A.N: Nya.a.a.a.a.a minna-sama…. Saya datang… kekeke. Oh ya, minna, Mecha mau memperkenalkan seseorang, dia ini Semenya Mecha, namanya Eiyu. #Nyodorin Eiyu#
Mecha: #bisik-bisik# Heh! Baka Eiyu! Kasih salam cepetan!
Eiyu: Hn, hallo.
Mecha: (=_=)" dasar manusia stoic irit kata…
Eiyu: Hn.
Mecha: V(_ _)" Minna-sama langsung aja yah…
Balasan buat yang gak login:
- Yureiko-chan
Hehehe, ini dah di update, review lagi ya…
-Sabaku no rara
Hahaha, maklumi saja, author yang bikin otaknya dah miring #Plak#. Mudah-mudahan chapter ini bagus ya, mohon review lagi…
-Kiryuu
Ini dah update, review lagi ya…
#*#*#*#*#*
Desclaimer: Masashi Kishimoto.
Pair: SasuNaru
Rate: T
Warning : Alur kacau, Yaoi, pendek, OOC tingkat tinggi.
#*#*#*#*
Konoha 22 Oktober 2079
Normal POV
"Uhuk… uhuk" suara batuk terdengar memecah keheningan di taman kota Konoha itu.
"Konohamaru-sama!" panik seorang gadis berambut merah muda. Gadis itu segera memberi sebuah botol air minum yang entah dari mana diambilnya pada Konohamaru, sang Hokage ke-9.
"Aku tidak apa-apa." kata Konohamaru setelah meminum air pemberian Sakura. "Ayo, kita lanjutkan ceritanya." Kata Konohamaru lagi.
"Ano, Konohamaru-sama, apa tidak apa-apa? Anda sudah bercerita sejak lama, saya takut kesehatan anda dapat terganggu." Kata Kakashi yang langsung mendapat persetujuan dari semuanya lewat pandangan mata mereka yang memancarkan rasa khawatir.
"Hahaha, kalian ini, bercerita tidak akan membuatku mati, aku tidak akan mati sebelum berhasil menyelesaikan cerita ini." Konohamaru kembali terkekeh saat menyadari tidak ada yang berani membantahnya.
"Baiklah, mari kita lanjutkan…"
Konoha 10 Oktober 2010
Normal POV
Naruto berjalan keluar dari rumahnya. Langkahnya tenang namun pasti. Dalam hatinya, dia terus mengucapkan kata yang sama yang sudah di rapalkannya bagai mantra sejak keluar kamarnya tadi, yaitu semuanya akan berakhir.
Saat sampai di luar rumah, sudah banyak orang yang menunggu Naruto. Orang-orang itu, adalah orang-orang yang masih bisa bertahan di Konoha hingga saat ini dengan hidup yang pas-passan.
Naruto memperhatikan wajah-wajah orang-orang yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri itu satu persatu. Wajah-wajah keluarganya itu terlihat tegang dan menyiratkan kecemasan juga harapan yang besar. Naruto tersenyum saat seorang bocah kecil berbaju kuning dengan syal biru panjang menoleh ke arahnya.
"Naruto-niichan!" panggil anak itu. Semua orang yang ada di situ langsung menoleh ke arah pintu di mana Naruto berdiri. Beberapa di antara mereka yang masih kecil segera berlari ke arah Naruto sambil tersenyum ceria, sementara yang remaja dan dewasa berjalan santai ke arahnya.
"Nii-chan… Nii-chan… gendong…" seorang anak kecil yang memakai rompi biru dengan rambut hitam dan mata onyxnya memeluk kaki Naruto yang terbungkus celana panjang berwarna krem sambil menarik-narik ujung jaket oranye hitam yang dikenakan Naruto. Naruto tersenyum kecil pada anak itu kemudian berjongkok dan mendekap anak itu lalu menggendongnya di depan dada.
"Ada apa, Inari?" tanya Naruto.
"Um… er… ano…" Inari menundukkan wajahnya?
"Hm?" Naruto dengan sabar menanti kelanjutan perkataan Inari.
