.
Summary: Apa kau tahu apa yang ada di balik cermin? Ketika kau tahu, bisakah kau mengingkarinya? CHAPTER IX: BATTLE AT LUSION CITY: … Apa yang harus kulakukan? Apa yang bisa kulakukan?…
Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha Corp.
.
BEHIND THE MIRROR
.
.
Aku ingin menjadi lebih kuat!
Aku ingin menjadi lebih hebat!
Aku ingin bisa melindungi orang-orang yang kusayangi!
Aku ingin dunia melihatku!
.
Kagami Hikari Presents:
BEHIND THE MIRROR
CHAPTER IX: BATTLE AT LUSION CITY
… Apa yang harus kulakukan? Apa yang bisa kulakukan?…
.
"Kau…" desis Rei
"Selamat malam," sebuah seringai terbentuk di bibir tipis lelaki itu
"Apa maumu, Gakupo?" seru Rei
"Menurutmu apa?" seringai lelaki bernama Gakupo itu semakin lebar
Rei tidak menjawab pertanyaan lelaki berambut ungu itu. Ia malah malah merogoh saku celananya dan mengeluarkan bola kaca berwarna hitam transparan. Disusul oleh Rui yang juga mengeluarkan bola kaca yang sewarna dengan milik kembarannya. Akaito pun tak ketinggalan, ia mengeluarkan bola kaca berwarna merah transparan.
"Berhati-hatilah padanya," bisik Rei
"Kami mengerti," sahut Akaito sambil menganggukkan kepalanya
"Ternyata aku memang harus menggunakan cara kekerasan, ya?" lelaki berambut ungu itu menarik sebuah katana yang semula tersarung rapi di pinggangnya.
"Coba saja!" tantang Rei. Bola kaca di tangannya berpendar dengan warna hitam.
Gakupo melesat cepat ke arah Rei dengan katana yang terhunus. Sejenak Len menutup kedua matanya, tak sanggup melihat peristiwa yang akan terjadi.
TRANG!
Bunyi metal bertemu metal memenuhi pendengaran Len. Terkejut, Len membuka kedua matanya dan menatap dua sosok yang sedang beradu. Katana bertemu dua bilah pisau. Tampaknya di saat-saat terakhir Rei menahan katana milik Gakupo dengan dua bilah pisau yang muncul entah dari mana.
"Hebat juga kau, bocah," kata Gakupo sinis
"Jangan pernah remehkan aku!" seru Rei
Gakupo dan Rei melompat mundur bersamaan, menjauhkan senjata mereka dari satu sama lain. Tak lama kemudian, Rei berlari menerjang Gakupo dengan posisi siap bertarung. Sedangkan Gakupo sudah siap di tempatnya dengan kuda-kudanya.
"A-apa yang terjadi? Darimana pisau itu?" bisik Rin
"Lelaki itu," jawab Rui, "adalah Shadow." Rin menatap Reflectionnya dan Gakupo yang sedang mengadu katananya dengan pisau-pisau Rei secara bergantian. "Dan bola ini," Rui membuka kepalan tangannya. Terlihatlah sebuah bola kaca berukuran kecil berwarna hitam transparan, "Rei memunculkan pisaunya dengan ini."
"Bola itu!" Kaito tercekat. Pemuda berambut biru itu merogoh-rogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah bola kaca bening. "Aku juga punya!"
"Kau sudah menemukan bola kacamu? Hmm meskipun masih bening, tapi itu bagus sekali," Akaito tersenyum lebar. "Sekarang, perhatikan ini,"
Akaito menggenggam bola kacanya dan memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian cahaya merah berpendar dari bola kacanya. Cahaya itu berpendar lembut dan berdenyut-denyut lambat. Kemudian cahaya itu mulai menutupi keseluruhan tangan Akaito, denyutannya pun menjadi semakin cepat. Dan seketika menghilang begitu saja tanpa jejak, meninggalkan tangan Akaito yang tertutupi sebuah sarung tangan merah dengan detail motif api yang tampaknya terbuat dari kulit. Di bagian punggung tangannya, terdapat sebuah batu berwarna merah transparan yang indah.
