FEVERISH
presented by:
vic
disclaimer:
CLAMP
~chappie one~
Sakura mematut penampilannya di cermin. Ia tersenyum karena akhirnya merasa penampilannya sekarang telah sempurna. Dengan turtleneck warna cokelat terang tanpa lengan beserta rok lipit kotak-kotak berwarna cokelat gelap, membuat penampilannya terlihat manis sekali...
"Seperti sebungkus cokelat," celutuk seseorang menyentakkan Sakura. Ia pun berputar dan mendapati Touya berdiri menyandarkan sisi tubuhnya di ambang pintu sembari bersedekap santai.
"Oniichan mengagetkan saja! Jangan menyelinap seperti itu, dong!" seru Sakura sambil mengelus dada.
Touya menghiraukan seruannya. "Kau mau kemana, Monster, dengan penampilan seperti itu?"
Sakura berbalik memunggui kakaknya, memandangi kembali pantulan dirinya di cermin seraya menyisir rambut merah kecokelatannya yang halus dan mengembang. "Itu bukan urusan Oniichan dan berhenti memanggilku monster," balasnya datar.
Touya melangkah mendekati Sakura. Kedua tangannya meraih bahunya lalu diremasnya pelan. Sakura berhenti menyisir. Ia memandangi pantulan kakaknya yang bertubuh jangkung melalui cermin, menyadari akan tinggi badannya yang hanya mencapai leher Touya. Tidak heran kakaknya dengan mudah menompang dagunya diatas kepalanya. Pemuda bermata cokelat kelam itu juga memandangi pantulan mereka.
"Sebagai kakakmu satu-satunya di dunia, adalah urusanku untuk mengetahui kemana kau akan pergi dengan penampilan menggemaskan seperti ini," jelas Touya dengan ekspresi serius.
Sakura terpana mendengar ucapan kakaknya. Benarkah barusan Touya mengakui penampilannya menggemaskan? Seorang Touya yang jarang sekali memuji orang...
Rasanya ia melihat pantulan dirinya dengan kedua pipi yang merona. Namun hanya sekejap karena Touya meneruskan,"Tapi... untuk seorang Monster sepertimu, penampilan seperti ini tidak cocok sama selali. Jadi jangan pergi keluar kalau kau hanya ingin menjadi bahan tertawaan. Ah, membayangkannya saja membuatku malu..."
Dengan ekspresi mengerut sebal ia berputar menyentakkan tangan kakaknya dari bahunya. Mendongak ia menatap tajam penuh kekesalan ke arah Touya. Namun kakaknya hanya menyunggingkan senyum miring.
"Bukannya Oniichan barusan bilang kalau penampilanku menggemaskan?" maki sakura merasa tidak suka melihat senyum kakaknya.
Touya mendengus geli. "Menggemaskan sih, tapi tetap tidak cocok untuk Monstersepertimu."
Sakura menggertakkan giginya. Kekesalan mulai merambati kepala. "Aku bukan monster!" Diangkatnya sebelah kaki yang berbalut boot bersol tebal, lalu diinjaknya kaki Touya dengan keras. Terdengar jeritan kesakitan keluar dari mulut pemuda itu yang langsung jatuh terduduk di lantai kamar. "Itulah balasannya karena sering mengejekku, Oniichan!" ucap Sakura ketus.
Touya meringis sembari mengusap punggung kakinya yang memerah dan bengkak. "Ittai deshou... Dasar Monster kejam!"
"Sekali lagi memanggilku seperti itu, akan kubuat Oniichan tak bisa berja-"
"Coba saja, Monster..." potong Touya tersenyum menantang.
Cukup, Sakura tak tahan lagi! Ia pun menerjang kakaknya yang menyebalkan itu namun urung karena terdengar panggilan ayahnya dari bawah tangga. "Sakura-chan, ada telepon untukmu dari Tomoyo-chan!"
Sakura langsung beranjak keluar kamar meninggalkan kakaknya yang masih meringis menahan sakit. Dengan cepat ia menuruni tangga mendekati ayahnya yang menggenggam gagang telepon untuknya.
"Wah, penampilanmu manis sekali, Sakura-chan..." komentar Fujitaka dengan senyum lembutnya. Pipi Sakura bersemu merah. Komentar ayahnya sedikit membuatnya salah tingkah.
Setelah mengucapkan terimakasih atas komentar ayahnya yang menyenangkan, Sakura pun langsung mendekatkan gagang telepon ke telinganya. "Moshimos-"
"BENARKAH PENAMPILANMU MANIS SEKALI SEKARANG? KYAAA~ AKU HARUS MEREKAMNYA~!" jerit Tomoyo di seberang sana begitu histeris memotong salam Sakura. "HUAAA~ BERUNTUNGNYA LI-KUN BISA MELIHAT PENAMPILANMU HARI INI~~!"