"Kata Kaa-san, mulai hari ini, kita bisa minum air gratis seperti dulu lagi dan bisa makan puas lagi, apa itu benar?" Naruto agak kaget dengan pertanyaan polos itu. Naruto lalu menatap mata polos Inari, kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Inari bantu doa ya, supaya Nii-chan bisa buat Inari minum air dan makan banyak seperti dulu."
"Un!" Inari mengangguk semangat.
"Ini sudah waktunya, Naruto." Naruto memandang seorang gadis berambut pirang dikuncir tinggi yang baru saja berbicara padanya.
"Ya, Ino. Aku tahu, ayo kit-"
"Naruto!" dari jauh ada suara yang memanggil Naruto. Naruto segera mencari asal suara yang memanggilnya tadi. Dia bisa melihat dua orang keluarganya yang lain sedang berlari ke arahnya.
"Sasuke? Itachi-nii?" sapa Naruto bercampur bingung pada dua bersaudara yang tadi memanggilnya. "Ada apa?" tanyanya.
"Ikut kami sebentar." Kata Sasuke yang tidak menghiraukan pertanyaan Naruto, malah menggandeng lengannya dan menariknya menjauh dari warga Konoha diikuti dengan Itachi. Sasuke baru melepasakan tangan Naruto setelah mereka benar-benar berada jauh dari warga Konoha, dan memastikan tidak ada orang lain yang sedang membuntuti mereka.
"Ada apa ini?" tanya Naruto yang agaknya kesal karena ditarik tiba-tiba oleh Sasuke.
"Coba lihat ini." Itachi menyodorkan sebuah map berwarna merah kepada Naruto. Naruto lalu mengambil map itu dan membacanya. Seketika itu juga kedua bola mata Naruto membulat.
"I-ini…" Naruto tergagap setelah membaca isi map itu. Tubuhnya menegang, tangannya gemetar dan keringat dingin keluar dari pori-pori tubuhnya.
"Ya, itu dokumen yang kita cari-cari selama ini." Kata Sasuke. Naruto mengalihkan pandangannya pada Sasuke.
"Tapi bagaimana kalian bisa…" Naruto tidak bisa melanjutkan perkataannya, dia terlalu shock, tapi sepetinya kedua Uchiha yang ada di situ mengerti apa yang ingin dikatakan Naruto.
"Kami menyelinap ke ruangan Danzou dan mengambilnya." Kata Itachi santai.
"Kalian…" Naruto menatap tidak percaya pada Sasuke dan Itachi. Dia lalu menghela napas berat lalu tangannya mengepal kuat "Ternyata benar… si Danzou keparat itu… kurang ajar!" Naruto berteriak kesal.
"Hn, dugaan kita selama ini tidak salah. Aku dan Sasuke sudah menyelidiki dokumen itu, dan hasilnya terbukti benar. Dia memang melakukannya." kata Itachi sambil mengambil kembali map yang disodorkan Naruto padanya.
"Hn." Sasuke hanya bergumam membenarkan ucapan kakaknya.
"Dia akan menerima akibatnya." desis Naruto tajam. "Kita berangkat sekarang."
Naruto sudah akan melangkahkan kakinya kembali menuju warga Konoha yang sedang menantinya, sebelum tangan Sasuke menangkap lengannya dan menariknya pelan. Sasuke lalu menatap kakaknya.
"Aniki, kau duluan saja, aku masih ada perlu dengan Naruto." kata Sasuke pada Itachi. Itachi hanya mengangguk dan berjalan menjauh dari tempat Sasuke dan Naruto.
Setelah Itachi pergi, Sasuke menghadapkan tubuh Naruto menghadapnya.
"Dobe, aku mau, untuk kali ini saja kau tidak bertindak ceroboh." Kata Sasuke pada akhirnya setelah beberapa saat menatap mata Naruto.
"Hei, apa maksud perkataanmu itu, Teme! Kau meragukanku?" tanya Naruto setengah kesal pada Sasuke. Dia sepertinya sudah melupakan amarahnya pada Danzou tadi.
