Nyiaaaaa Mecha bikin fic baru… mohon reviewnya senpai semua!. Fic ini ku persembahkan buat senpai-senpai yang udah baca & ngereview fic Mecha-chan yang Uzumaki-Namikaze Naruto. Review fic ini juga ya…

Desclaimer : Masashi kishimoto

Pairing : SasuNaru

Rate : T

Genre : Hurt/comfort, family

Summary : Naruto berusaha mengembalikan keadaan kota Konoha yang rusak parah dan hamper hancur. Berhasilkah dia?

Warning : OOC, AU, YAOI, TYPO, HANCUR DLL. Menerima FLAME karena saya juga ingin mengeflame fic ini.

_^_^_V^_^V_^_^_

Konoha, 22 oktober 2079

Naruto POV

Huuh, hari ini aku bingung sekali. Hari ini adalah hari pelantikanku untuk menjadi hokage ke-13 tapi, kenapa aku merasa seperti ini? Kenapa aku malah berpikiran untuk menolak jabatan yang sudah ku impikan sejak lama itu?

Kenapa? Padahal waktu kecil aku sangat memimpikannya? Kenapa sekarang?

Lebih baik ku suruh saja si Sasuke-teme yang menggantikanku menjadi hokage. Kalau dia tidak mau, masih banyak yang bisa. Ada shikamaru dan Neji juga kan?

"NARUTO!" Aku mendengar suara seseorang memanggilku. Segera saja ku dongakkan kepalaku untuk melihat siapa yang sudah merusak acara melamunku.

Dari kejauhan ku lihat banyak orang yang berlari ke arahku. Ada sekitar 12 orang. Aku tahu, itu pasti teman-temanku yang akan menyeretku ke acara pelantikan.

End Naruto POV

Normal POV

"Naruto! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya gadis berambut pink kepada seorang pemuda berambut pirang dan bermata sapphire yang sedang duduk di bangku taman yang bernama Naruto.

"Sakura-chan? Teman-teman? Ada apa?" tanya si bocah pirang a.k.a. Naruto.

"baka! Apanya yang ada apa? Kau ini calon hokage! Kenapa kelakuanmu seperti ini hah!" kata seorang gadis berambung pirang pucat di kuncir tinggi sambil menjitak kepala Naruto.

"ittai! Ino-chan! Kenapa menjitakku! Kau dan si Sasuke-teme sama saja!"

"Naruto," tiba-tiba saja keributan di taman yang diciptakan oleh Naruto dan teman-temannya dihentikan oleh sebuah suara berwibawa.

Saat Naruto dan kawan-kawannya berbalik, mereka hanya bisa terbelalak kaget.

"Ko-Konohamaru-sama!" teriak mereka semua kompak. Bagaimana tidak? Apa yang akan kau lakukan jika melihat seorang mantan pemimpin desa berada di depanmu? Konohamaru, si hokage ke-9.

Orang yang mereka panggil Konohamaru-sama itu hanya bisa tersenyum simpul. Pria berumur sekitar 79 tahunan itu hanya bisa tersenyum. Mukanya penuh keriput. Rambut juga jubahnya yang berwarna putih melambai-lambai terkena angin.

"Konohamaru-sama!" orang-orang yang sedari tadi berada di sekitar taman langsung menuju tempat sang mantan hokage berdiri.

Konohamaru lalu duduk di rerumputan di taman itu diikuti semua orang yang ada di situ.

Mereka semua penasaran, apa gerangan yang membuat sang mantan hokage mau turun dari rumah peristirahatannya di bukit hari ini.

Padahal, sebelumnya tidak ada yang bisa membujuk sang hokage untuk keluar dari tempat peristirahatannya, bahkan gempa dan tanah longsor sekalipun.

"kau yang bernama Uzumaki Naruto?" Tanya Konohamaru pada Naruto yang duduk di hadapannya.

"ya, hokage-sama." Jawab Naruto sambil menundukkan kepalanya.

"he…he…he…" Konohamaru terkekeh-kekeh sehingga membuat bingung semua orang "Konohamaru-sama?" kali ini yang berbicara adalah seorang pemuda dengan rambut coklat panjang, Neji.

Mendengar panggilan dari Neji, Konohamaru makin terkekeh sampai terbatuk pelan. Setelah berhasil meredakan batuknya, dia mulai mengatakan hal yang semakin membuat bingung orang-orang.

