A Promise
Genre : Romance
Warning! : first fic on this fandom, OOC, typo[s], AU, FULL DIALOG twoshots.
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto, This fic © ME.
Pair: NaruSaku
Thankss yang da RnR:
Lillya Hozikawa, Rinzu15 'The 4th Espada, Ultach Fussy Cha, Fidy Discrimination,
Namikaze Meily Chan, Amai, Masahiro Night Seiran gaklogin, Sandal jepit,
Sabaku Tema-chan, Annisamhr Maharani
yang silent reader, terimakasih uda baca..
Tp akan lbh bgus lg jika review -maksa-
klo ngga jg gpp kok
HAPPY READING...
Sakura pun tiba di rumah dan kedatangannya langsung disambut oleh Ayame-san.
Ya, Ayame-san. Ayame-san lah yang merawatnya sejak ia masih bayi, seseorang meninggalkan seorang anak bayi yang baru berusia 3 bulan di depan pintunya. Bagaimanapun, Sakura tau kalau dia itu adalah anak buangan karena Ayame-san yang menceritakannya, sehingga membuat Sakura membenci kedua orang tuanya yang meninggalkannya, tetapi karena dibujuk oleh Ayame-san agar Sakura tidak membenci orang tua yang tidak dikenalnya itu, ya akhirnya dia berniat melupakan rasa bencinya itu.
Tapi, herannya. Ayame-san menyuruh Sakura memanggilnya Oba-san, padahal bisa saja Sakura memanggilnya Okaa-san kalau diperbolehkan, mungkin saja Ayame-san tidak ingin jasanya merawat Sakura dilebih-lebihkan, atau mungkin saja Ayame-san menganut paham William Shakespeare yaitu, "Apalah arti sebuah nama (sapaan)". Mungkin.
"Kau kenapa pulang cepat dari sekolah, kau sakit ya?" tanya Ayame-san cemas.
"Tak apa-apa Oba-san, aku hanya pusing saja kok."
"Jangan bohong Sakura...hei! Dahimu panas sekali. Kau harus pergi ke rumah sakit sekarang," teriak Ayame-san panik sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Sakura.
"Oba-san, tidak perlu mengantarku ke rumah sakit. Itu hanya menghambur-hamburkan uang Oba-san saja. Aku hanya butuh sedikit istirahat dan minum obat demam saja. Itu sudah cukup."
"T-tapi-..." belum sempat Ayame-san berbicara, Sakura sudah naik ke atas duluan.
"Hhh, anak ini memang keras kepala.." desah Ayame-san kesal.
-Sakura's PoV-
Aku melangkahkan kaki ke kamarku, kepalaku pusing berat, tapi tetap kupaksakan melangkah, akhirnya aku sampai di kamarku, aku pun segera berbaring di kasurku.
Ah, nyaman. Belum ada 1 menit setelah aku memejamkan mata, aku sudah tertidur lelap.
.
.
.
.
"Sakura, aku tidak bisa mencintaimu lagi untuk selamanya! Aku sudah tidak mencintaimu lagi."
"Tapi, janjimu... Dan aku mencintaimu Naruto."
"Janji apa? Aku tak pernah punya janji pada siapapun! Aku tak peduli lagi! Aku membencimu karena kau telah menolak cintaku Sakura!"
"Baiklah, kalau kau tak ingat, tapi aku sekarang sudah mencintaimu Naruto, jangan samakan aku yang dulu dengan yang sekarang."
"Aku sudah mencintai, jangan harap aku akan mencintaimu lagi."
"Tidak...! Jan-jan-jimu Naruto?" Aku menutup mulutku dengan tangan, bagaimana ini? Aku tak percaya. Kenapa Naruto jadi begitu.
.
.
.
"Sakura, Sakura! Bangunlah!" kata Ayame-san membangunkanku.
"Hosh, hosh.. Oba-san, dimana Naruto?"