"Aku menyebutnya, Guanti Ardente," Akaito mengangkat sebelah tangannya, menunjukkan sarung tangannya pada Kaito, Len, dan Rin sambil tersenyum bangga. "Kau juga pasti bisa melakukannya, Kaito!"
"A-aku?" tanya Kaito. Akaito hanya membalasnya dengan sebuah anggukan singkat
"Akaito!" panggil Rei
Refleks, semuanya menoleh ke arah sumber suara. Di sana, terlihat Gakupo yang sudah mengayunkan dua buah katana ke arah Rei. Anak lelaki berambut hitam itu terus berusaha menghindar dari serangan mematikan yang dilancarkan sang shadow berambut ungu.
"Rui, tolong ya," kata Akaito tanpa menoleh pada orang yang ia aja berbicara
"Un, takkan kubiarkan dia menyentuh Len, Rin, atau Kaito!" Rui mengangguk
"Heaaaaaaah!" Akaito berlari ke arah Gakupo dan Rei yang masih belum menghentikan gerakan mereka.
Pemuda bersyal merah itu melayangkan tinjunya tepat ke arah pelipis sang shadow. Sayangnya refleks Gakupo sangat baik. Shadow itu menunduk dan berusaha menebas paha penyerangnya. Beruntung, gerakan itu sudah diantisipasi oleh Akaito, jadi pemuda itu sudah mengambil ancang-ancang untuk melompat ke belakang saat tahu serangannya akan gagal. Jadi, bilah katana sang shadow hanya berhasil menebas udara.
Gerakan Gakupo yang sempat terhenti tak disia-siakan oleh Rei. Anak lelaki itu mengayunkan salah satu pisaunya ke bagian wajah lawannya. Sedikit saja Gakupo terlambat menyadarinya, pisau Rei pasti sudah menorehkan goresan di sepanjang wajahnya yang terbingkai helai-helai ungu.
"Sayang sekali, ya?" cibir Gakupo
"Huh!" Rei mengayunkan pisaunya membabi buta
"Rei! Hentikan!" Akaito melompat ke arah Rei, mencoba menghentikan pergerakan tangan Rei. "REI!"
Sang pemilik nama tersentak. Ia menoleh pada Akaito yang sedang memegangi kedua tangannya dari belakang. "A-akaito? Maaf," bisik Rei
"Kufufufu… Hahahahahahaha!" tawa Gakupo meledak, "Selemah ini kah, kalian?"
"Tak ada yang lucu, Shadow!" Rei berlari menerjang ke arah lelaki beriris sapphire itu. Mencoba melukai sang shadow dengan kedua bilah pisaunya. Dengan mudah, Gakupo menghindar dari serangan tiba-tiba yang dilancarkan Rei padanya.
Dari ekor matanya, Gakupo melihat Akaito sedang berlari ke arahnya sambil melayangkan tinjunya. Dengan cepat, Gakupo mengayunkan salah satu katananya ke arah bahu kiri Akaito. Gerakan yang tak diantisipasi Akaito pun meyebabkan serangan itu tak terhindarkan.
"Argh!" Akaito meringis kesakitan
"Akaito!" seru Kaito, "R-rui! Bagaimana cara menggunakan bola ini?" tanya Kaito
"Tenanglah, Kaito."
"Tapi aku harus menolongnya!" Kaito berusaha berlari ke arah reflectionnya
"Selama serangan Gakupo tak berakibat fatal, kita masih bisa menyembuhkannya." kata Rui sambil menahan Kaito
"Benarkah?" Kaito memandang Rui lekat-lekat
Rui menangguk lalu menunjukkan bola kacanya yang identik dengan milik kembarannya. Gadis itu menggenggam bola kacanya dan menutup kedua matanya. Tak lama kemudian, bola kaca itu berpendar lembut dan berdenyut-denyut, persis seperti bola kaca milik Akaito tadi. Hanya saja kali ini sinarnya berwarna kelabu, bukan merah. Sinar itu berpendar menutupi lengan gadis berambut hitam itu. Kemudian sinar itu menghilang digantikan oleh sebuah harpa berukuran kecil yang sepertinya berbahan dasar perak lengkap dengan detil-detil ukiran rumit dan sebuah batu berwarna hitam transparan.
