.

Summary: Apa kau tahu apa yang ada di balik cermin? Ketika kau tahu, bisakah kau mengingkarinya? CHAPTER VIII: PURPLE SHADOW: … Kami tak pernah berharap bertemu denganmu …

Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha Corp.

.

BEHIND THE MIRROR

.


.

Aku ingin menjadi lebih kuat!

Aku ingin menjadi lebih hebat!

Aku ingin bisa melindungi orang-orang yang kusayangi!

Aku ingin dunia melihatku!

.


Kagami Hikari Presents:

BEHIND THE MIRROR

CHAPTER VIII: PURPLE SHADOW

Kami tak pernah berharap bertemu denganmu …


.

"Selamat datang di Hyuponia, Miku…" sambut sang Nona. "Namaku Yamine Aku."

Miku tercengang. Betapa mirip dirinya dengan sang Nona yang bernama Yamine Aku itu. Hanya saja rambut penguasa Hyuponia itu berwarna putih, sedangkan rambut Miku berwarna aqua. Kulitnya pun lebih putih dibandingkan kulit sang Nona yang kecoklatan terbakar sinar matahari. Selain itu iris mata Yamine Aku berwarna ungu, sementara miliknya berwarna aqua.

Sekian detik berlalu. Miku masih terpaku di tempatnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Gadis berambut aqua itu hanya berdiri di tempatnya dengan mata menatap lurus ke iris ungu milik sang Nona, tak yakin dengan apa yang harus dia perbuat. Sedangkan di sisi lain, pria berambut ungu yang dipanggil Gakupo dan gadis berpakaian ninja hanya menatap dua gadis berkucir yang saling bertukar pandang itu.

Gakupo tersenyum penuh arti saat menatap ekspresi Miku yang adalah gabungan dari ekspresi takjub dan takut. Itulah ekspresi yang bisa dihasilkan jika memandang sang Nona Putih. Pandangan matanya begitu tenang, tapi mengancam. Senyum yang terukir di wajah porselen sang nona pun terlihat anggun sekaligus berbahaya. Seperti senyum predator yang menatap mangsanya. Ya, itulah Nona Yamine Aku, nonanya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya gadis berkucir tinggi yang berdiri di sebelahnya

"Kau tidak perlu tahu apa isi pikiranku, Mako." Pria bernama Gakupo itu menyeringai, "Bagaimana pun, akulah yang lebih baik darimu," sambungnya tanpa menatap lawan bicaranya

"Terserahlah," ketus gadis yang dipanggi Mako itu

Kembali pada Yamine dan Miku. Mereka masih saling bertatap mata tanpa berkata-kata. Mengadu iris ungu dan aqua mereka. Pada akhirnya, setelah beberapa menit terdiam tanpa kata, Yamine Aku memecah kesunyian, "Bagaimana kabarmu?"

"K-kabarku?" Miku tergagap, tak siap menjawab pertanyaan dari Sang Penguasa Hyuponia.

"Ya,kabarmu," sahut Yamine dengan suara yang manis

"Baik… Walaupun aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi." jawab Miku ragu

"Baguslah kalau kau baik-baik saja. Aku takut Gakupo dan Mako tidak berlaku terlalu baik padamu," Yamine masih tersenyum

"Eeee… Sejujurnya, aku tidak mengingat perjalanan ke sini." gumam Miku

"Begitukah?" tanya Yamine. Miku mengangguk.

"Tidak masalah kalau kau tidak mengingat perjalanan ke sini." sahut Yamine "Justru lebih baik kau tidak mengingatnya." tambahnya

"Kenapa?"

"Banyak hal yang tidak seharusnya kau lihat, Miku." jawab Yamine tenang. Miku tidak menanggapi kata-kata Yamine. Ia tidak tahu apa yang harus dikatannya pada gadis berambut putih itu.

"Miku," panggil Yamine.

Sang pemilik nama sedikit tersentak, "Y-ya?"

"Katakan, apa ada yang kau inginkan?" tanya Yamine, gadis itu menyandarkan punggungnya ke singgasana yang ia duduki sedari tadi

"Aku…" Miku menggantungkan kalimatnya, tak yakin akan kata-kata yang harus dia ucapkan. "ingin bertemu dengan Kak Mikuo," akhirnya pemilik iris aqua itu berkata

"Kakakmu? Hmmm cepat atau lambat, kau akan bertemu dengan kakakmu, Miku." kata Yamine. Di bibirnya, sebuah seringai terbentuk.

