Uwaaaah udah 3 tahun ochi nggak update fic ini. Banyak halangan kenapa Ochi ga update lagi. faktor utamanya sih karena malas. malas karena kehilangan semangat nulis, soalnya waktu itu Naruhina seperti hilang harapan semenjak Naruto ketemu sama Kushina dan bilang kalau kekasihnya nanti seperti dirinya(kushina) yang tentu saja Sakura adalah kandidat utamanya. semenjak itu Ochi jadi malas. karena ochi pikir NaruHina nggak bakal jadi Canon. Dan pada nov 2014 kemarin ternyata NaruHina jadi CANON. OHHH MYY GODD! Pas denger berita menggembirakan itu Ochi jinkrak2an kegirangan apalagi mereka juga film khusus NaruHina /AREYOUKIDDINGME?!.I MEAN YESSSZZ!. Pokoknya seneng banget dehh, Bolt sama Himawari juga manissszzssasdafdg *kehabisannafaskebanyakanfangirlingan.
Oke2. cukup sampai disini ochi curhatnya. sebagai permintaan maaf ochi bikin agak panjangan di chapter ini.
Disclaimer : Karakter yang ada di fic ini hasil pinjaman karakter Masashi Kishimoto sensei.
"Cie..."
"ehem! "
"ck ck ck "
"Pak guruu... ada yang sedang bermesraan di pojokan kelas pak! " Seru salah seorang yang bernama Kiba menunjuk-nunjukan tangannya ke arah Naruto yang sedang belajar bersama Hinata di pojok kelas. Belajar materi ujian yang ia belum pahami.
"Berisikk kau Kiba! " Naruto membentak Kiba yang sedang tertawa geli mendapat gertakan dari Naruto. Semburat merah muncul di pipi tan Naruto akibat godaan temannya tersebut. Sementara Hinata sendiri sudah berubah menjadi tomat sedari tadi.
'Sial kenapa aku jadi dijodohin sama Kutu buku ini sih! Tipe cewekku itu yang sexy dan bohai, B-O-H-A-I' Tegas Naruto dalam hati sambil membayangkan wanita sexy yang tubuhnya meliuk-liuk sempurna yang ada di majalah yang ada di minimarket dekat rumahnya.
'Bukannya aku tidak suka Hinata tetapi aku kira diriku ini tidak pantas untuk anak sebaik dia' Lanjut gerutu Naruto dalam hati.
Naruto, Kiba dan Ino sudah saling berbaikan. Pertengkaran yang pernah terjadi dianggap tidak pernah terjadi, lagi pula Naruto sudah menyesali perbuatannya tersebut. Untuk apa mendendam pada orang yang sudah menyesali kesalahannya pikir Kiba dan Ino. Dan kenyataan bahwa Naruto sedang mengalami masalah dalam keluarganya. Menurut gosip yang beredar di lingkungan sekolahnya bahwa orang tua Naruto akan bercerai. Mungkin alasan tersebut yang memacu Naruto menjadi berandalan. Namun berkat Hinata, Naruto bisa kembali ke sekolah
FLASH BACK
Genap seminggu setelah pertengkaran antara Naruto Kiba dan Ino terjadi, Naruto tidak pernah masuk sekolah. Hinata yang saat itu menjadi ketua kelompok mereka menjadi khawatir jika sesuatu terjadi pada Naruto. Kakashipun menugaskan Hinata untuk menjenguk Naruto bersama Ino dan Kiba, teman sekelompoknya. Hinata dengan ikhlas mengemban tugas tersebut. Kiba dan Ino pun tak keberatan sama sekali semenjak merekalah yang menyebabkan Naruto tak masuk sekolah. Kakashi memberikan alamat Naruto pada selembar kertas dan memberikan pada gadis indigo itu.
Sepulang sekolah mereka bertigapun pergi ke rumah Naruto berdasarkan alamat yang telah diberikan senseinya. Rumah Naruto ternyata tidak jauh dari Sekolah hanya membutuhkan sekitar 20 menit untuk sampai kesana. Sesampainya disana mereka menemukan rumahnya kosong penghuni tak ada seorangpun di dalamnya. Merekapun berinisiatif untuk bertanya-tanya kemana penghuni rumah itu berada kepada tetangga disekitarnya.