"lama tidak bertemu, rookie 13. Tidak ku sangka, kalian yang dulu selalu memanggilku gaki sekarang menjadi cucu-cucuku"

"apa maksud anda, hokage sama?" Tanya Naruto.

"itu tidak penting. Kau calon hokage ke 13?" Tanya Konohamaru lagi. Naruto lalu mengangguk "ah, akhirnya ketemu." Katanya lagi.

"hai nak, apa yang membuatmu ragu saat ini?" Tanya Konohamaru pada Naruto, seakan-akan dia tahu kalau Naruto sedang di landa kebingungan besar.

"aku tidak tahu" kata Naruto sambil menunduk "aku merasa tidak pantas menjadi hokage. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk Konoha." Sambungnya.

"he…he… kata-katamu itu mengingatkanku padanya," kata Konohamaru

"dia? Siapa?" tanya warga Konoha yang sedari tadi ikut mendengarkan perkataan sang Hokage.

"dia… hokage ke 7, Namikaze Naruto…" Konohamaru memandang warga Konoha "kalian pasti pernah mendengar kisahnya kan?"

"ya, hokage ke 7 adalah hokage yang paling berjasa bagi konoha. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk Konoha." Kata gadis bercepol.

"kalian hanya mengetahui sebatas itu kan?" semua diam.

"hanya itu yang tertulis di buku sejarah Konoha di perpustakaan. Selebihnya tidak ada lagi informasi mengenai hokage ke 7." Kata pemuda dengan rambut bob, Rock Lee.

"kami hanya tahu kalau hokage ke 7 itu adalah hokage terhebat sepanjang sejarah Konoha dari buku dan para tetua Konoha" kata Shikamaru sambil menguap lebar. "ck, mendokusei…"

"jelas saja, semua buku tentang Hokage ke 7 sudah lama ku simpan di perpustakaan rumahku" kata Konohamaru santai sambil tersenyum.

"APA!" koor semuanya.

"sekarang aku akan menceritakan tentangnya. Sudah saatnya kalian dan dunia harus tahu bagaimana perjuangan sang Hokage."

Konohamaru menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dia memandang ke sekelilingnya.

Rupanya, orang yang berkumpul lebih banyak dari yang tadi. Banyak orang-orang yang baru datang duduk di sekitar mereka.

Sepertinya orang-orang itu adalah warga Konoha yang sebelumnya ingin menghadiri acara pelantikan Naruto. Dapat terlihat dari pakaian resmi yang mereka kenakan.

Konohamaru juga sampai melihat Kakashi Hatake, sang Hokage ke12 yang datang bersama seluruh anggota anbu, prajurit pertahanan Konoha yang akan di kerahkannya untuk menyeret Naruto seandainya dia tidak melihat ada Konohamauru di situ.

"kisah ini berawal dari 69 tahun yang lalu…"

_^_^_V^_^V_^_^_

Konoha, 10 oktober 2010

Naruto POV

Hari ini, seperti biasa aku terbangun pagi-pagi sekali. Aku melirik jam yang berada di samping tempat tidurku. 04.16, itu yang tertulis pada jam digital itu.

Aku segera bangun dan duduk di tempat tidurku. Aku memandangi tempat tidur yang kujadikan tempat dudukku. Tempat tidur ini sangat sederhana. Ukurannya sangat kecil, sebenarnya hanya pas untuk ukuran bocah 10 tahun. Jangan bercanda! Umurku sudah 17 tahun.

Aklu lalu memandangi kamarku. Kamar sederhana yang bisa terbilang sangat kecil.

Aku tahu tempat ini tidak cukup untukku. Tapi, mau bagaimana lagi? Di tempat ini, dan waktu yang sekarang ini, kamar yang juga kujadikan rumah ini sudah sangat mewah. Kenapa demikian? Karena takdirlah jawabannya.

Aku melangkahkan kakiku kearah jendela kecil yang berada di ruangan ini. Mataku menerawang ke luar jendela.

7 tahun. Ya, 7 tahun lalu, saat aku memandang ke luar jendela kamarku, yang aku dapati pasti adalah pemandangan kota pagi yang indah, dengan cicitan burung yang mengawali hari, dan orang-orang desa yang akan tersenyum padaku.