"Orpheus' Harp," jelas Rui begitu melihat tatapan bingung dari si kembar Kagamine dan Kaito
Kembali ke tiga orang yang masih sibuk mengadu kekuatan di sisi lain. Tampaknya Akaito belum mau menyerah. Meski bahunya sempat dilukai oleh katana Gakupo, ia masih ingin terus bertarung. Rei pun sama. Meskipun sekarang di seluruh tubuhnya terlihat bekas sabetan-sabetan katana Gakupo, ia masih belum mau menyerah.
"Heh, menyerah sekarang, Rei?" cibir Gakupo
"Hah… Apa… hah… kau bilang?" balas Rei terengah-engah
"Menyerahlah." sahut Gakupo santai, "Kau juga, bocah merah,"
"Jangan pernah… hah… panggil aku… seperti… hah… itu!" seru Akaito yang juga terengah-engah
"Katanamu… hah… tak ada apa-apanya dibanding Cerberus' Claw-ku," kata Rei setelah ia berhasil mengatur nafasnya
"Apa kau bilang, bocah?" Gakupo memicingkan matanya, "Kaubilang Nasukageku tak ada apa-apanya dibanding pisau bodohmu?"
"Cerberus' Claw," Rei mengoreksi dengan tajam
"Begitukah? Fufufu…" dalam sekejap Gakupo menghilang dari pandangan Rei dan tanpa diduga muncul di belakang Akaito.
Belum sempat Akaito bergerak, Gakupo sudah menghunus katananya. "Bangunlah, Nasukage," bisik Gakupo, "bisakah kau cium bau darahnya?" lanjut shadow itu. Dengan seketika katana Gakupo berpendar dengan sinar ungu. Kemudian tanpa basa-basi, sang shadow menyabetkan katananya yang berpendar ke punggung Akaito.
"ARGH!" Akaito berteriak kesakitan. Tubuhnya terjatuh ke tanah. Darah mulai merembes dari lukanya, membasahi mantelnya yang didominasi oleh warna putih.
"Satu selesai," gumam Gakupo, "Tinggal lima lagi,"
"AKAITOOOO!" seru Kaito sambil berlari ke arah reflectionnya yang tengah bersimbah darah
"KAITOOOOO!" seru Rin
Tapi Kaito tak mendengar panggilan dari gadis berbando itu. Yang jadi tujuannya saat ini hanyalah memastikan sang reflection tetap hidup.
"Akaito! Bangun bodoh!" seru Kaito sambil membalikkan tubuh pemuda berambut merah itu.
Kedua mata Akaito tertutup, darah sudah membasahi hampir seluruh mantelnya—baik darah dari luka di bahu kirinya maupun luka di punggungnya. "Akaitoo!" seru pemuda berambut biru itu
"Wah wah, adegan yang indah sekali," ejek Gakupo yang tiba-tiba muncul di hadapan kedua pemuda bersyal itu. Nasukagenya sudah terhunus dan berpendar di kegelapan malam.
"Kau…" desis Kaito. Iris sapphirenya memancarkan kemarahan yang menggebu-gebu, tinjunya terkepal, dan giginya bergemeletuk karena menahan amarah.
"Oh, sangat mengerikan. Aku takut sekali," Gakupo berkata dengan datar
"Aku tidak akan memaafkanmu…" desis Kaito lagi. mendengarnya, Gakupo hanya menyeringai. Tapi, seringaian itu lenyap seketika saat melihat tubuh Kaito mulai dilingkupi cahaya biru yang berpendar lembut dan berdenyut. Denyutannya sangat cepat, bebeda dengan denyutan cahaya milik Akaito atau Rui dan Rei. Denyutan cahaya itu seirama dengan denyutan jantung Kaito sendiri. Ya, jantungnya memang sedang berdetak cepat karena kemarahan yang bergolak di dadanya.
"Congelamento Spada."