Hinata membelakkan matanya ketika mendengar dari tetangga Naruto bahwa orang tuanya akan bercerai, dan lebih parahnya Naruto ditinggal sendirian di rumah tersebut. Kedua orangtuanya meninggalkan rumahnya sendiri karena tidak tahan dengan keberadaan satu sama informasi tersebut Hinata, Kiba dan Ino merasa iba pada Naruto, sekarang mereka bisa mengerti mengapa Naruto menjadi bengal di kelas.
Kiba memutuskan akan menunggu kedatangan makhluk berambut kuning yang menyebalkan itu. Hinata dan Ino kedua cewek ayu ini juga tidak keberatan menunggu bersama Kiba.
1 setengah Jam lamanya sudah mereka menunggu sosok berkumis tiga itu untuk muncul tetapi sosok tersebut belum juga pulang. Karena takut orang tuanya marah karena pulang terlambat Ino izin pulang duluan pada Kiba dan Hinata.
"Hooammmhh... " Kiba menguap lebar-lebar bertanda ia sudah sangat bosan menunggu. Mataharipun mulai terbenam membuat langit menjadi orange karena cahanya yang mulai meredup di kota Konoha.
"Lebih baik kita pulang saja yuk Hinata. Sudah jam lima, nanti orang tuamu marah jika kau pulang terlalu larut. Anak bengal itu pasti menunjukan batang hidungnya besok. " Ujar Kiba mengusap air dimatanya akibat kantuk yang dialaminya.
"Baiklah, " Jawab Hinata lemas karena gagal bertemu dengan pujaan hatinya yang sedang dalam masalah.
"Sudah jangan terlalu dipikirkan. Nanti juga pasti kita bertemu anak itu kan! Jika saat itu tiba kau semangati dia dan hibur dia, mungkin dengan melakukan hal itu kau bisa merebut hatinya! " Seru Kiba mengedipkan matanya tak lupa memberi cengiran khasnya menunjukan gigi putihnya serta gigi taringnya yang tajam.
"A-apa sih, Kiba! " Sangkal Hinata dengan wajah memerah.
Kiba tertawa kecil melihat reaksi Hinata. Ternyata benar dugaannya bahwa Hinata menyukai Naruto.
"Kalau begitu kita pulang. Aku kearah sini kau kearah mana? " tanya Kiba.
"Aku kearah sana. " Hinata menunjuk arah berlawanan dengan Kiba.
"Hmm, berbeda arah ya. Atau mau aku antar dulu? " Tanya Kiba bersikap gentle.
"Ti-tidak usah! Aku bisa pulang sendiri. " Tolak Hinata melakukan gestur penolakan dengan tangannya. Ia tak mau membuat Kiba repot-repot mengantarnya.
"Baiklah kalau begitu. Sampai bertemu besok! " Kiba melambaikan tangannya pada Hinata sebagai tanda perpisahan.
Dengan langkah kecilnya Hinata pergi meninggalkan kediaman Namikaze itu. Hinata mengedarkan pandangannya di sekitar lingkungan tersebut. Tidak banyak orang lalu lalang di daerah ini kerena daerah ini adalah kompleks perumahan khusus yang kebanyakan dari penghuninya adalah orang sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk berkeliaran di sekitar rumah. Hinata menghela nafasnya panjang, ia sangat khawatir pada makhluk kuning yang ia sukai.
DUK!
Karena terlalu sibuk dengan pikirannnya Hinata tidak melihat dengan teliti menyebabkannya bertabrakan 'lagi' dengan orang lain. Bedanya kali ini ia tidak sampai jatuh hanya mundur selangkah akibat tubrukan tersebut.
Hinata membelakkan matanya. Ketika ia melihat sosok yang ditabraknya.
"Naruto... "
Narutopun juga membelakkan mata safirnya. Terkejut melihat gadis kutu buku di depannya berada dekat rumahnya.
