Moshi-moshi minna…^^
Pertama-tama mau ucapin Happy Valentine Days dulu buat semuanya… berhubung besok udah tanggal 14 Februari..^^
Yup, saia nongol kembali buat mengumbar update-an fic gaje yang amat saia cintai ini *halah, lebay!* maafkan ketelatan saia yang menyebalkan ini dalam menyelesaikan LNOFP, tapi tenang saja. Mungkin chap depan bakal jadi chap yang terakhir kayaknya..^^a
Sebelum mulai, izinkan saia balas ripyu dulu ya…
Untuk 7color, 4ntk4-ch4n, Violet7orange, Shadow Shirayuki, Shadow Shirayuki udah saia balas via PM..tengkiu..^^
F.E.P.S : tengkiu..^^ ini updatenya..
Hikari Shinju : makasih banyak udah RnR ^^, ni update nya lagi..mungkin agak mengecewakan..maaf ya..^^a
NN : yup..silahkan, ni updatenya..^^
Vvvv :hohoho, baca aja ya..^^v tengkiu udah RnR..^^
Hana to Uzu : ahh, tanjoubi omedeto Uzu-chan..^^ maaf baru bilang sekarang,*hampir telat sebulan* Ah iya, maaf.. Hana to Uzu benar lagi..^^a makasih udah RnR ya Hana-chan to Uzu-chan..^^v
mayu akira :Ini dia kelanjutannya..^^ makasih udah RnR ..^^v
Disclaimer : Yang punya chara dari Naruto ya Forever Mas Ashi Kishimoto* kalau saya yang punya mah, sudah saya boyong Sasuke dari dulu jadi suami saya…^_^a**timpuked all*
Tapi LNOFP punya saia…*bangga**dilempar panci ma tetangga*
Pairing : Sasusaku, GaaSaku, ShikaIno*slight nd bisa berubah(?)ada request?* *ga jelas amat nih author!*
Warning : gaje, abal, typo*mungkin*,maybe OOC, tata bahasa aneh, pokoke kekurangan yang lainnya lah…don't like don't read. Just klik 'BACK" key,okay?^^
Summary : Terkadang kebiasaan menjadi suatu keharusan. Saat kebiasaan itu hilang, mungkin akan ada yang tidak terbiasa dan kehilangan. Tapi, apakah MENYEBALKAN bagi seseorang juga termasuk kebiasaan? Kalau sifat itu hilang, ada jugakah yang kehilangan? Baca aja ya…*ga bisa buat summary*
Nanti tolong ripiuw ya, flame juga mungkin dipertimbangkan..*saia memang baik hati, hohoho**ditampar ma readers*
Okelah daripada saia semakin ngalor ngidul ga tentu, monggo..
~^^happy reading^^~
Love Not Only From Pink
Chap 5 : Think About Me
Malam sebelumnya, di kediaman Haruno.
Hujan lebat masih mengguyur bumi dengan derasnya. Udara terasa berat karena lembab. Suara guntur terkadang menimpali diantara derai tetesan air yang menghantam atap rumah tanpa segan.
"Jangan bercanda SASSSUUKEEE…!" seru Sakura murka. Wajahnya langsung memerah menahan malu.
"J-jangan dengarkan si bodoh ini Gaara. Dan kau Sasuke, pakai bajumu sana!" suara Sakura terdengar gugup. Sasuke tetap ditempatnya, sampai akhirnya Sakura langsung memberi death glare terbaik miliknya untuk mengusir Uchiha itu dari hadapannya.
"Sebenarnya sedang apa dia dirumahmu Sakura?" tanya Gaara saat ia sudah dipersilahkan masuk oleh Sakura. Matanya memandang penuh kearah Sakura.
"Ceritanya panjang, tapi pada intinya tadi dia mengantarku pulang. Lalu karena dia basah kena hujan jadi aku menyuruhnya masuk untuk ganti baju sambil menunggu hujan reda." Jelas Sakura pelan. Disodorkannya segelas teh hangat kehadapan Gaara. "Silahkan..."
Wajah Gaara tampak kurang puas dengan jawaban barusan.
"Kenapa dia bisa pulang bersamamu? Dan lagipula kenapa kau menyuruhnya masuk kerumahmu? Kalau tidak salah Ino bilang orangtuamu sedang tidak dirumah bukan?". Pertanyaan beruntun barusan membuat Sakura memandang Gaara aneh.
