Disclaimer : Ehem, ehem.. Mohon tenang di ruang sidang. Ups, salah. Maksudnya saya Cuma mau bilang kalau OP milik Oda-sensei. Tapi fic ini milikku. Lagi gak mood ngelucu nih. Wkwkwkwk.

Summary : Zoro sudah mulai akrab dengan geng Allen yang berisi orang dengan berbagai kepribadian. Apakah kesedihan Allen perlahan memudar?

Author comment : Maaf agak lama updatenya. Saya sedang sibuk di sekolah. Saya kan udah kelas 3, jadi udah mau UN. Jadi updatenya agak lama. Tapi tenang aja kok, saya akan menyelesaikan ceritanya sampai habis! Biasa lah, saya kan adiknya Ace, jadi nggak akan lari *dibakar pake Dan Enkai*.

Part 3 : "Whats happen with me..?"

"Kenalin, Luffy, Usopp, Chopper, Sanji, Robin, Nami.." Ucap Allen kepada gengnya, "ini Zoro."

Semuanya tenang, kecuali Luffy yang heboh. "Waaah! Ayo masuk ke grup kami!" Teriak Luffy yang teriak- teriak layaknya orang gila. Sanji dengan rela dan iklas menendang Luffy dengan sekuat tenaga.

Mereka berkenalan setelah istirahat kedua berlangsung. Zoro memang punya banyak perempuan yang menyukainya, tapi ia sangat tidak nyaman dengan hal itu. Di surga, ia justru malah membuat para malaikat mengerutkan kening dan berkatanya agak bodoh dan sedikit menyebalkan dengan sifatnya yang dingin itu.

"Superr~! Hai, minna!" Teriak seseorang dari luar. Oh, Salah satu anggota kelompok Luffy yang masuk jurusan STM teknik mesin. Franky. Mata Franky langsung melihat Zoro yang nangkring bersama Luffy, "siapa dia?" tanyanya dengan polos.

"Dia Zoro," Ucap Luffy dan kemudian dengan cepat Zoro akrab dengan mereka.

Seorang laki- laki datang ke kelas mereka dan berteriak dari pintu. Seorang laki- laki bertopi aneh dan berjambang yang terlihat tebal. "Adakah yang namanya Rouxe D. Allen?" Teriaknya memanggil nama lengkap Allen dengan teriak yang membuat semua anak yang ada di kelas itu sontak melihat ke arah laki- laki yang aneh itu, walaupun memang lumayan bisa dibilang tampan.

Allen yang sedang berbicara dengan Zoro membalikan wajahnya menghadap ambang pintu, tempat laki- laki itu berada. "Saya.. Ada apa..?" Tanya Allen dengan kikuk. Ia tidak kenal siapa laki- laki itu.

"Eh.. Itu kan.." Nami berpikir keras untuk tahu siapa yang memanggil sahabatnya itu. "Trafalgar Law dari kelas IPS 2-5?" Ucap Nami dengan kaget. "Ngapain orang kayak dia nyari Allen?"

"Kayak bagaimana maksudmu?" Tanya Robin masih dengan novelnya yang tak lepas dari pandangan matanya.

"Dia kan playboy.." Ucap Nami dengan suara sekecil mungkin. Allen saja tak mendengarnya. Tapi aneh bin ajaib, Zoro langsung menangkap jelas apa yang diucapkan Nami dengan jelas— Sangat sangat jelas.

"A.. ada perlu apa?" tanya Allen dengan kikuk. Siapa spesies ini? Gue gak kenal! Batin Allen dalam hati.

"Allen ya?" Tanya Law dengan TePe (Tebar Pesona dan Tebar Parfumnya yang menurut Zoro bau pesing). "Kalau diliat- liat kamu cakep juga.." Komentarnya dan memandang Allen dari atas sampai bawah.

Allen risih banget. Kalau ini bukan sekolah, tomboinya kumat lagi nih. Tapi kalau ia menghajar orang yang ada di depannya, bisa- bisa roknya keangkat dan habislah harga dirinya. Meteran emosionalnya sudah mulai naik, "langsung aja, ada perlu apa?" tanyanya dengan cepat. Ia juga tahu, Law adalah kakak kelas. Tak sepantasnya ia bicara kasar pada senpainya itu.