"Sakura, kau mimpi buruk! Ada apa dengan Naruto? Apa kau memimpikan dia?"
Kurasakan pipiku yang memanas, mungkin blushing.
"Eh, tidak! Maksudku nanti Naruto katanya akan meminjam bukuku nanti, mungkin dia sudah melupakannya. Ah, lupakan saja Oba-san," kataku berusaha mencari alasan agar Oba-san tak mengiraku memimpikan Naruto.
"Aduh, Sakura! Panasmu makin tinggi. Kau harus ke rumah sakit."
"B-baiklah," aku pun juga dapat merasakan badanku dan kepalaku yang sangat panas ini. Rasanya, sekarang mau bangkit dari tempat tidur saja, serasa tak bertulang jadinya.
Tapi, belum sempat bangun aku merasakan kepalaku pusing berat lagi dan membuat pandanganku kabur dan akhirnya...gelap kurasa.
X_x_X_x_X_x
Aku terbangun karena cahaya matahari yang silau menampakan kemegahannya padaku melalui celah-celah kaca jendela yang sebagiannya tak tertutupi oleh kain jendela.
"Sakura, kau sudah bangun?" kata Ayame-san dengan raut muka yang memperlihatkan kecemasan.
"Oh, Oba-san. Ini sudah pagi ya?"
"Iya. Ini sudah pagi, jam 8 pagi."
"Apa? Aku harus ke sekolah Oba-san," kataku panik.
"Tidak, kau tidak perlu ke sekolah, semalam kau pingsan semalaman, aku memanggil Tsunade-sensei kemari. Katanya kau demam tinggi, kau tau aku sangat mencemaskanmu."
"Terima kasih Oba-san. Tapi, kau kelihatan seperti tidak tidur semalaman Oba-san."
"Iya, aku memang tidak tidur semalaman, itu gara-gara kau keras kepala sampai mau pingsan baru mau ke rumah sakit."
"Hhh, maafkan aku Oba-san. Terima kasih ya sudah merawatku."
"Ya sudah, sekarang kau makan saja bubur ayam ini. Aku mau mandi dulu. Ngomong-ngomong besok baru kau boleh masuk sekolah."
"Oh, Baiklah kalau begitu, Oba-san. Terima kasih!"
Hmm, sungguh beruntung aku dititipkan kepada orang sebaik Oba-san. Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku sangat bersyukur pada Kami-sama karena Oba-san sangat menyayangiku walaupun aku hanya seorang anak buangan.
Aku berpikir sambil menikmati bubur ayamku, Terlintas lagi pikiran tentang mimpiku yang semalam. Yang benar saja! Kenapa aku bisa bermimpi mencintai Naruto? Kenapa? Apakah aku mencintai Naruto? Kenapa aku tidak bermimpi tentang Sasuke saja? Tapi, aku pernah mendengar seseorang berkata, jika kau telah mencintai seseorang, pasti akan sampai kebawa mimpi
Ah, tak dapat kupungkiri, aku memang mempunyai sedikit, yahh hanya sedikit perasaan terhadap Naruto dan dapat kusadari juga perasaanku pada Sasuke, ya mungkin hanya sebatas kekaguman dan hanya ingin mencari perhatian atau tepatnya membuat cemburu FansGirl Sasuke. Aku dapat merasakan perasaan lain saat bersama Naruto, aku tak tau apakah itu yang dinamakan, err.. Perasaan cinta? Dan perasaan itu tak dapat kudapatkan saat bersama Sasuke yang notabene selalu cuek terhadapku, tapi walaupun begitu, ia juga cuek kepada fansgirl lainnya sih..
Aku memandang keluar jendela, cuaca hari ini bagus sekali, cerah. Tapi, hatiku tidak secerah cuaca hari ini. Hatiku gusar sekali. Bisa dikatakan mendung. Membingungkan. Aku benci mengatakan 'Aku mencintai Naruto'. Well, mau bagaimana lagi? Bagaimanapun aku tak akan bisa membohongi perasaanku sendiri. Bahwa... Aku mencintai Naruto.