"Um... anou... Tomoyo-chan,"
"HAI~?"
"Tolong tenang sedikit. Um... tidak perlu menjerit seperti itu, kan?" kata Sakura dengan wajah merah padam. Di seberang sana Tomoyo cekikikan.
"Hai, hai, gomenne, Sakura-chan. Habis aku tidak tahan membayangkan penampilanmu yang manis hanya untuk Li-kun seorang. Ah, andai Sakura-chan bisa mampir ke sini sebentar~ Aku kan bisa membuatmu tampil lebih manis lagi agar Li-kun semakin terpesona~"
Sekarang wajah Sakura seperti kepiting rebus. "Ah, Tomoyo-chan, arigatou yo! Demo... kupikir penampilan seperti ini sudah cukup untukku, kok. Lagipula aku tidak ingin merepotkanmu, Tomoyo-chan..."
"Ah~ Sakura-chan~ Itulah yang membuatku semakin menyukaimu~~
"Fuuh... aku jadi iri dengan Li-kun. Beruntung sekali dia bisa berkencan denganmu hari ini!" keluh Tomoyo begitu menyesal disambut senyum geli Sakura. Tapi tetap saja ia malu mendengar kata kencan yang diucapkan sahabatnya itu.
"Tomoyo-chan ini bukan kencan, kok. Hanya acara jalan-jalan biasa," jelas Sakura gugup.
"Baik, baik, wakatta wa~ Hanya jalan-jalan biasa menyusuri pertokoan, dilanjutkan dengan menonton film, diakhiri dengan dinner di sebuah restoran mewah... chotto, itu bukan acara jalan-jalan biasa, lho, Sakura-chan~" tanggap Tomoyo dengan nada menggoda.
Sakura terperangah. Bagaimana Tomoyo-chan tahu?
Ia pun teringat saat Syaoran mengutarakan ajakannya kemarin seusai pulang sekolah.
"Aku.. ingin mengajakmu jalan, nonton, lalu makan malam... Ee... kuharap kau tidak menolak, Kinomoto-chan..."
Tentu saja, walau mendadak, Sakura menerima ajakan Syaoran.
"Tentu, aku senang sekali menerima ajakan Syaoran-kun."
Sakura juga teringat wajah pemuda itu yang langsung merona...
"Moshimoshi... Bumi kepada Sakura-chan~! Hello~ Sakura-chan, kamu masih di sana, kan?" seruan Tomoyo menyentakkan Sakura dari pikiran sesaatnya. Buru-buru ia menjawab seruan sahabatnya yang ditanggapi cekikikan. "Mou, Sakura-chan... Belum-belum sudah melamunkan Li-kun, yaa~? Aiih~ Yang sedang kasmaran~ Padahal nanti juga ketemu, kan~?"
Wajah Sakura membara. Terasa panas sekali. Untung saja Tomoyo tidak berada di dekatnya. Jika melihatnya seperti ini, sahabat baiknya itu akan terus menggodanya habis-habisan, lalu merekam ekspresi malunya. Dan mungkin saja setelahnya, Tomoyo akan langsung memperlihatkan rekaman tersebut pada Syaoran. Bisa malu sekali Sakura nantinya...
"Hei, hei, memangnya kencan kalian dimulai jam berapa, nih? Li-kun nanti menjemputmu, kan?" tanya Tomoyo terdengar penasaran.
"Tomoyo-chan... Sudah kubilang ini cuma jalan-jalan biasa. Syaoran-kun tidak menyebutkan soal kencan, kok. Dan lagi, Syaoran-kun tidak akan menjemputku. Dia memintaku untuk menemuinya di Penguin Park terlebih dahulu pukul lima sore ini..." jawab Sakura seraya menempelkan tangan di wajah, mencoba menurunkan panasnya.
Tomoyo tertawa merdu. "Okeee, hanya jalan-jalan. Tapi ngomong-ngomong, Li-kun pasti grogi, ya, kalau disuruh menjemputmu... Dia kan pemalu~ Ah, lagipula berbahaya juga, kan, kalau menjemputmu dari rumah? Ada Touya-niisan, sih..."
Sakura tertawa kecil menyetujuinya.
"Eh, waah... Sakura-chan! Kamu bilang pukul lima sore ini, kan? Lima belas menit lagi, dong! Sebaiknya Sakura-chan segera berangkat, deh..."
"Ah, benar! Kalau begitu aku berangkat seka-"
"Eeeh, CHOTTO MATTE YO!" sela Tomoyo kembali.
Alis Sakura mengerut bingung. "Hai?"