Tapi kini…

Apa yang kuharapkan kini?

Saat melihat ke luar, yang ada hanya pemandangan desa yang suram. Tidak ada senyum warga desa, tidak ada cicitan burung,

tidak ada harapan…

Aku tersenyum miris mengenang kejadian itu. Kejadian 7 tahun lalu saat aku masih bisa tersenyum bersama warga Konoha.

Flashback

Saat itu, seorang bocah berumur 10 tahun, sedang memandang ke luar jendela. Dia bisa melihat orang-orang desa yang saling bercanda di luar sana. Dia tersenyum senang melihat semua itu.

Saat dia sedang memperhatikan pemandangan desa, bocah itu melihat tiga orang yang sangat di sayanginya sedang berbicara dengan para warga desa.

Tiga orang itu adalah tiga orang kebanggan desa. Mereka bertiga adalah pemimpin dari tiga generasi konoha. Kakek Sarutobi, si hokage ke-tiga yang sangat berwibawa, Tsunade, hokage ke-empat yang sangat kuat, dan Minato, hokage ke-lima yang ramah serta baik hati, orang yang paling di sayanginya, ayahnya sendiri.

Bocah itu tersenyum melihat betapa akrabnya ketiga pemimpin desa itu pada rakyatnya. Saat sedang asyik memandangi, tiba-tiba saja Minato, ayahnya bebalik dan melihatnya. Dia lalu melihat ayahnya memanggilnya. Dengan itu, dia segera berlari keluar untuk menemui ayahnya.

Saat sampai di luar, dia hanya bisa heran melihat ayahnya, serta hokage ke-tiga dan empat yang sudah duduk di bawah pohon besar di desa Itu sambil di kelilingi banyak sekali warga desa.

Minato langsung tersenyum begitu melihat anaknya sudah sampai. Dia segera member isyarat agar sang anak mendekat padanya. Begitu sudah dekat, dia segera menarik anaknya, Naruto untuk duduk di pangkuannya.

"Naruto, kau tahu kenapa kau kami panggil ke mari?" tanya Minato lembut pada anaknya. Naruto menggeleng. Melihat itu, semua orang dewasa yang ada di sana tersenyum lembut.

"Dengar nak, kau tahu kan kalau kami bertiga ini adalah hokage?" kali ini Sarutobi yang berbicara. Naruto mengangguk.

"dengar gaki, kau adalah calon hokage selanjutnya." kata Tsunade. Perkataan Tsunade ini membuat Naruto dan anak-anak di sana terkejut. Para orang dewasa hanya bisa tersenyum ketika banyak suara seperti

"Hah? Naruto calon hokage? Dia akan mengubah konoha jadi desa orange!" kata seorang bocah 10 tahun yang memiliki tato segitiga merah terbalik di pipinya. Anjing kecil miliknya ikut menyalak seakan mengiyakan perkataan sang majkan.

"Tidak, si dobe ini akan menjadikan makanan pokok di konoha adalah ramen." Kata bocah lainnya yang berambut raven.

Mendengar ini, semua orang yang ada di sana tertawa, sementara Naruto menunduk malu 'Sasuke! Awas kau! Akan ku bakar rambut pantat ayammu itu!' kata Naruto dalam hati.

"ya, kalau itu sampai terjadi, untung bagi kedai paman Teuchi kan?" kata seorang bocah gendut, Chouji. Semua orang kembali tertawa.

"Kenapa harus aku, tou-san?" Naruto bertanya pada ayahnya.

"Kenapa Naru-chan? Bukankah kau dari kecil selalu bilang ingin jadi hokage yang hebat, bahkan lebih hebat dari tousan, baachan dan jiisamu?" Tanya Minato.

"Uun, aku tahu, tapi…"

"Mungkin naruto takut kalau yang dikatakan Kiba-kun dan Sasuke-kun tadi akan jadi kenyataan?" kata seorang Gadis berambut merah muda panjang. Orang-orang kembali tertawa lagi.

"Bukan begitu," perkataan dari Naruto ini sukses menghentikan tawa orang-orang di sekitarnya "Apa aku pantas?" kata Naruto sambil menunduk.

"Kau kenapa,nak?" Tanya Sarutobi.