X_x_X_x_X_x_X
-Naruto's PoV-
Jam 1 siang, saatnya murid-murid dari sekolah Konosaki pulang, termasuk aku. Tapi, hari ini beda sekali. Ya, tanpa dua bola mata emerald dari seorang Sakura. Sakura.. Apakah kau marah padaku sampai tak mau datang ke sekolah? Atau... Apakah dia sakit? Ah, bodoh sekali aku, sepikun inikah aku, kemarin Kakashi-sensei kan mengatakan kalau dahinya itu panas sekali. Tentu saja dia sakit. Baka!
"Hei, Naruto. Apa kau mau menjenguk Sakura?" kata Ino tiba-tiba yang hampir saja membuatku kaget setengah mati.
"E-eh, apa Sakura sakit?" yah, pertanyaan bodoh lagi tiba-tiba.
"Yah, baka, kau ini pikun, semalam kan dahinya panas sekali, itu berarti dia sakit. Makanya aku dan Tenten ingin berkinjung ke rumahnya," ketus Ino.
"T-tapi, apa-" belum sempat menyelesaikan bicara aku sudah dipotong oleh Ino.
"tapi apa? Tapi takut Sakura tidak memaafkanmu kan? Kalau itu mah aku tidak tau!"
'Uh, kalau tak tau kenapa harus memotong pembicaraanku!' gerutuku dalam hati.
"Huh, dasar kau Ino. Semalam sudah kutraktir, masih tak tau berterimakasih."
"Haha, bercanda saja Naruto. Pokoknya sekarang kau mau ikut atau tidak?"
"Lebih baik tidak deh. Aku takut akan semakin menyakiti Sakura lagi. Hehe," cengir Naruto.
'Walaupun aku yang terluka, asalkan kau senang Sakura-chan, aku pasti akan senang juga demimu, Sakura-chan. Kumohon, Kami-sama, semoga Sakura-chan tidak marah kepadaku, aku akan merasa bersalah seumur hidup.'
"Hei, kemana Naruto yang dulu? Yang selalu pantang menyerah dan sangat menyebalkan dan konyol? Sepertinya ini bukan Naruto yang dulu." seringai Ino sambil memandangku dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, hei! seperti detektif saja, aku cuma tidak ingin menyakiti hatinya tau, andai saja Ino dapat mengerti. Aku sangat susah menjelaskannya sekarang.
"Bukan begitu, ah. Kau tidak mengerti Ino. Aku pergi dulu Ino," kataku sambil berlari dari hadapan Ino.
"Dasar, bocah aneh!" bentak Ino kesal.
Aku berlari tak tentu arah. Apakah aku harus pergi Ke rumah Sakura?
'...Kemana Naruto yang dulu? yang selalu pantang menyerah dan sangat menyebalkan...' kata Ino terlintas kembali di pikiranku.
Ah, benarkah? Apakah aku sudah berubah? Entahlah.. Yang pasti aku akan selalu mencintai Sakura dan akan selalu menunggunya sampai dia mencintaiku.
Mungkin aku hanya perlu menunggu sedikit waktu... Yeah, sedikiit saja. Kuharap, Kami-sama mengabulkan permohonanku.
-Normal PoV-
"Sakura, Sakura! Ini kami Ino dan Tenten!"
Diam dan hening cipta dimulai(?).
"Sakura!"
Ino dan Tenten membuka pintu kamar Sakura. Ternyata.. Sakura masih tidur. Tenten menempelkan tangannya ke dahi Sakura.
"Hmm, tidak panas. Apa dia bolos hanya untuk tidur?"
"Sakura!" teriak Ino.
"Duh, ada apa sih kalian kesini?" teriak Sakura yang 'acara' tidurnya digganggu oleh teriakan Ino.
"Dasar Sakura! Kau bolos ya?" terka Tenten asal.