"Tidak, Dobe. Lebih tepatnya, sangat meragukanmu." Wajah Naruto mulai memerah karena kesal setelah mendengar ucapan Sasuke. Sasuke lalu meletakkan kedua tangannya di bahu Naruto yang sedikit lebih pendek darinya, lalu menatap wajah Naruto lekat-lekat.
Naruto yang di perhatikan seperti itu oleh Sasuke jadi merasa risih juga.
"Teme?" panggilnya pada Sasuke.
"Kau, sudah berubah." Kata Sasuke sambil sedikit menarik ujung bibirnya.
"Apa maksudmu?"
Sasuke tidak menjawab pertanyaan Naruto. Dia malah asik memperhatikan wajahnya.
"Hei" panggil Naruto pelan.
"Hn."
"Apa maksudmu?"
"Ya. Kau bukan lagi anak kecil seperti dulu." Kata Sasuke. Naruto terdiam mendengar perkataan Sasuke. Jujur saja, dia tidak mengerti apa maksud Sasuke berkata seperti itu.
"Kau bukan lagi anak 12 tahun yang terus lari dari kenyataan dan bersembunyi sambil menangis dengan memeluk lutut di pojok ruangan." Naruto tertegun mendengar perkataan Sasuke. Tubuhnya agak menegang. Sasuke bisa merasakan itu, karenanya dia mengeratkan pegangannya di bahu Naruto.
Sasuke lalu menarik Naruto ke dalam sebuah pelukan hangat. Sambil melingkarkan tangan pada pinggang Naruto, Sasuke menyandarkan dagunya di bahu Naruto dan menutup mata menikmati keberadaan kekasihnya itu dalam pelukannya. Dia bisa merasakan tangan Naruto bergerak perlahan untuk balas memeluknya.
"Kau bukan lagi kau yang dulu selalu bersikap pesimis, tidak percaya diri, selalu menganggap diri tidak berguna. Dan…" kali ini Naruto mulai tersenyum, Sasuke bisa merasakan itu sekalipun tidak melihat langsung wajah Naruto.
"Dan?" tanya Naruto pada Sasuke yang masih memeluknya erat.
"Tidak ada…" kata Sasuke sambil melepaskan pelukkannya pada Naruto "Aku tahu kau sudah benar-benar berubah. Kau sekarang tidak bisa mundur setelah mengambil keputusan untuk melawan Danzou. Aku harap kau tidak bersikap ceroboh dan balik membahayakan warga desa, terlebih dirimu sendiri. Hanya kau harapan kami saat ini. Aku harap kau paham itu."
Naruto terenyum lalu mengangguk.
"Jangan lupakan satu hal, Uchiha Sasuke." Kata Naruto sambil menyeringai senang.
"Hn." balas Sasuke sambil ikut mengeluarkan seringaiannya.
"Jangan pernah meremehkan seorang Namikaze Naruto. Kau tenang saja, semuanya akan selesai di tanganku." Kata Naruto percaya diri lalu berbalik dan berjalan menuju warga Konoha.
"Yakin sekali kau kalau ini semua akan selesai." Kata Sasuke. Naruto menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang dan sedikit tersenyum.
Naruto memandang mata onyx milik Sasuke.
"Tentu saja. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menyelesaikan semuanya hari ini. Kau dengar itu? Aku Namikaze Naruto tidak akan pernah mengingkari janjinya." Mendengar suara Naruto yang bersemangat membuat Sasuke mendengus geli. Dia berjalan ke arah Naruto sambil memasukkan tangannya ke saku celana panjang hitam yang dikenakannya. Dia berhenti tepat di samping Naruto. bahu mereka berdua bersentuhan.
Sasuke menoleh ke arah Naruto lalu Sasuke menggerakkan tangannya meraih tangan Naruto dan meletakkan sebuah buntalan kecil berwarna biru tua dalam genggamannya. Naruto lalu memperhatikan buntalan itu lalu membukanya perlahan. Dan, yang dilihatnya membuatnya menahan napas.