"Aku ingin bertemu dengan Kak Mikuo." kata Miku dengan suara yang lebih keras

"Begitu? Sayangnya kau tidak bisa bertemu dengannya untuk saat ini. Tapi mungkin kau bisa menemuinya nanti. Aku bisa memanggilnya ke sini untukmu." Yamine mencondongkan tubuhnya ke depan

Terlihat sedikit binar di mata Miku. "Benarkah?"

"Tentu, aku kan Ratu Hyuponia," Yamine tersenyum manis

"Ratu Hyuponia?" Miku menatap sang Ratu dengan tatapan kaget. Yamine mengangguk.

.

Orang-orang yang berlalu-lalang di Kota Lusion tampak kepanasan dan mengucurkan keringat. Matahari memang bersinar cukup terik kala itu, membuat orang-orang tak ingin terlalu lama berada di bawah sinarnya tanpa perlindungan.

Kota Lusion adalah kota yang tata letaknya cukup rapi. Bangunan-bangunan berdiri tersusun rapi di sepanjang jalan, taman-taman kotanya indah dan dibangun di tempat-tempat yang tepat, jalanan batu tampak bersih dari sampah-sampah, dan fasilitas-fasilitas umumnya terawat. Pendek kata, ibu kota Hyuponia bagian Timur itu adalah kota yang indah dan rapi.

Rei memutuskan untuk menunda perjalanan mereka selama sehari penuh. Ia mengistirahatkan kuda-kuda pinjaman dari Furukawa Mikio di sebuah istal di sebuah penginapan tempati. Mereka pun beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan mereka yang bisa dibilang masih cukup jauh. Tak ada diantara mereka yang tak bersantai. Yah, bahkan Mikuo pun sedikit lebih bersantai.

Meskipun begitu ada satu yang tak pernah meninggalkan benak Mikuo, 'Dimana Miku?'

"Hai Tuan Jenius!" sapa Rook

"Buat apa kau ke sini?" tanya Mikuo tajam

"Hanya ingin bersantai," Rook meletakkan kedua tangannya di belakang kepala

"Cih," Mikuo hanya membuang muka dari Reflectionnya

Rook tersenyum jahil melihat reaksi dari Mikuo. Lelaki beriris merah itu memang senang menjahili sosok nyatanya di Dunia. Entah kenapa rasanya benar-benar menyenangkan.

"Beristirahatlah, Tuan Jenius. Perjalanan kita selanjutnya adalah melewati Bukit Lentera." kata Rook

"Hnn… Lalu?" balas Mikuo malas

"Tak ada kota lain. Selain itu banyak hewan-hewan buas yang perlu dihindari." jawab Rook. Tanpa menjawab apa-apa, Mikuo meninggalkan reflectionnya dan pergi ke tempat lain.

.

Rin, Len, Rei, dan Rui mengedarkan pandangan mereka ke sekitarnya, mencari barang-barang yang mereka butuhkan. Mereka berempat sedang berada di sebuah pasar di sisi barat Kota Lusion. Apa yang mereka cari tampaknya tersedia di pasar itu. Masalahnya hanyalah menentukan mana yang terbaik. Hmm, tapi apakah yang dicari mereka? Tidak banyak. Hanya persediaan makanan dalam jumlah kecil, beberapa bilah pisau, dan beberapa helai jubah. Untuk persiapan perjalanan nanti, kata Rei. Jadi, di sanalah mereka, mencari barang-barang tersebut.

"Len, boleh kami jalan-jalan?" tanya Rin pada adik kembarnya

"Asal tidak jauh-jauh sih kurasa tidak apa-apa." Len mengangguk

"Terimakasih, Len! Dah Rei!" Rui melambaikan tangannya pada dua anak lelaki identik itu

"Hati-hati ya!" balas Rei. Rui dan Rin terlihat mengangguk sebelum akhirnya menghilang dari pandangan Len dan Rei.