"Hei, enak saja! Aku tadi sakit tau!''
''Tapi, kau tidak panas!'' sela Tenten.
''Kalau tak percaya, tanya saja Ayame-san." dengusku kesal.
"Ayame-san tadi tidak ada, tadi kami berkali-kali mengetuk pintu sampai tangan kami sakit sebesar gajah bengkak, ini bisa membuat kecantikanku menurun tau," keluh Ino sambil menunjukkan tangannya yang ternyata hanya sebesar cicak bengkak.
"Hei, jadi kenapa kalian bisa datang dan masuk ke rumahku? Jangan bilang kalian merobohkan pintu rumahku."
"Enak saja, pintunya tak dikunci tau. Jadi kami masuk saja," pekik Ino yang dibalas anggukan Tenten karena tidak senang dituduh.
"Ya, sudah kami pulang dulu ya."
"Hei, yang benar saja! Kalian datang tidak lebih dari 5 menit! Dan kalian begitu cepat pulang? Hanya untuk perbincangan bodoh ini saja? Tidak ada buah-buahan untukku?"
"Ayolah, kami saja baru saja pulang dari sekolah dan datang hanya untuk memastikan kau sudah sembuh belum. Lagipula nanti aku ada urusan dengan Shikamaru dan Tenten ada urusan dengan Neji lagi."
"Urusan apa berkencan?" tanya Sakura menyelidiki.
"Ya sudah, whatever deh. Kami pergi ya.."
"Huh... Mau lanjutkan tidur tidak ya? Ah, lanjut sajaa.."
zzzz...
.
.
.
.
X_x_X_x_X_x_X
-Sakura's PoV-
Tak terasa sudah sebulan, aku pindah tempat duduk dari Naruto dan sudah sejak dua bulan aku menyukai-ralat- mencintai Naruto.
Haruskah aku menyatakannya? Tak jelas pastinya. Mungkin suatu saat aku akan menyatakannya. Ya, suatu saat... Mungkin aku hanya butuh persiapan untuk mengatakannya. Atau mungkin bukan suatu saat?
Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, seperti biasa kelas tampak ribut dan Karin kelihatan sedang merayu Sasuke-kun.
'Hhh, lupakan saja Sakura' batinku sambil menyemangati diriku sendiri. Dapat kuakui aku masih mencintai, err.. Bukan tapi menyukai Sasuke-kun, tapi kurasa aku sudah dapat mencintai Naruto. Teringat Naruto, aku jadi teringat mimpi buruk itu lagi, waktu aku sakit. Sungguh, aku tak pernah bisa melupakannya. Semoga, mimpiku tidak menjadi kenyataan, Kami-sama.
Aku duduk di tempat dudukku bersama Ino.
Tak lama kemudian Guy-sensei datang, dia yang mengajarkan pelajaran Matematika di kelas kami.
"Selamat pagi anak-anak yang penuuh dengan semangat masaa mudaa! Hari ini kita akan belajar tentang Phytagoras. Dan dengan semangat, mari buka halaman 110, nah para generasi muda yang muda, sebelum mempelajari Phytagoras, kita harus mempelajari dulu bangunan segitiga, segiempat, dan bilangan serta akal kuadrat.
Pertama-tama kita pelajari dulu ru..."
'Hoamm..' aku menguap lebar, bosan sekali. Terlalu formal pengajarannya, padahal semangat masa muda, tapi jadi seperti semangat masa tua. Baru masuk sudah langsung belajar tentang Phytagoras, tak ada basa-basi sedikitpun, itu sudah tak pantas disenut dengan semangat masa muda, tapi Lee dibelakang sana terlihat antusias. Huh, itu sudah tentu. Ino matanya menatap kedepan, tapi kutau dia pasti sedang memikirkan kencannya nanti dengan Shikamaru, baka!