Perlahan, tangannya menyentuh benda yang tadinya berada dalam buntalan dan mengangkatnya ke hadapan wajahnya.
"Sas-sasuke. I-ini…" Naruto menatap lekat benda yang berada di genggamannya itu. Dia menelan ludah paksa menatap benda itu. Sebuah kalung perak dengan liontin berbentuk sekop terbalik, lambang keluarga Uchiha.
"Hn. Kalau kau sebegitu yakinnya akan keberhasilanmu. Kau juga harus yakin kalau aku akan melamarmu tepat saat matahari terbenam hari ini, di depan semua warga Konoha yang akan tersenyum tulus." Kata Sasuke sambil berjalan santai meninggalkan Naruto yang membatu di tempat
Naruto yang tersadar dari shocknya langsung berbalik dan mengejar Sasuke yang sudah berada cukup jauh di depannya, dan setelah mereka bersisian, Naruto menjitak kepala Sauske pelan dan berlari kencang.
"Hei!" Sasuke mengelus kepalanya yang agak sakit karena jitakan Naruto tadi. Dia mendengus melihat punggung Naruto yang berlari menjauh darinya.
"Kau mau tahu apa lanjutan kata yang ingin kukatakan padamu sebenarnya?" kata Sasuke pada dirinya sendiri sambil terus memperhatikan Naruto
"Dan… kau bukan lagi anak-anak yang akan membiarkan orang-orang di sekitarnya menderita. Aku tahu kalau kau akan melakukan apapun untuk mengembalikan keadaan Konoha seperti sediakala." Sasuke sedikit tersenyum saat angin sepoi-sepoi menerbangkan poninya yang menjuntai panjang melewati dagunya.
"Aku sangat percaya padamu. Karena itu, jangan kecewakan aku dan warga Konoha yang selelau mendukungmu." Sasuke melihat Naruto sudah sampai ke arah kerumunan warga.
"Aku… aku tidak memiliki apapun untuk bisa menjamin kau tetap di sampingku. Aku juga tidak tahu seberapa berharganya aku bagimu, tapi… kau sangat berharga bagiku, melebihi apapun yang ku punya, karena itu…" Sasuke tersenyum getir dan menelan ludah paksa.
"Jangan melakukan hal bodoh yang akan membahayakanmu, karena aku, tak mau kehilanganmu. Sama sekali tidak mau." Dengan itu, Sasuke berjalan ke arah Naruto dan para warga Konoha. Angin berhembus lembut ke arahnya seakan ingin menjawab curahan hatinya. Dia terus melangkah ringan, tanpa menyadari adanya seorang anak bersyal biru panjang yang tersenyum di balik pohon besar tempat persembunyiannya.
… …
Dengan langkah lebarnya, Sasuke bisa segera sampai di halaman rumah tempat semuanya berkumpul. Saat dia sampai, dia melihat Naruto berdiri di atas batang kayu besar yang sudah tumbang sambil dikelilingi warga Konoha.
Karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan kekasihnya itu, Sasuke merapatkan diri pada kerumunan itu. Dia berjalan mendekati kakaknya yang terlihat sangat serius memperhatikan Naruto bersama dengan teman-temannya yang lain.
"Warga Konoha yang kusayangi, tolong dengarkan aku." Naruto mulai berbicara. Seketika itu juga, dia langsung merebut perhatian warga Konoha. Semuanya memandang ke arahnya.
"Aku… minta maaf atas semua yang sudah kulakukan selama ini." warga yang mendengar perkataan Naruto kontan jadi bising. Mereka saling bertanya pada orang yang berada di sampingnya, tentang apa maksud perkataan Naruto itu.
"Selama ini, aku selalu saja diam dan tidak berbuat apa-apa saat kalian semua menderita." Naruto kembali menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Semua kembali diam.
"Aku hanya bisa jadi penonton setia saat semua hak kalian diambil oleh Danzou. Aku… selalu bersembunyi di belakang orang-orang yang menyayangiku, dan… diam menangis tanpa melakukan apapun." Naruto merasakan perkataannya tertahan di tenggorokannya. Dia memandang Sasuke yang berada di barisan paling belakang. Sasuke terlihat mengangguk sebagai isyarat bagi Naruto untuk meneruskan perkataannya.
