"Ehm"kata ino sambil menatapku dengan death glare
"Kemarin ia mengantarku sampai rumah, itu saja kok!" kataku sambil berjalan menuju kelas
"Kenapa kau tak langsung bilang?"
"Aku masih shock" kataku terus berjalan
"Gomene…Sakura-chan"
Kriiiinnggg…..
Bel masuk pun berbunyi, dan sekarang aku sudah berada di kelas, kali ini berbeda, aku bukan Sakura yang akan tidur saat pelajaran. Ya, walaupun begitu aku masih tidak memerhatikan guru, itu sduah mending menurutku.
Saat pelajaran selesai…
"Sakura-chan…."panggil Ino dengan muka pucat
"Nani?" tanyaku
"Kita jangan pulang dulu,ya?"Tanya ino sedikit gugup
"Memangnya kenapa?" tanyaku sambil memasukan beberapa buku ke lokerku
"Aku..em.."
"Aku harus pulang cepat hari ini, karena ada PR dari Iruka-sensei" kataku
"Iya, tapi tak apa kan menunggu 20 menit?" tanyanya memohon
"Tidak bisa..Ino-chan, ada apa sih? Tidak biasanya kau seperti itu"kataku, lalu mengambil tas dan pergi keluar kelas
"SAKURA-CHAN" Teriak Ino, menghentikan aku, tapi aku tetap berjalan keluar. Aku melihat Sasori-senpai dengan seorang perempuan yang kukenal, Karin-senpai
Sasori memeluk tubuh mungil Karin-senpai , dan perlahan wajah Sasori-senpai mendekatkan wajah Karin-senpai , lalu bibir mereka saling bersentuhan. Aku menjatuhkan tasku. Aku tak punya tenaga untuk berdiri dan aku pun terjatuh, setetes air mata-ku menetes di lantai lorong kelas. Dan semakin banyak lagi yang menetes.
'Walaupun ada Naruto-senpai, tapi aku masih menyayangi Sasori-senpai'
Lalu tiba-tiba tangan seseorang menutup mataku, hingga aku tak dapat melihat apa apa. Aku mengenalnya dari parfum yang ia gunakan. Aku tak menolak apa saj yang ia lakukan padaku.
Ia menggendongku ala ia membawaku, ke suatu tempat yang sejuk. Angin sepoi-sepoi kesana kemari, membuat rambut pink-ku mengenai tangan orang itu. Aku tahu tempat ini, taman ini.
Taman dimana aku berlatih berjalan, bersama kedua orangtuaku.
Aku berusaha menghiraukannya, aku tak berani melihat tempat itu, karena kau akan mengingat darah kedua orangtuaku yang berceceran…menciprat…mengenai wajhku.
"Kau gemar menangis jika ada kau ya, Haruno" aku kenal suara itu, suara itu membuatku tenang
"Naruto-senpai.."panggilku lirih
"Sasori memang seorang playboy, seharusnya kau tak mau dengannya" katanya sambil menurunkan tanganya.
Aku tetap memjamkan mata.
"Haruno..bukalah matamu"pinta Naruto-senpai
"e..em"kataku sambil menggeleng
"Haruno…"panggil Naruto-senpai pelan.
"Kau tak akan tahu bagaimana keindahan taman ini"
"AKU TIDAK MAU" bentakku
"Baiklah…"
Sejenak suasana disini menghening
Deg…deg…deg…
Aku bisa mendengar detak jantungku berdetak sangat cepat dan kencang, karena Naruto –senpai. Dan ketakutan akan kenangan itu.
"Setidaknya kau menatapku…"kata Naruto-senpai lirih
Aku membuka mataku perlahan, walaupun aku membentaknya, ia tetap menyambut kedua mataku dengan tatapan lembut. Aku melihat pohon besar diatas. Aku mulai mengenang saat aku bersama kedua orangtuaku, dan karena kesalahnku mereka bertengkar. Aku menutup mataku lagi
"Kau punya kenanan buruk,ya?" tanyanya
"Hem.." kataku mengangguk cepat
"Naruto-senpai…boleh aku memelukmu?" tanyakku dengan muka merona
"Ha..Haruno…"katanya sambil menatapku lembut
"Silahkan…asal kau mau melihat wajahku"katanya sambil merentangkan kedua tanganya. Lalu aku membuka mataku, aku melihat Naruto-senpai dengan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus, membentangkan tangannya menunggu agar aku memeluknya.