Aku memandang ke luar jendela sambil berpikir. Andai saja, Naruto yang duduk disampingku.. Pasti aku akan dihibur oleh kelakuannya yang masih saja menurutku bodoh.. Yah, walaupun dia akan mempermalukanku, tapi tampaknya sekarang tidak akan lagi. Karena aku akan belajar memahami dan mencintainya sekaligus. Well, mungkin...
"Sakura! Mana semangat masa mudamu?"
Aku terkejut, ternyata Guy-sensei yang memanggilku. Aduh pasti aku akan disuruh kerjakan soal karena melamun Tamatlah riwayatku! Belum sampai 10 menit saja, sudah dipangil! WTH!
"Kerjakan soal di depan Sakura!" bentak Guy-sensei.
Betul saja. Benar-benar tamat sudah riwayatku.
Aku maju kedepan, mengambil spidol dari tangan Guy-sensei dengan gemetar dan menuju papan tulis dengan pikiran yang kalut. Kurasa semua mata sedang menatapku. Malunya..
Aku memandang ke sekeliling papan tulis.
'Hei, mana soalnya?' gumamku dalam hati. Ini kan gambar segiempat dan rumus yang tadi diterangkan Guy-sensei. Ini bukan soal! Hei, jangan bilang aku ditipu...
"S-soalnya mana Guy-sensei?" tanyaku pelan.
Tiba-tiba Guy-sensei tertawa keras sambil mengacungkan jari jempolnya yang amat besar.
"Bagus, ternyata kau melamun berat sampai tak sadar kalau aku tidak membuat soal ya.. Benar-benar tak ada semangat masa muda sama sekali. Sekarang kau berdiri didepan kelas!"
'Hmm, berdiri di depan kelas? Kalau begitu kaulah yang tak punya semangat masa muda, Guy-sensei!' gerutuku dalam hati. Malu sekali aku. Malah semua orang menertawaiku lagi, Lee malah ikut-ikutan mengacungkan jari jempolnya dan dengan kilauan putih pada giginya.
Hei, ta-tapi siapa itu yang melihatku dengan cemberut? Ah, ternyata tidak dengan Naruto, dia melihatku dengan iba. Ah, iba! untuk apa hanya bisa kasihan melihatku. Tak perlu kalau begitu, Naruto! Baka.
"Guy-sensei!" teriak Naruto tiba-tiba.
"hn?"
"bolehkah aku menggantikan Sakura berdiri di depan?" pinta Naruto dengan cengirannya yang khas.
Aku terkejut mendengar permintaan Naruto, termasuk semua orang yang ada dikelas. Semua orang memelototkan matanya kearah Naruto termasuk aku juga.
Aku mendengar bisikan-bisikan kecil, yang pasti aku tidak mendengarnya dan walaupun begitu, kutahu pasti mereka akan berkata pada sama satu lainnnya: 'dasar bodoh kau Naruto' ya termasuk aku. Kenapa dia harus menggantikanku?
"Itu permintaan masa muda!" lagi-lagi Guy-sensei mengacungkan jari jempolnya dan memamerkan deretan giginya.
Cengiran Naruto semakin lebar, dan ia pun berdiri dari tempat duduknya.
"Tapi, permintaan itu kutolak! Karena tak mencerminkan masa muda!"
Semua hanya bisa sweatdrop.
Naruto yang semula tadi dengan semangat sudah melangkah kedepan kelas, malah tak jadi dan hanya bisa cemberut dan sweatdrop juga sekarang.
Huh, syukurlah.. Aku tidak mau berutang budi kepadanya, hanya gara-gara hal ini. Walaupun hanya hal ini, tapi dia akan terus membuatku merasa bersalah tahu! Tapi dapat kulihat wajahnya yang sedih itu tidak seperti dibuat-buat, nyata.
.
-skip time-
.
.
.
Bel berbunyi. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas, aku menyeret kakiku agak ke samping supaya tidak terseret jatuh oleh kerumunan. Berdiri di depan kelas selama 1 jam membuat kakiku pegal sekali dan kesemutan. Guy-sensei, memang tak punya perasaan!