Naruto lalu menundukkan kepalanya, berusaha menguatkan hatinya sendiri dengan menarik napas berkali-kali. Tidak ada seorangpun yang berniat mengacaukan suasana hening saat itu
"Tapi… kali ini, tidak akan kubiarkan lagi." Naruto mengangkat wajahnya yang tadi menunduk.
"Tidak akan kubiarkan lagi Danzou bertindak seenaknya pada kita." Naruto menatap kedua onyx Sasuke yang sedikit mengangkat ujung bibirnya untuknya.
Naruto lalu menolehkan kepalanya memandang kerumunan warga Konoha yang sedang menatapnya di depannya. Dia menutup mata dan menarik napas panjang dan menelan ludah lalu kembali menatap semuanya.
"Selama ini, dia boleh bersenang-senang di atas penderitaan kita. Memperbudak warga dengan kata-katanya. Dan mengambil hak-hak kita semua. Tapi… cukup sampai di sini. Aku tidak akan membiarkannya berbuat semaunya lagi. Aku… bagaimana pun caranya, aku akan membuatnya mengembalikan apa yang telah diambilnya dari kita. Aku berjanji." warga Konoha langsung bersorak senang mendengar perkataan Naruto itu. Terbukti dengan mereka yang langsung bertepuk tangan dan sebagian malah ada yang menitikkan air mata bahagia.
Sepertinya kebanyakan para wanita ada pada option kedua itu, contohnya saja Naruto bisa melihat seorang gadis berbola mata putih dengan rambut indigo panjangnya yang sedang menangis sesenggukan di barisan agak ke belakang di samping saudara sepupunya yang bermata lavender dan berambut coklat.
Miris rasanya hati Naruto saat melihat gadis itu. Perasaan bersalahnya terus saja muncul saat dia berhadapan dengan gadis itu, hingga harus membuatnya selalu menjaga jarak dengan gadis cantik bernama Hyuuga Hinata itu, walaupun dia tahu kalau gadis itu bahkan tidak menyadari kalau dia ada di dekatnya. Karena dia, buta…
Ya, gadis itu kehilangan penglihatannya saat umurnya 15 tahun, yang artinya sudah 2 tahun ini dia tidak bisa melihat warna dunia. Naruto sangat merasa bersalah, karena dialah penyebab gadis itu menjadi buta. Walaupun Konoha saat ini tidak memiliki lagi warna ceria seperti dulu, tetap saja itu lebih baik dari pada warna hitam yang selalu dilihat gadis itu.
2 tahun lalu pernah terjadi pemberontakan oleh pihak warga Konoha yang sudah tidak tahan dengan pemerintahan Danzou yang semena-mena yang berujung pada pertempuran yang banyak memakan nyawa. Walaupun tahu kalah jumlah, warga tetap saja maju untuk melawan, meski hanya dengan tombak yang terbuat dari bambu runcing, mereka tetap maju.
Naruto yang saat itu masih berstatus remaja yang tentunya masih labil dan pemikirannya belum matang bersikeras menyusul orang-orang dewasa yang pergi menyerang kantor hokage tempat Danzou berada. Walaupun sudah ditahan, Naruto berhasil melarikan diri dengan melompati jendela kamarnya dan pergi menyusul yang lain, dan tanpa disadarinya, seorang gadis dengan rambut indigo sepundak mengikutinya diam-diam.
Saat sampai pada rombongan teman-temannya yang sedang bertarung melawan pasukan Anbu yang merupakan bawahan langsung Danzou, Naruto langsung mengambil bambu runcing ber;lumuran darah yang tergeletak tak jauh dari kakinya, di samping mayat seorang warga Kooha dan masuk ke dalam area pertempuran.