"Hihi... Besok disekolah ceritakan sr\emuanya, ya, tentang acara kalian~"
"Tomoyo-chan..." Sakura jadi malu sekarang membayangkan dirinya menceritakan acaranya pada Tomoyo di sekolah.
"Dan lagi sesegera mungkin kita juga harus pergi kencan juga berdua, yaa~?" ajak Tomoyo antusias. Sakura hanya bisa mengiyakan sembari tertawa. Kontan saja Tomoyo memekik senang.
"JANJI, YA! BIAR AKU YANG MENGATUR KENCAN KITA! YATTA~~~
"Oh, jyaa, cepat berangkat, gih.! Li-kun pasti sudah menunggumu disana. Selamat bersenang-senang, yaa~~ Mata ashita~"
Sakura tertawa membalas salam Tomoyo. Diletakkan kembali gagang telepon ke tempatnya. Diliriknya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Memang sudah waktunya. Sakura menarik napas, tiba-tiba rasa gugup menyerang. Ini memang acara pertamanya bersama seorang pemuda. Apalagi pemuda ini adalah Syaoran Li, teman sekelasnya yang ramah dan mampu membuatnya berdebar-debar. Ah, semoga acara kami berjalan menyenangkan.
Saat membalikkan badan, wajahnya menubruk dada sosok jangkung di depannya. Sakura mundur sedikit dan mendongak, mendapati wajah Touya tanpa senyuman. Kelihatannya Oniichan marah. Namun karena masih mengingat kekesalannya tadi, ia pun memalingkan muka dan melangkah melewati kakaknya begitu saja menuju ke dapur dimana ayahnya berada. Tetapi dengan cepat Touya mencekal lengannya, membuatnya memrotes keras. "Oniichan!"
"Kau akan pergi menemui bocah Li itu?" tanya Touya tajam. Sakura cemberut sambil berusaha melepas cekalan Touya. Namun sia-sia saja.
"Lepaskan aku, Oniichan!"
Touya tak mendengar makiannya. Malah mulai menariknya hingga wajah mereka nyaris bersentuhan. Kedua mata cokelat kelam Touya menatap langsung ke dalam matanya. Tatapannya begitu intens hingga Sakura merasa dirinya tertawan dalam pesona kakaknya.
Ets, matte... Tertawan dalam pesona?
Setelah beberapa detik yang membuat Sakura merinding, Touya pun mengalihkan tatapannya. Ekspresi aneh yang terlihat menyedihkan tersirat di wajahnya. Sorot matanya juga terlihat redup. Sakura jadi bingung melihatnya. "Oniichan?" panggil Sakura cemas. Namun Touya masih tetap tidak memandangnya kembali dan mulai melepas cekalannya dari lengan Sakura.
"Oniichan, nannano?" Sakura bertanya perhatian mengharap Touya memandangnya kembali.
"Ikenaide..." kata Touya begitu lirih. Tapi Sakura masih bisa mendengarnya.
"Ikenaide, Oniichan?" ulang Sakura. "Apa maksudnya? Oniichan?"
Karena merasa Touya mengacuhkannya, dengan sengaja ia meraih pipi kakaknya. "Oniichan..."
Touya menoleh memandangnya. Menyentuh tangan halus Sakura yang menempel di pipinya lalu digenggamnya erat. "Bisakah kau tidak pergi, Sakura?" tanyanya terdengar muram dan memohon.
Sakura melebarkan matanya. Merasakan sesuatu yang membuatnya terkesiap dan langsung menarik tangannya dari genggaman Touya. Touya menatapnya dengan kernyitan di kening. Pemuda itu membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu.
"Touya, Sakura-chan, ada apa?"
Namun tiba-tiba ayah mereka muncul dari ambang pintu dapur mengejutkan mereka. Kontan Sakura melonjak menjauhi kakaknya. Sedangkan Touya hanya membuang muka.
oooOOOooo
"Tomoyo-chan bilang kalau film ini bagus, lho. Habis dia pernah menonton lewat video sebelumnya, sih..." ujar Sakura saat mengambil bangku penonton di dalam gedung bioskop. Syaoran Li hanya bergumam singkat seraya duduk di sampingnya. Kening Sakura mengerut. Ia sadar ada yang aneh dengan pemuda berambut cokelat hazel berantakan tersebut. "Syaoran-kun?" panggilnya pelan. "Doushita no?"
Syaoran terlihat kaget dan langsung berpaling padanya. Tak sengaja hidung mereka bersentuhan hingga keduanya kontan saling memalingkan muka seraya memekik pelan, "Gomennasai!"
Mereka saling melirik dengan muka memerah.