Aku melangkahkan kaki dan lalu hampir terjatuh, tapi syukurlah tidak jadi. Karena, eh.. Dari luar tiba-tiba seseorang datang dan itu.. Naruto menangkapku!
Aku memejamkan mataku, aku dapat mendengar desahan nafasnya dan aku merasa sekujur tubuhku dan wajahku menjadi panas, bukan panas! tapi hangat. Astaga, wajah kami terlalu dekat mungkin. Kucoba untuk menjilat bibirku, syukurlah tak ada yang menempel dibibirku. Hei, kenapa aku jadi berpikiran kotor?
Perlahan, kubuka kedua kelopak mataku.
Wajahku dan wajahnya berdekatan, kira-kira hanya sekitar 5 centi saja. Dapat kurasakan pipiku yang memanas sepertinya memerah.
"E-eh Naruto-k-kun."
Dia tampak terkejut, mungkin mendengar aku memanggil namanya dengan akhiran 'kun'?
"Kau tak apa-apa Sakura-chan?"
"T-tidak, kakiku hanya kesemutan saja. Emm. Bisakah kau lepaskan aku, Naruto-k-kun?" pintaku dengan malu-malu. Lagi-lagi aku menyebutnya dengan 'Naruto-kun'.
"Oh, maaf Sakura-chan."
"N-Naruto. Kau ada waktu pulang sekolah nanti?"
baka, bodohnya aku. Kenapa tiba-tiba aku menanyakan hal ini? Memangnya apa sih yang kuinginkan? Sekarang kau akan tampak bodoh dan mungkin akan menjadi momen yang paling kikuk, Sakura!
"E-eh, Sa-Sakura-chan, memangnya ada apa?"
kata Naruto sambil menggaruk kepalanya yang kira-kira pasti tidak gatal, tapi sekarang bukan itu masalahnya, masalahnya sekarang apa yg harus aku bilang? Tak jadi? Mau mentraktirnya? Ayolah, mungkin ini saatnya Sakura, munculkan harga dirimu, Sakura! Tunggu dulu! Harga diri ya?
"Sakura-chan!"
"E-eh, i-iya. Pokoknya nanti sehabis pelajaran sekolah berakhir kau jangan pulang dulu."
"Baiklah, Sakura-chan. Aku akan selalu ada waktu untukmu kok. Hehe.." katanya dengan cengiran khasnya, sambil mengangkat dan melipat tangannya sebagai sandaran di kepalanya.
-skip time-
Aku melirik ke jam dinding, tinggal waktu 5 menit sebelum bel tanda pulang berbunyi.
Apa yang harus kukatakan? Aku mencintaimu Naruto sedalam langit dan setinggi samudra? Kalau samudra tinggi, nanti semuanya pada mati 'dong? Eh bukan! Sedalam samudra dan setinggi langit? Ayolah, seorang Sakura mana mungkin begitu 'gila'.
Tiba-tiba bel berbunyi, Ebisu-sensei yang tadinya mengajari pelajaran Fisika pun telah pergi. Semua murid di kelasku juga telah pergi. Aku rasanya ingin lari dari hidupku juga, lari dari kenyataan ini. Amnesia juga mungkin akan lebih baik atau mungkin berkata ternyata aku ada urusan lain Naruto atau aku akan kencan saat ini dengan Sasuke! Ah, aku semakin ngawur saja. Huh, ayolah Sakura! NOW or FOREVER NOT!
Tiba-tiba Naruto memanggilku, jantungku mulai berdebar-debar. Aduh, Kami-sama, aku harus bagaimana?
"Sakura, tadi kau bilang mau apa?"
"A...a...aku..." keringat dingin mulai mengucur dari kepalaku. Ini serasa seperti perjuangan antara hidup dan mati. Kenapa aku harus mengatakannya? Tapi, ya sudahlah aku sudah teranjur ingin mengatakannya.
