Disc : Masashi Kishimoto ga mungkin Ochibi. Kalau Ochibi yang bikin pasti Narutonya udah say "love you too Hinata" :P

Heppi riding! *plak* (reader:sok bahasa Inggris tapi ngaco)

Iya, iya napa bawel amat! Selamat membaca ya pembaca sekalian (reader: nah gitu dong. Berbangga lah pada bahasa sendidri wahai kalian Rakyat Indonesia! Jangan mau dijajah negeri lain…bla…bla *ceramah*)

Author : *keringat dingin**kabur*

Matahari dan Bulan

Chapter 4

"Naruto-kun! " Teriak Hinata melihat wajah Naruto yang mengenaskan. Di pipi kiri Naruto yang membiru dan pipi kanannya merah bekas seperti bekas tamparan. Dan yang lebih parahnya, kedua mata biru safir Naruto berair.

"Naruto-kun, kau tidak apa-apa! " Dengan sigap Hinata mengambil sapu tangannya dan mengarahkan benda itu ke sudut bibir Naruto yang mengeluarkan darah.

"Aku tidak apa-apa kok, " Sanggah Naruto menepis tangan Hinata.

Hinata terlonjak kaget, rasa khawatir menyelimuti jiwanya karena manusia di hadapannya.

"Lalu, kenapa kau menangis? " Tanya Hinata lembut, menatap sosok di depannya.

"Menangis…? " Naruto mengangkat punggung tangannya dan menyentuh sudut matanya dan merasakan rembesan air membasahi kulitnya.

'Sejak kapan aku menangis? ' Tanya Naruto pada dirinya sendiri.

"Hanya kelilipan debu kok. " Ucap Naruto menatap gadis aneh di hadapannya lalu bergegas pergi.

"Naruto-kun, jangan pergi dulu. Ada yang ingin aku bicarakan Naru—"

"Besok saja! " Tolak Naruto yang emosinya kembali naik. Namun bukannya Hinata meninggalkannya sendiri ia malah mengejar Naruto dan menahan lengan Naruto agar tak menjauhinya.

"Tapi- "

"APA KAU TULI? AKU BILANG BESOK! " Bentak Naruto tidak bisa lagi menahan emosinya. Hinata melepas pergelangan tangan Naruto perlahan, sejak itu pula Naruto merasa bersalah karena telah menyakiti perasaan temannya lagi. Naruto memunggungi gadis berkacamata itu lalu meninggalkannya dengan rasa bersalah. Naruto tak menyadari air mata jatuh mengaliri pipi gadis itu di balik kacamatanya.

**\\(^_-)**

Hinata berjalan gontai menuju kelas IX B sekedar mengambil ranselnya kembali. Perasaannya sangat kalut karena bingung dan juga takut, takut kalau Naruto membencinya. Apa yang harus ia perbuat? Dan apa sebenarnya yang terjadi pada Naruto. Pertanyaan itu selalu berputar-putar di kepalanya.

Ketika sampai ia menemukan Kiba dan Ino masih di dalam kelas sedang membicarakan sesuatu. Hinata yang penasaran dengan pembicaraan mereka yang sepertinya membahas tentang Naruto.

"Ino, Kiba tumben sekali kalian masih di kelas. " Sapa Hinata menuju tempat duduknya lalu mengambil ranselnya yang berat ke kedua bahu mungilnya.

"Eh, Hinata. Anu, kami sedang menunggu Naruto. " Balas Ino memasang raut muka kusut.

'Naruto? Ia belum pulang? ' Tanya Hinata dalam hati.

"iya, kau belum tau ya. Tadi Naruto kabur begitu saja setelah berkelahi dengan Kiba dan denganku. " Ujar Ino merasa bersalah.

"Apa? Berkelahi dengan kalian! Memangnya ada apa? " Hinata sudah menduga Naruto berkelahi namun tak pernah menduga ia berkelahi dengan teman sekelompoknya.

"Aku tidak tau apa yang merasuki dirinya sampai menghina ku dan juga kamaru…. Karena terbawa emosi aku menamparnya dan Kiba memukulnya sampai jatuh. " Ucap Ino lirih, Kiba menunduk melihat kaki meja belajar di depannya.