Tiba-tiba saja sebuah pedang berada dalam genggaman Kaito. Pedang itu tidak besar, tapi ramping dan ringan. Gagangnya yang berwarna perak dihiasi ukiran-ukiran rumit dan kepingan-kepingan kecil sapphire, bilahnya yang tipis terlihat mengilap karena memantulkan sinar bulan, dan sebuah batu berwarna biru transparan tertanam di pangkal bilah pedang itu. Kaito dengan lihai memutar-mutarkan pedangnya sambil menatap sang shadow dengan tatapan mengancam.
"A-apa?" kedua iris sapphire Gakupo terbelalak menatap adegan yang terjadi tepat di depan matanya. Ia tak pernah menduga bahwa pemuda berambut biru yang ia ketahui berasal dari luar Hyuponia itu bisa memanggil sebuah pedang dengan menggunakan bola kaca.
Tapi ekspresi kagetnya langsung hilang tergantikan oleh seringai ketika melihat ekspresi Kaito yang kaget bercampur heran. "Kita lihat, siapa yang paling pintar menggunakan pedang di sini. Aku atau kau?" desis Gakupo sebelum mulai menyerang Kaito dengan katananya.
Karena Kaito memang tidak pernah belajar bermain pedang, jujur, Kaito sangat kewalahan menghadapi Gakupo yang notabene memakai katana sehari-hari. Jadi dalam waktu sekejap Gakupo sudah berhasil melontarkan pedang Kaito jauh dari pemiliknya.
"Nah, sekarang, apa yang akan kau lakukan?" ejek Gakupo
"Lawanmu di sini, Shadow!" seru Rei sambil melemparkan salah satu dari Cerberus' Clawnya, mengincar belakang kepala lelaki berambut ungu itu. Sayangnya sang shadow bisa dengan sigap menangkap pisau berbilah hitam itu dengan sebelah tangan.
"Berani juga kau," kata lelaki itu sinis
"Tentu saja," balas Rei
Dan terjadilah adu katana melawan dua pisau.
Nasukage melawan Cerberus' Claw.
Shadow melawan Reflection.
Gakupo melawan Rei.
Sementara itu, Len, Rin, dan Rui sudah berlari menghampiri Kaito dan Akaito yang terluka. Rui dengan lembut memetik dawai-dawai harpa peraknya, memainkan sebuah lagu singkat yang secara ajaib menghentikan pendarahan yang dialami Akaito.
"Hebat…" gumam Rin
"Itu salah satu kemampuan Orpheus' Harp," Rui tersenyum padanya
Len tak berkata apa-apa, ia hanya memandangi pemuda berambut merah yang sedang terbaring di tanah dan seorang lelaki berambut ungu yang sedang bertarung dengan Rei. Ia bingung, haruskah ia ikut bertarung?
Jika ya, dengan apa ia akan bertarung? Tangan kosong? Itu tidak mungkin.
Jika tidak, untuk apa ia berada di sini? Untuk membebani Rei dan reflections lainnya? Tentu tidak, kan?
TRANG!
Lagi-lagi suara nyaring dari pertemuan antara dua metal. Len segera menoleh ke arah sumber suara. Ia tercekat. Dilihatnya Rei sedang berbaring tak berdaya di atas tanah. Tubuh reflectionnya itu sudah penuh dengan luka sabetan yang mengucurkan darah segar. Di atasnya, tampak sang shadow berdiri menjulang dengan katananya yang terhunus tepat diantara kedua mata Rei.
"Sial…" geram Rei
"Ada kata-kata terakhir?" lagi-lagi lelaki berambut ungu itu menyeringai
"Huh," Rei membuang muka
"Sombong sekali kau,"
Tiba-tiba sebuah lolongan panjang anjing terdengar membelah malam di Kota Lusion. Refleks, semua menoleh pada sumber suara. Di atas sebuah bangunan berbentuk kubus setinggi enam setengah meter, seorang pemuda tengah duduk diatas punggung seekor anjing berukuran besar. Anjing itu melolong untuk yang kedua kalinya, membuat bulu kuduk sang shadow sedikit meremang. Kemudian tanpa aba-aba, anjing yang membawa seorang pemuda itu melompat turun ke bawah. Dan, mendarat dengan mulus tanpa cedera sedikitpun. Dengan cepat pemuda yang menaiki anjing itu turun dari tempatnya dan berpijak ke tanah.