"Kau kenapa Sakura, apakah kau sakit dan ingin aku temani ke dokter?" tanya Naruto sambil menempelkan punggung tangannya di dahiku, ya kali ini dia sukses lagi membuatku blushing.
"E-e-h.. Bu-bu-kan. A-a-ku ingin mengatakan sesuatu Naruto, tapi kuharap kau tidak akan marah ya?" kataku pelan sambil berusaha mengatur kata-kataku yang terbata-bata.
"Ya, aku tidak akan pernah marah kepadamu Sakura-chan!" katanya sambil menyengir.
"A-a-aku mempunyai hanya sedikit, sedikit perasaan kepadamu atau banyak? Ya terserah kau, yang penting aku punya, errr.. Sebuah perasaan yang namanya.. Ummm... Cinta kepadamu."
Good Job Sakura! Kau berhasil mempermalukan dirimu sendiri!
"Maaa-maaksudmu..?" tanyanya dengan penasaran.
"Aku mencintaimu, so what?" kataku santai. Ternyata tak sesulit yang kubayangkan. Aku juga lega telah menyatakan perasaannya kepadanya, sekarang tinggal menunggu, "ACCEPT" or "IGNORE".
"Ma-maafkan aku Sakura-chan. Aku tak menyangka bahwa kau mencintaiku. Aku senang sekali. Itulah yang kutunggu selama ini Sakura. T-tapi... A...ku tak bisa menerimamu Sakura-chan, aku tak... Mencintaimu... Lagi..."
JDEEERRR...!
Dapat kurasakan kakiku lemas sekali, seperti tanpa tulang dan hanya dengan seonggok daging, aku jatuh terduduk di lantai. Tapi, kali ini Naruto tak menangkapku. Kata-kata itu seperti petir di siang bolong bagiku.
Kuharap aku segera tuli saat mendengar pernyataan itu. Sungguh aku tak ingin mendengarnya jika aku bisa memutar waktu.
Kugigit bibirku, rasanya aku ingin menangis. Pandanganku kabur oleh air mata, tidak, tidak. Aku tak boleh menjatuhkan setetes pun air mata ini. Kenapa harus menangis? Aku sendiri pun bingung. Kenapa sakit saat ditolak? Kenapa tidak sakit saat kau menolak? Bingung.
Kata itu...
Yang hampir Membuat jantungku tak berdetak lagi. Membuat segala yang indah menjadi kelam. Kenapa Naruto? Kenapa kau harus berbuat manis kepadaku lagi jika kau tidak mencintaiku lagi? Permainan macam apa ini Naruto? Aku tak mengerti! Dulu kau mengatakan akan selalu mencintaiku.. Tapi mana kini janjimu Naruto? Apakah ini balas dendammu atau memang karma terhadapku? Naruto..
"Aku... Sudah punya seseorang yang mengisi hari-hariku. Dan kau tak perlu tau siapa wanita itu. Maafkan aku Sakura, aku pamit sekarang," ujarnya lalu sembari berlalu.
Naruto kenapa begitu? Aku mencintaimu Naruto.. Dimana janji manismu yang dulu? Yang berjanji akan selalu mencintaiku.
Oh..! Mimpi buruk itu! Apakah memang inikah mimpi buruk itu? Ini benar bukan mimpi buruk tapi sudah mimpi buruk yang nyata... Yang sangat nyata... Dan menyakitkan... Kami-sama, kenapa aku pusing? Semoga tidak pingsan...
Maafkan kesalahanku dulu telah menolakmu dan membencimu Naruto. Aku memang salah sepertinya...
"Jangan benci aku Naruto," kataku pelan sembari terisak-isak.
"Aku tak akan membencimu Sakura."
"Eh?"
Tiba-tiba kurasakan ada sepasang tangan yang merangkul pinggangku. Siapa ini? Kuputar pelan-pelan kepalaku. Tolong, semoga ini...