Gerakkan Naruto memang sangat gesit, belum beberapa lama dia masuk dalam arena pertempuran itu, sudah banyak anggota Anbu yang ditumbangkannya. Tapi, saat lengah, ada seorang anggota Anbu yang berniat memukul Naruto dengan gagang besi yang dipegangnya dari belakang.
Saat itulah gadis yang sedari tadi mengikuti Naruto berlari ke arahnya dan memeluknya dari belakang untuk melindunginya. Gadis yang ternyata adalah Hinata itu menjadi sasaran dari sang Anbu yang langsung memukul belakang kepala Hinata keras dengan gagang besi, hingga menyebabkan syaraf penglihatan gadis itu menjadi rusak total.
Menurut tabib, mata Hinata hanya bisa sembuh kalau ada yang bersedia mendonorkan bola matanya pada gadis itu.
"Naruto, sekarang." Naruto tersentak kaget dari lamunannya saat mendengar suara seseorang di sampingnya. Saat menoleh, dia bisa melihat Sasuke berdiri di sampingnya. Naruto tersenyum kecil lalu mengangguk.
"Um!" balasnya semangat pada Sasuke. Dia kembali meoleh pada kerumunan warga.
"Keluargaku semuanya!" teriak Naruto lantang "Kita maju bersama!"
"YOSSSHHH!" balas warga Konoha serempak. Naruto tersenyum senang melihat semangat para warga itu. Yang muda, tua, bahkan anak-anak pun ikut meneriakkan semangatnya membuat rasa kebersamaan semakin kental.
Naruto tau, ini bukan pemberontakkan bersenjata seperti 2 tahun lalu yang menumpahkan banyak darah. Pemberontakkan kali ini boleh dikata hanya diskusi dengan petinggi negara. Tentu saja petinggi itu bukan Danzou.
Hari ini, Danzou mengadakan pertemuan besar-besaran dengan pemimpin desa-desa besar lainnya senegara Hi untuk membahas hubungan kerjasama antar desa dan kemajuan-kemajuan lainnya. Pertemuan ini rutin diadakan 5 tahun sekali. Karena 5 tahun lalu pertemuan ini sudah diadakan di Sunagakure yang merupakan satu dari desa-desa besar itu, maka kali ini pertemuan itu diadakan di Konoha.
Dengan memanfaatkan banyaknya petinggi desa yang hadir di tempat pertemuan yang berlangsung di gedung pertemuan Konoha* itu, Naruto bermaksud menyusup masuk dan membongkar semua kejahatan Danzou dan menunjukkan bukti bahwa dialah pemimpin Konoha yang telah diwarisi jabatan Hokage oleh ketiga Hokage sebelum Danzou sejak dulu dengan menunjukkan kalung pemberian ayahnya.
Danzou yang merupakan pendatang tentu saja tidak tahu menahu adanya kalung yang merupakan simbol warisan jabatan antar hokage, tapi Naruto yakin kalau para petinggi yang hadir di situ pasti tahu apa makna kalung itu, karena mereka semua hadir saat pelantikkan ayahnya menjadi hokage ke 5 dengan Tsunade yang memakaikan kalung itu sendiri di depan para petinggi desa saat pertemuan antar pemimpin desa 10 tahun lalu.
Dengan asumsi seperti itu, Naruto sangat yakin kalau para petinggi desa akan balik mendukungnya, bukannya Danzou yang selama ini memasang topeng kebaikan di depan mereka, terlebih lagi Naruto tahu kalau para pemimpin itu adalah sahabat karib ayahnya, di tambah lagi dengan dokumen hasil penyelidikan dari Sasuke juga Itachi yang didapatnya tadi pagi, menambah keyakinannya kalau kali ini dia dan para warga akan memenangkan kembali Konoha.
"Ayo, Sasuke" ajak Naruto pada pemuda di sampingnya. Dia segera turun dari batang kayu tempatnya berdiri sejak tadi.
"Hn." Sasuke mengikuti langkah Naruto di belakangnya.
Naruto berjalan ke arah kerumunan warga yang langsung membelah kerumunan menjadi dua bagian sehingga membentuk sebuah jalan bagi Naruto.