"Hinata sedang apa kau disini? " Desis Naruto tak menyukai keberadaan sosok di depannya.
"A-aku tadi sama Kiba dan Ino menjenguk dirimu, Naruto. " Ujar Hinata gugup mengetahui keberadaannya tidak disukai.
"Menjenguk untuk apa? Aku baik-baik saja kau lihat sendiri kan? " Cecar Naruto tak bisa menghilangkan nada sinisnya.
"Lalu kenapa kau tidak masuk sekolah sudah hampir seminggu ini? " Tanya Hinata lembut bercampur dengan khawatir.
"Itu bukan urusanmu Hinata. " Naruto mengalihkan pandangannya dari Hinata. Dan berjalan pergi melangkahi Hinata.
"T-tunggu, Naru.. "
"Hoi! Ternyata disana kau anak sialan!" Teriak seorang remaja memakai seragam SMA beserta teman-temannya yang terlihat berandal menunjuk ke arah Naruto bersiap-siap mengejar mangsanya.
"Gawaaatttt! " Gerutu Naruto saat melihat sosok mengerikan tersebut. Tanpa sadar Naruto menggandeng tangan Hinata dan mengajaknya kabur dari tempat itu.
Naruto berlari sangat cepat sehingga sulit bagi Hinata untuk mengimbanginya, gadis itupun tertatih saat berlari. Ditambah lagi ia sulit berkonsentrasi karena bergandengan dengat orang yang ia sukai. Hinata mengedarkan pandangannya mencari tempat persembunyian untuk menghindari kejaran anak berandalan yang berhasil memojokan mereka ke arah taman konoha.
"Naruto- Disana! " Seru Hinata dengan nafas tersengal. Ia mengacungkan telunjuknya pada toilet wanita di taman konoha.
"APA KAU GILAA?! " Naruto menolak mentah-mentah ide Hinata. Tetapi Hinata tetap memaksa Naruto sehingga ia harus memakai kekuatannya untuk menggeret Naruto ke dalam toilet wanita.
"H-He-Heii! Aku bilang aku tidak mau! " Berusaha melepas cengkraman tangan Hinata dari lengannya.
'Sial! Aku tidak pernah tau kutu buku bisa sekuat ini. Lagipula tadi kenapa aku malah ngajak dia kabur sih?! Bodoh sekali diriku ini.' Keluh Naruto dalam hati. Akhirnya Narutopun menyerah, dan membiarkan dirinya diseret ke arah toilet wanita sesuai dengan keinginan Hinata, mengetahui tak ada tempat persembunyian yang aman.
Sesampainya disana Hinata mengecek terlebih dahulu apakah tempat itu kosong. Beruntung sekali saat itu tak ada seorangpun di dalam toilet. Hinata menarik kerah baju Naruto menuju toilet. Dengan sigap Hinata mengeluarkan suatu benda dari tasnya.
"Pakai! " Tegas Hinata memberi benda tersebut pada Naruto. Naruto mengernyitkan dahinya mulai mengerti maksud Hinata. Jadi ia disuruh menyamar, begitu?
Tidak ada pilihan lain, Naruto pun menuruti Hinata...
JRENG
JRENG
JRENG
"Hinata! Kenapa kau menyuruhku memakai daster ibu-ibu pengajian gini!?" Pekik Naruto histeris melihat dirinya terlanjur memakai daster hijau dengan hiasan bunga dan renda ngejreng ala ibu-ibu pengajian.
"Dimana anak sialan itu!? "
"Ssssstttt!" Potong Hinata mendengar suara berandalan itu semakin mendekat. Hinata memberi gestur dengan tangannya kepada Naruto agar mendekat kearahnya. Di tangan gadis itu terdapat box hitam sempat terbesit di pikiran Naruto bahwa di dalam kotak tersebut terdapat senjata tajam. Tapi tunggu itu absurd sekali jika ia memakai kostum yang ia kenakan sekarang dengan senjata tajam. Ia pun bergidik saat membayangkan ibu-ibu pengajian yang tiba-tiba menodongkan senjata tajam. Sangat-tidak-keren.