Sakura-lah yang tertawa duluan. Namun karena berada di dalam ruangan yang mulai gelap bersamaan dengan diputarnya film, Sakura pun harus membungkam mulutnya agar tawanya tidak terdengar penonton lainnya. Syaoran sendiri hanya mendengus geli lalu mulai memisatkan perhatiannya pada layar besar di depannya.
"Syaoran-kun..." panggil Sakura kembali, menyadari pemuda itu hanya berpura-pura menonton.
Syaoran menoleh dengan tersenyum. "Kinomoto-chan?"
"Ada yang sedang dipikirkan, ya?" tanyanya perhatian. Diketuknya dahi Syaoran pelan, "Di sini mengerut, lho..."
Pemuda itu menatapnya terkejut. "Kinomoto-chan,"
Terdengar getaran dari saku celananya. Buru-buru Syaoran merogohnya, menarik sebuah ponsel, lalu kedua mata cokelatnya melebar melihat layar ponselnya.
Sakura memandangnya, "Syao-"
"Gomennasai, Kinomoto-chan. Aku permisi dulu harus menjawab panggilan ini," kata Syaoran seraya berdiri membungkuk.
Panggilan? batin Sakura menatap punggung Syaoran yang bergerak menuju ke pintu keluar. Karena merasa penasaran sekaligus cemas, Sakura pun beranjak mengikutinya. Di sana ia melihat Syaoran sedang menjawab ponselnya dengan ekspresi terlihat pucat.
"...daijoubu ne?... Separah itu?... Tentu saja aku peduli! Tapi sekarang aku-... Urusai, Eriol!... Iie! Aku menolak hal itu, sudah kukatakan pada Beliau dan menegaskan bahwa kau-lah yang-... Che, wakatta! Kau adalah Hiiragizawa!... Aku tidak peduli lagi, terlalu muak dengan omong kosong mereka-"
Sakura terpana. Baru kali ini ia mendengar Syaoran yang biasanya kalem bisa menjerit marah seperti itu. Ekspresinya juga terlihat frustasi...
"...masih enam belas tahun! Harusnya mereka sadar akan hal itu!... Gomen, Eriol, aku tak bisa pulang seka-... Nan? Ho-hoi! Matte- arkh, KUSO!"
Sekarang Syaoran terlihat kesal sekali. Hampir saja ia membanting ponselnya ke lantai beton gedung kalau tidak menyadari kehadiran Sakura. "Kinomoto-chan?" bisiknya serak.
Sakura bergerak mendekat. "Ada masalah, ya?"
"Ma-masalah...? Ah, iie. Tidak ada masalah, kok..."
Sakura memiringkan kepalanya sedikit, mengamati gugup Syaoran. "Syaoran-kun... Kumohon jangan berbohong. Aku tahu pasti ada masalah, kan? Sekarang saja Syaoran-kun terlihat pucat..."
Syaoran mendesah. Tangannya terangkat mengacak rambut cokelatnya yang menjadi semakin berantakan. "Kinomoto-chan tadi mendengarnya, ya?"
Sakura mengangguk merasa tak enak. "Gomennasai. Aku tak sengaja mendengarnya saat mengikutimu ke sini. Aku merasa ada yang mengganggu pikiran Syaoran-kun hingga tidak bersemangat dari tadi."
"Gomennasai, sudah membuatmu cemas, Kinomoto-chan," ucap Syaoran lemah.
"Aa, iiyo! Tak perlu minta maaf. A-aku malah senang jika Syaoran-kun mau menceritakan masalahnya padaku. Te-tenang saja, aku bisa menjadi pendengar yang baik, kok!" ujar Sakura sedikit gugup namun bersemangat. Syaoran yang mendengarnya tak bisa menahan tawa.
Sakura merasa senang melihatnya tertawa seperti itu...
"Aku tahu, kok, Kinomoto-chan memang bisa menjadi pendengar yang baik, tapi... aku tak bisa-" Ucapannya terpotong oleh suara rem mendecit keras di depan gedung bioskop. Keduanya kangsung menoleh, melihat seorang pemuda berambut hitam serta berkacamata turun dari mobil dan berjalan menghampiri mereka.
"Akhirnya, bisa kutemukan juga sepupuku tersayang," kata pemuda itu dengan suara yang terdengar merdu. Sebuah senyuman manis terukir di wajahnya yang terkesan ramah. "Xiao Lang~"
Sakura menoleh pada Syaoran yang entah kenapa terlihat kesal.
"Ore wa nan do yo, Eriol?" sentak Syaoran kasar serta waspada. "Kenapa kau bisa tahu aku di sini, hah?"
Eriol hanya tertawa ringan, memandangi penuh minat pada Sakura. "Ah, begitu rupanya. Kau sedang bersenang-senang dengan seorang gadis sementara di rumah semua orang pusing mencarimu."