"Kan sudah kubilang Gaara, ceritanya panjang. Kau tanya pada Ino atau dia yang bilang padamu? Kenapa kau bisa tahu orangtuaku sedang tidak dirumah?"
"Sudah, lupakan sajalah." Tiba-tiba Gaara merasa suasana tidak nyaman. Aku terbawa suasana sepertinya, batin Gaara dalam hati.
"Sasuke akan menginap?" tanya Gaara sambil menyesap teh hangatnya perlahan.
"Tentu saja t-.."
"..ya." Sasuke menyahut tiba-tiba, memotong kalimat Sakura.
"..ugkh.."Gaara tersedak dan Sakura langsung sibuk bangkit dan menepuk punggung Gaara pelan. Wajah Sasuke terlihat tidak suka. Tangannya dimasukkan dalam saku celana panjang.
"Kau tidak apa-apa Gaara?" raut wajah Sakura tampak cemas. Gaara menggeleng sambil meletakkan gelasnya diatas meja.
"Terimakasih Sakura, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit terkejut saja,"ujarnya sambil melirik kearah Sasuke. Yang dilirik tampak tidak perduli. Dengan santai Sasuke duduk di samping Gaara dan mengusir Sakura kembali ketempat duduknya.
"Jaga mulutmu, Sasuke. Dari tadi kau ngomong seenaknya saja. Lagipula siapa yang mengizinkanmu menginap?"
"Bukannya kau tadi mengundangku?"
"Aku hanya menyuruhmu ganti baju dan mengeringkan badan, bukan menginap."bantah Sakura.
"Bukannya sama saja."
"Tentu saja beda, bodoh!"suara Sakura hampir memekik karena kesal.
"Jangan mengataiku bodoh Pinky,"
"Kau kan memang bodoh, itu saja tidak bisa kau bedakan. Dasar bodoh!" Sakura memasang tampang meledek.
"Yang bilang aku tidak bisa membedakan siapa?"
"Aku."suara Sakura terdengar sedikit putus asa. Ia bahkan tidak mengerti dengan kalimat Sasuke barusan.
"Lalu? Yang bodoh siapa sekarang?" ucapan Sasuke yang tanpa dosa membuat Sakura menggeram kesal. Rasanya ingin sekali melemparkan tinjunya ke wajah Uchiha dihadapannya.
"Ehemmm.." Gaara berdehem pelan, membuat Sakura tidak jadi membalas kalimat Sasuke barusan.
"Aku duduk ditempat yang sama dengan kalian, tetapi sepertinya keberadaanku tidak terasa ya.." ujar Gaara sambil tersenyum manis yang membuat Sakura merinding. Sasuke mendengus pelan.
"A-ah..maaf Gaara. Gara-gara ada setan Buntut Unggas yang menyebalkan, aku jadi mengacuhkanmu." ujar Sakura pelan.
"Tidak apa-apa," sahut Gaara, masih dengan senyuman –penuh-toleransinya. Suasana hening kemudian.
"Aduh, hampir lupa."seru Sakura tiba-tiba sambil menepuk jidatnya. Gaara dan Sasuke memandang kearahnya. "Kalian sudah makan?"
"Makan malam maksudmu?". Sakura mengangguk yang diikuti gelengan dari kedua lelaki dihadapannya.
"Aku baru ingat tadi mau masak nasi goreng, kalian mau?" tawar Sakura riang.
"Memangnya masakanmu bisa dimakan Pinky?"Sasuke menyahut dengan nada ragu yang membuat Sakura mempertanyakan kenapa makhluk berambut unggas dihadapannya itu masih layak bernafas sampai saat ini.
"Jangan sembarangan ya! Kalau hanya nasi goreng aku bisa kok."Sakura berusaha menahan kedongkolannya untuk yang kesekian kali.
"Kalau begitu, aku mau Sakura. Aku jadi ingin merasakan masakanmu."ujar Gaara semangat. Sakura tersenyum senang. Ternyata ada juga manusia yang pantas bernafas disekitarnya.
"Siapp! Tunggu ya.." Sakura langsung bangkit dari tempat duduknya dan bergegas kedapur.