Hinatapun membuka box hitam itu yang ternyata didalamnya adalah peralatan make-up.
Naruto pun melongo melihatnya.
"Tidak! Tidak! Tidak! " Naruto menggelengkan kepalanya panik.
"Kenapa kau bawa barang seperti itu? Bukankah itu melanggar aturan sekolah?!"
"Tadi ada latihan drama aku disuruh membawa perlengkapan drama dan alat make-up. " Jawab Hinata serius.
"Aku. Tidak. Mau. Memakai. Benda. Itu. " tegas Naruto.
"Naruto-kun. Kalau kau tidak pakai ini, mereka akan langsung mengenalimu. Kalau rencana ini berhasil kau bisa pulang dengan aman sampai rumah. " Debat Hinata yang sangat mengkhawatirkan Naruto.
.
.
"Hoii! Coba cari ke arah sana! " Seru seseorang dengan lantang mengkomando temannya.
.
.
"Mereka sudah dekat, cepatlah! " Desak Hinata panik.
\(^A^)/
"Nek, Apa kau lihat bocah berambut pirang berkeliaran disekitar sini? " Tanya seorang pelajar SMA yang agak gemuk kepada seorang nenek dengan sopan.
Nenek dengan postur tubuh yang membungkuk itu menggelengkan kepalanya.
"Bego lu! Pake nanya nenek-nenek yang matanya udah rabun. " Toyor rekan pelajar gemuk itu yang terlihat eksentrik dengan rambut punknya memarahi si gemuk.
"Mau begimana lagi, bos? Si kuning itu tidak kelihatan lagi kan?" Balas pemuda gemuk itu menggaruk kepalanya yang habis di toyor.
"Sialan tuh anak. Gara-gara dia cewek yang lagi gue incer malah kabur. "
"Kenapa sih bos emangnya? " Tanya si gemuk penasaran masih belum mengetahui kenapa bosnya itu mengejar si kuning itu.
"Dia tadi fitnah gue abis ngupil pas lagi megang tangan cewek yang gue incer. " Ujar sang 'bos' membayangkan kembali ekspresi gadis pujaannya memasang muka jijik padanya sehabis mendengar pernyataan makhluk kuning sialan tersebut. Dan masih teringat jelas suara tawa puas makhluk itu setelah gadis incarannya pergi meninggalkannya.
"Bukannya si bos emang hobi ngupil sama korek kuping ya? " Celetuk pemuda gemuk itu.
"Anak cecunguk diem aja! Itu artinya gue menjaga kebersihan badan gue sendiri. Ngerti ga? " Sanggah si bos ngeles kayak bajaj.
"Tapi bos sendiri jarang banget mandi sebelum ke sekolahkan?" Ujar si gemuk makin lama semakin membuka aib sang bos.
"Berisik lu ah! " si 'bos' kembali menoyor kepala anak buahnya yang terlalu jujur.
"pokoknya gue pengen tuh anak babak belur di tangan gue ini! " si 'bos' mengacungkan jotosannya.
"Lapor Bos! tinggal toilet cewek yang belum di inspek. " Ujar seorang pemuda dengan seragam sma yang di duga merupakan bawahan bos itu.
Para berandalan itu pun berkumpul di depan toilet wanita dimana Naruto dan Hinata bersembunyi. Sang bos mengkomandokan salah satu anak buahnya yang bermuka imut seperti perempuan untuk mengecek dalam kamar mandi itu. Sang bos juga menyuruh membuka seragam sekolahnya sehingga ia hanya memakai kaus berwarna biru yang menjadi dalaman anak buahnya yang imut itu. Siapa tau dapat mengecohkan gendernya.
Walaupun berwajah seperti perempuan pemuda masih berjiwa laki-laki sehingga ia agak keberatan untuk memasuki tempat rawan tersebut. Tetapi jika ia menolak ia akan di'perkaos' gengnya sendiri. Terpaksa ia pun masuk dan memeriksa jika ada orang yang bosnya cari di dalamnya.