Kedua anak lelaki itu saling bertukar pandang singkat sebelum akhirnya setuju untuk membeli persediaan buah kering dan kacang-kacangan.

Mereka menghampiri sebuah kios kecil yang penuh dengan berbagai macam buah-buahan dengan berbagai ukuran dan warna. Seorang pemuda berambut merah jambu terlihat tengah melayani seorang pelanggan. Di kedua tangannya terdapat dua buah-buahan yang berbeda. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Len dan Rei memilih-milih buah yang akan mereka beli.

"Selamat siang! Silahkan, buah-buahan di sini semuanya segar dan dijamin enak!" kata pemuda itu

"Sebenarnya kami mencari buah-buahan kering untuk perjalanan yang cukup jauh." kata Rei

"Buah kering ya… Hmmm… Sebentar…" pemilik kios berambut merah jambu itu berjongkok, mencoba mengambil sesuatu yang ditaruh di bawah meja tempat ia menyimpan dagangannya. "Nah, ini dia!" di tangannya ada empat buah kantung berisi buah-buahan kering "Sekantong harganya empat koin perak."

"Empat koin perak?" ulang Len

"Baiklah, kami beli semuanya." kata Rei sambil mengeluarkan enam belas buah koin perak dari kantungnya dan memberikan koin-koin itu pada sang pemilik kios

"Ini dia!" pemuda berambut merah muda itu memberikan keempat kantongnya pada Len. "Terimakasih ya! Lain kali mampir lagi!" Len dan Rei pun pergi meninggalkan kios itu.

"Jadi, kita sudah punya pisau, buah-buahan kering, dan jubah. Ada lagi?" tanya Len sambil memasukkan kantung-kantung buah kering ke dalam keranjang belanja mereka.

"Kurasa tidak. Ayo kita kembali," Rei menggeleng

"Ya," Len mengangguk lalu mengikuti langkah Rei menuju ke penginapan mereka.

.

Miku terdiam di atas tempat tidurnya. Kejadian beberapa menit yang lalu terus berputar di dalam otaknya.

*flashback*

"Ratu Hyuponia?"

"Ya." Yamine mengangguk

Kedua iris aqua Miku menatap sang ratu Hyuponia yang sedang duduk dengan anggunnya di atas singgasananya. Senyum lain tersungging dari bibir sang ratu.

"Apa kau benar-benar ingin bertemu dengan kakakmu?" tanya Yamine lembut

"Y-ya," jawab Miku dengan suara bergetar

"Kau harus bersabar, Miku. Waktunya belum tepat." Yamine berkata dengan nada kecewa, "Tapi, kalau waktunya sudah tepat, aku akan membawanya ke sini untukmu."

Mendengar ucapan Yamine, Miku tersenyum, "Baik! Terimakasih, Yang Mulia,"

"Tidak masalah." Yamine menggeleng, "Yang pasti sampai saat itu tiba, kau harus tetap ada di sini bersamaku," sebuah seringai terbentuk di bibir tipis sang ratu Hyuponia

"B-baik," Miku bergidik melihat seringai itu. Gadis berambut aqua itu tak mengerti maksud dari seringaian yang diberikan Yamine padanya.

"Sekarang, tolong antarkan Miku ke kamarnya, Mako,"

"Baik," gadis berbaju ninja yang dipanggil Mako pun mengantarkan Miku menuju kamar yang akan ditempatinya.

*End of flashback*

Sebenarnya, Miku sangat ketakutan. Ia tidak masih tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Tapi, ia terlalu takut bertanya. Jadi, bungsu Hatsune itu akhirnya hanya diam tak bergerak di atas kasurnya.

Gadis itu melempar pandangannya ke arah satu-satunya jendela yang ada di kamarnya, kemudian berjalan ke sana. Miku memandangi pemandangan di luar, sebuah kota besar yang sangat ramai yang dikelilingi tembok batu setinggi dua setengah meter. Matahari bersinar terik di langit sebelah barat, menciptakan semburat jingga dan merah di langit dan awan-awan yang ada.

Angin berhembus kencang, membuat dedaunan bergemerisik karenanya. Tunggu—apa? Dedaunan?