Tanpa mengatakan apa-apa Hinata meninggalkan Ino dan Kiba setengah berlari. Ransel beratnya di lempar sembarang ke meja tak jauh dari tempatnya tadi.

"HINATAAA, MAU KEMANA KAU? " Teriak Ino melihat teman berambut indigo itu begitu saja tanpa permisi, padahal ia mau meminta pendapatnya. Ino menghela nafas mengetahui Hinata sudah tak terlihat lagi.

Hinata melangkahkan kakinya terburu-buru mencari sosok berambut pirang jabrik yang selalu menyita perhatiannya di kelas, di manapun Hinata berada ia selalu berharap Naruto ada di tempat yang sama dengannya walaupun hanya menatap sosok itu menyapu pandangannya sepanjang lorong sekolah dan juga mengecek setiap kelas yang berada disana tetapi tak ada dari tempat itu sosok kuning itu.

Tubuh itu sudah di banjiri keringat namun ia tak menghiraukannya ia tetap berlari dan kadang berhenti sejenak sekedar mengisi cadangan oksigen di paru-parunya. Hinata sudah mengitari seluruh gedung SMP ini namun tak terlihat sosok Naruto dimanapun.

Hinata mulai putus asa karena matahari mulai membenamkan cahayanya yang terang benderang menjadi remang keorangean. Ia memutuskan tempat pencariannya di sana. Tempat dimana Hinata pertamakali bertemu tepatnya menemukan Naruto sendiri di taman Sekolah Dasar Konoha tak jauh dari SMP Konoha. Sekali lagi kaki mungilnya berlari kecil ke tempat itu, tak lama kemudian ia menemukan sosok itu, sosok yang selalu ia cari. Sosok itu bergelayut si sebuah ayunan yang menggantung di sebuah pohon yang cukup rindang, mata biru langitnya menatap langit jingga. Menatap langit itu penuh harapan, entah apa yang ia harapkan karena menatap langit jingga itu begitu syahdu. Hinata tidak berani mengganggunya dan memutuskan hanya melihat Naruto dari jauh.

"Apa yang harus kulakukan, Kami-sama? " Ucap Naruto lirih, Suaranya bergetar seperti menahan sesuatu di hatinya. Pendengaran Hinata untungnya dapat menangkap suara itu walaupun dari kejauhan karena suasana di tempat itu sangat sepi sekecil apapun pasti akan terdengar. Hinata tersentuh ketika melihat orang yang ia cintai begitu terpuruk dan putus asa. Padahal Hinata sangat mengagumi perjuangannya yang selalu ia pamerkan kepada teman dekatnya di kelas, tetapi kenapa sekarang Naruto terlihat begitu rapuh?

Hinata yang tak tega memutuskan untuk menghiburnya. Ia pun memikirkan cara yang tepat untuk menghiburnya, dan sebuah ide gila meluncur di otaknya.

Tanpa berfikir 2 kali ia mengambil sebuah kerikil yang tak jauh dari tempatnya dan melemparkannya ke sosok itu.

PLUK!

YATTA! Seru hinata dalam Hati setelah berhasil melempar batu tepat mengenai kepala Naruto, ia langsung bersembunyi di balik papan tulis usang disana.

Naruto merasa terusik lalu berteriak "WOII! SIAPA DISANA! " Tampangnya di penuhi dengan kekesalan dan juga seram.

"Hihihi! "

Hinata terkikik cukup kencang menyerupai sosok yang cukup terkenal di dunia mistis. Naruto yang tadinya memasang garang langsung berubah drastis wajahnya langsung pucat mendengar kikikan itu.

"Ma-maaf kalau aku ganggu Ms. Kunti, tapi aku butuh tempat ini sebentar aja… " Ucap Naruto takut entah kepada siapa.

Hinata yang mendengar celotehan lucu Naruto terkikik kembali. Sepertinya Naruto yang lama muncul lagi, pikirnya. Tak pernah ia sangka Naruto adalah seorang anak yang pemberani ternyata takut dengan hal yang berbau mistis. Hinata tak bisa mengontrol dirinya untuk tidak tertawa keras dan akhirnya menyenggol papan yang menyembunyikan dirinya terjatuh.