Beruntung nasibnya karena tak ada orang didalamnya sehingga ia tak perlu mempermalukan dirinya sendiri. Iapun masuk tanpa ragu dan melihat satu sekat kamar mandinya di kunci. Ia memberi tanda pada bosnya bahwa ada 1 orang di dalam kamar mandi.
'bos ada satu disini' Batin pemuda imut itu melancarkan telepati nya lewat gestur tangannya.
'coba cek dalamnya!' perintah sang bos membalas telepati anak buahnya.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya kencang. Menolak suruhan itu. Sang bos pun berang meninju-ninju tangannya menandakan jika ia tidak menurut ia akan dihajar.
'tapi bos' sang anak buah memelas lewat telepatinya. Namun si bos tidak luluh, malah ia melempar gestur mengintip dan menggesekkan tangan kanannya pada lehernya memberi pilihan. Intip atau mati.
Dengan sangat terpaksa pemuda imut itu memanjat dan mengintip ternyata benar dugaannya ada orang didalamnya /yaiyalahhh!/. Orang itu adalah seorang gadis berambut biru gelap, matanya membelak saat di atasnya ada kepala yang melototi dirinya.
"KYAAAAAAAAA!" Teriak gadis itu sekencang-kencangnya mengalihkan perhatian pengunjung taman tersebut.
Pemuda imut tersebut tersungkur jatuh dari panjatannya. Pantatnya yang tepos terasa sangat sakit ketika mencium lantai kamar mandi belum lagi kupingnya terasa pengang sehabis mendengarkan suara nyaring perempuan di dalam kamar mandi itu.
"Hei! Sedang apa kalian!? " Tanya galak seorang satpam yang tiba-tiba muncul di daerah toilet tersebut.
Para pasukan berandalan tersebut langsung ciut dan lari terbirit-birit tak terkecuali pemuda imut tersebut lantas lari meninggalkan TKP.
"Anak jaman sekarang kok bodoh-bodoh seperti itu sih. Mau ngintip kok malah terang-terangan gitu. " Celoteh satpam itu menggaruk kepalanya.
Gadis yang tadi berteriak tadi bersweat drop mendengar celotehan satpam itu.
"Hei anak muda, apa kau baik-baik saja disana? " tanya satpam itu pada gadis di dalam kamar mandi.
"Ti-tidak apa-apa. " balas gadis itu memakai kembali kacamatanya yang sempat ia lepas saat di kamar mandi.
"Bagus karena pemuda cemen itu sudah lari terbirit birit karena takut sama paman. Sekarang kau aman. " Ujar satpam dengan pedenya. Gadis itu kembali bersweatdrop.
"Terimakasih pak. " Balas gadis itu ramah.
Satpam itu pun kembali ke posnya meninggalkan gadis yang diam-diam tersenyum kecil.
'MISSION SUCCESS' Ujar gadis itu senang. Ya, seperti yang pembaca gadis itu adalah Hinata sang gadis pendiam dan pemalu yang sukses mengelabui sekaligus membuat panik musuhnya dengan akting payahnya.
'untung mereka tidak mengenaliku' batinnya lega.
(*o*)/
Hinata keluar dari toilet dengan perasaan lega bukan karena ia habis buang air kecil ataupun besar tetapi lega karena ia bisa melindungi dirinya dari bahaya. Mata lavendernya mencari sosok yang mengenakan daster hijau miliknya. Cukup mudah menemukan sosok tersebut karena cukup mencolok dengan warna hijau nge-jrengnya. Sosok tersebut tertunduk lesu memandang langit sendu kontras sekali dengan pakaian yang ia kenakan. Sosok itu tidak lain adalah Naruto. Hinata berjalan santai mendekati Naruto dan berhenti tepat dihadapannya. Menyadari seseorang ada didepannya ia mendongakan kepalanya melihat sosok yang mendekatinya.
"Siapa? " Tanya Naruto polos memiringkan kepalanya mengernyitkan alisnya.
"K-kau tidak mengenalku? Aku Hinata. " Jawab Hinata tak percaya Naruto tidak mengenali dirinya.