"Kak Mikuo! Rook!" seru Rin kaget
"Cih, bertambah dua," gumam Gakupo
"Grrrh…" geram Rook yang sedang dalam wujud anjingnya
"Ah, lama tak bertemu, Rook," sapa Gakupo santai
Dalam satu kedipan saja, Rook sudah merangsek ke arah sang shadow dan menjauhkan tubuhnya dari tubuh Rei yang masih terbaring di tanah. Tapi sepertinya hari itu bukanlah hari keberuntungan Rook. Karena tiba-tiba saja tubuh yang tadi diterjangnya menghilang bagai dalam hembusan angin malam yang datang tiba-tiba.
Rook, yang memiliki indra penciuman yang tajam, langsung mengendus udara untuk menemukan shadow yang ia cari. Sayang sekali, ternyata lelaki itu sudah berada di atas gedung tempat semula Rook dan Mikuo muncul.
"Nona Miku menunggu kalian semua."
Mikuo tersentak mendengar perkataan shadow itu, "Maksudmu Miku berada bersamamu?"
"Di Miriora." Lelaki gerambut ungu itu membungkuk, "Sampai jumpa lagi," Setelah itu, ia pun menghilang ditelan kegelapan malam.
.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Rook setelah kembali ke wujud manusianya
"Aku sih tidak apa-apa," jawab Rei, "tapi, Akaito…"
"Tidak apa-apa bagian mananya? Kau itu terluka Rei," sanggah Rui, tapi Rei tidak membalasnya. Pandangan anak lelaki itu jatuh pada pemuda berambut merah yang terbaring di tanah bersimbah darah. Yang lain pun sama.
"Tapi aku sudah melakukan pertolongan pertama padanya. Yang perlu kita khawatirkan hanyalah luka di punggungnya." sahut Rui
"Terima kasih, Rui." bisik Kaito
"Tak perlu berterima kasih, Kaito. Itu kan sudah tugasku," Rui tersenyum manis pada pemuda itu
"Sekarang bagaimana kalau kita kembali ke penginapan sebelum orang-orang datang kemari karena mendengar keributan di sini?" usul Rook
"Usul diterima," sahut Rei
"Ya, kita bisa melanjutkan proses pemulihannya di penginapan," Rui mengangguk setuju
"Baiklah," Kaito menggendong tubuh Akaito yang berlumuran darah kering, "ayo!"
.
Yamine Aku tengah duduk di singgasananya sambil mendengarkan laporan dari tangan kanannya, Kamui Gakupo. Kedua alisnya sedikit bertautan. Begitu banyak yang harus ia waspadai dan perhitungkan. Terutama setelah mendengar laporan Gakupo bahwa pemuda yang bernama Kaito ternyata bisa menggunakan bola kaca untuk memanggil sebuah pedang.
"Hmmm sudah kuduga tidak akan semudah itu." Yamine mengangguk-angguk, "Sekarang, lebih baik kita tunggu saja di sini. Karena pasti cepat atau lambat mereka akan datang ke sini,"
"Baik, Nona. Saya mengerti,"
.
.
TO BE CONTINUED
TO CHAPTER X: THE MOON AND THE TRIDENT
.
Gimana? Apakah adegan pertarungannya bikin bingung? Hmm aku harap sih ga bikin bingung. Abisnya jujur aja, cukup susah untuk nulisin adegan pertarungannya, apalagi chapter ini isinya full pertarungan (kecuali di bagian akhirnya). Apa feelnya dapet?
Dan kok di chapter ini Gakupo berasa kaya Rokudo Mukuro ya? Hahaha gomen... otak aku lagi kacau sih. Dan gomen juga, sebenernya chapter ini udah selesai dari awal Bulan Januari, tapi aku baru sempet nge-publish sekarang-sekarang ini. Soalnya sibuk banget sih... Hahahahaha yah begitulah...
.