"Aku, apa aku sanggup? Apa aku pantas? Masih banyak yang lainnya kan? Sarutobi jiichan, Tsunade baachan dan Tousan sudah membangun Konoha susah payah. Lalu aku? Apa yang bisa kulakukan agar aku bisa menjadi hokage yang hebat seperti kalian? Apa yang harus ku perbuat agar aku bisa lebih hebat dari kalian dan pantas dikenang sebagai hokage konoha?" Tanya Naruto.

"Naruto, apa yang kau tahu tentang Hokage?" kata pria dewasa yang sejak tadi berdiri diam sambil bersandar di pohon. Naruto mengenalinya. Dia adalah Uchihha Fugaku, ayah dari teman baiknya, Sasuke.

Semua orang diam, menanti jawaban dari bibir kecil Naruto.

"Hokage…" Naruto menelan ludahnya "Hokage adalah orang yang memimpin desa, dan orang yang akan melindungi desa?" jawab Naruto.

"Bukan itu yang Tousanku maksud,Naruto" kata Itachi. Itachi adalah seorang remaja pria yang selalu bersikap dewasa. Dia adalah kakak Sasuke "jawabanmu tadi adalah yang kau dapat dari akademi kan?"

Naruto mengangguk.

"kalau menurutmmu sendiri Naruto? Apa itu hokage dan apa pentingnya hokage bagimu?" kali ini yang berbicara adalah seorang pria tanpa pupil yang dikenali Naruto sebagai Hyuuga Hiashi, ayah dari Hyuuga Hinata temannya.

"uum… bagiku,hokage dalah impianku" semua diam menanti kelanjutan kalimat Naruto.

"menurutku, hokage bukan hanya orang yang akan memimpin desa dan melindungi desa. Hokage adalah orang yang akan selalui berada bersama rakyatnya, baik saat senang maupun susah, dan melakukan apapun agar rakyatnya behagia. Tidak peduli kesalamatannya sendiri, asal rakyatnya bahagia, seorang Hokage pasti akan tersenyum"

"lalu?" kali ini yang berbicara adalah seorang pria bertubuh besar. Dia adalah Choza Akimichi, ayah dari Chouji Akimichi, teman sebaya Naruto juga.

"menjadi hokage bagiku sangat penting, karena dengan begitu, aku bisa di kenali semua orang dan di sayang warga Konoha, juga bisa membuat Tousan bangga padaku, karena bila aku menjadi hokage, aku akan melakukan apapun yang terbaik yang bisa kulakukan agar semua orang tetap bisa tersenyum seperti saat ini" Naruto mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk dan menatap semua warga desa Konoha yang sedang tersenyum.

Minato tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap anaknya yang duduk di pangkuannya itu dengan tatapan bangga.

'lihatlah Kushina, betapa hebat anakmu ini' kata Minato dalam hati sambil menatap langit

"Kalau begitu, apa yang membuatmu ragu untuk jadi hokage selanjutnya Naruto?" kata Tsunade masih dengan senyum lembutnya. Mendengar ini, senyuman di wajah Naruto menghilang dan dia kembali menunduk lesu.

"aku… aku tidak pantas." Kata Naruto yang sukses menghentikan senyum semua orang.

"aku sama sekali tidk pantas. Seorang hokage itu harus seperti Shikamaru yang jenius, agar bisa memikirkan jalan dan strategi terbaik untuk memajukan Konoha," Shikamaru yang sejak tadi hanya tertidur di pangkuan ayahya, langsung terbangun mendengar namanya disebut.

"Seorang hokage juga harus tegas seperti Neji-nii agar bisa melindungi Konoha" Neji yang sedari tadi diam saja langsung menatap Naruto tajam.

"sifat Shikamaru yang pemalas dan Neji yang dingin tidak akan bisa memimpin desa dengan baik, Gaki!" Kata Tsunade.

"tapi, kedua sifat itu ada pada Sasuke kan?" semua langsung kaget mendengar nada suara Naruto yang meninggi.

"Sasuke! Dia pintar, dia bisa memikirkan bagaimana nasib Konoha selanjutnya. Dia juga tegas, dia bisa melindungi semuanya. Daripada aku? Aku tidak bisa apa-apa. Walaupun aku bilang akan menjadi hokage yang hebat, nyatanya aku tidak bisa apa-apa. Aku bodoh dan terlalu lemah, aku sama sekal itidak berbakat" kata Naruto.