Naruto membelakan matanya. Ia memandangi gadis di depannya dari bawah sampai atas seperti mesin fotokopi. Semua yang Hinata kenakan sama seperti sebelumnya yang berbeda hanya ia mengenakan jaket manis berwarna ungu dan kupluk yang juga berwarna ungu menutupi rambutnya. Dan lagi Hinata tidak memakai kacamata tebalnya.
"Kacamatamu dimana? Lalu kenapa kau terlihat berbeda sekali? Kau pakai make-up juga ya? " Cecar Naruto masih tak percaya.
"Aku hanya pakai lipgloss dan lensa kontak. Dan..umm aku menjepit poniku " Balas Hinata ragu-ragu meraba rambutnya di balik kupluk yang ia kenakan.
Naruto pun melihat lebih teliti ke wajah Hinata. Benar ia memakai lipgloss, bibirnya terlihat lebih ranum dari sebelumnya. Matanya yang biasa tertupi poni dan kacamata kini terlihat jelas bulumatanya yang lentik terlihat jelas.
"Cantik..." Komentar Naruto terdengar masih menatap Hinata dengan intens.
Pipi Hinatapun merona saat mendengar pujian Naruto.
Hinata mengulurkan tangannya ke kepala Naruto membenarkan kerudung yang ia kenakan. "Kau juga cantik Naruto-kun. Kau juga terlihat sangat berbeda." Ujar Hinata tertawa kecil melihat hasil karyanya pada wajah Naruto yang sangat menor. Naruto terlihat sangat konyol dengan lipstik merah pekat dan bedak tebal yang sedang dikenakannya.
'arrgh! aku seharusnya marah tetapi melihat wajah manisnya aku jadi tidak bisa.' Ujar Naruto dalam hati masih terpesona dengan sosok gadis didepannya. Ia mendekap dadanya yang tiba-tiba berdebar.
'ini pasti gara-gara habis kejar-kejaran tadi. ' memang tadi aksi kejar-kejarannya menguras adrenalin di tubuhnya.
"Hinata..." Panggil Naruto lembut.
"A-apa? " Balas Hinata tiba-tiba gugup melihat ekspresi Naruto yang serius.
.
.
.
"Aku..."
"ya...?"
"Aku tidak tahan lagi! Aku ingin lepas baju dan kerudung serta make-up sialan ini. Arrrrgggh...Gatalllll! " Gerutu Naruto dengan Histeris ia mencengkram kerudung yang ia kenakan ingin sekali ia mencopotnya namun dengan sigap Hinata mencegah hal itu terjadi.
"Eh! Jangan dicopot Naruto-kun nanti ketahuan berandalan itu lagi, bagaimana? " Seru Hinata menahan tangan Naruto dari kerudungnya.
"Tidak mau aku tidak mau semua ini. Arrrghh... Harga diriku mau dikemanakan? " Ujar meratapi dirinya sendiri.
"Sabar... Sabar... nanti pulang bisa dicopot semua kok. Ayo aku antar pulang. " Hibur Hinata yang menjadi iba melihat Naruto.
"Jangan perlakukan aku seperti nenekmu! " Balas Naruto galak. Hinata malah tertawa melihat kegalakan Naruto. Dengan make-up menornya Naruto sama sekali tidak menyeramkan.
Disepanjang perjalanan Naruto maupun Hinata tak mengucapkan sepatah katapun. Mereka melewati kedai nasi goreng, Hinata berhenti sejenak lalu ia menyuruhnya Naruto untuk menunggunya sebentar. Tak berapa lama kemudian Hinata membawa dua bungkus plastik yang satunya ia sodorkan kepada Naruto.
"Untuk makan malammu." Ucap Hinata penuh perhatian.
"Ini untuk-ku?" Tanya Naruto melihat plastik yang ia sodorkan.
Hinata mengangguk, meng-iyakan. "Anggap saja permintaan maaf telah membuat Naruto-kun seperti itu. "
"Heeee... bukannya aku ya yang seharusnya berterimakasih. " Ujar Naruto cemberut dengan bibirnya yang merah pekat dan mata yang disipitkan.