"Sudah kukatakan aku tidak-"
"Hello, Sweet girl~" Seolah tak memedulikan Syaoran yang menggeram, Eriol mendekati Sakura seraya membungkuk dan mencium tangannya lembut. "Izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Eriol Hiiragizawa, kerabat jauh dari Xiao Lang Li tersayang." Sakura terpana mendapat perlakuan manis dari Eriol. Pipinya merona saat pemuda bermata biru itu mengedip pelan seraya berkata, " Perlu diketahui, aku masih single. Kalau Nona ingin pergi jalan denganku, silahkan. Tapi langkah pertama yang kuinginkan sekarang adalah mengenal dirimu. Jadi, bolehkah aku mengetahui namamu, Sweet girl?"
"Aa, hai... Namaku Sakura Kinomoto," jawab Sakura tersipu seraya membungkukkan badan. "Douzo yoroshiku."
"Nice to meet you too~ Sakura... Hm, nama yang sangat indah sesuai dengan penampilanmu, Nona." Komentar Eriol membuat Syaoran langsung melempar tatapan maut kepadanya. "Ah, Xiao Lang tersayang, tenang saja. Aku tidak berniat mencurinya darimu, kok. Tapi," Eriol mencondongkan badan begitu dekat dengan Sakura hingga bibirnya hampir menyentuh telinganya dan berbisik menggoda, " Lain halnya jika Sakura-chan sendirilah yang berniat mencuriku. Aku tak akan bisa tenang namun sama sekali tak keberatan. Bagaimana menurutmu, Sweet Cherry, hm?"
"Ho-hoeee?" Rona muka Sakura semakin memerah. Ia berpaling pada Syaoran yang ekspresinya mengeras. "Aa, aku... aku tidak... Sya-Syaoran-kun..."
Syaoran menoleh padanya, ekspresinya melunak. "Jangan dipikirkan omongan bodohnya, Kinomoto-chan. Si bodoh ini hanya menggodamu saja."
"Hoeee, meng-menggodaku?" ulang Sakura kebingungan. Berpaling ia pada Eriol yang terbahak.
"Hahaha... Sakura-chan lucu, yaa? Pantas Xiao Lang tersayang tertarik padamu~ Ah, tapi sebenarnya aku juga mulai tertarik, lhoo~" ucap Eriol riang terus merepet Sakura.
Sakura tak tahu harus menanggapi bagaimana, terlalu malu. Apalagi wajahnya terasa memanas.
Syaoran sendiri mengerung. Ditariknya Eriol menjauh dari Sakura dengan kasar. "Berhenti menggodanya, Baka! Kau kemari untuk memintaku pulang, kan?"
Pemuda itu akhirnya menoleh pada Syaoran. "Tepat sekali, Xiao Lang. Auntie Yelan sangat membutuhkan kehadiranmu sekarang. Jadi, mari pulang~"
"Iya da. Katakan pada Kaa-san bahwa aku-"
"Sweet Cherry, Xiao Lang keras kepala, nih~" sela Eriol merajuk pada Sakura. "Tolonglah bujuk dia agar mau pulang. Di rumahnya sedang ada masalah yang amat sangat gawat, lhoo~"
"Percuma saja, aku tidak-" Sakura langsung meraih lengannya. Syaoran menoleh. "Kinomoto-chan, jika aku mengikuti kemauan si bodoh ini, acara kita akan berantakan."
"Kamaimasen, Syaoran-kun. Aku lebih memilih acara kita berantakan daripada keluargamu yang berantakan. Lagipula kita bisa jalan-jalan lagi lain kali." Tukas Sakura pelan. Syaoran menatapnya tidak rela. Hampir saja memrotes kembali namun Sakura mencengkeram erat lengannya. "Kumohon selesaikan dulu masalahmu, Syaoran-kun. Aku bisa menunggu, kok, sampai masalahmu selesai. Lagipula aku tidak senang jika harus jalan-jalan bersamamu di saat ada masalah yang membebani pikiranmu, Syaoran-kun."
Syaoran akhirnya mengalah. "Baiklah kalau itu keinginan Kinomoto-chan..." desahnya lemah. Sakura tersenyum begitu manis mendengarnya.
"Waah, Sakura-chan memang hebat, yaa! Dengan begini Xiao Lang tersayang bisa kubawa pulang~ Sankyuu, Sweet Cherry-ku~" Eriol bergerak ke arah Sakura, bersiap untuk memeluknya. Namun Syaoran dengan cepat menarik lengannya keras.
"Jangan macam-macam, Baka! Ayo pergi!"