Naruto berjalan santai di jalan yang sudah disediakan warganya. Dia menutup matanya sambil berjalan lurus ke depan. Dia seakan bisa mendengar suara hati warga desanya saat berjalan melewati mereka semua.
'Naruto-kun'
'Suara ini, Sakura…'
'Naruto-nii'
'Konohamaru. Inari. Moegi. Hanabi. Adik-adikku…'
'Naruto-san'
'Ha… ha… Lee dan Gai-jii'
'Naru'
'Ino dan Ten-ten'
'Naruto'
'Semuanya'
Naruto lalu membuka matanya tepat setelah melewati warganya sambil tersenyum.
'Semuanya… aku bisa mendengar suara kalian…'
Naruto memandang ke depan. Yang ada di pandangannya kini adalah jalan besar menuju ke gedung pertemuan Konoha. Naruto sangat tahu kalau jalanan di depannya itu masih menjadi misteri. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi. Dia hanya bisa berharap yang terbaik untuk perjuangan dan penantiannya beserta warga Konoha selama ini.
Naruto tahu ini semua akan menjadi perjuangan yang berat. Walaupun begitu, Naruto tahu dia tidak sendiri. Dia bisa merasakannya. Merasakan semua orang mendukunganya dari belakang ada bersamanya. Dia bisa tahu… beberapa meter di belakangnya ada Sasuke yang sedang menatap punggungnya. Dan, dia juga tahu, beberapa meter di belakang Sasuke ada warga Konoha yang siap mengikuti langkahnya kemanapun dia pergi.
Seorang pria dengan rambut coklat dan luka gores di hidungnya berjalan mendekati Naruto dari arah samping. Pria itu membawa sebuah kotak berukuran sedang di tangannya.
"Naruto." panggil pria itu pada Naruto.
"Iruka-jii." Naruto menoleh pada pria bernama Iruka itu.
"Ini." Iruka menyerahkan kotak yang dipegangnya sedari tadi. Naruto menerima kotak dari Iruka itu dan membukanya. Setelah melihat isinya Naruto segera menoleh ke arah Iruka dan menatap pamannya itu lekat. Iruka tersenyum hangat.
Iruka lalu mengambil kotak yang diberikannya tadi dari tangan Naruto. Dia mengeluarkan isinya dan menyerahkannya pada Naruto yang langsung menatap benda itu.
"Pakailah, ayahmu menitipkan itu padaku sebelum dia meninggal. Dia berpesan padaku agar memberikannya padamu saat kau menjadi Hokage suatu saat nanti." Kata Iruka pada Naruto.
"Tapi, aku belum menjadi Hokage." Naruto berniat mengembalikan benda di tangannya itu pada Iruka, tapi langsung ditahan oleh Iruka.
"Tidak butuh pelantikkan untuk mengakui kau sebagai Hokage. Hal itu hanya sebuah formalitas. Sejak meninggalnya hokage ke-5, kami sudah menganggapmu hokage kami, bukan Danzou atau yang lain, dan itu tidak akan dan tidak pernah berubah sampai sekarang." Iruka berbicara dengan lantang. Semua orang bisa mendengar apa yang dikatakannya.
Naruto mengeratkan pegangannya pada benda orange di tangannya itu, lalu membentangkan benda yang ternyata adalah jubah berwarna orange yang berwarna sama dengan jaketnya, dengan akswen api berwarna hitam di bagian sisinya itu ke udara. Dengan sekali gerakan, Naruto memakai jubah itu. Dia bisa merasakan aroma ayahnya dari jubah yang sangat pas di tubuhnya itu.
"Arigato… jii-san" bisik Naruto pelan, namun masih dapat didengar oleh Iruka.
"Ya." Iruka berjalan ke arah Sasuke dan mengeluarkan satu benda lagi dari dalam kotak yang dipegangnya pada Sasuke.
Sasuke menerima benda pemberian Iruka itu dan membentangkannya. Sama seperti Naruto, benda pemberian Hokage ke-5 itu adalah jubah dengan aksen api hitam di sisinya. Bedanya, jubah Sasuke berwarna putih.