Semuanya tersenyum maklum mendengar jawaban Naruto. Mereka semua memandang penuh rasa sayang pada Naruto saat melihat bocah itu mulai menangis.

'beruntung sekali warga Konoha ini kalau ada hokage yang akan menangis demi rakyatnya seperti dia' batin semua orang.

"hiks…ak-aku hiks… aku hanya tidak mau semuanya kecewa hiks…" Naruto mengusap air matanya dengan punggung tangannya. "aku… aku hanya ma-ittai!" perkataan Naruto sukses terpotong karena Sasuke tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya dan menjitak kepalanya keras.

"baka dobe!" kata Sasuke

"nani? Baka teme!" balas Naruto

"mo~ naruto. Hokage itu tidak harus pintar." Kata Shikamaru lalu kembali tidur.

"apa salahnya hokage yang lemah lembut?" kata Neji.

"oi dobe! Jangan hanya melihat dari sudut pandangmu saja! Ada apa denganmu? Kemana perginya semangatmu itu? Apa sudah kau jual ke pasar?" kata Sasuke

"Sasuke?"

"hn?"

"kau bisa bicara sepanjang itu?" kali ini Naruto mendapatkan satu jitakkan lagi di kepalanya. "ittai! Baka teme! Apa yang kau lakukan!"

Semua hanya tersenyum maklum akan keakraban kedua bocah itu.

"menyadarkanmu dobe." Kata sasuke datar. Dia lalu bangkit berdiri dan berjalan kearah kakak dan ayahnya "kalau aku yang jadi hokage, akan ku bunuh semua yang tidak sependapat denganku" katanya lagi tanpa berbalik.

"na-naruto-kun… jang…an khawatir! A-aku dan tema-teman-teman semua… mendukung naruto-kun" kata hinata pelan.

"Nah, kau dengar kan sayang? Kau akan jadi hokage yang hebat suatu saat nanti." Kata Minato yakin sambil menepuk kepala Naruto pelan dan mengacak-acak helaian pirangnya.

"nah, Naruto, ini!" Minato menyerahkan sebuah kalung dengan tali berwarna hitam sederhana. Walaupun dari tali biasa, permata kalung itu sangat indah. Permatanya berbentuk Kristal memanjang dengan warna biru muda dan sangat memukau.

"i-ini… untukku?" Naruto mengambil kalung itu.

"ya. Kau tahu Naruto? Jabatan hokage bisa di dapat dengan usaha keras, tapi bisa juga dengan warisan dari Hokage sebelumnya." Kata seorang pria berkuncir di samping Minato. Dia adalah Nara Shikaku, ayah Shikamaru.

"huh?" naruto menatap pria dewasa itu dengan pandangan polos khas anak-anaknya.

"dengar sayang, hokage pertama desa ini adalah Hashirama Senju-sama. Saat dia meninggal, dia menyerahkan jabatannya kepada hokage ke 2 yang merupakan teman seperjuangannya dalam membangun desa konoha ini." Terang Minato.

"lalu, Hokage ke 2 mewariskan jabatannya pada muridnya yang sangat di percayainya, yaitu Sarutobi jiichanmu ini." Kata Sarutobi sambil terkekeh melihat Naruto melebarkan matanya.

"ya,lalu Sarutobi sensei mewariskan jabatannya kepadaku, Gaki. Kau tahu kan kalau aku adalah muridnya?" kali ini Tsunadelah yang bicara "lalu, aku menyerahkan jabatan itu pada ayahmu. Dia adalah murid dari suamiku, Jiraya. Aku sangat percaya padanya." Lanjutnya.

Kali ini Naruto mendongak unutk menatap ayahnya.

"ya, dan kini jabatan itu kuwariskan padamu sayang. Kau akan ku biarkan memimpin Konoha saat kau besar nanti. Kalung yang kau pegang itu, adalah bukti bahwa kau adalah Hokage selanjutnya." Naruto memandangi kalung yang berada dalam genggamannya.

"kalung itu adalah milik Hashirama senju-sama yang turun-temurun di wariskan kepada para Hokage Konoha. Simpan baik-baik kalung itu Gaki, simpan sampai kau bisa menemukan orang yang tepat untuk kau serahkan kalung itu sekaligus tanggung jawabmu sebagai Hokage" kata Tsunade lagi.