Eriol mengerang, pura-pura kecewa. Tapi masih dengan senyuman manisnya, Eriol berkata, "Sweet Cherry~ Lain kali kita pasti bisa bersama-sama~ Pasti!"
Syaoran terus menariknya sampai masuk ke dalam mobil. Sebelum pemuda itu ikut masuk ke dalam, Syaoran menoleh pada Sakura.
Sakura mengangguk tersenyum menyemangati, "Semoga berhasil!"
"Hm. Arigatou, Kinomoto-chan..." Setelah itu Syaoran masuk ke dalam mobil.
"See you later, Sweet Cherry-ku~" seru Eriol riang sambil melambaikan tangan. Sakura membalas lambaiannya. Mobil itu pun menderu, bergerak menjauhi gedung bioskop. Meninggalkan Sakura sendirian.
Setelah memastikan mobil tersebut menghilang dari pandangannya, barulah Sakura masuk ke dalam bioskop. Ia tak menyadari adanya kilat yang mulai terlihat menyambar langit gelap malam itu.
OooOOOooo
CTAARR!
"KYAAA!" jerit Sakura begitu nyaring. Ketakutan ia langsung meringkuk seraya menutup telinganya dengan kedua tangan. Gagang telapon yang tadi di genggamanya jatuh menjuntai di sampingnya.
CTARR! CTARR!
Lagi-lagi terdengar sambaran petir di langit malam. Disertai butiran air hujan deras yang memukul-mukul kasar kaca boks telepon tempat Sakura berad. Membuat tubuh gadis itu bergetar hebat. Air mata mulai merebak di kedua pelupuk mata. Isakan tangisnya mulai terdengar walau ironisnya tertelan oleh gemuruh hujan yang mengguyur.
Sakura sadar akan ketakutannya. Berada sendirian di dalam boks telepon di tengah badai hujan dan suara petir yang paling ditakutinya membuat dirinya merasa dalam bahaya. Pikiran-pikiran negatif mulai menggerayangi benaknya. Bagaimana jika badai ini tidak kunjung reda? Bagaimana jika aku terus terkurung sampai pagi menjelang? Bagaimana jika petir mulai menyambar tempat ini? Lalu aku pun mati karena ikut tersambar? Kamisama... kumohon jangan- "KYAAAA!"
Terdengar petir yang ia rasa telah menyambar atap boks telepon. Sakura pun semakin menundukkan kepalanya di kedua lututnya. Sedang kedua tangan masih menutup telinganya rapat-rapat.
Ka-Kamisama... aku takut. Takut sekali...
Sakura menangisi dirinya. Serta ketakutannya.
Hawa dingin mulai menyusup masuk melewati mantel dan sweeter turtleneck yang ia kenakan. Rasa dingin itu menusuknya. Gigi-geligi Sakura saling bergemeletukan tak bisa menahan dingin yang menyerangnya.
Lalu ia teringat pada Touya...
Saat badai mengguyur dan petir menggelegar seperti ini, aku selalu lari ke kamar Oniichan. Lalu Oniichan membukakan pintunya, dengan tertawa sinis penuh ejekan. Walaupun begitu, Oniichan tetap mempersilahkan aku masuk dan tidur di sampingnya. Oniichan juga memelukku saat kuminta. Pelukannya sangat hangat hingga membuatku merasa nyaman. Bahkan suara petir yang kutakutkan itu pun tak terdengarkembali.
Kamisama, andai Oniichan berada di sini memelukku sekarang...
Di sela-sela tangisnya, tersungging senyum kecil.
Tapi bagaimana mungkin. Oniichan kan berada di rumah, sakura-baka...
DUGH! DUGH!
Sakura tersentak dari pikirannya mendengar suara keras di sampingnya. Ia memutar kepalanya dan langsung memekik nyaring melihat sosok gelap bertudung kepala sedang memukul-mukul kaca luar boks telepon. Sosoknya mengerikan karena adanya kilat yang menyambar di latar belakang.
"Aa-AAAA! TASUKETE! TASUKETE!" jerit Sakura keras menarik tubuhnya merepet ke sisi lain boks telepon.
DUGGH! DUGHH! "SAKURA! SAKURA!"
"HIYAAAA! DIA TAHU NAMAKU! TASUKETEEE!" Sakura mulai histeris.
Sosok itu lalu memutar, berdiri di depan pintu boks masih dengan memukul-mukul lebih keras. "HOOI, INI AKU, MONSTER BODOH! BUKA PINTUNYA!"
Sakura terkesiap mendengar kata Monster dari sosok itu. Setahunya hanya satu orang yang selalu menggunakan kata itu sebagai panggilannya. Dan orang itu adalah
"Oniichan?" serunya tidak percaya. Kedua mata hijau emerald-nya melebar.