Setelah Sakura menghilang ke dapur, suasana diruang tamu senyap. Sasuke bangkit dan pindah ke tempat yang diduduki Sakura tadi. Gaara mengambil gelasnya kembali, lalu meneguknya sedikit demi sedikit.
"Jadi, apa yang kau lakukan disini Sasuke Uchiha?" tanya Gaara sambil meneguk tehnya santai. Sasuke mengutak-atik benda ditangannya, juga dengan santai. Mungkin telepon genggam.
"Bukan urusanmu."jawab Sasuke pendek dengan wajah datar. Gaara memandangi isi gelasnya yang tinggal setengah.
"Aku rasa disini bukan tempatmu, Sasuke. Bukannya seharusnya kau sedang duduk santai dirumah mewahmu dan menghangatkan dirimu disana?"
"Bukannya seharusnya hal itu bukan urusanmu, Rambut merah?" sambung Sasuke tidak terpengaruh sedikitpun. Gaara tersenyum tipis.
"Aku hanya keberatan kalau kau mencoba menghangatkan dirimu disini. Jangan mengganggu Sakura." Kali ini Gaara menatap wajah Sasuke dengan pandangan serius. Sasuke menghentikan gerakan jemarinya. Dengan perlahan Sasuke mengalihkan pandangannya kearah Gaara dan menatap langsung kemata Gaara.
"Maksudmu apa?" onyxnya menatap tajam.
"Sudah jelas kan, Sakura itu terlalu baik untukmu. Kau tidak pantas berdekatan dengannya. Lagipula kurasa sebenarnya dia membencimu."
"Jangan sok tahu."
"Aku tahu. Kalian selalu bertengkar. Kalian tidak cocok."
"Bertengkar bukan selalu berarti saling membenci. Jangan menghalangiku," Sambil berkata seperti itu Sasuke bangkit dari kursinya dan berjalan menuju dapur.
Gaara terdiam ditempatnya. Suatu sisi dalam hatinya terasa melemah, entah kenapa…
"..jangan terlalu cepat menyerah Gaara…"ujar Gaara pelan, pada dirinya sendiri.
Tiga porsi nasi goreng omelet spesial buatan Sakura terhidang diatas meja. Aromanya benar-benar menggugah selera. Baik Sasuke, Sakura dan Gaara telah mengambil posisinya masing-masing.
"Semuanya, itadakimasu.." seru Sakura riang. Sesendok nasi goreng dipiringnya pun berpindah kemulutnya. Sasuke dan Gaara menyusul kemudian.
"Uhm..ga kusangka kau ahli memasak juga Sakura. Nasi gorengnya enak sekali," puji Gaara sambil menyendokkan sesendok nasi goreng ke mulutnya. Wajah Gaara tampak puas.
"Biasa saja kok, jangan memujiku berlebihan. Tapi, terimakasih.."sahut Sakura sumringah mendengar pujian dari ketua kelasnya yang keren itu.
"Jadi Sasuke, bagaimana rasanya?" tanya Sakura pada Sasuke yang diam saja. Sasuke menaikkan bahunya, seolah tanpa minat. "Biasa saja." jawabnya pendek. Sakura terdiam. Moodnya yang tadinya bagus segera saja memburuk.
"Lumayanlah, ganjal perut. Setidaknya masih bisa dimakan."sambungnya lagi. Kening Sakura langsung berkedut.
"Maksudmu apa sih? Jangan dimakan kalau ga suka."
"Yang bilang aku ga suka siapa?" jurus membalikkan kata-kata Sasuke keluar lagi.
"Sudahlah Sakura, lupakan saja. Nasi goreng buatanmu enak kok. Orang yang ga punya selera memang begitu. Payah."ujar Gaara menenangkan Sakura. Sasuke menatap Gaara tajam. Aura hitamnya menguar.
"Kau bilang payah? Jangan membuatku kesal, Rambut merah."sahut Sasuke datar, tetapi terasa penuh tekanan. Sakura menghela nafas.
"Jangan menyebut Gaara seenakmu Pantat ayam. Kau memang payah. Aku benci padamu."Sakura tampak tidak terima. Gaara sedikit terkejut mendapat pembelaan dari Sakura.
"Jadi sekarang kau membenciku? Hebat."sahut Sasuke masih dengan wajah cuek. Nada suaranya terdengar sedikit tertahan.