Sementara yang lain sweetdroped. Kamu..? Batin Mugiwara dengan kompak.

"Mau jadi pacar aku nggak?" tanya Law langsung. Mugiwara kaget. Jelas lah, Allen memang cantik dan banyak yang suka. Tapi gak ada orang yang langsung dengan pedenya tanpa malu malu pula bilang dengan santai begitu! Allen pun terkejut.

"Ha..?" Sontak Mugiwara dengan kompak. Cengo. Robin saja yang masih memasang muka yang masih enak dilihat. Yang lain..? Sepertinya cukup agar 100 lalat masuk dari mulut mereka yang menganga saking lebarnya.

Allen speechless. Ia baru saja membuka mulutnya. Tetapi sebuah suara dari belakang membuat mulutnya terkatup lagi.

"Nggak ada! Nggak ada ceritanya begitu!"

Semua melihat pada oknum yang berbicara dengan nada kasar dan kesal. Seorang berambut hijau yang bertindik 3 dengan anting. Zoro.

Law sontak kesal dan menyambut ucapan Zoro dengan kasar, "emang lo siapanya dia hah?" tanya Law kesal dan menunjuk Zoro dengan tatapan remeh.

"Gue emang bukan siapa- siapanya Allen. Tapi gue gak akan sudi Allen pacaran sama playboy macem lo!" Teriaknya kesal. Eit, jangan salah. Di Surga sana juga malaikat juga bisa pacaran sana- sini layaknya manusia. Tapi Zoro nggak pernah tertarik dengan malaikat cewek yang demen banget sama Ace. Zoro dalam 24 jam manusia paling 23 jam tidur, ½ minum- minum, ½ jemnya lagi paling ngobrol sama Ace. Ups, nggak separa itu sih.. Tapi tetep aja dia sebagai malaikat yang pangkatnya masih pekerja tetap aja makan gaji buta (ups, salah lagi— mereka gak digaji kok. Mereka memang mahluk immortal yang tugas abadi mereka untuk memperhatikan manusia).

"Artinya lo gak punya alasan untuk marah dong? Atau.." Ucapan Law terputus dan ia menatap Zoro dengan sinis. "Anak baru kan lo? Udah nggak sopan. Baru masuk aja udah berani.. Jangan- jangan lo suka sama Allen, huh?"

Zoro gelagapan dalam hati. Ia memutuskan tidak mempedulikan kalimat Law yang terakhir, "emang kalau baru, gue mesti takut sama lo? Naif. Sekarang juga gue bisa kok hajar lo!" Ucap Zoro dengan tak kalah sinis dan tenang.

Mugiwara hanya bisa menonton adu bacot Law v.s Zoro. Allen-pun begitu. Cengo mode on.

"Oh, silahkan! Hajar gue sekarang!" teriak Law menantang Zoro yang udah emosi sampai ubun- ubun.

Zoro tersenyum seram. Ia mengayunkan sebuah tongkat yang ada di sebelah Luffy. Mungkin itu tongkat pramuka *emang ada ya di OP Pramuka?* dan dengan santai memutarkannya dan gerakan yang tiba- tiba menyerang ke arah Law. Alhasil, Law terkapar dengan sukses. "Gue nurut kan? Contoh adik kelas yang baik bukan?" Tanyanya dengan sinis memandang Law yang mengelus pelan dadanya yang terkena serangan Zoro yang santai itu.

Merasa diremehkan, Law menyerang lagi. Ia akan menghajar Zoro dengan kepalan tinjunya. Tetapi sebuah tangan menghalanginya.

"Stop." Ujar Allen dengan tenang. Zoro dan Law terkejut. Mugiwara yang lain tetap tenang. Mereka sudah tahu kalau Allen kuat, makanya dia termasuk wanita yang ditakuti karena sangat sangar. "Gue gak akan terima setiap siapapun yang berani memukulnya. Trafalgar-senpai, maaf. Tapi apa yang dikatakan Zoro benar." Ucapnya kemudian melepaskan tangannya dan kepalan tangan Law, lalu duduk dengan tenang.