Dengusan sinis terdengar. "Akhirnya kau sadar juga. Cepat buka pintu ini, Monster!"
"Aa, hai, hai, chotto..." Terburu-buru Sakura bangkit dan meraih pintu untuk membukanya. Terlihat sosok jangkung Touya Kinomoto yang mengenakan raincoat basah. "O-Oniichan, ke-kenapa ke sini?" tanya Sakura masih diliputi rasa tidak percaya.
"Menurutmu kenapa aku ke sini, heeh? Tentu saja untuk menjemputmu pulang, Baka!" jawab Touya begitu sinis seraya masuk ke dalam boks. Sakura harus merepet ke dinding boks agar muat. "Bawa ini sebentar!"
Sakura menerima sebuah payung yang dari tadi digenggam kakaknya. "Umm... Oniichan?"
"Hn?" Touya mulai melepas raincoat-nya lalu disampirkan ke bahu Sakura.
Sakura terkejut dan memrotes, "Ini kan raincoat Oniichan!"
Touya memandangnya datar. "Aku tidak bawa raincoat lainnya, Monster. Kau pakai ini-"
"Lalu Oniichan sendiri?"
"Mudah saja. Kau pegangi payungnya untukku saat aku memboncengmu," Touya tersenyum melihat Sakura menatapnya. "Tak perlu menatapku seperti itu, aku memang ke sini denagan naik sepeda. Nah, tadi kau mau menanyakan sesuatu, kan?"
"Aa, umm... Bagaimana Oniichan tahu aku berada di sini?"
Touya terdiam. Kedua tangannya sedang menarik tudung raincoat menutupi kepala Sakura.
"Kau sendiri kenapa di sini, Monster? Kukira kau sedang bersenang-senang dengan bocah itu."
Sakura agak mengernyit mendengar pertanyaannya. "Syaoran-kun harus pulang karena ada masalah di rumahnya. Sedangkan aku ke sini untuk menelepon memberitahu kalau aku akan pulang cepat... Oniichan, kenapa kau tersenyum begitu, sih?"
Touya mengeratkan ikatan tudung di bawah dagu Sakura. "Huh, acara kalian rusak, ya?"
"Tidak juga. Memang, sih. Sedikit... tapi- Hei, Oniichan mengejekku, ya!" Sakura benar-benar heran dan tidak suka melihat Touya tersenyum seperti itu kepadanya. Seolah mengejek acara mereka yang batal.
Pemuda itu tidak menanggapi apa-apa. Dengan gerakan tangan dirinya menyuruh Sakura keluar duluan membuka payung. Awalnya Sakura menolak karena melihat kilat yang menyambar mengerikan. Namun setelah Touya mengangsurkan pelukan sesaat untuk menenangkannya, kelihatan tidak peduli dengan raincoat kebesaran yang dikenakan Sakura basah, akhirnya Sakura berani keluar dan membuka payung untuk kakaknya.
Berdua mereka menghampiri sepeda gunung milik Touya. Sakura yang berhenti melangkah, kedua matanya melebar menyadari sesuatu. "Oniichan?" panggilnya pada Touya yang sedang mengambil sepedanya. Pemuda itu berpaling padanya dengan raut muka tak sabaran. Tubuh yang mengenakan kemeja kotak-kotak biru lengan panjang serta celana kain hitam basah terkena guyuran hujan.
"Kenapa berhenti, Monster?" sahut Touya menegur. Buru-buru Sakura mendekati kakaknya.
"Oniichan, sepeda gunung kan tidak ada boncengannya." Kata Sakura memberitahu. Touya menundukkan wajah, tersenyum miring.
"Naik saja di depanku. Beres, kan?"
Sakura terperangah. Matanya melebar.
Yang benar saja!
oooOOOooo
"Yokatta na, Touya bisa menemukanmu, ya, Sakura-chan."
Sakura tersenyum mengangguk kepada ayahnya yang menyeduhkan secangkir cokelat hangat untuknya. "Tapi ada satu hal yang membuat Sakura penasaran." Fujitaka memandang putrinya perhatian. "Kenapa Oniichan bisa langsung tahu kalau Sakura berada di boks telepon? Memangnya Oniichan tahu kalau selesai nonton film Sakura langsung menuju ke sana karena tidak membawa ponsel, ya? Apalagi Oniichan mencariku dengan naik sepeda, lho. Padahal kan letaknya cukup jauh dari rumah. Otousan tahu tidak?"
Tersenyum ayahnya menggeleng pelan.
Terlihat Sakura berpikir. "Jangan-jangan... Oniichan punya kekuatan cenayang, ya!" cetusnya berbinar. Namun sesaat langsung ketakutan. "Ka-kalau begitu... O-Oniichan bi-bisa... bisa me-melihat..."