"Aku memang membencimu. Dari pertama kali aku bertemu denganmu kau sudah menyebalkan. Aku benci orang menyebalkan."
"Lalu?"
"Lalu apa?"
"Hubungannya denganku?"
"Arrrgh..kau benar-benar menyebalkan Sasuke. Aku mau istirahat saja. Terserah kalian mau apa." Sakura langsung bangkit dari kursinya dan melangkah meninggalkan mereka berdua. Nasi goreng yang baru saja disentuhnya dibiarkan begitu saja. Gaara terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Sasuke bergeming.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibantingkan. Sakura marah. Gaara memandang kearah Sasuke dengan pandangan kecewa.
"Kurasa kau keterlaluan, Sasuke. Dia sudah lelah, makanya bisa semarah itu."
"Diakan memang selalu marah-marah." sahut Sasuke santai.
"Kalau sudah tahu begitu, kenapa masih mendekatinya?" Sasuke terdiam sebentar. Setelah menarik nafas kecil, Sasuke menjawab.
"Dia berbeda, itu saja."
Gaara memandang kearah Sasuke dengan pandangan yang tidak dimengerti olehnya. Gaara tidak menyangka bahwa Sasuke memikirkan hal yang sama dengannya tentang Sakura.
"Kupikir aku duluan yang menyukainya,"ujar Gaara dengan nada serius. Sasuke tidak merespon. Ia malah melangkahkan kakinya menuju sofa diruang tamu dan duduk disana dengan santai seolah ini adalah rumahnya sendiri.
"Kau benar-benar ingin menginap disini?"tanya Gaara dengan nada tidak percaya.
"Hn."
Gaara menggelengkan kepalanya. "Kau memang tidak bisa ditebak."
"Kau terlalu banyak komentar hari ini. Mengganggu." ujar Sasuke dingin.
"Kalau cara bicaramu tetap sadis seperti itu, jangan harap Sakura akan menyukaimu,"
Sasuke tidak menanggapi ucapan Gaara. Gaara pun sepertinya tidak membutuhkan tanggapan dari lelaki berwajah tanpa ekspresi itu. Keduanya tenggelam dalam hening.
~NYU231~
Sakura terbangun tepat saat didengarnya ada suara pintu ditutup. Dengan malas diraihnya jam dimeja kecil samping tempat tidurnya. Pukul 05.15. Masih terlalu cepat untuk memulai hari, pikirnya. Sakura bangkit dari ranjangnya dan menggeliat. Ia mengumpulkan kesadarannya perlahan-lahan. Lalu ingatannya kembali kesaat sebelum tidur.
Sakura langsung menuruni tangga dengan buru-buru. Dilihatnya diruang tengah dua cangkir kotor yang sepertinya bekas kopi diatas meja. Lalu langkah kakinya kini mengarah kedapur. Piring nasi gorengnya sudah kosong. Disalah satu bekas piring makan terselip sehelai kertas. Tulisannya sangat rapi, bahkan lebih rapi dari tulisan Sakura sendiri.
Sebenarnya enak. Aku suka. Nanti buat lagi.
U.S.
Sakura tidak bisa menyembunyikan rasa senang didalam dirinya. Dipandanginya kertas itu berulang-ulang. Dasar bodoh, bilang enak langsung dari mulut saja susah, batin Sakura seraya tersenyum kecil.
Mood Sakura langsung cerah. Sambil bersiul-siul dibereskannya cangkir dan piring kotor yang ada. Dalam hatinya bertanya-tanya sampai jam berapa Gaara dan Sasuke dirumahnya. Seharusnya aku bertingkah lebih sopan tadi malam, sesalnya dalam hati. Sakura pun berencana meminta maaf pada mereka berdua.
~NYU231~
Sakura melangkah santai menuju tempat duduknya. Ino yang sudah tiba duluan menyapa Sakura sambil tersenyum. "Kau tidak terlambat hari ini," ujar Ino memberi pernyataan. Sakura hanya mengangguk.
"Gaara dan Sasuke belum sampai ya?" tanya Sakura. Ino langsung menoleh. "Tumben nanya-nanya. Belum tuh. Ada apa nih?" Ino memandang Sakura curiga. Yang dipandang hanya menaikkan bahunya sedikit.