Semua akhirnya tersenyum saat melihat calon Hokage masa depan mereka tersenyum.

End of flashback

Normal pov

Dengan itu, berakhir pula pembicaraan mereka pada hari yang menyenangkan itu. Senyum kerinduan terlukis di bibir naruto.

'tousan… baachan… jiisan…' naruto menyebut nama ke tiga orang yang sangat berarti baginya itu sambil menggenggam kalung Kristal yang menyembul dari kaos putih polos yang dikenakannya.

Kembali ingatannya melayang pada peristiwa 5 tahun lalu. 5 tahun yang sudah merenggut senyum di bibirnya juga dari bibir semua warga Konoha.

Flashback

Hari itu, naruto yang baru berumur 12 tahun sedang bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Sebenarnya, bukan bermain.

Mereka sedang mejawab soal-soal yang di berikan oleh Sasuke dan Shikamaru. Intinya, mereka sedang belajar. Tapi kenapa mereka menyebut ini bermain?

Sebenarnya ini adalah akal-akalan Sasuke dan Shikamaru. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pemerintahan desa.

Kalau ada yang bisa menjawab, si duo jenius itu berjanji akan mentraktir ramen. Tentu saja yang paling semangat adalah Naruto. Dia sampai pergi ke perpustakaan desa dan membaca buku yang tebalnya sampai 12 cm hanya untuk belajar.

Sasuke dan Shikamaru hanya menyeringai senang. Rencana mereka untuk membuat sang calon hokage belajar ternyata tidak sia-sia.

Sejak dua tahun lalu, memang Naruto sudah di bimbing untuk menjadi hokage yang baik oleh orang-orang desa. Ada yang mengajarinya tentang pertahanan desa, ekonomi penduduk, bahkan sampai memasak sekalipun.

"yaaiii! Nah teme, jawabanku benar lagi! Kau harus mentraktirku!" kata Naruto dengan wajah sumringah.

"ya.. ya… baiklah… tapi jangan banyak-banyak dobe, satu mankuk sa-"

"NARUTO!" perkataan Sasuke sukses terpotong oleh sebuah teriakkan dari arah belakang mereka. Naruto dan teman-temannya segera menoleh.

"ah! Iruka-sensei!" seru Naruto gembira. "ada apa Iruka-sensei?"

"Naruto… Minato-sama…" kata-lata iruka menggantung. Dia segera menunduk, seperti tidak sanggup mengatakan apa yang seharusnya disampaikannya pada ocah pirang di depannya yang Nampak sangat bahagia.

"Tou-san sudah pulang? Horeee! Malam ini tou-san jadi bisa memasakkan ramen buatku! Padahal baru seminggu, tapi rasanya aku sudah lama tidak memakan masakan Tousan."

Mendengar ucapan Naruto, Iruka semakin menundukkan kepalanya. Minato memang sudah pergi ke Sunagakure, desa yang bertetanggan dengan mereka selama seminggu untuk menjalankan kerjasama dengan desa itu.

"ada apa?" Sasuke yang bingung dengan sikap Iruka langsung bertanya.

"Naruto… Minato-sama…" kata-kata yang didengar Naruto dan kawan-kawannyamembuat mereka terhenyak. Bahkan Naruto berharap bahwa hari itu tidak pernah terjadi. Hari di mana dia terakhir kali melihat senyum ayahnya seminggu lalu.

'Naruto, kau pasti akan menjadi hokage yang sangat hebat. Tou-san yakin kau akan bisa melewati tou-san. Kau berusaha ya. Tou-san tahu kau anak yang kuat.'

'Naruto… Minato-sama… tewas di bunuh saat dalam perjalanan pulang ke Konoha…'

End of flashback

Tok… tok… tok…

Terdengar ketukan pelan di pintu yang membuat Naruto menolehkan kepalanya dari pemandangan yang dilihatnya di jendela sejak tadi.

Naruto lalu melirik jam digital di mejanya. 05.25 rupanya sudah cukup lama juga dia berdiri diam di dekat jendela.

Tok… tok… tok…

Ketukan di pintu terdengar lagi. Naruto langsung berjalan kearah pintu kamarnya. Dia lalu menarik kenop pintunya.

Ckleekk

Saat pintu itu terbuka, Naruto melihat seorang pria bertubuh tegap nan tampan dengan mata onyx yang tajam dan rambut ravennya.