"N-Naruto?" aku terkejut bercampur senang.
"Hehehee~," cengir Naruto tanpa perasaan bersalah. Aku menjitak kepalanya dan dia meringis kesakitan. Dasar baka!
"Aku mencintaimu Sakura. Bangunlah Sakura. Ingatkah kau akan perkataanku Sakura? Bahwa aku akan selalu mencintaimu dan gadis yang selalu mengisi hari-hariku ialah kamu, sosok dirimu yang selalu kucintai, dialah Sakura, walaupun hanya dengan melihat bola mata emerald-nya saja, hehe. Maafkan akan kata-kataku tadi Sakura. Aku hanya mengetesmu, hehe. Tapi aku mencintaimu." Kata Naruto dengan cengiran kudanya dan sambil menggaruk kepalanya yg tak gatal.
Aku kesal, apa katanya tadi? MENGETES? Beraninya dia mengetes aku? Mengetes seorang Haruno Sakura? Tak akan kumaafkan!
''A-APAAA? Menge- uh'' belum selesai aku memprotes, tiba-tiba Naruto mencium bibirku, hangat dan lembut, yang membuat darahku berdesir semakin cepat.
Naruto lalu menghapus air mataku dengan jari telunjuknya.
"Sakura, maafkan ya atas kata-kataku tadi. Ternyata aku sungguh beruntung mendapatkan sebuah harta yang melebihi mie ramen! Dialah miliiku yang berharga, Sakura." goda Naruto sambil memamerkan senyum gombalnya, yang lalu aku hadiahi sebuah cubitan sayang(baca:kejam) di lengannya. Tentu saja, aku berbeda dari mie ramen!
"Adaww! Sakit Sakura!" ringis Naruto.
"Aku mencintaimu Naruto, kau tau tidak, aku tadi seperti orang yang tak bernyawa!" Ahh, akhirnya aku bisa memprotesnya sekarang.
"Maafkan aku Sakura-chan. Sebagai permintaan maaf dan hari jadi kita. mari kita rayakan dengan pergi makan mie ramen!"
aku melotot kepadanya seakan berkata: mie-ramen-lagi? rupanya Naruto mengerti juga.
"Hehe, maaf Sakura-chan. Maksudnya ke Polar Ice makan Ice cream Sundae, mau tidak?"
Aku menggangguk pelan, sambil tersenyum.
-skip time-
"Naruto, kau benar-benar mencintaiku kan?" tanyaku saat sedang berjalan menuju toko Polar Ice, hanya sekedar untuk mempastikan kalau dia tidak bercanda.
"Iya, Sakura-chan," kata Naruto sambil mengecup pipiku lagi. Hangat.
"Aku mencintaimu Sakura-chan... Jangan pernah meragukan cinta ini Sakura-chan. Ingat selalu janjiku yang dulu. Sekali lagi, ingat saja janjiku, bahwasannya aku mencintaimu..."
"Selalu..."
Dan lalu dia memeluk tubuhku erat ke dalam pelukan hangat dan kasih sayangnya dan.
Cintanya...
OWARI
A/N:
yeah.. 2 hari yg lalu uda slesei ujian jd bsa updet fic deh, hehe.. doakan ya smoga nilai sy bagus :P
ayo, kita main tebak-tebakan..
bagaimanakah ending fic ini? Sya tau pasti jawabannya, err.. Ga tau#plak
Yg chap lalu gomen ya klo bnyak salah, yg ini SEMOGA bagus, semoga deh! Yah.. Walaupun pasti msih tak luput dari kata "salah" dan "ga jelas", tapi selama masih bisa berusaha, well, kenapa tidak?
Readers:walaahh, malah jd curcol*nimpuk author pke uang-ngarep-*
Terakhir, sbelum terlambat
MERRY CHRISTMAS bagi yg merayakan!
selamat hari Ibu untuk 2 hari lagi! luv u Mum ;*
Well. minta reviewnya yaa?