"Cuma pengen minta maaf aja. Ngomong-ngomong kemarin aku udah bantu jahitkan renda-renda untuk kostum festival nanti. Sudah selesai sekitar 2 buah. Kalau kurang rapi, aku minta maaf."
"Oh ya? Sampai jam berapa kau disekolah?" wajah Ino tamapak terkejut. Sakura tersenyum santai.
"Uhmm..mungkin jam 7 atau 8 gitulah, ga terlalu perhatikan jam sih."
"Sendirian?"
"Ngerjainnya iya, tapi pulangnya bareng Sas-..ups.."Sakura langsung menghentikan kalimatnya. Ino langsung tanggap.
"Sas? Maksudmu Sasuke? Ceritakan padaku!"seru Ino penasaran. Sakura memandang Ino dengan pandangan sudahlah-lupakan-saja-apa-yang-baru-aku-katakan.
"Ga bisa begitu. Kau harus menceritakannya padaku Jidat."seru Ino keras. Sakura melengos.
"Ahh.. lagi ga mood, ceritanya panjang. Nanti saja."elak Sakura.
"Tidak. Ceritakan padaku sekarang juga."paksa Ino. Kembali Sakura menghela nafas panjang. Tepat saat Sakura hendak membuka mulutnya, Gaara masuk kedalam kelas.
"Pagi Sakura,"sapa Gaara sambil tersenyum manis. Dia mendekati meja Sakura. "Pagi juga,"balas Sakura sambil bangkit dari kursinya.
"Maaf merusak suasana hatimu tadi malam, tapi nasi gorengnya beneran enak lho. Lain kali buatkan untukku lagi ya,"ujar Gaara. "Tidak, seharusnya aku yang minta maaf, aku benar-benar tidak sopan pada kalian. Terutama padamu, padahal kau kan tidak salah apa-apa,"bantah Sakura. Gaara tersenyum kembali.
"Sudahlah, bukan masalah besar kok. Oya, aku mau keruang guru dulu sebentar, membahas festival besok. Nanti kita ngobrol lagi ok?". Sakura mengangguk seraya membalas senyuman Gaara.
Setelah Gaara berlalu, Ino langsung menarik lengan Sakura agar kembali duduk.
"Oke, sekarang rasanya aku semakin bingung. Gaara yang biasanya hanya bicara banyak kalau mengangkut tentang kelas, sekarang malah ngobrol akrab denganmu. Bahkan sampai berniat mengobrol lagi denganmu setelah urusannya selesai. Itu aneh. Lalu kau bilang tadi kau pulang bareng dengan Sasuke. Aku jadi makin penasaran. Sebenarnya semalam ada kejadian apa sih?"Ino bertanya dengan nada ingin tahu seperti biasanya. Matanya menuntut penjelasan.
"Kubilang garis besarnya aja ya. Sebenarnya Sasuke dan Gaara dirumahku tadi malam." Sakura mengucapkannya dengan nada datar.
"APPPAA? SASUKE DAN GAARA NGINAP DIRUMAHMU TADI MALAM?" Ino berteriak heboh. Sakura langsung melotot kearah Ino. Untungnya kelas masih sepi. Si berisik Naruto, si lebay Kiba, juga si malas Shikamaru belum tiba. Kalau tidak, Sakura bahkan malas untuk membayangkan bagaimana reaksi mereka nantinya mendengar ucapan Ino barusan.
"Pakai toa sekalian!"cetus Sakura kesal, membuat Ino segera menutup mulutnya dengan pandangan meminta maaf. Sakura memalingkan wajahnya kearah jendela.
"Jadi apa yang kalian lakukan disana? Kenapa tidak meneleponku? Aku juga ingin ikutan. Terus kenapa mereka berdua bisa ada dirumahmu? Sampai jam berapa mereka disana?" Ino mengeluarkan pertanyaan beruntun sambil menarik-narik lengan Sakura. Sakura melengos.
"Panjang ceritanya."
"Aku akan dengarkan." Ino memasang wajah serius. Sepertinya Ino benar-benar penasaran dengan cerita Sakura.
Tiba-tiba, suara pintu yang didorong keras membuat Sakura dan Ino mendongak kearahnya. Ternyata Sasuke.