"sudah siap dobe?" Tanya orang itu.

"ya, tentu saja. Aku sudah lama menantikan hari ini." Kata Naruto pada orang yang berada di depannya sambil tersenyum.

"aku harap, setelah ini, semua akan lebih baik." Kata orang yang berada di depan Naruto.

"ya, semoga saja, Sasuke." Kata Naruto. Orang yang dipanggil Sasuke itu lalu memandang Naruto.

"Teme?" kata Naruto sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Sasuke.

"jangan…" kata Sasuke lirih "eh?" naruto menjawab bingung. Dia sudah akan menanyakan apa maksud Sasuke saat si raven menundukkan kepalanya sehingga tingginya sejajar dengan Naruto.

Dengan lembut, Sasuke memegang kedua pipi Naruto dan membawanya ke dalam ciuman yang lembut. Sangat lembut. Naruto terlihat menikmati sentuhan lembut yang di berikan sang Kekasih padanya.

Kekasih? Ya, kekasih. Sejak peristiwa 'itu', Sasuke menjadi kekasih Naruto.

Naruto lalu menutup matanya perlahan. Dia tidak melihat air mata yang perlahan mengalir di mata Sasuke.

Seorang Uchiha Sasuke menangis… menangis untuk kekasihnya, yang sangat di cintainya.

Saat Sasuke melepas ciumannya pada bibir Naruto dengan lembut, barulah Naruto bisa melihat bekas air mata yang mengalir di kedua pipi Sasuke. Bahkan air mata baru kembali menetes dari kedua mata onyx Sasuke, mengikuti jejak air mata sebelumnya.

"Sa-sasuke?"

"jangan… jangan seperti ini,dobe..."

Mendengar perkataan Sasuke, Naruto langsung menunduk. Perlahan dia mengatakan kata-kata yang membuat Sasuke kembali merasa hatinya seperti disayat-sayat.

"gomen… Sasuke…"

Tbc

A.N:

Nyiahahaha… ficnya Mecha potong sampai sini dulu. Nyehehehehe… penasaran? Makanya ripiu #plak# oh ya… ini boleh di bilang fic ke 3 mecha-chan, atau ke 2 ya? Gak tau #jduak#. Ya… abisnya Mecha dapet fic ini waktu Mecha lagi nonton TV sambil makan.

Waktu itu sebenarnya Mecha lagi mikirin ide buat fic Mecha yang UNN (uzumakinamikaze naruto) and fic baru Mecha yang lagi Mecha proses (pssttt ficnya yaoi & ratenya M) eh… ide baru muncul. Mecha langsung simpan piringnya and ngetik, senelum idenya ilang. Fic ini butuh waktu 3 jam buat Chapter 1 nya. Mecha senang banget waktu ficnya selesai. Mecha langsung balik lagi ke dapur, niatnya mau makan lagi mie goreng kesukaan Mecha yang tadi Mecha simpan di meja.

Pas balik, MIE GORENGNYA NGGAK ADA!. Kata kaa-san Mecha, mie gorengnya di makan sama Roku-chan

Naruto : Roku itu salah satu dari 9 kucing Mecha-chan

Sasu : sekedar info, Mecha-chan suka banget makan Mie goreng

Naruto : Mecha sampe pernah ngejitak adiknya gara-gara sang adik mencoba mendekati mie goreng yang di simpan Mecha di meja makan

Sasu : dia sudah niat mau ngejitak orang yang nyentuh mie-nya, tapi begitu tahu yang makan si Roku, dia hanya bisa pundung di pojokkan. Mau ngejiytak, nggak bisa, soalnya Roku itu kucing kesayangannya

Naru : Mecha baru mau berhenti ngambek setelah kaa-sannya nyuruh adiknya buat ngebuatin Mecha mie goreng yang baru

Mecha : #bekep SasuNaru# yak minna! Yang dah baca fic ini, tolong baca juga fic Mecha yang 'UUN' dan yang 'Love at school' ya… (pssttt… Love at School itu rate M)

Chapter 2 fic ini bakalan Mecha update secepatnya. Chapter 2 sekaligus juga endingnya.

Saya tahu saya banyak omong. Sekian Minna…

Arigato… review ya…

'mechakucha no aoi neko a.k.a Mecha-chan or Kucha-chii"

Review please…