"Baiklah terimakasih. " Ceplos Naruto memasang senyum sok ikhlas meluruskan bibir merah merekahnya yang tadi sempat mengkerucut sambil menerima pemberian Hinata dengan ikhlas.
"Pfftth! Haha...ha...pfft" Hinata yang melihat perubahan ekspresi Naruto langsung mendekap mulutnya agar tidak tertawa. Dari sisi manapun ia melihat Naruto ia tetap terlihat sangat konyol. Hinatapun masih bingung kenapa ia bisa sesantai ini terhadap Naruto. Mungkin karena kostum yang ia kenakan sekarang sehingga membuatnya tidak merasakan keberadaan Naruto.
Naruto langsung blushing ditertawakan oleh gadis di depannya. Iapun berniat balas dendam. Naruto memegang kepala Hinata dengan kedua tangannya sehingga gadis itu tidak bisa menggerakkan kepalanya. Ia pun melancarkan serangannya. Ia mencium jidat dan pipi kanan dan kirinya masing-masing dua kali.
Yup, total ciuman yang ia lancarkan sebanyak 5 kali. Jelas sekali Hinata kalah telak, ia terduduk lemas di lantai. Wajahnya di penuhi dengan bekas ceplakan bibir berwarna merah. Dengan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus dan ceplakan bibirnya Hinata tak kalah terlihat konyolnya dibanding Naruto.
"Hahahaha, sekarang impas. " Seru Naruto tertawa puas. Tidak menyadari tindakannya barusan itu keterlaluan. Keterlaluan telaknya bagi Hinata.
Setelah dua menit Hinata masih tak bergeming. Pemuda yang menyebabkan keadaan gadis kutubuku itu tak bergeming itupun merasa bersalah. Ia mengambil inisiatif untuk menghapus ceplakan bibirnya pada wajah Hinata. Tadinya Naruto ingin menghapusnya dengan baju yang ia kenakan tetapi mengingat baju yang ia pakai bukan miliknya, ia pun mengurungkan niatnya. Ia menggunakan telapak tangannya untuk menghapus.
Dengan lembut Naruto mengusapkan tangannya ke kening Hinata dan turun menuju pipi kanannya. "Gomen. " Ucap Naruto.
Hinata akhirnya sadar dari shocknya dan menemukan tangan asing menempel di pipinya.
'A-apa yang ia lakukan? Apa ia belum puas membalas dendamnya? ' batin Hinata menjerit. Matanya tak bisa melepas pandangannya. Naruto tersenyum lembut padanya, walaupun dengan make-up konyolnya Naruto tetap terlihat tampan di mata Hinata.
"Terimakasih, Hinata. Kau sangat baik. " Ujar Naruto pelan selesai menghapus noda lipstik di wajah Hinata.
"Kau rela berteriak kencang demi aku. Hahaha kalau diingat lagi. Tadi itu lucu sekali. " Lanjut Naruto cengengesan.
"Hari sudah sore, Daerah ini sepi jadi sebaiknya kau pulang sebelum gelap. Kostum konyol ini akan kukembalikan besok di sekolah. " Ujar Naruto sambil memandang langit yang jingga. Entah kenapa waktu berlalu dengan cepat.
"Kau perlu diantar kerumahmu dulu? "
Hinata menggelengkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu aku pulang duluan. Hati-hati dijalan. "
"T-tunggu. Jadi... Besok kau akan masuk sekolah? " Tanya Hinata tak percaya, ia berhasil membuatnya pergi ke sekolah tanpa harus membujuknya.
"Hn..." Jawab Naruto singkat ia melambaikan tangannya tanda perpisahan.
Hari ini langit jingga terlihat sangat indah ya. Batin Hinata dalam hati.
TBC
Okay TBC itu artinya : to be continued yang artinya belum tamat. Yosh!
Makasih buat yang udah review fic ochi yang abal ini. ^_^v Ochi seneng banget dapet review. Jadi jangan pernah bosan ninggalin review nya yaa...!