Miku menoleh ke sebelah kanannya dan mendapati sebuah pohon besar menjulang di samping jendela kamarnya. Pohon itu berdaun lebat dan sepertinya dahan-dahannya kokoh. Mungkin, pohon itu bisa dipakai untuk kabur dari sini? Pikir Miku.

Sayangnya, belum sempat Miku keluar dari jendela, pintu kamarnya sudah diketuk. "Permisi, Nona Miku,"

Dengan cepat Miku berlari ke atas tempat tidurnya dan duduk di sana. "M-masuk," sahut gadis itu

Seorang lelaki tinggi berkacamata membuka pintu kamarnya, "Permisi, Nona Miku,"

Miku menatap lelaki asing itu dengan tatapan bingung.

.

"Gakupo, kemarilah," panggil Yamine pada bawahannya yang berambut ungu

"Baik, Nona," sahut Gakupo sambil berjalan mendekati nonanya. "Apa ada yang anda inginkan, Nona?"

"Ya," Yamine menopangkan dagunya pada kedua tangannya yang saling bertautan, "Bunuh mereka,"

Lelaki jangkung itu menatap nonanya sesaat, "Baik, Nona. Sesuai dengan yang anda inginkan," lelaki itu membungkuk

"Tapi, jika kau gagal membunuh mereka dengan sekali serang, bawa mereka padaku,"

"Baik, Nona. Saya mengerti," Gakupo membungkuk sekali lagi dan meninggalkan ruang singgasana.

.

Bulan berbentuk setengah bersinar lembut di atas Kota Lusion. Sayangnya, malam itu bulan tampaknya sedikit kesepian karena hampir tak ada kerlap-kerlip cahaya bintang yang menemaninya. Cahaya mungil bintang-bintang tampaknya tertutup oleh awan yang bergumpal-gumpal. Angin yang biasanya menghembuskan awan-awan tak terasa malam itu. Sepertinya malam itu angin terlalu lelah berhembus. Selain itu, tak terdengar suara-suara hewan malam yang biasanya saling bersahut-sahutan. Malam itu rasanya jadi sehening kuburan.

Jalanan di ibu kota bagian timur Hyuponia itu sudah tak sesibuk saat matahari masih menampakkan dirinya. Kini, banyak penduduk kota yang memilih untuk makan malam dan beristirahat di rumah mereka masing-masing. Begitu juga Len dan kawan-kawannya. Mereka memilih mengistirahatkan tubuh mereka di kamar masing-masing atau minum kopi di ruang makan atau setidaknya duduk-duduk di ruang utama penginapan. Tak ada satu pun yang sadar kalau sesosok pria tengah berjalan ke arah kota itu.

"Malam ini dingin, ya?" tanya Rui pada Kaito

"Setuju. Kupikir Lusion tidak akan sedingin ini," jawab pemuda berambut biru itu

"Memang tidak. Biasanya Lusion cukup panas." kata Akaito

"Lalu, kenapa bisa jadi dingin seperti ini?" tanya Rin

"Entahlah," Akaito mengangkat bahunya.

"Kalian belum tidur?" tanya Rei yang baru datang ke ruang utama bersama dengan Len

"Belum. Aku belum mengantuk," jawab Rui

"Sama," timpal Rin

"Aku juga sama," timpal Akaito

"Aku juga." Kaito mengangguk

"Lebih baik kita cepat tidur. Kita butuh banyak energi untuk besok." kata Rei

"Yeah… Baiklah…" sahut Akaito

"Ngomong-ngomong mana Kak Mikuo dan Rook?" tanya Len

"Rook di ruang makan, kalau Mikuo sepertinya ada di kamar," jawab Kaito

"Begitu…" Len mengangguk

'Datanglah…'

Len tercekat. Rasanya seperti ada yang memanggilnya tadi. "Siapa?" tanya Len. Tapi tak ada jawaban.

"Ada apa Len?" tanya Rin

"Tadi, sepertinya ada yang memanggil." jawab Len

"Mungkin hanya perasaanmu," sahut Kaito. Len mengangguk.