"Pagi Sasuke.." sapa Ino sambil tersenyum manis, membuat Sakura yang melihatnya mendengus bosan. Sakura menatap wajah Sasuke yang tampak kesal sekilas. Wajahnya memanas tanpa disadarinya. Sasuke tidak menjawab salam dari Ino.
Pelajaran berlangsung seperti biasa, kecuali bagian dari Ino yang terus mendesak Sakura untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan teror lemparan kertas dan sms tanpa henti. Sakura beberapa kali merasa Gaara melirik kearahnya dan Sasuke. Sakura juga sesekali melirik Sasuke, sekedar ingin tahu bagaimana mimik wajah Uchiha yang satu itu.
Teng..teng..teng…
Bel pulang berbunyi nyaring, memicu riuh rendah suara para siswa yang tidak sabar meninggalkan lokasi tempat mereka menuntut ilmu tersebut. Sakura melangkah menuju gudang halaman belakang yang telah disulap menjadi ruang khusus persiapan festival untuk bergabung dengan teman-teman sekelasnya yang lain.
"Syukurlah, sepertinya persiapan kita sudah cukup. Tinggal pelaksanaannya saja besok." ujar Sakura memandang puas pada hasil kerja semuanya.
"Ya, seluruh kostum juga sudah selesai sesuai perkiraan. Semuanya lancar dan terkendali."sahut Gaara yang berdiri disamping Sakura.
"Siapa dulu dong, gue gitu lohh.." Ino berkacak pinggang dengan bangganya. Yang lain langsung mencemooh kenarsisan Ino, membuatnya melotot galak. Sakura hanya tersenyum maklum melihat tingkah sobatnya yang satu itu.
"Oke semuanya ingat, besok yang jadi dapat tugas jadi maid sama butler datang 30 menit lebih awal dari jadwal. Sedangkan yang lainnya boleh tiba tepat waktu. Jangan ada yang terlambat, termasuk kau Naruto. Kiba juga. Dan Shikamaru, kau juga harus tiba 30 menit lebih awal. Ingat itu."ujar Gaara engingatkan semuanya.
"Aku kan bukan butlernya,"ujar Shikamaru dengan nada malas.
"Tapi, kau pengurus kelas. Jadi juga harus duluan tiba di SMA Nagashi." Mendengar itu Shikamaru hanya bergumam 'merepotkan' seperti biasa.
"Tunggu Gaara, jadi bagaimana dengan si Teme? Diakan jadi butler juga. Apa dia sudah tahu informasi ini?"cetus Naruto tiba-tiba.
"Aku sudah bilang padanya. Sekarang tergantung padanya mau atau tidak."
"Padahal dia tidak pernah muncul saat persiapan, kenapa pas hari H dia malah dapat peran penting?" ujar Kiba sedikit kesal. Suasana riuh sejenak. Sakura pun teringat kalau ia belum meminta maaf pada Sasuke. Nanti sajalah, pikirnya. Gaara lalu menenangkan anggotanya.
"Sesuai kesepakatan yang jadi maid dan butlernya kan bedasarkan pilihan dari anggota festival. Yang menginginkan Sasuke jadi butler banyak. Jadi kita tidak bisa apa-apa."sahut Gaara tegas.
"Aku juga memilih Teme jadi butler," bela Naruto yang langsung mendapat hadiah pelototan dari Kiba.
"Baik. Semuanya sudah jelas. Sekarang sudah boleh membubarkan diri. Ingat, besok pagi kumpul dihalaman sekolah. Kita akan pergi naik bus bersama-sama."ujar Gaara mengakhiri instruksinya.
"YAAAA…"seru semuanya. Mereka pun kemudian membubarkan diri.
~NYU231~
Tak lama kemudian Sakura dan Ino sudah berjalan pulang berbarengan seperti biasa. Ino berniat singgah dirumah Sakura, apalagi kalau bukan untuk mendengar cerita tentang menginapnya dua orang paling popular dari Kiseki Gakuen dirumah sobat terbaiknya.
Sesampainya dirumah Sakura, kedua gadis yang sudah berteman sejak lama itu langsung menuju kamar Sakura yang terletak dilantai atas. Sesampainya disana Ino menyerbu ranjang Sakura dan dengan santainya tiduran disana. Setelah meletakkan tasnya dan tas Ino yang sebelumnya diletakkan sembarangan dilantai keatas meja, Sakura menyususl Ino, ikut tiduran diranjang kesayangannya.
