertanya sejak kapan Hinata si gadis pemalu berteman dengan Sakura si gadis cantik, maka jawabannya adalah sejak Hinata menolong Sakura di dekat pohon tertua di hutan.

.

Saat itu Hinata sedang berdoa pada pohon tertua di hutan dekat desanya untuk mendapatkan seorang teman. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang terseret. Maka dengan cepat gadis berambut indigo itu berlari ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya gadis itu ketika mendapati bahwa seorang gadis cantik berambut pink sedang berjalan terhuyung-huyung sambl berpegangan pada batang-batang pohon yang dilewatinya. Panik, Hinata mempercepat langkahnya. Dan saat Hinata sudah berada cukup dekat dengan gadis itu, gadis berambut pink itu terjatuh. Dengan cepat Hinata menagkap gadis itu dengan kedua tangannya, mencegah gadis itu membentur tanah.

"Siapa kau?" tanya gadis berambut pink itu lemah

"N-namaku H-hinata," jawab Hinata gugup

"Terimakasih, Hinata…" kata gadis berambut pink itu sebelum pingsan

Hinata bingung apakah ia akan membawa gadis asing itu ke rumahnya atau membiarkannya di sini? Yah, daripada membiarkannya berada di dalam hutan sendirian? Kan lebih baik membawanya ke rumah sekalian. Jadi itulah yang dilakukan Hinata, membawa gadis asing itu ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Hinata, gadis itu segera dibaringkan di sofa milik Hinata yang berwarna cokelat tanah. Dengan cepat, Hinata berlari ke dapur dan membawakan segelas teh hangat untuk gadis itu. Begitu kembali, ternyata gadis itu sudah siuman.

"Kau sudah siuman?" tanya Hinata

"Ngh… Apa aku pingsan?" gadis berambut pink itu balik bertanya sambil memijjit pelipisnya. Hinata mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu.

"Dan kau membawaku ke sini?" tanya gadis itu lagi. Sekali lagi Hinata mengangguk

"Sekali lagi, terimakasih, Hinata," kata gadis itu sambil tersenyum lebar

Pipi Hinata memerah. Sepanjang hidupnya, tak pernah ada yang mengucapkan kata 'terimakasih' sambil tersenyum padanya. Gadis asing inilah yang pertama kali melakukannya. Dan itu jelas membuat HInata sangat bahagia. Tepatnya membuat Hinata merasa bahwa ada orang yang menyadari kehadirannya.

"S-sama-sama…" sahut Hinata malu-malu

"Oh iya, Kita belum berkenalan, kan? Namaku Sakura, salam kenal!" gadis berambut pink yang ternyata bernama Sakura itu mengulurkan tangannya pada Hinata

"A-aku Hinata… S-salam k-kenal…" Hinata menyambut tangan Sakura

"Terimakasih ya sudah menolongku! Sekarang kita teman!" seru Sakura, masih dengan senyum yang terkembang di wajahnya.

.

Ya, dan sejak saat itu Hinata dan Sakura semakin akrab.

Tapi, ada satu hal yang masih seringkali mengganjal perasaan Hinata. Yaitu perbedaan antara mereka berdua yang begitu kontras. Sakura yang begitu cantik, ceria, ramah, juga merupakan keponakan dari seorang raja. Rambut Sakura yang berwarna pink begitu indah dan halus, membuat para penduduk desa terkagum-kagum dan senyum Sakura yang sehangat sinar matahari juga suaranya yang semerdu kicauan burung membuat semua orang menyukainya. Sedangkan Hinata… Jauh dari semua hal itu. Terkadang Hinata merasa bukan apa-apa dibandingkan Sakura dan terkadang berdiri di samping gadis bermata emerald itu sungguh sulit. Tapi, Hinata juga bahagia. Ia sangat bahagia bila mengingat bahwa gadis sesempurna Sakura mau menjadi temannya.

.

~oOo~

.

Doushite konna watashi ni mo yasashiku shite kureru no?

Jibun yori otoru onna wo owarenderu tsumori na no?

.

Hikutsu na watashi wo dakishimete

Kanojo wa sasayaita

Anata wa dare yori suteki na hito yo

Namida ga koboreta

.

~oOo~

.

Pernah suatu waktu Hinata bertanya pada Sakura.

"Kenapa kau begitu baik padaku? Kenapa sikapmu begitu lembut padaku? Apakah kau mengasihani aku? Orang yang begitu menyedihkan yang derajatnya berada jauh dibawahmu?"

Sakura terdiam selama sesaat. Kemudian ia memeluk Hinata.

"Karena kau adalah orang yang paling hebat yang pernah kutemui selama hidupku." bisik Sakura

Tanpa sadar, air mata Hinata pun tumpah.

.

~oOo~

.

TO BE CONTINUED

TO SHIRO NO MUSUME: UNFORTUNATE GIRL

.

.


.

Gyaaaaaaaaaa gomenasaaaaaaaai! Ya ampuuun udah lama banget ga diupdaaaate! Gyaaaaaaaaaa tolong jangan bunuh sayaaaaaaaaa! o