"Hokage ke-5 juga menitipkan itu untukmu. Dia berpikir bahwa kau pasti adalah orang yang akan di pilih Naruto untuk berada di sampingnya saat dia menjadi Hokage, melindunginya dan akan selalu bersamanya sebagai wakil Hokage dan…"
"Aku tahu." kata Sasuke memotong ucapan Iruka yang tersenyum padanya. Dia juga langsung memakai jubah putih yang sangat cocok dipadukan dengan baju dan celana panjang hitamnya.
Saat meraba bagian samping jubahnya, Sasuke merasakan ada sesuatu di situ. Sasuke segera menyadari kalau bagian samping jubah itu memiliki sebuah saku kecil, dan ada sesuatu di dalamnya. Sasuke segera melihat apa yang ada di dalam saku itu.
Ternyata, isi saku itu adalah sebuah ikat kepala dari kain berwarna hitam dengan sulaman simbol Konoha berwarna orange dari benang emas di tengahnya. Sasuke memandang ke depan dan dia melihat Naruto sedang memakai ikat kepala yang sepertinya sama seperti miliknya di dahinya. Sasuke juga ikut memakai ikat kepala itu.
'Naruto…'
'Sasuke…'
'…Ayo.'
'Ya.'
Naruto kembali membuka matanya. Dia bisa mendengar suara hati Sasuke juga, dan dia yakin Sasuke sedang mengangkat sudut bibirnya sekarang. Naruto mendengus senang kemudian melangkahkan kakinya berjalan menuju tempatnya akan berperang nanti. Angin sepoi berhembus ke arahnya, menyapu lembut wajahnya dan menerbangkan helai pirangnya yang sudah memanjang sampai melewati tengkuknya. Angin juga menrbangkan poninya yang kini mencapai alis yang sebelumnya menutupi lambang Konoha di dahinya, juga membuat ikat kepalanya yang panjang serta jubahnya berkibar pelan*.
Tidak perlu menoleh untuk tahu kalau semua orang sedang mengikutinya. Dia, kali ini berjalan di barisan paling depan dari warga Konoha. dia tidak akan mundur sejengkalpun dari jalan yang diambilknya kini.
'Sarutobi-jii… Tsunade-baachan… Tousan… doakan aku dari atas sana' bisik Naruto dalam hati sambil memandang langit. Dengan itu dia pu melangkah meju. Pertempuran segera dimulai.
TBC
A.N:
* Gedung pertemuan Konoha yang Mecha maksud itu tempat diadakan ujian chuunin putaran 3, tempat bertarungnya Naruto dan Neji itu loh~. Mecha sengaja masukkin tempat itu sebagai tempat Naruto akan membongkar kebusukkan Danzou, karena ada alasan tertentunya… hehehe…
* Pernah liat penampilan Naruto yang ini? Ada di gambar Naruto yang lagi bareng ama Naruto remaja, naruto anak-anak sama Naruto kecil.
* Bisa bayangin gak penampilan Sasuke kayak gimana? Mecha gak terlalu bisa jelasin dengan baik.
Yak minna, begitulah akhir dari chapter 3 ini. Hehehe, apa cerita ini sudah bagus? Jujur aja, Mecha kurang yakin kalau fic ini bakalan ada yang baca, ternyata banyak juga #Nangis terharu sambil meluk semua readers and reviewers# huaa.a.a.a. makasih buat yang udah ngalert fic ini juga authornya, malah sampai ada yang ngefave fic ini beserta authornya juga #Meluk semua lebih keras lagi#
Yaudah deh minna, tolong review untuk chapter ini juga ya. Mecha nerima semua kritik dan saran kalian. Mecha gak bakal bisa berkembang kalau gak ada kritik dari kalian. Mohon bantuannya m(^_^)m
Jaa nee~
PS: Nyiaw, Mecha juga mublish 2 fic rate T dan M lain, kalau ada yang berminat, mohon di RnR juga ya…
Mechakucha no aoi neko a.k.a Mecha-chan