"Jadi, bagaimana ceritanya?" Ino langsung pada inti pertanyaan. Sakura menatap langit-langit kamarnya.
"Jujur saja, sebenarnya aku malas menceritakannya padamu, Ino Pig."
"Ayolah Jidat, ceritakan saja." bujuk Ino. Setelah menghela nafas sebentar, Sakura mulai bercerita tentang peristiwa apa yang terjadi dirumahnya semalam. Tentu saja yang diceritakannya adalah bagian yang diketahuinya saja.
"Begitu…" Ino tampak berpikir sebentar.
"Kurasa kau terlalu berlebihan Sakura. Kau ini mudah sekali terpancing emosi kalau ada Sasuke, padahal pada Gaara tidak." cetus Ino. Sakura tak membantah.
"Yah, kuakui sih. Aku juga heran. Entah kenapa, kalau sudah berhadapan dengan dia, aku jadi seperti bukan diriku saja,"
"Atau mungkin, justru itulah dirimu yang sebenarnya Sakura.." ujar Ino lembut. Sakura langsung menolehkan kepalanya kearah Ino.
"Eh? Maksudmu?"
"Selama ini kau kan sering menahan diri, jadi mungkin sebenarnya kau memang orang yang pemarah bukan?"
"Masa sih?"
"Coba kau ingat-ingat lagi, kalau bersamanya atau sehabis marah dengannya, kau merasa lega tidak?"
"Uhm..kalau kemarin sih, aku bahkan bisa langsung tidur nyenyak setelah itu, apa itu bisa dibilang lega?" sahut Sakura polos. Ino terkikik mendengarnya.
"Mungkin juga. Jadi aku pikir sebenarnya kalian ini cocok lho.."goda Ino. Sakura langsung bangkit dari posisi tidurnya.
"Jangan bercanda. Pasti gara-gara aku lelah deh, makanya senyenyek itu. Aku membencinya tahu. Dia itu menyebalkan."
Ino ikut bangkit dari rebahannya. Mereka berdua kini duduk bersama. Ino menghadap kearah Sakura. "Manusia itu sering salah menilai perasaannya sendiri lho, Sakura. Jangan terlalu cepat menyimpulkan. Pelan-pelan saja, ok?" ujar Ino sambil mengedipkan matanya.
Sakura POV
Aku kini duduk sambil menyantap mie ramen yang masih hangat sendirian. Kata-kata Ino tadi sore mau tidak mau jadi bahan pikiranku juga.
"..aku pikir sebenarnya kalian ini cocok lho.."
Bagian apanya yang cocok? Masa orang yang bertengkar setiap bertemu dibilang cocok sih? aku benar-benar tidak habis pikir.
"Manusia itu sering salah menilai perasaannya sendiri lho, Sakura. Jangan terlalu cepat menyimpulkan.."
Perkataan Ino membuatku bingung. Aku memang kesal kalau Sasuke bertingkah menyebalkan. Tetapi dia itu penuh kejutan yang bahkan tidak kubayangkan sebelumnya. Tambahan kupikir aku menyukai kejutannya. Kepalaku terasa penuh.
Ahhh..kenapa Bocah Uchiha itu sekarang memenuhi otakku? Apa aku terjangkit Sasuke Uchiha Syndrom seperti yang lainnya? Masa sih?
~TSUDZUKU~
Hieee…udah chap segini? *melotot tak percaya*
Ini benar-benar diluar rencana. Awalnya aku ga berpikir bakal sepanjang ini. Ugh… Tapi apa boleh buat, buat-buat aja…*Lho?* *digampar nenek gerandong plus readers semua*
Yosh, berhubung besok adalah VDay, aku emang udah niat buat ngepublish malamnya. Ga tau kenapa, pengen aja sih..^^a *oke, lupakan saja ketololan saya barusan* Aku juga ngucapin met Valentine days buat semua, udah-mudahan aku dapat kado ma coklat yang banyak..^_^ *ngarep*
Akhir kata dan seperti biasa, saia mohon ripyu semuanya… mungkin chap depan bakal jadi chap terakhir, semoga..*buaakkkk, dihajar readers rame-rame*
Ayo…RIPYU..RIPYU..RIPYU….\^o^/
Jaa, ^^
~NYU~