BRAK!

Naruto melompat kaget mendengar suara itu, jangtungnya berdetak kencang sekali ketika melihat sosok di tempat suara itu berasal, ia melihat sesosok perempuan berambut panjang terduduk di sana dan tak lama kemudian menatapnya. Naruto merasa jantungnya serasa berhenti seketika.

'tapi tunggu! Mana ada setan pake kacamata? ' pikir Naruto setelah menatap sosok yang ia duga hantu itu lebih teliti.

Tak lama kemudian Naruto meringis karena menyadari ia telah dikerjai seorang kutubuku yang aneh. Tapi entah kenapa ia tak merasa kesal ataupun marah, malah kalau diingat kembali betapa takutnya ia tadi, ia malah ingin tertawa.

Tak lama kemudian Naruto menghampiri sosok berkacamata yang memata-matainya itu. Hinata takut setengah mati melihat Naruto mendekatinya. Ia takut Naruto marah karena perbuatannya.

"Jadi ini hantunya ya! " Ujar Naruto dengan nada sedikit mengancam, Hinata bergidik dan menundukan kepalanya takut. Hinata sudah bersiap-siap kepalanya akan di jitak atau apalah namun ia tak merasakan apa-apa, ia pun mengangkat kepalanya dan menemukan sosok itu di depannya sangat dekat. Naruto membungkuk wajahnya mendekati wajah Hinata yang memerah dan dengan jahilnya ia mengambil kacamata tebal Hinata.

"Hei, kembalikan kacamataku! " Hinata refleks bangun dari tempatnya tadi berusaha mengambil kacamata kesayangannya dari tangan Naruto.

"Hahaha, aku hanya mendadanimu agar kelihatan seperti hantu sungguhan kok, emang ada hantu pakai kacamata. Hahaha, " Ujar Naruto iseng. Kacamatanya kadang ia layangkan ke atas dan mengoper kacamata itu ke tangan kiri atau kanannya agar Hinata tak bisa menggapainya dan juga menyembunyikannya di balik punggungnya sehingga ia harus mundur agar kakinya tak terinjak.

"Kembalikan Naruto, aku tak bisa melihat tanpa kacamataku… " pinta Hinata dengan nada memohon, Naruto berpikir sejenak lalu membisikan sesuatu di telinga Hinata. "Ini hukumannya karena kau telah mengerjaiku. "

Wajah Hinata serasa meledak saat itu juga, dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa kaku. Wajahnya sangat merah ketika merasakan Naruto sangat dekat dengan dirinya. Jantungnya berdebar cepat sekali mengingat hembusan nafas Naruto terdengar jelas di telinganya.

"Kok diem aja? Jadi kau ga mau kacamatamu balik nih? Ya sudah aku bawa pulang ya…" Ujarnya menggoda Hinata yang tiba-tiba saja diam saja.

Hinata yang mendengar ancaman Naruto terbangun dari lamunannya tadi lalu mengejar Naruto yang sudah mulai menjauhinya "Hueeeeee, jangan di bawa, nanti aku bisa jatu—"

BRUK!

Naas memang nasib Hinata, belum juga menyelesaikan kata-katanya ia sudah terjatuh tersandung sebuah batu yang cukup besar.

"Hinata! kau tidak apa-apa? " Naruto langsung berlari menghampiri Hinata yang terjatuh dan membantunya bangun.

"Aw… " rintih Hinata melihat luka cukup besar di lututnya.

"Waaa! Kau berdarah Hinata. " Seru Naruto panik, tangannya mencoba untuk memegang kakinya tapi takut melukainya jadi hanya bergerak tak karuan di sekitar kaki Hinata.

"ngh, ti-tidak apa-apa kok Naruto-kun, Cuma luka kecil. " Ucap Hinata menahan rasa sakit di lututnya untuk menenangkan Naruto yang terlihat sangat panik. Hinata tersenyum melihat pemuda yang ia sukai mengkhawatirkannya.