Lalu aku memeluknya dengan sangat erat, lalu Naruto-senpai mengelus rambutku
"Keluarkan semua kesedihanmu"katanya sambil tetap mengelus
Lalu aku menangis sekerasnya dalam pelukannya
Esoknya..
"Sakura.."suara itu berasal dari..
"Sasori-senpai?" kataku datar
"Kemarin kau melihatku ciuman dengan Karin, kan?, apa yang kau lakukan dengan ketua OSIS baruitu?" tanyanya
Aku mulai bergetar
"Katakan dengan jujur" katanya kasar
"Aku…tidak..lagipula itu bukan urusan senpai lagi"kataku ketakutan
"Jangan membantah"katanya sambil menaikkan nadanya. Ia mngangkat tangan kananya.
Aku tahu ia akan menamparku. Aku menutup mataku dengan cepat. Tapi…
"Hei…Hei..Sasori-san"
"Naruto-senpai" kataku terkejut melihat sesosok Naruto-senpai berdiri di belakang Sasori-senpai memegang tangan kanan Sasori-senpai
"Jangan ikut campur, Naruto-san"
"Ini juga urusanku, Sasori-san" katanya
"Ada hubungan apa kau dengan anak satu ini?" tanyanya tambah kasar
"Itu bukan urusanmu"
Aku hanya diam dan bergetar. Aku menutup telingaku, karena mereka mulai mebuatku gila.
"Kalau begitu, jangan campurkan urusanmu dengan urusanku, NARUTO-SAMA" Katanya dengan penuh tekanan di nama Naruto-senpai.
"SEHARUSNYA AKU YANG BILANG ITU, SASORI!" kata Naruto senpai sambil memegang baju Sasori-senpai.
"Cukup.."kataku sambil berdiri dari tempat dudukku dan berlari keluar dari kelasku
'Normal POV'
"Sakura.."
"Haruno.."
"Naruto-san, kau sudah memiliki Hinata-san, jangan tebar pesona begitu"
"Diam..kau, hinata bukan siapa-siapaku!" kata Naruto sambil berlari kearah Sakura
"Oh, ya?"
"Apa maksudmu, Sasori-san?" Tanya naruto menghentikan langkahnya.
Lalu sasori mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah foto. Foto Naruto bersama hinata sedang ciuman.
"Sialan kau"kata Naruto sambil mendekat dan memukul Sasori, tepat di pipi kanannya, hingga Sasori mengeluarkan cairan kental bewarna merah dari mulutnya. Saat Sasori rubuh, Naruto dengan cepat mengambil, foto itu dan memasukannya ke saku jasnya dan lari mengejar Sakura
'SAKURA POV'
'Naruto-senpai, jangan membantuku lagi, aku akan menyukaimu jika kau selalu menolongku' gumamku sambil tetap berlari
"Haruno…"panggil Naruto-senpai
"Jangan mendekat Naruto-senpai" kataku berhenti berlari,membalikan badanku
"Haruno.."katanya tetap medekat
Aku berjalan mundur, tetapi Naruto-senpai berlari dan mendekapku. Sementara aku mencoba keluar dari pelukannya. Aku memukul dada bidangnya, tetapi hasilnya ia malah makin mengeratkan pelukannya.
Aku kehabisan tenaga, dan hanya bisa pasrah.
"Aku benci pertengkaran…hiks…hiks.." kataku sedikit berteriak
"hem.."
"Kedua orangtuaku, belum saling memaafkan sebelum mereka meninggal,hiks.. dan mereka bertengkar karena aku.."
"Wakata, Haruno, wakata"katanya sambil mengeratkan tubuhku ke tubuhnya
"Apa yang sedang kau lakukan, Sakura-chan?" Tanya Ino
Aku dengan cepat memasukan sepercik surat serta Saat pelajaran selesai
amplop ke kolong mejaku.
"Bukan apa-apa kok" kataku dengan senyum palsu
"Ayolah…"
"Surat cinta!"kataku berbisik
"Kau akan memebrikannya?"
"Mungkin 2 hari lagi"
"Untuk siapa?" Tanya Ino serius
"Naruto-senpai" kataku ceria
"Ouh.."kata Ino muram
"Kenapa?" tanyaku
"Dia sudah pulang duluan...dengan.." sebelum Ino selesai bicara aku keluar kelas
"Sakura…Naruto-senpai, sudah punya pacar, maafkan aku yang selalu menghancurkan hidupmu " gumam ino