Zoro terdiam. Law juga diam, juga para anak buahnya yang sedari tadi hanya pasang tampang cengo. Ia malu juga ditolak, "awas lo nanti." Ancamnya pada Zoro dan pergi dengan semaput.

Mugiwara yang lain langsung heboh kecuali Robin dan juga Zoro.

"Waaah! Allen bener- bener terkenal ya!"

"Ah, tidak! Allen-chwan!"

"Allen hebat!"

"Allen keren sekali tadi!"

"Allen, kenapa lo tadi masang kalimatnya aneh?"

Semua ucapan orang- orang terhenti setelah pertanyaan dari Robin yang merupakan pertanyaan yang aneh. "Maksudnya?"

"Gue gak akan terima setiap siapapun yang berani memukulnya. Itu, maksudnya apa, Allen?" Tanya Robin sambil senyum- senyum membuat Allen dan Zoro yang menelungkupkan kepala di meja merona di pipinya.

"Tidak ada maksud apa- apa." Jawab Allen pendek menutupi wajahnya yang panas.

Nami mulai mendekati Allen. Ia tahu ada sebuah perasaan yang menyelinap masuk pada hati Allen. Ia berbisik dengan pelan, sementara latar belakang adalah teriakan Luffy, Usopp, dan Chopper mengajak Zoro bergabung dengan kelompok mereka, Mugiwara. "Lo suka sama Zoro.. kan?" Tanya Nami yang masih bisa terdengar oleh Robin.

Allen salah tingkah, "a, apaan sih! Siapa yang suka tukang tidur kayak dia!" Ucapnya setengah hati. Allen berusaha mengalihkan pembicaraan, "eh, udah bikin pe-er dari Garp-sensei belum? Ntar lo ditonjok mental 1 kilometer baru tau lo!" Teriaknya pada Nami.

"Udah. Jangan ngalihin pembicaraan dong!" teriak Nami dan memeletkan lidahnya pendek, menang. Allen terpaksa menurut dan duduk manis. "Kau suka?" Tanya Nami pendek.

Allen menggeleng. "Nggak kok.. Cuma—" Ucapan Allen terputus setelah ia ingat. Kali ini sebenarnya bukan demi mengalihkan pembicaraan, tapi memang untuk bertanya secara sungguh- sungguh. "Nami kau suka Luffy ya?"

Kini gantian Nami yang merona. Robin ikut- ikutan menggoda, "kemarin secara tak sadar kau melamun dan menggambar wajah Luffy di buku tulis, lho." Ucap Robin membuat Nami memerah. Mereka malah jadi asyik menggoda Nami. Allen menghembuskan nafasnya karena pertanyaan Nami tidak diteruskan lagi. Sampai..

"Hei, Nami! Allen! Robin!" teriak Luffy dengan senang, "Zoro masuk kelompok kita!" Teriaknya begitu senang, "kalau begitu besok kita pergi bersama semuanya yah!" Sambungnya dengan gembira.

"Eh? Kemana?" tanya Zoro dan mengerutkan kening.

"Ke Mall. Kita mau jalan- jalan." Ucap Usopp dan sibuk bermain bersama Chopper.

"M.. Mall..?" Tanyanya dengan blo'on. Apaan tuh? Batinnya depresi sendiri karena tidak mengerti. "Allen ikut?" tanyanya tanpa sadar dengan langsung pada Allen. Allen mengangguk dan tersenyum. Zoro terpana, baru kali ini ia melihat Allen tersenyum lepas padanya seperti ini.

"Cieeeee.. Kok malah nanya Allen..?" Tanya yang lain kompak membuat Zoro dan Allen sukses berwajah seperti kepiting rebus.

-Love_is_amazing-

Zoro melihat Allen yang duduk di sofa dengan santai sambil membaca novelnya yang begitu tebal. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya agar bisa berbicara dengan Allen. Semenjak kedatangannya, tak pernah Allen secara langsung akrab dengannya. Setidaknya kali ini, dengan inisiatif sendiri, Zoro harus berterima kasih pada saat tadi siang. Walaupun Zoro gengsi dan merasa tak butuh dilindungi, setidaknya ia senang Allen memperhatikannya.