Soal senjata ya? Hmm gomen kalau deskripnya kurang detail dan bikin Readers kurang bisa ngebayanginnya… Dan nama senjata-senjatanya tuh aku ngasal abis.
Sedikit pembahasan tentang senjata-senjatanya:
Kagene Rei (Cerberus' Claw) – Dua pisau berbilah hitam. Bilahnya tuh terbuat dari campuran logam, orichalcum, sama serpihan batu meteor. Gagangnya dari kulit yang dijahit pake benang perak dan emas dengan detail. Dan jahitannya tuh menceritakan tentang Cerberus, Hades, Orpheus, Eurydice, dan neraka. Di pangkal bilahnya ada batu hitam transparan yang ditempa sekaligus sama bilahnya.
Kagene Rui (Orpheus' Harp) – Harpa yang terbuatnya dari campuran emas putih dan perak. Di badan harpanya ada ukiran-ukiran yang menceritakan tentang Cerberus, Hades, Orpheus, Eurydice, dan neraka—tapi beda sama yang ada di Cerberus' Claw. Di bagian bawahnya ada batu hitam transparan yang ukurannya cukup besar. Kemampuannya bisa untuk menyembuhkan sama melindungi.
Akaito (Guanti Ardente) – Sarung tangan warna merah yang punya detail api di bucklesnya terbuat dari kulit. Di bagian punggung tangannya, ada batu warna merah transparan yang ukurannya cukup besar. Bagi yang tau Katekyou Hitman Reborn, silahkan membayangkan X Glovesnya Tsuna. Soalnya Guanti Ardente Akaito tuh terinspirasi dari sana. Namanya diambil dari kata 'blazing' atau 'berkobar' dan 'gloves' atau sarung tangan' dalam bahasa Italia. Kenapa harus Italia? Saya sendiri juga bingung. Mungkin karena lagi baca KHR kali ya?
Rook (Animatrans) – Kemampuan mengubah diri jadi binatang, dalam kasus Rook tepatnya anjing. Gabungan dari kata 'binatang' (Animal) dan 'perubahan bentuk' (Transformation) dalam bahasa Inggris.
Kamui Gakupo (Kagenasu) – Katana yang di bagian gagangnya punya batu berwarna ungu transparan. Kalau diperlukan bisa menjadi 2 katana berbeda. Gabungan dari kata 'bayangan' dan 'terong' dalam bahasa Jepang. Kenapa dalam bahasa Jepang? Soalnya Gakupo punya image samurai.
Shion Kaito (Congelamento Spada) – Pedang berbilah tipis yang di pangkalnya terdapat batu warna biru transparan. Gagangnya terbuat dari perak berukir yang ditambah dengan potongan-potongan kecil batu sapphire. Ukirannya menceritakan tentang kisah Raja Musim Dingin. Berasal dari kata 'pedang' dan 'membekukan' dalam bahasa Italia. Lagi-lagi bahasa Italia… hahaha
Untuk Len, Rin, Miku, dan Mikuo masih dirahasiakan… Ushishishishi Ngomong-ngomong untuk senjatanya Rui sama Rei tuh sengaja aku namain Orpheus dan Cerberus. Biar cocok gitu… ada chemistrynya. Ushishishishi… *grin*
.
Oh iya, satu lagi. Bagi yang ga tau hubungan Orpheus, Eurydice, Cerberus, sama Hades aku ceritain deh cerita singkatnya…
Suatu hari ada pemain harpa ulung bernama Orpheus. Orpheus punya istri cantik, bernama Eurydice. Suatu hari, Eurydice meninggal. Orpheus yang masih ingin Eurydice hidup, pergi ke gerbang neraka untuk mengambil kembali roh Eurydice dari Hades, dewa neraka. Orpheus tahu soal penjaga neraka, Cerberus, yang ganas. Tapi dia juga tahu satu-satunya cara untuk menaklukkan Cerberus, yaitu dengan musik. Jadi, Orpheus membawa harpanya dan memainkannya untuk Cerberus sampai Cerberus tertidur. Begitu penjaga neraka tertidur, Orpheus dengan cepat mengajak roh Eurydice kembali ke dunia. Dan mereka hidup bahagia.