Fujitaka tersenyum geli seraya membelai kepala putrinya yang berbalut handuk basah. "Kenapa tidak tanya langsung padanya?"
"Sakura tidak bisa menanyakannya sekarang. Setelah mandi Oniichan langsung masuk kamar, sepertinya ingin cepat-cepat tidur." Jawab Sakura sambil menyesap cokelat yang langsung menghangatkan tubuhnya.
oooOOOooo
Sakura bergerak dalam tidurnya. Namun anehnya semakin ia bergerak semakin erat dan hangat yang durasakannya. Masih dengan rasa mengantuk, ia membuka sebelah matanya.
"Hm?" Ia merasakan pipinya menempel pada sesuatu yang lunak. Seperti kain katun... Sakura membuka matanya lebar-lebar.
"Ho-hoeee?" Sebuah lengan melingkari bahunya, merasakan punggungnya ditarik semakin erat. Sakura tak bisa berkutik. Ia sadar seseorang sedang mendekapnya dalam tidur!
Ta-tapi siapa?
Sakura menarik kepalanya sedikit dan terkejut mendapati wajah terlelap di depannya. Wajah yang polos dan damai, "O-Oniichan...?" bisiknya kaget.
Touya hanya mengeluarkan suara erungan tanda masih terlelap. Tapi anehnya kedua lengannya semakin erat mendekap Sakura ke dadanya. Kontan saja wajah Sakura langsung merebus.
"O-Oniichan! Oniichan! A-apa yang Oniichan lakukan di si- KYAA!"
"Mmh..mmh.." Hanya itu yang terdengar dari gumaman Touya. Sakura mencoba melepaskan diri, tapi sia-sia saja. Touya seolah tak ingin melepaskannya begitu saja.
"Oni-Oniichan! Lepaskan a-aku!" paksa Sakura seraya mendorong dada Touya sekuat tenaga. Tapi tetap tak bisa.
"Oniichan!" Sakura sekarang mulai kesal sekaligus sesak.
"Emmh... dingin..." Kakaknya mulai menggigil. Sakura berhenti mendorong, menyadari sesuatu. Entah kenapa suhu badan kakaknya terasa... panas!
Sakura terbelalak. "Ja-jangan-jangan... demam!" Touya masih mendekapnya erat, menggigil kedinginan. "Kamisama! Ternyata benar!" Ketakutan Sakura berhasil bangkit dari sisi kakaknya, menepuk-nepuk kedua pipinya. "Oniichan! Oniichan! Bangun!" Touya tetap tak membuka mata malah semakin erat memeluk pinggang Sakura.
"O-Otousan! OTOUSAN!" Sekarang ia menjerit histeris memanggil ayahnya.
~continued to chappie 2~
konnichiwa, minna-san~!
huaaa~ nggak nyangka~ chappie 1 selesai juga~~
apalagi publishnya bertepatan pas ultah vic ne~~
HAPPY BIRTHDAY, VIC~~
akhirnya vic jadi author baru di dunia fanfic~~ congratz ea vic! jadi kado terindah untuk diri sendiri ne~~ huaaa senangnya!
Japan Vocabularies
Oniichan : kakak laki-lak
Ittai deshou : sakit, tahu!
Anou : anu
Hai : iya
Gomen ne : maaf, ya!
Arigatou yo : terimakasih
Demo : tapi
Wakatta wa : aku menngerti
Moshimoshi : halo
Mou : aiih
Chotto matte : tunggu sebentar
Jyaa : kalau begitu
Mata ashita : sampai jumpa
Nannano : ada apa?
Ikenaide : jangan pergi
Doushita no : kenapa?
Daijoubu ne : baik-baik saja bukan
Urusai : berisik!
Iie/Iiyo : tidak
Nan : apa?
Kuso : brengsek
Ore wa nan do yo : apa maumu dariku?
Douzo yoroshiku : senang berkenalan denganmu
Baka : bodoh
Iya da : tidak mau
Kaa-san : ibunda
Kamaimasen : tidak apa-apa
Sankyuu : thanks
Tasukete : tolong
Chotto : sebentar
Yokatta na : syukurlah
Otousan : ayah
Konnichiwa : met siang
Minna-san : semuanya
nah chappie 1 uda selesai, tinggal bekerja untuk chappie 2-nya ne~~
oops, syaoran-kun sepertinya uda selesai baca ne.. uh-ooh, bocah itu mulai ngelirik vic neee, harus buru-buru kabur!
oh, sebelum lupa ne minna-san, silahkan memberikan review untuk vic, apapun bentuknya vic bakal terima, arigatou~~
ja ne~~!