Zoro juga tak mengerti. Melindungi Allen seperti itu dan marah bukan bagian tugasnya. Ia tahu perasaan marah itu bukan karena misi atau tugas. Perasaan saat Law yang pedenya mengatakan cintanya pada Allen itu begitu panas, perasaanya begitu menyeruak dari dalam hatinya dan tanpa segan akan menghajar orang playboy bertopi aneh itu.

Allen memandang Zoro yang mendekat dan kembali sibuk dengan bacaannya sendiri, "kenapa?" Tanyanya tanpa memandang Zoro.

Zoro duduk di sofa dan garuk- garuk kepalanya yang tidak gatal, "ngg.." Zoro salah tingkah, gengsinya untuk mengucapkan terima kasih memang begitu besar. Jangan dikira malaikat itu semuanya rendah hati, baik, dan berbagai sifat positif lainnya itu. "Gue Cuma mau bilang.. Makasih yang tadi."

"Lho.. Gue Cuma inisiatif bantu. Kalaupun gue gak bantu tadi, lo juga pasti bisa menghindar dari pukulan itu kan?" Ucapnya tanpa melihat Zoro. "Kenapa lo jadi baik begini?" Tanyanya dan tersenyum.

"Ya.. Cuma bilang gitu aja.." Ucapnya dengan pelan, "bukan Cuma terima kasih waktu tadi siang, tapi karena udah ngizinin gue tinggal di rumah elo, numpang sama elo." Ucapnya tulus, walaupun dengan malu- malu.

Allen berhenti membaca dan menutup bukunya dan menaruhnya di meja dengan pelan. Walaupun dengan bunyi yang masih terdengar mengingat betapa tebalnya novel berbahasa asing itu, "kau tidak perlu mengatakan itu." Ucapnya dan tersenyum menatap Zoro. Zoro terus menekan rasa gugupnya yang entah sejak kapan selalu menghantuinya ketika melihat senyum Allen yang tenang itu. "Gue yang harus mengucapkan banyak terima kasih." Ucapnya dan tersenyum lagi. "Lo udah nyelamatin gue.. gue sadar hidup gue, gus masih punya teman- teman yang begitu perhatian sama gue.. Walaupun.. Gue gak bisa terima dendam yang langsung dibuang.. Gue tahu dendam emang gak baek, tapi.. Gue—" Ucapan Allen terpotong dengan getar dalam intonasi suaranya yang semakin kencang.

"Sudah. Nggak usah dilanjutkan." Ucapnya dan mengelus pundak Allen dengan pelan, "gue akan bantu problem lo. Lo gak usah khawatir." Ucapnya keren dan berdiri hendak menuju kamarnya.

"Zoro.." Ucap Ayano dan menatap Zoro misterius.

"Hm?"

"Itu jalan ke teras.."

-Love_is_amazing-

"Zoro!"

Zoro yang mencari pakaiannya kemudian membuka pintu tanpa menyadari dirinya sendiri, ia membuka pintu dan..

Allen tampak disana dengan tampang kaget. "ZORO? KAU GILA YA?" Teriaknya shock dan membalikan wajah dengan wajah seperti kepiting rebus.

Zoro terkejut dan bingung sekaligus dengan sikap Allen, "hm? Kenapa?" tanyanya bingung.

"Lihat dirimu!" Teriaknya masih dengan berbalik badan melawan arah dengan Zoro, "kau belum pakai baju, bodoh!" teriaknya dengan sewot.

Zoro tersadar dan melihat tubuhnya sendiri. Ia Cuma mengenakan boxer hitam dalamannya, selain itu tak ada lagi. "Ups. Oh iya." Ucapnya tapi masih ada disana.

"Ngapain masih disana? Ganti bajumu! Kita akan menemui yang lain!" Teriak Allen mendorong Zoro ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras. "Cepetan!" Teriak Allen dari luar dengan setengah membentak.

Zoro terduduk di lantai karena didorong Allen tadi hanya menatap pintu, seakan Allen ada disana. "Dasar." Desisnya dan tersenyum. Ia melihat liontinnya, sepertinya Ace menghubunginya.

Zoro memandang bosnya itu dengan malas, "apa?" Tanyanya sinis.