'Datanglah…'

"A-apa kalian dengar itu?" tanya Len sambil menyentuh daun telinganya yang tertutup headset putih

"Dengar apa?" tanya Kaito

"Len benar, ayo kita pergi," tandas Rei

"Hei, tunggu, ada apa ini?" tanya Kaito

"Ikut saja, Kaito. Karena kurasa ini bukan pertanda baik," sahut Akaito dengan wajah cemas

Keenam orang itu pun keluar dari penginapan dan berlari mengikuti langkah-langkah Rei dan Len.

'Datanglah…'

.

Suara itu membimbing mereka ke sebuah tanah lapang yang berada cukup jauh dari pusat kota. Rin dan Kaito masih saling pandang tentang apa yang terjadi. Tak satu pun dari mereka yang mengerti maksud Len maupun Rei.

"Dimana kau?" seru Rei

'Kufufufu… Hahahahaha!' suara tawa menggema dalam sepinya suasana malam itu

"S-siapa itu?" bisik Rin sambil menggenggam ujung baju sailor yang dikenakan kembarannya. Kaito mengangkat bahunya.

"Kalian bisa mendengarnya?" tanya Rui

Rin dan Kaito mengangguk bersamaan. "Siapa itu?" Rin mengulangi pertanyaannya

"Entahlah," Rui menggeleng

'Tak kusangka, kalian akan benar-benar datang,' kata suara itu lagi

"Tunjukkan dirimu, dasar pengecut!" seru Rei

Tak ada jawaban dari suara itu. Sedikit ketakutan tersirat dalam mata sapphire Len.

"Berhati-hatilah, semuanya," desis Rei. Yang lain mengangguk.

Tiba-tiba saja angin yang datang entah dari mana berhembus kencang, bergulung-gulung di satu titik. Ketakutan mulai merayap ke dalam hati Rin. Gadis pirang itu mencengkram erat ujung baju sailor Len. Sebelah tangannya ia gunakan untuk melindungi kedua sapphirenya dari rambutnya yang bergerak liar dipermainkan angin.

Yang lain pun, tak jauh beda dari gadis itu. Rei, meskipun tetap berdiri tegak di tempatnya, melindungi wajahnya dengan lengannya. Rui menutup kedua iris kuningnya dan memalingkan wajahnya. Kaito mencengkram erat syal birunya agar tak terbang terbawa angin sambil memicingkan matanya. Akaito juga melakukan hal yang sama, mencengkram erat syal merahnya, tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi wajahnya. Dan Len, berdiri di depannya sambil melindungi wajahnya dengan sebelah tangan, tangannya yang lain ia rentangkan untuk melindungi kakak kembarnya.

Sesosok lelaki bertubuh tinggi muncul dari pusaran angin itu. Rambutnya yang dikucir tinggi dan berwarna ungu dipermainkan angin. Bajunya yang mirip dengan baju samurai, berkibar-kibar, menampakkan kulitnya yang putih. Kedua matanya yang semula tertutup kini terbuka, menampakkan kepingan sapphire.

"Kau…" desis Rei

"Selamat malam," sebuah seringai terbentuk di bibir tipis lelaki itu

.

.

TO BE CONTINUED

TO CHAPTER IX: BATTLE AT LUSION CITY


.

Ushishi aku akhirnya update juga… Ushishishishi bagaimana? Apakah ceritanya menarik? Garing? Aneh? Atau tidak jelas? Harapanku sih fic ini cukup menarik. Tapi kalau ternyata ga menarik, Readers boleh protes kok! Ushishishi…

Aku mau cerita dikit nih! Ketawanya Gakupo yang 'Kufufufu… Hahahahaha!' aneh ga? Kalo aneh gomen… Soalnya entah kenapa tiba-tiba aku inget sama Rokudo Mukuro yang di Katekyou Hitman Reborn! Suara ketawanya tuh 'Kufufufufufu' gitu, makanya jadi aku masukin deh ke sini! Ushishishi… padahal ga nyambung ya? Ushishishishi…

Yosh, saya ga minta banyak kok! Apalagi minta duit! Yang saya minta cuma reviewnya kok! Jadi, review ya!

.

#note#

Buat Sorane Aiwa alias Oz-chan: Tuh, udah aku update. Aku baik kan? Ushishishishi lihat? Dari awal Ratu Hyuponia memang bukan Sukone Tei, tapi Yamine Aku. Makanya, jangan ngotot. Ushishishishishishishi