"Kalau begitu sini, walau hanya luka kecil. Kau tetap tak bisa berjalan dengan luka seperti itu kan? " Naruto memunggungi Hinata, kedua tangannya bergerak dari belakang menyuruh Hinata kesana, ke punggungnya dan berpegangan ke kedua bahunya.

"Ti-tidak usah Naruto, aku masih bisa jalan kok! " Hinata berusaha bangkit tetapi gagal karena kedua lututnya terasa lemas sekali, seperti tak mau bergerak.

"Udah deh ga usah sok kuat, sini cepet! " Perintah Naruto melihat Hinata yang memaksakan diri.

Tak lama kemudian kedua tangan Hinata berpegangan pada pundak Naruto dan memejamkan matanya erat karena takut Naruto menyadari detak jantungnya yang tak karuan itu. Naruto mengaitkan tangannya pada kaki Hinata dan membawanya pergi ke ruang UKS.

Di UKS…

"Kau merasa baikan Hinata? " Tanya seorang berambut pirang tiba-tiba masuk ketika melihat suster perawat pergi dari ruang UKS.

Hinata bingung karena suara orang itu melengking seperti suara perempuan, ia menebak kalau suara itu milik Ino. Dan benar saja ketika ia menyipitkan matanya dan melihat sosok teman sekelasnya yang berkuncir kuda itu menatapnya khawatir. Rasa kecewa melintasi dirinya karena sosok yang ia harapkan menjenguknya tak datang.

"i-iya, aku sudah baikan. Ino kau belum pulang? " Tanya Hinata melirik-lirik ke balik pintu berharap sosok itu berada disana.

"Tadinya sih mau pulang tapi pas melihat kau dan Naruto berduaan di taman sana , tidak jadi deh… hhehe" Ucap Ino cengengesan, ia memang melihat Hinata dan Naruto yang terlihat mesra sekali saat di taman itu.

"Karena aku gemas melihat kalian, aku memfotomu dan mempublikasikannya ke teman sekelas lhoo, kalau Naruto baik-baik saja dan terlihat senang saat bersamamu. Lihat nih! " Ino memperlihatkan foto hasil jepretannya di depan wajah Hinata, di foto itu Hinata mengangkat tangannya berusaha mengambil kacamatanya namun Naruto mendekatkan wajahnya pada Hinata dan tersenyum jahil tangan Naruto yang menganggur mengurung sosok di depannya agar tak terjatuh. Sangat terlihat jelas pipi putih Hinata mengeluarkan semburat merah yang mempermanis dirinya di foto itu.

"Mesra sekali kan? " Ino bertanya pada sosok yang sudah tak bernyawa lagi *Bohong* karena jiwanya melayang entah kemana.

"lho! Hinata, kau kenapa? " Ino mengguncang-guncang tubuh Hinata.

-Bersambung-

Huahahaha…. Akhirnya selesai juga chapter 4.

Maaf kalau jelek, tetapi usahain untuk mereview tentang kekurangan fict ini biar Ochibi bisa benerin dan lebih semangat untuk nerusin fict ini ^_^

Ohya, makasih untuk yang Ochibi pengen membalas salah satu reviewer yang berbaik hati menanyakan 'kenapa Hinata jadi ketua kelas?'

Karena di kelas itu hanya mempunyai seorang Hinata Hyuuga, satu-satunya murid yang paling teladan dan nggak pernah neko-neko (kucing-kucing?) di sekolah. Di suruh pake dasi tiap hari, dia nurut. Pakai gesper, dia nurut. Pakai pin sekolah dia nurut. Benar-benar murid yang teladan. Hahaha! *menertawakan murid teladan* #diinjek

(NB: Author curhat, karena di sekolahnya peraturannya makin mencekik. Bayangin aja, setiap hari di suruh pake dasi! Idiiih! Ogah banget)

Okay curhatan Ochibi ga usah di masukin dalam hati nanti jadi ikutan bendel deh. Hahaha.

At least, I wanna say

"Onegaishimasu Minna-san! Klik link biru di bawah ini…..!"

(^_^)

\ \ /