"Hei, kok kau jadi sinis begitu sih!" Tawa Ace di seberang sana. "Kau sudah betah? Apa perkembangannya?" Tanya Ace dan pamer wine dan dagingnya yang diminumnya dan dimakannya dengan santai di kursi keberatan, ups, kebesaran maksudnya.

"Yah, lumayan." Ucap Zoro datar dan bangkit berdiri. Mendengar tugas yang seharusnya ia lakukan dan diselesaikannya membuat hati sakit. Entah mengapa ia jadi ingin bertanya, "Portgas-san.." Panggilnya membuat Ace yang terbuyar dari acara makan dan minumnya itu. Seolak menunjukan tampang 'apa?', Zoro melanjutkan lagi ucapannya yang terdengar tertahan, "kalau malaikat menyukai manusia.. Apa itu salah..?" Tanyanya dengan suara kecil. Sangat kecil.

Ace terdiam, "apa? Aku tidak dengar, bodoh!" Teriaknya dengan cemberut, "suaramu kecil sekali!"

Zoro terkejut. Apa yang barusan ia tanyakan? "Ah, nggak! Nggak pa- pa. Aku mau pergi dengan Allen dan teman- temannya. Sudah dulu ya, ntar si garang itu marah padaku lagi!" Ucap Zoro dengan secepat kilat dan langsung menutup kalungnya itu.

Zoro berbaring di ranjangnya. Apa yang barusan dia pikirkan? Apa yang barusan ditanyakannya pada bosnya itu? Bagaimana kalau sampai terdengar? Apalagi ia tahu, sebuha penghianatan jika sampai terjadi untuk selanjutnya.

"ZOROOOOO!"

Zoro terbuyar dari lamunannya ketika teriakan menggema meneriakan namanya dengan nada gusar dan kesal. Ia cepat- cepat memakai bajunya dan keluar dari kamarnya.

-Love_is_amazing-

-Heaven-

Siapa yang bilang Ace tidak dengar? Ace dengar dengan jelas pertanyaan Zoro itu. Terekam semua ingatan bagaimana intonasi Zoro, ekspresi Zoro, nada Zoro yang menunjukan perasaan yang tak pernah dirasakan Zoro selama ini.

Ace hanya bisa menyimpulkan satu: Zoro menyukai manusia. Entah Allen atau siapa, yang penting dia adalah manusia. Ace mangambil buku peraturan dan melihat apa yang terjadi jika Zoro akan bertindak dan akan mencintai gadis itu dengan begitu sungguh..

"Akan dianggap sebagai penghianat jika memiliki hubungan lebih dengan manusia."

Tak perlu dilihat dengan buku, semua malaikat sudah tahu apa yang akan terjadi dengan malaikat yang mencintai manusia. Mungkin masih akan jadi malaikat jika ia akan tetap kembali ke surga. Tapi kemungkinan 0,1% yang akan begitu. Hampir dari mereka memilih cinta.

Ace menghembuskan nafas. "Jalan apa yang akan dipilih Zoro.." Desisnya dengan pelan. Ia adalah bos Zoro, pasti ia tahu kelakuan Zoro selama ini. Mau dibohongi bagaimana-pun, Ace akan tahu dan terus tahu.

Tapi berbeda dengan masa depan. Masa depan hanya yang 'diatas' darinya yang tahu. Hanya Tuhan yang tahu. Ia Cuma bawahan. Tapi setidaknya ia mengerti perkataan Tuhan saat itu, Zoro memang akan ada di jurang penghianatan.

-Love_is_amazing-

"Minna! Maaf terlambat," Panggil Allen ke arah Mugiwara lain yang menunggu mereka.

"Allen-cwhan!" Teriak Sanji dengan love hurricannenya.

"Allen, kau lama." Ucap Nami menggerutu. Allen menatap Zoro dengan kesal dengan menunjuk oknum dan menunjukan wajah 'mahluk-ini-yang-bersalah'.

"Ya sudah! Karena sudah berkumpul, ayo kita pergi, minna!" teriak Luffy berapi- api.

"Siapa yang nyetir?" Tanya Nami dengan gusar, "Yang punya SIM Cuma Franky disini!"

