"The Forest of Thorn"

Disclaimer : Vampire Knight © Matsuri Hino


Part. VI

The Ball

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Hari ini, malam ini, pesta dansa di puri Kuran akan digelar. Semua undangan sudah disebar dan segala persiapan di puri sudah selesai. Aula di puri dihias dengan begitu banyak mawar yang cantik dan indah. Mawar merah, putih, serta mawar warna-warna lain bertaburan disana-sini. Aula yang sudah dirancang begitu mewah itu susah-payah dipersiapkan oleh Yuuki, Maria dan Yori. Selain dekorasi, hidangan dan musik pada pesta malam itu juga tanggung jawab mereka. Yori mempersiapkan menu yang cocok dan menggiurkan. Maria sudah memanggil orchestra serta musisi-musisi ternama. Persiapan pesta dansa sudah sempurna!

Yuuki menyisir rambut cokelatnya yang panjang. Bayangan dirinya yang muda dan cantik terpantul di cermin. Yuuki mengenakan gaun merah muda yang manis dan cantik dengan renda dan pita-pita merah. Di lehernya, tentu saja, terpasang choker mawar merah muda dari Kaname. Yuuki mengelus mawar pink itu dengan lembut dan hati-hati. Senyum mengembang di wajahnya yang cantik.

TOK! TOK! Pintu kamar Yuuki diketuk. Setelah menjawab, Yuuki tersenyum melihat siapa yang datang ke kamarnya. Kaname, dengan jas panjangnya yang berwarna gelap.

"Sudah siap?" tanyanya, sambil berdiri di samping Yuuki. Matanya memperhatikan pantulan Yuuki di cermin dengan lekat. Yuuki tersipu sedikit, lalu mengangguk.

Kaname tersenyum, kemudian menunduk sedikit. Dia menyematkan bunga mawar pink yang sama seperti choker-nya di rambut Yuuki. Yuuki bercermin, lalu melirik ke Kaname dengan malu-malu. "Manis sekali." Ujarnya. Yuuki tersenyum senang. Dan memeluk lengan kakaknya.

Kemudian Yuuki menyelipkan tangannya di lengan Kaname, dan keduanya berjalan menuju aula bersama. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan dalam lukisan. Begitu cantik. Ketika mereka berjalan bersama seperti itu, tak seorang pun tak menoleh ke arah mereka.

Zero terlihat begitu terganggu sejak pagi. Dia terlihat gelisah dan terus bersikap aneh. Ichiru sampai mengangkat alis, dan para pelayan jadi penasaran. Berkali-kali Ichiru mendesak Zero mengapa ia begitu gelisah, Zero selalu mengelak dan menghindar. Zero sendiri tak yakin kenapa ia begitu gelisah di hari penting itu.

Menjelang malam, Zero dan Ichiru sudah siap memakai pakaian resmi mereka. Tak terlalu mencolok tapi juga tak terlalu biasa. Karena meskipun menjaga keamanan pesta, bukan berarti tak boleh ikut menikmati pesta. Itulah kata Yuuki.

Zero melirik ke arah adiknya yang sibuk merapikan dasinya di depan cermin. Zero mendesah pelan, "Kau itu bodyguard bukan tamu. Kau tak berniat tebar pesona di pesta 'kan?" goda Zero. Mendengarnya, wajah Ichiru jadi memerah dan ia menggerutu, "Buat apa aku tebar pesona segala? Ini jas dari Nona Maria. Dia akan marah kalau aku tak memakainya dengan benar." Jawab Ichiru. Zero tersenyum tipis lalu melangkah keluar dari kamar. "Kalau tidak cepat-cepat, kutinggal."

Zero berdiri dengan gagah di sisi pintu aula puri. Dilihatnya para bangsawan keluar-masuk puri dengan pakaian indah dan terlihat mahal. Zero menghela napas. Dia tak suka pesta. Diliriknya Ichiru yang berdiri di dalam ruangan, bersama sesosok gadis cantik yang tak lain adalah Maria. Mereka berdua terlihat menikmati pesta, dan sangat serasi. Zero menghela napas lagi.

Ketika ia akan pindah ke balkon, tiba-tiba para penghuni puri, keluarga Kuran, memasuki aula. Semua orang terpana. Mereka menghentikan aktivitas mereka, dan menyambut keluarga Kuran. Haruka dan Juri terlihat begitu gagah dan anggun. Keduanya terus menebar senyuman ramah. Lalu masuk Kaname dan Yuuki, yang tak kalah dari orang tuanya.

Napas Zero kini terasa tercekat. Dilihatnya Yuuki yang tersenyum bahagia di sisi Kaname. Dikepalkan dengan kuat tangannya. Lalu ia palingkan wajah dan melangkah pergi dari tempat itu. Tapi sebelum Zero sempat meninggalkan aula, lengannya tertarik. Zero yang kesal, menoleh dan terperanjat melihat Yuuki menarik lengan bajunya. Gadis itu tersenyum tanpa dosa, dan berkata, "Zero, ayo kita berdansa."

Sementara itu, Kaname memperhatikan mereka dari kejauhan. Dengan sepasang mata yang dingin dan kejam.

to be continued...


A/N: maat atas update yang sangat sangat lama ini... m(_ _)m

tadinya aku berniat tamatin di chapter 6 ini, tapi karena mandek ide akhirnya digantung lagi. *digantung readers* err... sekali lagi maaf buat updatenya yg lama :'O sekarang aku belum bener-bener 'balik' dari hiatus sih. doain aja chapter selanjutnya cepet selesai. *bah*

thanks for reading~! reviews are appreciated ;D