"Ya, aku yang menyetir," Ucap Franky dan membuat semuanya senang, "tapi patungan uang bensin." Ucapnya santai dan bergaya 'super' alanya. Semua hanya sweetdrop.

Kenapa bisa ada orang aneh begini.. Zoro membatin dalam hatinya dan sweetdrop.

Zoro melirik Allen yang ada disebelahnya yang tertawa lepas. Zoro tersenyum.. Apa yang dipikirkannya.. Apa yang sebenarnya tidak diinginkannya menyeruak begitu saja dari hatinya. Ternyata apa yang selama ini belum pernah dirasakannya, harus ia rasakan pada manusia.

-Love_is_Amazing-

Pojok PPS *ha? PPS? Pepes dong?* hehe.. Pojok: Para penggemar saya! Salah, salah! Pojok Persatuan Sekelompok Penggemar OP! *Singkatannya maksa banget!*

roronoalolu youichi :"kyaaaaaaaaaaaaa zoro-kun jadi malaikat! Astaga, zoro-kun ku ganteng sekali pasti ya... Dan zoro itu milikku! Kau tidak boleh mengambilnya! He's mine! #plak upss gomen hehehe :p ayo cepat update!"

Sang Author, Saraph D. Michi : "Hei! Mengapa Zoro milikmu *nangis darah*? Oda-sensei, tunjukan siapa yang pantas mendapatkan Zo-chan!"

Eiichiro Oda, dateng darimana, entah : "*nabok sang author* Zoro bukan milikmu!"

Zoro : "*dateng, tak diantar, pulau gue anterin ampe ke Sunny-go.. wkwkwkwkwk* Kalau Michi-san yang bilang, aku mau kok.. *kalem, author udah gelepar duluan* Mana mungkin gue serius goblok! *ditebas pake Shusui* Ngapain lo juga pake bilang gue 'Zo-chan'?"

Michi : "Uh, Zoro jahat! Suka- suka gue dong! Gue kan authornya! Mau gue bikin muka lo jadi kakek- kakek kek, nama lo jadi Sanji kek, gue kan authornya! JANGAN BANYAK PROTES! *death glare menyelimuti panggung*"

Zoro : "Uh, Yes Miss."

Allen : "Hei, Michi-san! Aku atau si buta arah ini tokoh utamanya?"

Zoro : "Apa? Kau bilang aku buta arah?"

Allen : "Memang kan? Itu kenyataan!"

Zoro : "Uh! Dasar cewek kutu buku!"

Allen : "Tukang tidur bodoh!"

Zoro : "Anak ilang!"

Allen : "Kok nggak nyambung?"

Zoro : "Berisik! Terserah gue dong!"

Allen : "Enak aj— *kepala mereka berdua dijedokin*"

Michi : "CUKUP! Jangan berisik di fic saya! Yang berisik kuhapuskan dari fic ini!"

Zoro : "Apus aja. Emang gue takut!"

Michi : "Baik! Oda-sensei! Buat Zoro jadi okama di OP beneran!"

Zoro : "STOP! Dasar author menyebalkan! Setan dari neraka!"

Michi : "Lebih baik daripada lo? Malaikat aneh buta arah!"

Allen : "CUKUP! Apaan sih kalian ini! Sudah, jawab pertanyaan roronoalolu youichi-san sekarang *masang death glare*"

Michi : "I-iya.. Ehem, roronoalolu youichi-san menunggu next chapter ya? Makasih! Ini sudah ada, dan tetap baca ya! Sekali lagi, arigatou!"

Allen : "Gue boleh nutup gak?"

Michi : "Boleh."

Zoro : "Gue juga!"

Michi : "Cieeee! Zoro mau barengan sama— *author diserang*"

Zoro : "Berisik! Gazami.. Dori!"

Michi : "GYYYYAAAA!"

Zoro, Allen : "Oke! Sampai jumpa di chap berikutnya!"

Michi : "Tolonnnnggg!"

Kali ini saya membuat Zoro yang sudah mulai lumer, begitu juga kebalikannya.. Next chapter: Mugiwara main ke mall. Timezone, dll! Bagaimana tuh! Makanya tungguin aja ya!